• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 8.3 Alat ukur waktu

C. Pengujian Kecukupan Data

Semua harga (data) yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus umum :

a. Pengukuran dengan Jam henti :

N‟ =

 

2 2 2        

 

j j j X X X N s Z

s = Tingkat ketelitian dalam (%)

N‟ = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan Xj = Data pengamatan ( hasil pengukuran )

Rumus ini adalah untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat kenyakinan 95%* .

Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2 s = 5 % = 5/100 = 1/20 Z/s = 2 : 1/20 = 2 x 20 = 40 N „ =

 

2 2 2 40        

 

j j j X X X N

b. Pengukuran dengan sampling pekerjaan :

N‟ =

  

p

p

s

Z

2

1

P = persentase produktif dari seluruh pengamatan.

Seandainya jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan ternyata masih lebih besar dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N‟ > N , dimana dalam contoh misalnya N‟ = 16 > 32), maka pengukuran tahap kedua harus dilakukan. Pada tahap inipun urut urutan pekerjaan sama dengan tahap tahap sebelumnya. Demikian seterusnya sampai jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan sudah dilampaui oleh jumlah yang telah dilakukan (N‟  N).

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut , Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN , Surabaya.

5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN , Surabaya.

6. Tarwaka, Solichul, Lilik S ,” Ergonomi ” untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas

BAB IX

1. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep faktor penyesuaian, cara menentukan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran serta menentukan faktor kelonggaran.

2. Daftar Materi Pembahasan

2.1. Konsep Faktor Penyesuaian

2.2. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian 2.3. Konsep Faktor Kelonggaran

2.4. Menentukan Faktor Kelonggaran

3. Pembahasan

2.1. Konsep Faktor Penyesuaian.

Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sabab - sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

Andaikata ketidak wajaran ada maka pengukur harus mengetahui dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata waktu siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkan dengan melakukan penyesuaian.

Analisa & Perancangan Kerja

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata rata atau waktu elemen rata rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga p nya akan lebih besar dari satu ( p > 1) ; sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p < 1). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu (p = 1).

Telah dikemukakan diatas bahwa ketidak wajaran harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut wajar itu? Dengan “standard” apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang operator?

Biasanya, melalui pengamatan seorang pengukur dapat melihat bagaimana hal tersebut ditunjukkan opertor. Dalam kehidupan sehari haripun hal ini sering bisa kita rasakan yaitu bila di suatu waktu melihat seorang sedang bekerja. Dalam waktu yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut bekerjanya lambat atau sangat cepat. Ketepatan penilaian, pengukur akan lebih teliti bila dia telah cukup berpengalaman apalagi bila bagi jenis pekerjaan yang sedang diukur. Memang pengalaman banyak menentukan, karena melalui pengalamanlah mata dan indera lain akan terlatih dalam memberikan penilaian. Semakin berpengalaman seorang pengukur, semakin peka inderanya dalam melakukan penyesuaian.

Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal itu yaitu; jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaanya.

Walaupun usaha-usaha membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap tampak sebagai suatu yang subjektif. Memang hal inilah yang dipandang sebagai kelemahan pengukuran waktu dilihat secara ilmiah. Namun bagaimanapun penyesuaian harus dilakukan karena ketidak wajaran yang menghasilkan ketidak normalan data merupakan suatu hal yang bisa terjadi. Sehubungan dengan faktor penyesuaian dikembangkanlah cara untuk mendapatkan harga p termasuk cara-cara yang berusaha seobjektif mungkin.

2.2. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

Cara persentase adalah cara yang merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya di tentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai pengukuran dia menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Misalnya di pengukur berpendapat bahwa p = 110%. Jika waktu siklusnya terlah terhitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya:

Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit

Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Memang cara ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun segera pula terlihat adanya kekurang ketelitian sebagai akibat dari “kasarnya” cara penilaian. Bertolak dari kelemahan ini dikembangkanlah cara cara lain yang dipandang sebagai cara yang lebih objektif. Cara-cara ini umumnya memberikan “patokan” yang dimaksudkan untuk mengarahkan penilain pengukur terhadap kerja operator. Akan dikemukakan beberapa cara tersebut yaitu cara Shummard, Westinghouse dan objektif.

Dokumen terkait