• Tidak ada hasil yang ditemukan

Annual Recovery Cost = ) i)

4.5.4. Pendekatan Game Theory

Bagian dari penelitian ini, berusaha melakukan kajian interaksi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek dalam tataniaga cengkeh sebagai suatu kesatuan proses untuk menilai bagaimana keterkaitannya secara langsung dalam pemasaran cengkeh, baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Strategi yang diterapkan dalam permainan diharapkan dapat menjawab hubungan ataupun proses interaksi antar manusia dalam organisasi masyarakat secara konseptual. Sebagaimana yang berlaku dalam proses interaksi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek, dan dapat dimodelkan secara sederhana dalam suatu bentuk model permainan (

game modelling

).

Model teori permainan bertujuan untuk mengidentifikasikan strategi atas rencana optimal untuk setiap permainan. Miller (2003) mengemukakan bahwa terdapat tiga elemen penting dalam setiap permainan, yakni: (1) sekumpulan pemain, (2) gerakan yang dilakukan oleh para pemain, dan (3) hasil yang dapat diterima oleh para pemain. Para pemain akan memilih gerakannya masing-masing yang bertujuan untuk memaksimumkan hasilnya. Setiap pemain selalu mengasumsikan bahwa pemain lainnya akan berusaha untuk memaksimumkan hasilnya juga.

Sementara itu, dalam teori permainan, petani cengkeh dan pabrik rokok kretek adalah pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung dalam permasalahan percengkehan nasional disebut pemain (

player

). Selanjutnya, angka- angka dalam matriks

pay off

, atau biasa disebut juga matriks permainan, menunjukkan hasil (

pay off

) dari strategi-strategi permainan yang berbeda-beda,

dan hasil ini dinyatakan dalam suatu bentuk ukuran efektifitas, seperti: uang, prosentase

market share

, atau kegunaan

(utility

) (Wafda, 2005).

Selanjutnya, setiap pemain dalam permainan tersebut, diasumsikan mempunyai sifat rasionalitas mutlak (penuh) dalam membuat pilihan strateginya yaitu berusaha memaksimumkan hasil. Asumsi rasionalitas tersebut berlaku dengan memaksimumkan hasil suatu kelompok pengambil keputusan yang berinteraksi, dengan demikian hasil rasional yang diperoleh merupakan sebagai suatu solusi permainan.

Sampai sejauh ini, hubungan antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek (PRK) dalam permasalahan percengkehan nasional pada pemodelan

game theory

bersifat

noncooperative game

, dimana dalam penetapan harga cengkeh berdasarkan mekanisme pasar, namun PRK berada pada posisi yang lebih kuat karena struktur pasar cengkeh bersifat oligopsoni. Dalam upaya membantu memecahkan permasalahan percengkehan nasional, Pemerintah turut berperan serta sebagai fasilitator, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI yang mencoba mempertemukan kepentingan petani cengkeh dari beberapa daerah penghasil utama cengkeh di I ndonesia dengan pabrik rokok kretek untuk membuat suatu kesepakatan tentang penetapan harga minimum pembelian cengkeh, yaitu pada saat panen raya cengkeh dimana harga cengkeh berada pada tingkat yang sangat rendah.

Dalam kenyataannya, masing-masing pihak memiliki tujuan yang berbeda- beda sesuai dengan kepentingannya untuk kelangsungan usahanya. Petani cengkeh mengharapkan akan memperoleh tingkat harga cengkeh yang tinggi sehingga

penerimaan dari usahatani cengkehnya akan meningkat pula. Dampak dari tingginya harga cengkeh, diharapkan dapat menjadi insentif bagi petani untuk mengintensifkan pemeliharaan tanamannya sehingga dapat meningkatkan produksi cengkehnya. Sedangkan pabrik rokok kretek mengharapkan dapat menekan biaya produksi rokoknya, antara lain dengan menekan biaya bahan baku cengkeh. Juga menginginkan jaminan kontinuitas atas ketersediaan bahan baku cengkeh untuk kelangsungan produksi rokok kreteknya.

Analisis

game theory

ini bersifat nasional, maka diasumsikan bahwa pihak petani cengkeh merupakan total petani cengkeh nasional, sementara pihak PRK adalah total pabrik rokok kretek anggota Gappri. Posisi strategi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 13, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Para petani akan bekerjasama dengan cara membentuk kelompok, himpunan atau asosiasi petani cengkeh dalam memasarkan cengkehnya sehingga harga cengkeh dapat yang diterimanya adalah harga minimum sesuai yang ditetapkan pemerintah berdasarkan kesepakatannya dengan pabrik rokok kretek. Pada saat penelitian ini dilakukan, harga cengkeh minimum adalah sebesar Rp. 30 000 per kg (P1). Diasumsikan produksi cengkeh petani sebesar 98 persen dari total

produksi nasional (Q1).

2. Petani tidak bekerjasama atau bertindak sendiri-sendiri dalam memasarkan cengkehnya sehingga harga cengkeh yang diterimanya sesuai dengan harga yang berlaku di pasar pada saat itu (P2).

3. PRK mematuhi harga pembelian minimum yang ditetapkan pemerintah karena merupakan harga kesepakatannya dengan petani cengkeh. Diasumsikan konsumsi cengkeh merupakan total konsumsi cengkeh anggota Gappri dimana konsumsi cengkeh PRK sebagian besar (90% ) berasal dari produksi dalam negeri. Pada saat PRK patuh pada penetapan harga cengkeh dari pemerintah maka harga cengkeh lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar (P1).

Konsekuensi logis yang terjadi adalah PRK diperkirakan akan mengurangi pembeliannya menjadi sekitar 75 persen dari total kebutuhan/ konsumsi cengkehnya (Q3= 0.75xQ2), dan untuk memenuhi kebutuhan/ konsumsi

cengkehnya, PRK akan menggunakan stok cengkeh yang dimilikinya.

4. PRK tidak mematuhi harga pembelian minimum yang ditetapkan pemerintah, meskipun telah sepakat dengan petani cengkeh. Apabila PRK tidak patuh pada penetapan harga cengkeh dari pemerintah maka tingkat harga cengkeh yang diterimanya, tergantung pada mekanisme pasar, namun biasanya lebih rendah dari harga minimum yang ditetapkan pemerintah (P2). Dengan menerima harga

cengkeh yang lebih rendah tersebut, maka diasumsikan PRK akan membeli cengkeh sesuai dengan konsumsinya (Q2).

Pilihan strategi yang dilakukan petani cengkeh adalah bekerjasama dengan harapan PRK akan menepati kesepakatan tentang harga minimum pembelian cengkeh yang lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar, atau tidak mampu menjalin kerjasama sehingga hanya dapat menerima tingkat harga yang rendah. Lebih lanjut, apabila PRK mematuhi harga minimum yang ditetapkan pemerintah, maka penerimaan petani cengkeh menjadi sebesar P1 dikali Q1 yaitu harga yang

(49)

(50) ditetapkan pemerintah dikali dengan jumlah cengkeh yang diproduksinya. Sedangkan apabila petani tidak bekerjasama atau bersifat individual, maka penerimaan petani hanya sebesar P2 dikali Q1 karena P2 < P1.

Dengan demikian strategi permainan untuk petani cengkeh dapat dinotasikan sebagai berikut:

Jika petani bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya maka fungsi penerimaannya adalah:

RPT1 = P1 x Q1

dan jika petani cengkeh tidak bekerjasama, maka penerimaannya hanya sebesar: RPT2 = P2 x Q1

Pilihan strategi yang dilakukan oleh pabrik rokok kretek adalah patuh terhadap penetapan harga pemerintah yang lebih tinggi dari harga yang berlaku, namun dengan mengurangi kuantitas cengkeh yang dibelinya supaya biaya bahan baku cengkehnya tidak meningkat, atau tidak patuh pada penetapan harga pemerintah dengan harapan petani tidak punya pilihan lain untuk menjual cengkehnya selain kepada PRK.

Lebih lanjut, apabila pabrik rokok kretek patuh pada penetapan harga pemerintah maka biaya yang dikeluarkannya untuk bahan baku cengkeh sebesar P1

dikali Q2 yaitu harga yang ditetapkan pemerintah dikali dengan jumlah kebutuhan

atau konsumsi cengkehnya dimana Q3= 75% xQ2, sedangkan apabila PRK tidak patuh

pada penetapan harga pemerintah maka PRK akan membeli sesuai dengan kebutuhan cengkehnya, namun pada tingkat harga yang berlaku di pasar, dengan demikian biayanya menjadi sebesar P2 dikali Q2 yaitu harga yang berlaku di pasar

(51) (52) RPT1

Petani

PRK

PRK

P

1

x Q

1,

P

1

x Q

3

P

1

x Q

1

, P

2

x Q

2

P

2

x Q

1

, P

1

x Q

3

P

2

x Q

1

, P

2

x Q

2 RPT2 CPR1 CPR2 CPR1 CPR2

dikali dengan jumlah cengkeh yang dibeli PRK. Dengan demikian strategi permainan untuk PRK dapat dinotasikan sebagai berikut:

Jika PRK patuh pada penetapan harga pemerintah maka fungsi biayanya adalah:

CPR1 = P1 x Q3

dan jika tidak patuh pada penetapan harga pemerintah, maka biayanya menjadi : CPR2 = P2 x Q2

Gambar 13. Bentuk Permainan antara Petani Cengkeh dan PRK

Adapun peubah-peubah yang digunakan untuk gaming permasalahan percengkehan nasional adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Peubah-peubah yang Digunakan dalam Gaming Permasalahan Percengkehan Nasional

Peubah Jenis Data Sumber Data Produksi cengkeh nasional Sekunder Siregar dan Suhendi, 2006 Produksi cengkeh perkebunan rakyat Sekunder Siregar dan Suhendi, 2006 Konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek Sekunder Siregar dan Suhendi, 2006 Harga minimum penetapan pemerintah Primer Hasil survey, 2005

Secara umum, hasil pendugaan parameter berdasarkan kriteria ekonomi sudah cukup memuaskan, meskipun terdapat beberapa tanda dari parameter dugaan, yang tidak sesuai dengan harapan. Nilai koefisien determinasi (R2) dari persamaan-persamaan dalam model menunjukkan nilai yang relatif cukup tinggi, berkisar antara 0.4120 hingga 0.9873. Sementara itu, nilai uji F berkisar antara 3.223 hingga 226.514, serta nilai statistik uji DW (Durbin-Watson) dan statistik uji Dh (Durbin-h), berturut-turut berkisar antara 1.360 hingga 2.719 dan -2.042 hingga 2.805. Tampak bahwa sebagian besar persamaan menghadapi masalah korelasi serial, namun dalam Pyndick dan Rubinfeld (1998) dijelaskan bahwa masalah korelasi serial hanya akan berpengaruh pada efisiensi pendugaan dan tidak menimbulkan bias pendugaan. Sedangkan pengujian pengaruh masing- masing peubah dalam setiap persamaan struktural menggunakan statistik uji-t. Pengujian terhadap parameter dugaan, menggunakan beberapa taraf α, yaitu: 1 persen (* * * ), 5 persen (* * ), dan 10 persen (* ), dan tanda * tersebut dinyatakan dalam semua tabel dimana peubah tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya.