• Tidak ada hasil yang ditemukan

CENGKEH DENGAN PABRI K ROKOK KRETEK

7.3. Saran Penelitian Lanjutan

Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk penelitian selanjutnya, adalah :

1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang percengkehan nasional, diperlukan suatu penelitian dalam bentuk kerjasama strategis dengan pihak-pihak yang terkait antara lain dengan pabrik rokok kretek, instansi-instansi yang terkait baik swasta maupun pemerintah, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dan data yang diperlukan memungkinkan untuk dapat di akses dan diperoleh.

2. Ruang lingkup usahatani cengkeh dapat diperluas dengan menambah daerah sentra produksi cengkeh yang diteliti, untuk mendapatkan perbandingan hasil penelitian antara beberapa daerah sentra produksi cengkeh di I ndonesia, sehingga hasil penelitian lebih akurat dan komprehensif.

3. Pemerintah melalui departemen maupun instansi lainnya yang terkait seyogyianya dapat meningkatkan ketersediaan data yang menyangkut

percengkehan nasional secara keseluruhan. Selain ketersediaannya sangat terbatas, juga terdapat banyak kesimpangsiuran pada data yang telah ada. 4. Untuk penelitian berikutnya, juga dapat menggunakan metode-metode

analisis lainnya, selain yang digunakan dalam penelitian ini, seperti cointegration atau vector error corection model (VECM) untuk melihat keterpaduan pasar secara vertikal maupun secara horizontal, yang belum dilakukan pada penelitian ini.

AAK. 1981. Petunjuk Bercocok Tanam Cengkeh. Kanisius, Yogyakarta.

Anwar, A. 2002. Teori Permainan (Game Theory) Dan Aplikasinya Dalam Analisis Ekonomi dan Kelembagaan. Makalah dalam Mata Kuliah Ekonomi Organisasi Pedesaan. Program Studi PWD, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Cengkeh Nasional. 1997. Cengkeh Dalam Angka Tahun 1980-1996. Badan Cengkeh Nasional, Jakarta.

Badan Litbang Depkes. 2004. Ringkasan Eksekutif, Penggunaan Tembakau dan Efeknya Terhadap Kesehatan. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

BPS. 2002a. Statistik Ekspor I mpor I ndonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ___. 2002b. Statistik I ndustri Besar dan Sedang. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ___. 2003. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ___. 2005. Statistik I ndonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

BPS Provinsi Sulawesi Utara. 2003. Sulawesi Utara Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik, Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

Balitro. 1997. Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Bank I ndonesia. 2003a. Statistik Ekonomi dan Keuangan I ndonesia. Bank I ndonesia, Jakarta.

______________. 2003b. Tinjauan Triwulanan Ekonomi dan Moneter. Bank I ndonesia, Jakarta.

Bird, K. 1999. I ndustrial Concentration and Competition in I ndonesian Manufacturing. Ph.D. Thesis. The Australian National University, Canberra.

Chaniago, D. 1980. Analisa Permintaan Cengkeh untuk I ndustri Rokok Kretek. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Chen, Z. and R. Lent. 1992. Supply Analysis in an Oligopsony Model. American Journal of Agricultural Economics, 74(4):973-979.

Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh. [ http: / / www.deptan.go.id]

Dhalimi, A. dan P. Wahid. 1989. Paket Teknologi Peningkatan Produksi dan Penekanan Fluktuasi Hasil Cengkeh. Dalam Prosiding Forum Komunikasi

I lmiah Produksi dan Tataniaga Cengkeh di I ndonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Dhalimi, A. 1997. Sejarah Penyebaran dan Perkembangan Cengkeh di I ndonesia. Dalam Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Disperindag Provinsi Sulawesi Utara. 2004. Data Harga Cengkeh Bulanan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Disbun Provinsi Sulawesi Utara. 2003. Statistik Perkebunan Sulawesi Utara 2003.

Dinas Perkebunan, Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2003. Profil Komoditi Cengkeh. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.

Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2003. Statistik Perkebunan I ndonesia 2000- 2002: Cengkeh. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Ditjen Perkebunan. 2000. Outlook Komoditi Cengkeh. Direktorat Jenderal

Perkebunan, Jakarta.

Dumais, J.N.K, E. Ruaw and C. Talumingan. 2002. The I mpact of Government Policy on Clove Production in Minahasa Regency. Faculty of Agriculture, Sam Ratulangi University, Manado.

FAO. 2004. Production Development of Commodities Clove in Madagascar. http:/ / faostat.fao.org [ 28 Agustus 2004] .

GAPPRI . 1998. Profil GAPPRI . Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok I ndonesia, Jakarta.

_______. 2003. Data Produksi Rokok Kretek dan Penggunaan Pita Cukai. Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok I ndonesia, Jakarta.

_______. 2005. Data Produksi Rokok Kretek dan Penggunaan Pita Cukai. Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok I ndonesia, Jakarta.

Gibbons. R. 1992. Game Theory for Applied Economist. Princeton University Press, New Jersey.

Gonarsyah, I , S. Hartoyo, M.P. Hutagaol dan A.H. Dharmawan. 1995. Evaluasi Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Dalam Negeri. Kerjasama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan Fakultas Pertanian, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

___________. 1996. Antisipasi Kebijakan Tataniaga Cengkeh Pasca GATT. Kerjasama Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan Fakultas Pertanian, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

___________. 1998. Kebijaksanaan Tataniaga Cengkeh dalam Perspektif: Tinjauan Teoretis dan Temuan Empiris. Ekonomi dan Keuangan I ndonesia, 46(1):35-78.

Gwyer, G. D. 1976. Supply and Demand Projections for Cloves. Bulletin of I ndonesian Economic Studies, 12(2):58-79.

Hadipoentyanti, E. 1997. Tipe dan Karakteristik Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr dan Perry). Dalam Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Hadiwijaya, T. 1992. Beberapa Pokok Pikiran Mengenai: Prospek Cengkeh Pada

Era Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahap I I . Makalah dalam Seminar Nasional Percengkehan. Pusat Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Henderson, J.M. and R. E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. Third Edition. McGraw-Hill I nternational Book Company, Singapore.

Hoobs, J.E. 1997. Measuring the I mportance of Transaction Cost in Cattle Marketing. American Journal of Agricultural Economics, 79(4):1083- 1095.

Hobbs, J.E. and L.M. Young. 2001. Vertical Lingkage in Agri-Food Supply Chains in Canada and The United States. Research and Analysis Directorate, Strategic Policy Branch, Agriculture and Agri-Food Canada, Ottawa. Husodo, S.Y. 2006. Revitalisasi Petani dan Perkebunan Cengkeh yang

Berkelanjutan. Makalah dalam Semiloka Penanganan Permasalahan Percengkehan di I ndonesia. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

I NDEF. 1997. Tinjauan I NDEF Atas Tata Niaga Cengkeh. Makalah dalam Lokakarya Pemantapan Tata Niaga Cengkeh Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan dan Kesejahteraan Petani Menyongsong Era Globalisasi. Badan Cengkeh Nasional, Jakarta.

Just, R.E, D.L. Hueth and A. Schmitz. 1982. Applied Welfare Economics and Public Policy. Prentice Hall, New Jersey.

Kemala, S. 1989. Rangkuman Produksi dan Tataniaga Cengkeh di I ndonesia. Dalam Prosiding Forum Komunikasi I lmiah Produksi dan Tataniaga Cengkeh di I ndonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An I ntroductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. Harper and Row, London.

______________. 1982. Modern Microeconomics. Second Edition. The MacMillan Pres Ltd, London.

Labys, W.C. 1973. Dynamic Commodity Models: Spesification, Estimation and Simulation. Mass D.C., Helt and Company, Lexington.

Martinez, S.W. 2002. Vertical Coordination of Marketing System: Lesson From the Poultry, Egg, and Pork I ndustries. Electronic Report from the Economic Research Service-United States Department of Agriculture, 807(1):1-41.

Miller, J.D. 2003. Game Theory at Work: How to Use Game Theory to Outthink and Outmaneuver Your Competition. McGraw-Hill, New York.

Monke, E.A. and S. Pearson. 1995. The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press, I thaca.

Murniningtyas, M. 1989. Does Japan Exert Market Power in the World Wheat Market?. M.Sc. Thesis. Oregon State University, Oregon.

Myerson, R.B. 2001. Game Theory: Analysis of Conflict. Harvard University Press, Cambridge.

Najiyati, S. dan Danarti. 2003. Budidaya dan Penanganan Pascapanen Cengkeh. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta

Nicholson, W. 2000. I ntermediate Microeconomics and I ts Application. Eighth Edition. The Dryden Press Harcourt, I nc., Orlando.

Pearson, S, C. Gotsch and S. Bahri. 2004. Application of the Policy Analysis Matrix in I ndonesian Agriculture. Yayasan Obor I ndonesia, Jakarta.

Perry, M.K. 1989. Vertical I ntegration: Determinant and Effects. Handbook of I ndustrial Organization. Volume I . Elsevier Science Publishers B.V., Amsterdam.

Pyndick, R.S. and D.L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecast. Third Edition. McGraw-Hill I nc., New York.

Puslitbun. 2004. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Cengkeh Melalui Diversifikasi Horisontal dan Vertikal. Makalah dalam Seminar Revitalisasi Cengkeh dan Kelapa di Manado. Pusat Penelitian Perkebunan, Bogor. Richards, T.J, P.M. Petterson and R.N. Acharya. 2001. Price Behaviour in A

Dynamic Oligopsony: Washington Processing Potatoes. American Journal of Agricultural Economics, 82(2):259-271.

Rogers, R.T and R.J. Sexton. 1994. Assessing the I mportance of Oligopsony Power in Agricultural Markets. American Journal of Agricultural Economics, 76(5): 1143-1165.

Ruhnayat, A dan A. Dhalimi. 1997. Fluktuasi Hasil Cengkeh. Dalam Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Ruhnayat, A dan P. Wahid. 1997. Aspek I klim Terhadap Pertumbuhan, Pembungaan dan Produksi Cengkeh. Dalam Monograf Tanaman Cengkeh. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Rumondor, C.L. 1993. Analisis Perkembangan Tataniaga Cengkeh di Sulawesi Utara. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Kegiatan Pengumpulan Kredit (KPK) I nstitut Pertanian Bogor-Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Runtu, V. 2006. Kajian Permasalahan Cengkeh di Minahasa. Makalah dalam Semiloka Penanganan Permasalahan Percengkehan di I ndonesia. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

Sarijowan, F.A. 1986. Keragaan KUD dalam Tataniaga Cengkeh dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cengkeh Yang Dijual Petani Anggota Ke KUD (Studi Kasus di Kabupaten Minahasa). Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Sexton, R.J.K, L.Chaterine and H.F. Carman. 1991. Market I ntegration, Efficiency of Arbitrage, and I mperfect Competition: Methodology and Application to U.S. Celery. American Journal of Agricultural Economics, 73(1):568- 580.

Simatupang, P. 2003. Opsi Kebijakan Memulihkan Anjlok Harga Cengkeh. Analisis Kebijakan Pertanian, 1(4): 297-305.

Sinaga, B.M. 1989. Econometric Model of The I ndonesian Hardwood Products I ndustry: A Policy Simulation Analysis. Ph.D. Dissertation. University of the Philippines, Los Banos.

Siregar, H. dan Suhendi. 2006. Usahatani Cengkeh, I ndustri Rokok, dan Kebijakan Kenaikan Harga Jual Eceran Rokok. Makalah dalam Semiloka Penanganan Permasalahan Percengkehan di I ndonesia. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Manado.

Soebiapradja, R. 1992. Prospek Perkembangan Produksi Cengkeh Nasional dalam Kaitannya dengan Sistim Tataniaga Cengkeh yang Baru. Makalah dalam Seminar Nasional Percengkehan. Pusat Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Soegiharto, P.J.P. 1992. Tantangan, Permasalahan dan prospek I ndustri Rokok Kretek di I ndonesia. Makalah dalam Seminar Nasional Percengkehan. Pusat Penelitian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Soeharjan, M. 1989. Strategi Pengembangan Percengkehan Dalam Repelita V. Dalam Prosiding Forum Komunikasi I lmiah Produksi dan Tataniaga Cengkeh di I ndonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Sumarno, S.B. dan M. Kuncoro. Struktur, Kinerja dan Kluster I ndustri Rokok Kretek: I ndonesia, 1996-1999, http:/ / www.depkeu.go.id. [ 17 Oktober 2006] .

Tjahjaprijadi, C. dan W.D. I ndarto. 2003. Analisis Pola Konsumsi Rokok Sigaret Kretek Mesin, Sigaret Kretek Tangan, dan Sigaret Putih Mesin. Kajian Ekonomi dan Keuangan, 7(4): 104-123.

Tomek, W.G. and K.L. Robinson. 1990. Agricultural Product Prices. Third Edition. Cornell University Press, New York.

Wachyutomo, A. 1996. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Cengkeh di I ndonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Wafda, R. 2005. Masalah Pertanahan Sebagai Penghambat Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.

Wibowo, T. 2003. Potret I ndustri Rokok di I ndonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan, 7(2): 83-107.

Wysocki, A.F, H.C. Peterson and S.B. Harsch. 2003. Quantifying Strategic Choice Along Vertical Coordination Continuum. I nternational Food and Agribussiness Management Review, 6(3):1-28.

Lampiran 1. Hasil Pendugaan Model Ekonometrik Percengkehan Nasional

Model: ATM

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 3 286165793991 95388597997 210.377 0.0001 Error 25 11335413824 453416552.97

C Total 28 297501207815

Root MSE 21293.58009 R-Square 0.9619 Dep Mean 292033.79310 Adj R-SQ 0.9573 C.V. 7.29148

Parameter Estimates

Parameter Standard T for H0: Variable Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| Label INTERCEP 1 -1954.123730 17846 -0.110 0.9137 Interce RPC5 1 1.881849 0.786209 2.394 0.0245 RPC5 DKTN2 1 -2276.271505 11517 -0.198 0.8449 DKTN2 ATML 1 0.978141 0.050468 19.382 0.0001 Durbin-Watson 2.719

(For Number of Obs.) 29 1st Order Autocorrelation -0.395 Model: YTC

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 5 0.03365 0.00673 3.223 0.0238 Error 23 0.04803 0.00209

C Total 28 0.08168

Root MSE 0.04570 R-Square 0.4120 Dep Mean 0.20207 Adj R-SQ 0.2841 C.V. 22.61441

Parameter Estimates

Parameter Standard T for H0: Variable Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| Label INTERCEP 1 0.845315 1.585781 0.533 0.5991 Interce RPC5 1 0.000003680 0.000001724 2.135 0.0436 RPC5 ATMTTL 1 -0.631557 1.618514 -0.390 0.7000 ATMTTL DUT 1 0.025147 0.021628 1.163 0.2569 DUT DKTN2 1 -0.044346 0.022534 -1.968 0.0612 DKTN2 DRAYA 1 0.054785 0.019091 2.870 0.0087 DRAYA Durbin-Watson 1.464

(For Number of Obs.) 29 1st Order Autocorrelation 0.206

Model: IMPC

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 8 1007312933.9 125914116.74 6.505 0.0003 Error 20 387110939.94 19355546.997

C Total 28 1394423873.9

Root MSE 4399.49395 R-Square 0.7224 Dep Mean 5042.06897 Adj R-SQ 0.6113 C.V. 87.25573

Parameter Estimates

Parameter Standard T for H0: Variable Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| Label INTERCEP 1 25704 14175 1.813 0.0848 Interce RPCM 1 -0.096550 0.099651 -0.969 0.3442 RPCM PRODC 1 -0.269544 0.081012 -3.327 0.0034 PRODC DCSKT 1 -0.401443 0.448602 -0.895 0.3815 DCSKT DCSKM 1 0.142002 0.103039 1.378 0.1834 DCSKM DCKLB 1 2.217950 1.764160 1.257 0.2232 DCKLB KURSR 1 -0.578532 1.467616 -0.394 0.6976 KURSR DKTN2 1 -17653 7510.686830 -2.350 0.0291 DKTN2 DIMP 1 15621 8131.661219 1.921 0.0691 DIMP Durbin-Watson 2.047

(For Number of Obs.) 29 1st Order Autocorrelation -0.032 Model: STOC

Analysis of Variance Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Prob>F Model 6 78935387710 13155897952 107.351 0.0001 Error 22 2696100632.3 122550028.74

C Total 28 81631488343

Root MSE 11070.23165 R-Square 0.9670 Dep Mean 126385.37931 Adj R-SQ 0.9580 C.V. 8.75911

Parameter Estimates

Parameter Standard T for H0: Variable Variable DF Estimate Error Parameter=0 Prob > |T| Label INTERCEP 1 3542.475512 13945 0.254 0.8018 Interce PRODC 1 0.216527 0.148815 1.455 0.1598 PRODC RPC 1 0.034663 0.542157 0.064 0.9496 RPC RPCM 1 0.340605 0.235942 1.444 0.1629 RPCM DKTN1 1 11720 6011.252098 1.950 0.0641 DKTN1 DKTN2 1 19321 8895.214220 2.172 0.0409 DKTN2 STOCL 1 0.767522 0.079843 9.613 0.0001 Durbin-Watson 1.360

(For Number of Obs.) 29 1st Order Autocorrelation 0.266