• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

2. Pendekatan Konstruktivisme

a. Pengertian Kemampuan Konstruktivisme

Konstruktivis berarti bersifat membangun. Belajar dalam pandangan konstruktivisme adalah “mengkonstruk” pengetahuan atau dengan kata lain “membangun”pengetahuan. Artinya

pengetahuan dibangun dari proses pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan.24

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain,kita akan memiliki pengertahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan petukan nya dalam diri kita.

Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.25

Sistem pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekan kan pengajaran top down daripada bottom up,berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan,kemudian menemukan (dengan bimbingan guru)keterampilan dasar yang diperlukan.26

Menurut Ansari, teori belajar konstruktivisme berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungan nya.27 Berdasarkan pengertian di- pengertian di atas,dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivisme adalah sebuah keadaan dimana individu

24 Yatim Riyanto,ibid.hlm.141.

25 Benny A. Pribadi,Op.cit,hlm.157.

26 Yatim Riyanto,Paradigma Baru Pembelajaran,(Jakarta: Prenada Meida Grup,2009),hlm.145.

27 Bansu Ansari, Komunikasi Matematik Strategi Berfikir dan Manajemen Belajar,(Banda Aceh : Pena,2016),hlm.65.

21

memperoleh pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi sendiri berdasarkan pada apa yang mereka ketahui dan percayai,serta ide dan fenomena dimana mereka berhubungan dalam lingkungan sendiri.

b. Langkah-langkah pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran

Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi 4 tahap, yaitu.28 :

a. Apersepsi. Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang materi yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan materi yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahaman tentang materi itu.

b. Eksplorasi. Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep pemecahan masalah, pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterrpreasian data dalam suau kegiatan yang telah dirancang guru. Kemudian secara kelompok didiskusikan

28 Erna Suwangsih, Pendekatan Pembelajaran Matematika, :

http:file.upi.edu/Direktori/Dual-Modes/Bbm4.pdf, diakses pada tanggal 18 september 2021 jam 23:25.

dengan kelompok lain. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keinginahuan siswa tenang fenomena alam sekitarnya.

c. Penjelasan Konsep. Ketika siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. Dengan demikian siswa akan mudah memecahkan persoalan matematika.

d. Pengembangan Aplikasi. Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah- masalah yang berkaitan dengan isu-isu lingkungannya.

Pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran lebih menekankan proses daripada hasil pembelajaran. Artinya bahwa hasil belajar yang merupakan tujuan pembelajaran tetap dianggap penting, namun disisi lain proses belajar yang melibatkan cara maupun strategi juga dianggap penting. Pandangan konstruktvisme mengganggap bahwa belajar merupakan proses aktif untuk menstruksi pengetahuan. Proses aktif tersebut sangat di dukung oleh terciptanya interaksi siswa dan guru serta interaksi antar siswa.29

29 Sigit Mangun Wardono, Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter,( Bandung,Alfabeta,2013),hlm.19.

23

Pendekatan konstruktivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakterisitik sebagai berikut:30

1. Proses pembelaaran berpusat pada siswa sehingga siswa diberi peluang besar untuk kreatif dalam pembelajaran.

2. Proses pembelaaran merupakan proses interaksi-pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki siswa.

3. Berbagai pandangan yang berbeda di antara siswa dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembalajaran.

4. Siswa di dorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensitesiskan secara terintegrasi.

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong siswa dalam proses pencarian (inquiri) yang lebih alami.

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif kompetiti dikalangan peserta didik secara aktif,kreatif,inovatif dan menyenangkan

7. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual,yaitu peserta didik dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.

c. Faktor Pendukung Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Agus N. Cahyo dalam bukunya yang berjudul Panduan Aplikasi Teori Teori Belajar,faktor pendukung penerapan pembelajaran konstruktivisme adalah :31

30 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Adimata, 2010), hlm. 63.

1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik yang aktif mengkonstruksi pengetahuan yang ia dapat. Mereka membandingkan pengalaman kognitif mereka dengan persepsi kognitif mereka tentang sesuatu. Jadi, guru dalam penerapan pembelajaran konstruktivisme hanya sebagai fasilitator,bukan model atau sumber utama yang bertugas untuk mentransfer ilmu pada siswa.

2. Siswa (pembelajar) lebih akti dan kreatif. Sebagai akibat konstruksi mandiri pembelajar terhadap sesuatu, pembelajar dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu yang baru mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya,sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Perbedaan individual terukur dan dihargai. Karena proses belajar sesuai konstruktvisme adalah proses belajar mandiri,maka potensi individu akan terukur dengan sangat jelas.

4. Kemahiran social yang diperoleh apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.

5. Mudah ingat karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

31 Agus N. Cahyo,Panduan Aplikasi Teori Teori Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press,2013),hlm 69-70.

25

d. Faktor Penghambat Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Agus N. Cahyo dalam bukunya yang berjudul Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar, faktor penghambat penerapan pembelajaran konstruktivisme adalah :32

a) Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru. Guru selama ini telah terbiasa mengajar dengan menggunakan pembelajaran tradisional, mengubah kebiasaan ini merupakan suatu hal yang tidak mudah.

b) Guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengolah kegiatan pembelajaran berbasis konstrutivisme. Guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan pemelajaran dalam pemilihan menggunakan media yang sesuai.

c) Sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir. Padahal yang terpenting dari suatu pembelajaran adalah proses belajarnya,bukan hasil akhirnya.

d) Siswa terbiasa menunggu informasi dari guru. Siswa akan belajar jika ada transfer pengetahuan dan tugas-tugas dari gurunya.

Ada lima prinsip dasar tentang kontruktivis, yaitu:33 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.

2. Tekanan proses belajar mengajar terletak pada siswa.

3. Mengajar adalah membantu siswa agar belajar.

32 Agus N. Cahyo,Op.Cit,hlm.73-74.

33 Yatim Riyanto, Op.Cit,hlm. 147.

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses, bukan pada hasil belajar

5. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.

e. Hubungan Pendekatan Konstruktivisme dengan Kemampuan Generalisasi Matematis

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa kemampuan generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju suatu kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

Generalisasi atau penalaran adalah penarikan kesimpulan dalam sebuah argument dan cara berpikir yang merupakan penjelasan dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat-sifat atau hukum-hukum tertentu yang diakui kebenarannya, dengan menggunakan langkah-langkah tentu yang berakhir dengan sebuah kesimpulan. Jika siswa memiliki kemampuan generalisasi yang baik,maka siswa tersebut akan mampu mengkonstruk sendiri apa yang telah dia dapatkan dari informasi- informasi yang dia terima dan dapatkan dari guru atau sumber lain nya.

Pendekatan konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan generalisasi matematis dirancang untuk melatih siswa dalam

27

membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapan nya. Siswa mempunyai kesempatan ikut aktif didalam menemukan suatu formula (rumus), siswa terlibat dalam mengobservasi,berpikir dan bereksperimen,siswa memahami formula melalui sejumlah contoh sederhana.

Pendekatan konstruktivisme sangat cocok jika di implementasikan dengan pendekatan generalisasi matematis karena dalam pendekatan ini siswa akan lebih mampu membangun dirinya sendiri dalam proses pembelajaran dengan lebik aktif,selain itu pendekatan ini proses belajarnya berfokus kepada siswa. Dimana siswa menyusun sendiri proses belajarnya. Pendekatan ini tidak berfokus kepada hasil,tetapi kepada bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan dan dilalui. Pendekatan ini mampu membuat siswa mampu menjawab semua soal soal yang diberikan secara detail dan jelas sampai kepada kesimpulan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang erat diantara model pembelajaran yang memuat pendekatan konstruktivisme dengan kemampuan generalisasi,artinya bahwa dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kemampuan generalisasi siswa dapat diakomodir oleh pembelajaran yang berlandaskan pendekatan induktif berbasis konstruktivisme.

1. Kurangnya pendekatan pembelajaran yang diberikan sehingga menyebabkan kemampuan generalisasi siswa masih rendah

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah menggunakan pemahaman penalarannya.

Perlu ditingkatkan kemampuan generalisasinya dengan pendekatan

yang sesuai

Pengaruh Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis

Siswa B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas,maka kerangka berfikirnya adalah sebagai berikut :

Kondisi Awal

29

Dokumen terkait