• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2. Pendekatan Pembelajaran Produktif

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/). Pembelajaran produktif dirancang untuk memberi bekal kepada siswa agar memiliki kemampuan yang tinggi, professional, produktif, beretos kerja tinggi, dan terbentuknya sikap wirausaha (Made Wena, 1996 : 49). Jika dikelompokkan, ada dua model pendekatan pembelajaran produktif yang biasa diterapkan yaitu:

a. Pendekatan Berbasis Kompetensi atau Competency Based Training (CBT) 1) Pengertian Kompetensi

commit to user

xxvii

Kompetensi (competency) menurut Suhaenah Suparno (2001 : 27) merupakan kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Mengutip dari pendapat Johnson, selanjutnya Suhaenah Suparno menjelaskan tentang pembelajaran berbasis kompetensi, yang merupakan suatu system dimana siswa baru dianggap telah melaksanakan tugas yang dipelajari untuk melakukannya. Kompetensi dapat dikatakan pula sebagai perbuatan (performance) yang rasional yang secara memuaskan memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan. Agar dapat mencapai suatu kompetensi, seseorang memerlukan pengetahuan khusus, keterampilan proses, dan sikap.

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) penjelasan pasal 35 (1): “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”. Sedangkan sesuai Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 1 (10),

“Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”.

Kompetensi menurut definisi dari Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), adalah pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat mendemontrasikan: keterampilan, pengetahuan dan sikapnya di tempat kerja sesuai dengan standar Industri atau sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh

commit to user

xxviii

tempat kerja (industri). Jika diperinci, kompetensi dapat dibagi dalam lima dimensi: (a) mampu melakukan tugas per tugas (task skills), (b) mampu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan (task management skills), (c) tanggap terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja (contingency management skills), (d) mampu menghadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja/ beradaptasi dengan lingkungan (environment skills/job role), dan (e) mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi/tempat yang berbeda (transfer skills) (http://dahlanforum.wordpress.com/2008/04/17/).

Pemahaman dari definisi kompetensi selama ini adalah mencakup penguasaan terhadap 3 jenis kemampuan, yaitu: pengetahuan (knowledge, science), keterampilan teknis (skill, teknologi) dan sikap perilaku (attitude). Jika kompetensi dilihat dari aspek kecerdasan manusia yang harus dikembangkan secara utuh dan seimbang, maka terdapat tiga kecerdasan yaitu: kecerdasan intelek/kecerdasan rasional atau disebut IQ (Intellectual Quotient), kecerdasan emosional atau disebut EQ (Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quotient) dengan SQ yang menjadi pondasinya. Bila dikaitkan dengan definisi kompetensi selama ini maka kecerdasan IQ dapat dikaitkan dengan upaya penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) atau “knowledge” dan “skill”, kecerdasan EQ dan SQ bisa dikaitkan dengan “attitude”.

2) Standar Kompetensi

Standar Kompetensi mmenurut SKKNI adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas di tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil

commit to user

xxix

output: (a) apa yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh siswa, (b) tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan dari siswa, dan (c) bagaimana menilai bahwa kemampuan siswa telah berada pada tingkat yang diharapkan.

Kegunaan Standar Kompetensi bagi SMK diantaranya adalah: (a) lebih efesien dalam biaya, dan membuat pendidikan dan pelatihan keterampilan lebih relevan, (b) pembentukan keterampilan yang lebih baik untuk dapat bersaing ditingkat internasional, (c) penilaian yang lebih konsisten, (d) adanya hubungan yang lebih baik antara pelatihan, penilaian dan pemberian sertifikat, dan (e) kemungkinan diakuinya pelajaran-pelajaran yang telah diterima sebelumnya (sstphttp://www.stpbali.ac.id/index.php?p9=102)

. Untuk tingkat industri dan perusahaan, kegunaan standar kompetensi adalah: (a) pengidentifikasian yang lebih baik mengenai keterampilan yang dibutuhkan, (b) pemahaman yang lebih baik mengenai hasil pelatihan, (c) berkurangnya pengulangan dalam usaha pengadaan pelatihan, (d) peningkatan dalam perekrutan tenaga baru, (e) penilaian hasil pelatihan yang lebih konsisten dan dapat diandalkan, dan (f) pengidentifikasian kompetensi di tempat kerja yang lebih akurat.

Suatu unit Standar Kompetensi mencakup pesan kunci di tempat kerja dan terdiri dari empat komponen, yaitu: (a) elemen yang menggambarkan garis besar aktifitas-aktifitas terpenting yang termasuk dalam peran, (b) kriteria pelaksanaan tugas yang merinci hal-hal yang harus dilakukan untuk menunjukkan kemampuan seseorang, (c) beberapa variabel yang dapat menggambarkan relevan konteks dan

commit to user

xxx

kondisi pada suatu unit, dan (d) penentuan bukti yang memberikan gambaran bagaimana kompetensi akan diakui.

3) Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Tujuan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta untuk mencapai kompetensi yang telah diprogramkan bersama antara SMK dengan institusi pasangannya. Pelatihan atau pembelajaran didasarkan atas hal-hal yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang ditempat kerja. Hal ini merupakan salah satu cara untuk membuat pelatihan lebih relevan terhadap dunia kerja.

Manfaat pembelajaran berbasis kompetensi bagi peserta (trainees), adalah dapat : (a) memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar mengembangkan keterampilan dengan tingkat kecepatan yang berbeda dan dengan cara yang berbeda, (b) memungkinkan peserta untuk lebih bertanggung jawab terhadap kemajuannya, (c) memotivasi peserta, dan (d) membuat peserta aktif dan dapat memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya. Adapun manfaat bagi guru/instruktur atau pelatih (trainers), yaitu dapat: (a) emungkinkan adanya kesesuaian antara pelatihan dan persyaratan kemampuan kerja, (b) memungkinkan adanya kebebasan dalam penentuan waktu mulai, selesai dan kecepatan program pelatihan, dan (c) penyederhanaan prosedur penilaian.

commit to user

xxxi

Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pada “proses”, dengan asumsi bahwa jika suatu pekerjaan dikerjakan dengan proses yang baik atau standar akan dicapai hasil yang standar pula. Sebaliknya jika proses tidak benar, maka kemungkinan besar hasil pekerjaan tersebut tidak akan sesuai standar. Penekanan yang kedua adalah terciptanya kompetensi pada peserta, apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil dari pelatihan (output). Namun batasan waktu untuk mencapai kompetensi kurang mengabaikan faktor waktu. Hal ini akan mengurangi motivasi peserta untuk berkompetisi, sehingga peserta merasa pekerjaannya kurang menantang.

Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah: (a) fokus kegiatan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta, (b) kondisi proses belajar peserta untuk menguasai kompetensi harus memiliki kesepadanan dengan kondisi kompetensi tersebut akan digunakan (industri), (c) aktifitas belajar peserta bersifat perseorangan dan antara satu peserta dengan peserta lainnya tidak ada ketergantungan, dan (d) harus tersedia program pengayaan (enrichment) bagi peserta yang lebih cepat, dan program perbaikan (remedial) bagi peserta yang lebih lamban sehingga perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta dapat dilayani (Suhaenah, 2001 : 27).

5) Penilaian Kompetensi

Penilaian Berdasarkan Kompetensi adalah suatu penilaian di mana bukti dari pekerjaan yang dilaksanakan dibandingkan dengan kriteria pelaksanaan tugas relevan di tempat kerja. Penilaian kemudian memutuskan apakah kriteria

commit to user

xxxii

pelaksanaan tugas telah dipenuhi atau tidak. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penilaian: (a) peserta yang pandai yang dapat memperlihatkan bahwa dirinya kompeten dalam keterampilan tertentu dapat maju lebih cepat, (b) identifikasi kebutuhan pelatihan, (c) motivasi siswa dapat ditingkatkan melalui pengakuan atas kompetensi yang telah dicapai, dan (d) keterlibatan tempat kerja dan industri.

Penilaian berdasarkan kompetensi dapat melibatkan berbagai metode yaitu: (a) observasi atas pelaksanaan tugas oleh peserta, (b) memeriksa proses yang digunakan dan produk yang dihasilkan, (c) ujian tertulis dan esai untuk mengukur tingkat pengetahuan, (d) ujian lisan dalam hubungannya dengan demonstrasi praktis, (e) proyek perseorangan atau kelompok, biasanya tanpa pengawasan, (f) simulasi dan bermain pesan, (g) kumpulan contoh dan sampel yang dipakai untuk menilai presentasi dalam keterampilan seseorang sebelumnya, (h) latihan tanya jawab interaktif menggunakan computer, dan (i) penilaian ini dapat dilaksanakan oleh pelatih pengawas di tempat kerja atau penilai yang diakui oleh industri.

b. Pendekatan Berbasis Produk atau Product Based Training (PBT) 1) Pengertian Pembelajaran Berbasis Produk

Pembelajaran berbasis produk adalah pembelajaran atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang

commit to user

xxxiii

sesungguhnya (real job), untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai tuntutan pasar atau konsumen. Menurut Neni Rohaeni dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Pembelajaran berbasis produk adalah “kegiatan pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi atau menggunakan proses produksi sebagai media pembelajaran”.

2) Tujuan Pembelajaran Berbasis Produk

Tujuan pembelajaran berbasis produk adalah membekali peserta dengan kompetensi yang sepadan dengan tuntutan dunia kerja sekaligus menghasilkan produk atau jasa yang laku jual, dan menanamkan pengalaman produktif serta mengembangkan sikap wirausaha melalui pengalaman langsung memproduksi barang atau jasa yang berorientasi pasar.

3) Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Produk

Pelaksanaan pembelajaran berbasis produk akan lebih mudah jika bekerja sama dengan institusi pasangan (industri yang relevan) atau UP (Unit Produksi) di sekolah. Setiap peserta atau kelompok dapat diberi tugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkat kompetensi masing-masing. Namun demikian tetap dalam prosedur dan standar kerja yang menjamin ketepatan waktu dan mutu hasil pekerjaan yang dituntut oleh konsumen.

Keberhasilan pembelajaran berbasis produk, menurut Depdikbud (1999 : 22), harus didukung oleh:

commit to user

xxxiv

b) Guru atau instruktur yang memiliki profesionalisme tinggi.

c) Kesiapan kerja yang tidak semata-mata tergantung pada jam kerja sekolah. d) Sikap menghargai kepuasan konsumen.

e) Sikap komitmen pada kualitas. 4) Penilaian Pembelajaran Berbasis Produk

Pada pembelajaran praktek berbasis produksi, penilaian tidak sebatas siswa sudah kompeten atau belum kompeten. Penilaian lebih menekankan pada hasil produk secara fungsi berkaitan dengan ukuran dan performen benda kerja. Faktor yang juga penting dalam penilaian produk adalah seberapa cepat siswa mampu menyelesaikan produk tersebut sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan. Hasil produk adalah untuk kebutuhan konsumen, oleh karena itu penting sekali membuat produk yang berkualitas sekaligus dalam waktu yang cepat. Konsep Pembelajaran berbasis Produk ini yang mempengaruhi sejauh mana kemampuan siswa dapat diuji dalam persaingan dunia industri yang kompetitif.

Format penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Produk pada dasarnya adalah pengembangan dari format penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi, dengan memasukkan indikator waktu secara ketat sesuai standar industri.

commit to user

xxxv

Penguasaan atau kemampuan dalam Menggunakan Alat Ukur adalah kompetensi dalam menggunakan alat ukur. Sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional (SKN) di Bidang Logam dan Mesin, kompetensi Menggunakan Alat Ukur tertuang dalam unit M12.1A, yaitu Penggunaan Peralatan Pembanding dan/atau Alat Ukur Dasar (Depdiknas, 2002) yang elemen-elemennya meliputi:

a. Memilih dan menggunakan peralatan pembanding dan/atau alat ukur dasar 1) Mengidentifikasi dan memilih alat ukur yang sesuai untuk melakukan

pembandingan atau pengukuran dengan menggunakan prosedur operasi standar

2) Melakukan pengukuran atau penyortiran barang-barang dengan menggunakan pembandingan dan/atau peralatan pengukuran dasar. b. Memelihara peralatan pembanding dan/atau pengukuran dasar

1) Memastikan perawatan dan penyimpanan dasar sesuai dengan standar pabrik atau prosedur operasi standar

Menurut SKN, pelaksanaan pengukuran-pengukuran pembanding dilakukan di dalam lingkungan produksi atau di ruang kerja. Adapun dimensi pengukuran meliputi panjang dan sudut. Peralatan-peralatan pembanding yang dapat digunakan adalah: go-no-go (mal), thread angle (alat ukur ulir), taper-gauge (alat pengukur tirus), alat ukur panjang (peralatan digital, vernier caliper dan micrometers, termasuk penggaris, pita ukur dan meteran rol). Semua pengukuran pembanding dilakukan sesuai dengan prosedur operasi standar.

commit to user

xxxvi

Materi Menggunakan Alat Ukur adalah merupakan kompetensi dasar sebagai prasyarat yang harus dikuasai untuk dapat mengikuti materi kompetensi lanjut. Hal ini mutlak dikuasai siswa karena untuk dapat melaksanakan praktik Pekerjaan Permesinan, siswa harus mampu menggunakan alat ukur.

4. Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Praktik Pekerjaan Permesinan a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil seseorang dalam melakukan kegiatan melalui proses belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 787), kata prestasi mempunyai pengertian ”Hasil yang dicapai (dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan Zainal Arifin (1990 : 3) mengemukakan bahwa: ”Prestasi adalah hasil dan kemampuan ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Dengan demikian prestasi adalah bukti atau hasil usaha yang dicapai setelah melaksanakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari usaha tersebut.

Belajar merupakan bagian dari kehidupan dan kebutuhan manusia. Dari proses belajar, seseorang dapat memahami, menguasai dan mengerti suatu pengetahuan yang akhirnya kemampuan seseorang dapat ditingkatkan. Hampir semua pengetahuan dan keterampilan (skill) dapat dipelajari, dikembangkan dan ditingkatkan melalui kegiatan belajar.

Kegiatan belajar dalam kehidupan manusia memberikan peran yang besar. Banyak ahli menaruh perhatian tentang belajar, sehingga terdapat berbagai definisi tentang belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 121), belajar

commit to user

xxxvii

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengetahui suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungan. Sementara Winkel (1996 : 53) menjelaskan, bahwa belajar merupakan aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pamahaman, keterampilan dan sikap. Belajar menurut Winkel tersebut meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sementara A. Suhaenah (2001 : 2) lebih menekankan terjadinya perubahan karena ada upaya. Belajar merupakan aktifitas yang menimbulkan perubahan yang realatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Terjadinya perubahan pada tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (Moh. Uzer Usman, 2002 : 5). Proses perubahan di sini terjadi pada seseorang setelah terjadi interaksi baik dengan individu lain maupun dengan tempat dan sarana belajar. Sedangkan pendapat Heinich, Molenda dan Smaldino (2008 : 10) adalah:“Learning is the development of new knowledge, skills, or attitudes as an individual interacts with information and the environment”. Belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungan. Unsur-unsur pokok dalam belajar menurut Nana Sudjana (2008 : 22) adalah tujuan, proses, dan hasil belajar.

Secara singkat Yusuf Hadimiaarso - salah seorang pakar pendidikan dari UNJ - dalam materi seminar di UNS (Universitas Sebelas Maret) Surakarta tanggal

commit to user

xxxviii

12 Desember 2009, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan positif karena pengetahuan, pengalaman dan praktek. Dalam belajar mengandung makna suatu perubahan dari belum atau tidak mampu menjadi mampu. Perubahan yang diharapkan berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah dari pengalaman. Perubahan tersebut sebagai kemampuan baru . Berkembangnya kemampuan, sikap dan ketrampilan bias digunakan sebagai indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, kecakapan, kebiasaan serta aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahun dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.

Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984 : 43) adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimt yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 787), adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka lain yang diberikan guru. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran tingkah laku.

commit to user

xxxix

Kurikulum SMK Negeri 2 Sragen Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan (2010 : 76), memuat kompetensi lanjut untuk kelas XII, salah satunya yaitu: 1) Menggunakan Mesin Bubut (Kompleks), dan 2) Memfrais (Kompleks), yang pelaksanaannya dijadikan satu menjadi mata pelajaran yaitu Praktik Pekerjaan Permesinan.

Dengan demikian prestasi belajar pada Mata Pelajaran Praktik Permesinan adalah hasil belajar yang dicapai dalam proses belajar mengajar pada Mata pelajaran Praktik Pekerjaan Permesinan yang ditunjukkan dengan nilai tes prestasi praktik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2000 : 173) terdiri atas dua macam:

1) Faktor intern siswa, yang meliputi gangguan atau kekurangan kemampuan psiko-fisik siswa, diantaranya adalah:

a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas kecerdasan intelektual atau kecerdasan emosional siswa.

b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya sikap.

c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat indera penglihatan (mata) atau pendengaran (telinga).

2) Faktor ekstern siswa, meliputi situasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam :

commit to user

xl

a) Lingkungan keluarga (ketidakharmonisan hubungan orang tua, rendahnya status ekonomi keluarga),

b) Lingkugan perkampungan/masyarakat (wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal), dan

c) Lingkungan sekolah (kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah).

Dokumen terkait