HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Model Kebijakan Energi .1. Sistem tenaga listrik
4.3.4. Pendekatan pengelolaan lingkungan berdasarkan sistem norma kehidupan masyarakat
Pada sistem norma kehidupan masyarakat yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan emisi karbon pada pembangunan penerangan jalan umum dengan pemanfaatan sel surya, dilakukan dengan pendekatan ekologis, pendekatan ekonomis, pendekatan teknologis, dan pendekatan sosio-kultural dan pendekatan sosial-politis (Setiawan, 2003).
Pendekatan ekologis dalam pengelolaan lingkungan menekankan kaitan yang erat antara mahluk hidup dan lingkungan fisiknya, yang didasarkan atas proses-proses yang terjadi dalam lingkungan alam. Pendekatan ekologis penting untuk memahami proses-proses perubahan lingkungan alam. Pendekatan ekonomis didasarkan atas pemikiran tentang kelangkaan sumber daya dan
lingkungan yang menekankan perhitungan rasional dalam pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan lingkungan secara optimal. Beberapa kelemahan dalam pendekatan ekonomis adalah pendekatan ini menyangkut nilai relatif perhitungan untung rugi, sehingga pendekatan ini dianggap tidak mampu sepenuhnya memasukkan nilai-nilai yang tak terukur dari kualitas dan komponen lingkungan. Demikian pula, pendekatan ini tidak memasukkan dimensi waktu, terutama nilai masa lalu yang cenderung tidak dimasukkan dalam perhitungan ekonomis. Pendekatan ini dianggap pula lebih mementingkan efisiensi sehingga mengabaikan nilai-nilai persamaan dalam alokasi lingkungan dan sumber daya.
Pendekatan teknologis adalah pendekatan yang menekankan pada upaya teknologis untuk mengoptimalkan proses eksploitasi dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya. Pada pendekatan ini, dimungkinkan pengembangan sumber daya alam sebagai energi alternatif seperti tenaga surya, untuk mencapai proses dan hasil produksi yang lebih bersih dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan.
Melalui pendekatan ini ada persoalan yang muncul yaitu pendekatan ini tidak terlepaskan dari pencapaian efisiensi ekonomi yang cenderung mengabaikan nilai-nilai lingkungan. Demikian pula, dengan tidak meratanya penguasaan teknologi antar kelompok masyarakat akan dapat menyebabkan ketimpangan dalam pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya alam. Pada pendekatan teknologi terjadi kecenderungan pemilik capital saja yang dapat memanfaatkan teknologi, yang dapat menimbulkan ketergantungan pada sekelompok ahli yang mengarah kepada penyalahgunaan teknologi, sehingga kecenderungan munculnya kultur yang terlalu mengagungkan teknologi sebagai sumber pemecahan persoalan lingkungan. Pendekatan sosio-kultural adalah pendekatan yang menekankan
aspek-aspek sosial dan kultur masyarakat local dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Pandangan hidup, tata cara hidup, serta perilaku masyarakat tertentu akan menentukan bentuk-bentuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya.
Kelemahan pendekatan ini adalah keterbatasannya bergantung pada tata cara hidup masyarakat yang sangat berpengaruh dalam penyelesaian persoalan lingkungan hidup. Pendekatan sosial politik dalam pengelolaan lingkungan didasarkan kepada pemikiran tentang kepentingan kelompok yang masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda terhadap lingkungan. Pendekatan ini menyadari konflik dapat menimbulkan proses perubahan lingkungan ke arah yang negative, sehingga upaya-upaya pengelolaan lingkungan harus pula diarahkan untuk mengelola konflik untuk mendapatkan penyelesaian yang menguntungkan semua pihak. Pada prakteknya pendekatan sosial-politik dalam pengelolaan lingkungan harus memahami 3 komponen utama sistem sosial-politik yaitu 1.Sistem mikro yang mencakup dinamika internal masyarakat atau komunitas, 2.Sistem makro yang mencakup dinamika sistem pengorganisasian kekuasaan oleh Negara, 3. Sistem yang merupakan interaksi antara sistem mikro dan makro yaitu bagaimana hubungan antara masyarakat atau komunitas dan Negara berlangsung (Setiawan, 2003).
Dalam pengelolaan lingkungan sebaiknya didekati dari berbagai pendekatan, sebab tidak terdapat satupun pendekatan yang lengkap. Setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan lingkungan sebaiknya tidak menggunakan hanya satu pendekatan saja dalam menyelesaikan tantangan baru yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Penerapan pemanfaatan sel surya akan berjalan dengan baik seiring dengan adanya kesadaran dan dukungan masyarakat akan pentingnya infrastruktur untuk kepentingan bersama. Pemanfaatan sel surya sebagai sumber daya listrik secara stand alone di masyarakat pedesaan memiliki potensi mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Nugraha et al, 2013).
Persoalan karakteristik sosial budaya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan emisi karbon dan keindahan lingkungan tidak terlepas dari gaya hidup dan perilaku masyarakat. Pada penerapan sel surya sebagai penerangan lampu jalan, menanamkan rasa kepemilikan dan pengetahuan terhadap teknologi tidak bisa diabaikan. Karena dengan adanya rasa kepemilikan maka masyarakat akan lebih merasa memiliki, menjaga dan merawat lingkungan. Dengan didasari oleh rasa kepemilikan ini, sistem penerangan jalan umum berbasis sel surya ini dapat berfungsi lebih lama untuk kepentingan masyarakat.
Kondisi masyarakat di Provinsi Sumatera Utara memiliki keberagaman yang dapat merupakan modal dan tetapi dapat pula menimbulkan tantangan dalam proses pembangunan. Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) adalah rencana dalam jangka 5 tahun sebagai penjabaran visi, misi dan program yang menentukan arah dan sasaran pembangunan dapat tercapai yaitu terwujudnya struktur sosial, pelestarian dan kreatifitas budaya dan daya dukung lingkungan yang kondusif dan tersebar luasnya pola pengembangan modal budaya dan modal sosial yang dapat di transformasikan untuk meningkatkan martabat manusia, pengelolaan keragaman budaya yang berkelanjutan untuk mewujudkan hubungan sosial antar kelompok yang harmonis dan memperkokoh integrasi bangsa, terfasilitasi budaya pembelajar yang bertumbuh dan berorientasi
iptek dan kesenian sehingga mampu mendukung upaya untuk meningkatkan peradaban manusia, terkelolanya aset budaya yang dapat dijangkau secara adil bagi masyarakat luas sehingga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan pengembangan kebudayaan secara optimal dan berkelanjutan (RPJMN, 2015-2019).
Dengan sasaran pembangunan sosial tersebut pemerintah daerah Prov.Sumatera Utara meletakkan dasar kebijakan dan penjabaran dari RPJMN yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur sehingga masyarakat merasa memiliki sekali gus masyarakat sebagai pengawas keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah daerah.
Beberapa isu yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk pendekatan pengelolaan lingkungan dalam pemanfaatan solar sel sebagai upaya konservasi energi dengan dinamika Provinsi Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan secara fisik adalah :
1. Isu berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan pembangunan a. Semakin murahnya harga energi dari solar sel, sehingga tercapai tahap
komersial.
b. Ketersediaan solar sel dan peralatan pendukungnya di dalam negeri yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.
2. Isu berkelanjutan dalam kaitan dengan lingkungan
a. Pemakaian solar sel dalam perekayasaan energi sebagai sumber pembangkit energi listrik tidak menghasilkan polusi terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga, konversi solar sel dari sinar
matahari menjadi energi listrik akan menjadi sumber energi terbaik dimasa mendatang.
o Sumber-sumber energi konvensional seperti : batubara, minyak bumi dan gas bumi tidak digunakan lagi disebabkan harganya semakin tinggi akibat persediaan yang sangat terbatas, sedangkan harga solar sel berangsur-angsur turun karena bahan baku yang melimpah.
o Berkaitan dengan keindahan kota, pemakaian solar sel sebagai penerangan lampu jalan dapat memperindah lingkungan kota.
3. Isu berkelanjutan dalam kaitan dengan kemajuan teknologi
a. Dalam upaya menjamin penyediaan energi yang berkelanjutan digunakan baterai sebagai penyimpan energi.
b. Teknologi bola lampu yang semakin hemat energi.
4. Isu berkelanjutan dalam kaitan dengan kebijakan energi
o Indonesia terletak pada daerah yang beriklim tropis mempunyai potensi energi surya yang besar. Menurut pengukuran dari pusat meteorologi dan geofisika, data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di kawasan barat indonesia sekitar 4,5 kwh/m² /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di kawasan timur Indonesia sekitar 5,1 kwh/m²/hari dengan variasi bulanan sekitar 9% (BMKG, 2016).
o Sasaran pengelolaan energi pada tahun 2025 dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan energi yaitu :
• Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1
• Peranan minyak bumi menurun menjadi 26,2 %
• Peranan gas bumi meningkat 30,6 %
• Peranan batubara meningkat 32,7 %
• Peranan panas bumi meningkat 3,8 %
• Peranan energi baru dan terbarukan meningkat 4,4 %
Dari pengelolaan energi hingga tahun 2025 peranan energi baru terbarukan 4,4 %. Pengelolaan energi matahari termasuk dalam angka ini dan akan terus berkembang disebabkan sinar matahari yang melimpah di daerah khatulistiwa dan kualitas baterai sebagai media penyimpan daya listrik terus meningkat.
BAB V