• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Komunikasi Pemasaran

Komunikasi Pemasaran berupakan gabungan dari 2 kata yang memiliki makna yang berbeda, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi menurut Theodorson dan Theodorson dalam McQuall dan Windahl (1981) menjelaskan bahwa sebuah penyampaian informasi, ide, sikap, atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan mejanlankan suatu proses, harga, promosi, serta distribusi sejumlah barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi (Kotler 2001). Sehingga dapat katakan komunikasi pemasaran merupakan penyampaian pesan yang mencangkup informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan pihak produsen kepada individu atau organisasi yang menjadi sasaran tujuan penjualan.

Menurut Kottler dan Keller (2006) komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen – langsung atau tidak lansung – tentang produk dan merek yang mereka gunakan. Tjiptono (2008) menambahkan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal produk yang ditawarkan bersangkutan.

Dalam menjalankan sebuah komunikasi pemasaran dibutuhkan sebuah strategi didalamnya. Menurut Kennedy dan Soemanegara (2006) Strategi komunikasi pemasaran merupakan langkah atau jenis kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi. Kusumastuti (2009) menambahkan dengan menyebutkan bahwa strategi komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen, tahap pertama adalah tahap perubahan pengetahuan. Perubahan ini menandakan konsumen mengetahui keberadaan suatu produk, untuk apa produk diciptakan, dan ditujukan pada siapa dengan memberikan informasi mengenai produk, mulai dari merek, fungsi, kegunaan serta kemasan produk (awareness). Tahap kedua adalah tahap untuk membangkitkan keinginan konsumen untuk memiliki atau memperoleh produk serta memperkuat kedudukan merek dengan menggunakan strategi pesan seperti kelebihan produk, dan gaya hidup (interest). Tahap ketiga, yaitu tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain, terbiasa menggunakan produk tersebut, memiliki alasan yang kuat mengapa produk yang dipakai adalah produk yang terbaik dibandingkan produk lainnya, serta memiliki hubungan emotional kepada produk tersebut (loyalty). Beberapa tahap tersebut dapat dilihat sebagai gambar berikut.

Bauran Komunikasi Pemasaran

Bauran komunikasi pemasaran merupakan salah satu strategi dalam bauran pemasaran namun berfokus kepada mempromosikan produk suatu produsen kepada khalayak. Mengutip pernyataan Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2006) dalam Rangkuti (2010) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah strategi produk, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik serta dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pasar yang dituju. Bauran pemasaran juga terkenal akan 4P, yaitu Place, Product, Price, dan

Promotion, jika digabung dengan aplikasi pemasaran yang berhubungan dengan konsumen atau disebut 4C di mana Product akan menjadi Costumer Solution,

Price menjadi Costumer Cost, Place menjadi Convenience, dan Promotion

menjadi Communication

Tabel 1 Place, Product, Price, dan Promotion menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel (2006)

Four of P Four of C

Place Convienience

Product Costumer Solution

Price Costumer Cost

Promotion Comunication TAHAPAN PENCAPAIAN TUJUAN KOMUNIKASI Awareness Stage Interest Stage Loyalty Stage STRATEGI KOMUNIKASI Knowledge Change Strategy Attitude Change Strategy Behavior Change Strategy

Gambar 1. Tahapan Pencapaian Tujuan Komunikasi menurut Kusumastuti (2009)

Menurut Kotler dan Keller (2009) terdapat delapan model bauran komunikasi pemasaran yakni iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat, publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari mulut kemulut, penjualan personal. (1) Iklan, semua bentuk terbayar dari prestasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa melalui sponsor yang jelas; (2) Promosi penjualan, berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu; (3) Hubungan masyarakat atau jasa, beragam program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individunya; (4) Event, pengalaman dan publisitas, Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu; (5) Pemasaran interaktif, kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa; (6) Pemasaran langsung, penggunaan surat, telepon, faksimile, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan meminta respons atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu; (7) Pemasaran dari mulut ke mulut, komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antarmasyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau menggunakan produk jasa; (8) Penjualan personal, interaksi tatap muka dengan salah satu atau lebih pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan.

Berman et al. (1998) mengatakan bahwa bauran penjualan eceran adalah kegiatan yang terdiri dari lokasi toko, prosedur operasi barang dan jasa yang ditawarkan, harga, suasana toko, pelayanan, dan distribusi. Untuk fungsi dari perdagangan eceran penulis mengacu pada teori dari Davidon et al (1988) yaitu: (1) Menyediakan produk dan jasa yang di antisipasi untuk memenuhi dan keinginan konsumen; (2) Menawarkan produk dan jasa untuk dikonsumsi individu dan keluarga memperoleh nilai pertukaran melalui penanganan transaksi yang efisien, penanganan lokasi; (3) Menyediakan waktu pembelian yang menyenangkan, dan informasi yazng berguna untuk untuk membuat keputusan serta haga yang bersaing.

Dalam hasil penelitian Relita Lisa, pemasaran Lapis Bogor Sangkurian dilakukan melalui komunikasi personal dan menggunakan media komunikasi, antara lain: mengikuti pameran, leaflet, brosur, banner, pemberian sampel produk gratis untuk pengunjung, liputan melalui media cetak dan media elektronik, pemasaran langsung di outlet, pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh waraniaga, dan promosi melalui jejaring sosial (website, facebook, dan

twitter).

Equitas Merek

Menurut Kotler (2004) Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk, dan merek menjadi nilai tambah dalam produk tersebut. Teori dari Franco dan Ramos (2005) menambahkan kualitas merek didefinisikan sebagai penilaian subjektif dari konsumen mengenai unggulan dan manfaat yang dirasakan suatu produk. Lebih lanjut oleh Yasin et al.

dalam Setyaningsih (2008) menjelaskan bahwa persepsi kualitas muncul ketika konsumen mengakui perbedaan dan keunggulan sebuah merek dibandingkan merek lain. Penulis menyatakan bahwa ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Menurut Aaker (2001), ekuitas merek dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu Kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek, dan aset-aset hak milik merek lain, mewakili aset distribusi seperti paten, dan saluran distribusi.

Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Menurut Aaker dalam Maya Widjaja et al. (2007) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Dalam membangun kesadaran merek terdapat 4 tahapan kesadaraan merek menurut Aaker (1991), yaitu Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall, Top of Minds.

Fase unaware of brand, fase di mana konsumen tidak mengenal merek sama sekali dan juga tahapan paling rendah dalam tingkatan kesadaran merek. Setelah fase unaware of brand, terdapat fase brand recognition di mana ketika pertama kali ditanya, konsumen tidak mengingat merek yang diajukan, akan tetapi setelah dsebutkan nama merek yang diajukan, konsumen tersebut kembali ingat akan merek tersebut. Fase yang lebih tinggi dari sebelumnya adalah fase Brand Recall, tahapan ini menekankan kepada ingatan konsumen terhadap berbagai merek dengan satu jenis produk. Fase tingat kesadaran merek yang paling tinggi adalah

top of mind, tahap ini menekankan pada merek yang muncul pertama kali dibenak konsumen jika dikaitkan dengan suatu produk tertentu.

Asosiasi Merek (Brand Association)

Menurut Aaker dalam Maya Widjaja et al. (2007) asosiasi merek adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap suatu merek. Susanto menambahkan (2004) di mana hal-hal lain yang penting dalam asosiasi yang menunjukan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup, kelas sosial, dan peran professional; atau, yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang menggunakan produk tersebut, toko yang menjual produk atau wiraniaganya.

Unaware of Minds Brand Recognition

Brand Recall Top of Minds

Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Menurut Susanto dalam Maya Widjaja et al. (2007) kesan kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Terdapat dimensi-dimensi yang mempengaruhi kesan kualitas produk dan kualitas jasa menurut Aaker (1991), yaitu untuk kualitas produk terdapat performance, features, conformance, reability, durability, serviceability, fit and finish. Untuk dimensi kualitas jasa penulis mengacu pada teori Zeithaml & Bitner (2003), di mana terdapat 5 aspek yaitu reliability, responsiveness, assurance, emphaty, tangibles.

Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

Menurut Ford dalam Maya Widjaja et al. (2007) loyalitas merek dapat dilihat dari seberapa sering orang membeli merek itu dibandingkan dengan merek lainnya. Menurut Aaker (1991) terdapat tahapan-tahapan dalam di mana konsumen menjadi setia dalam suatu merek, yaitu konsumen peka terhadap perubahan harga (tidak ada loyalitas merek), konsumen yang bersifat kebiasaaan (Tidak ada masalah untuk beralih), konsumen yang puas dengan biaya peralihan, menyukai merek, konsumen komitmen.

Hasil dari penelitian Sekar Anjani (2014) ditemukan bahwa dimensi ekuitas merek yang memiliki persepsi baik menurut konsumen UKM manisan

buah “Harapan Berkah” adalah kualitas merek, yang kedua citra merek, ketiga

kesadaran merek, dan yang terkahir loyalitas merek. Kualitas merek (brand quality) merupakan dimensi ekuitas merek yang memiliki persepsi paling baik dari ketiga dimensi lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas merek dapat dinilai langsung oleh konsumen setelah mencoba produk manisan pala itu sendiri. Kualitas yang dapat dirasakan langsung oleh konsumen contohnya adalah dari segi rasa, harga, kebersihan, serta daya tahan produk.

Efektifitas Komunikasi Pemasaran

Produsen perlu melakukan komunikasi pemasaran secara efektif agar informasi yang diberikan dapat diterima baik oleh konsumen. Konsumen yang menerima informasi komunikasi pemasaran dengan baik ini akan tertarik dan ingin mencoba produk yang produsen tawarkan. Namun, Komunikasi pemasaran tidak selalu mencoba untuk menarik konsumen yang baru, tetapi dapat juga perperan sebagai pengingat bagi konsumen lama yang telah merasakan produk sebelumnya hingga dapat mengunjungi dan tertarik kembali. Sehingga dapat dikatakan komunikasi pemasaran yang efektif adalah komunikasi yang mampu merubah sikap, tingkahlaku, dan pengetahuan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian Resa (2013) karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengeluaran dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi pemasaran. Perbedaan karakteristik terebut dapt mempengaruhi daya penerimaan pesan. Hasil penelitian Fadila (2015) menunjukkan efektifitas komunikasi pemasaran juga dapat dipengaruhi oleh ragam media yang produsen gunakan serta frekuensi penerimaan pesan yang diterima oleh konsumen

Terdapat 3 aspek indikator efektivitas komunikasi pemasaran pada hasil penelitian Fadila (2015), yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek kognitif. Aspek kognitif merupakan pengetahuan dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen. Aspek afektif adalah aspek yang berhubungan dengan emosi dan sikap yang dimiliki konsumen. Aspek konatif yang meliputi pola – pola tindakan, kebiasaan, dan tingkah laku konsumen. Efendi (2000) menyatakan komunikasi pemasaran dapat dikatakan efektif apabila menimbulkan dampak dalam ketiga aspek tersebut, kognitif, afektif, dan kognitif.

Karakteristik Pengunjung

Sumarwan (2010) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. sehingga faktor eksternal maupun internal konsumen sangat mempengaruhi segala tindakannya. Perilaku konsumen dalam bertindak dipengaruhi oleh karakteristik social, ekonomi, dan demografi konsumen itu sendiri. Demografi dapat menggambarkan dan dapat membedakan karakteristik suatu penduduk. Menurut Sumarwan (2004) Variabel demografi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Demografi Konsumen Menurut Sumarwan (2004) Karakteristik Demografi Definisi

1. Usia Usia merupakan lamanya konsumen itu hidup, mulai dari lahir di dunia hingga saat ini. Konsumen yang memiliki perbedaan usia juga memiliki perbedaan selera serta kesukaan terhadap suatu merek. Berdasarkan siklus hidupnya, konsumen akan mencapai tahapan tahapan berikut ini: Bayi, Batita, Balita, Anak Usia Sekolah, Remaja Awal, Remaja Lanjut, Dewasa Awal, Dewasa Lanjut, Separuh Baya, Tua, Lanjut Usia

2. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah sifat fisik yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri. Jenis kelamin terbagi menjadi 2 yaitu laki – laki dan perempuan.

3. Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan utama responden untuk memperoleh pendapatan. Perbedaan dalam pekerjaan memiliki cara berfikir, cara pandang, serta persepsi konsumen dalam menilai suatu yang produk berbeda pula, karena pekerjaan didapat berdasarkan tingkat pendidikan konsumen yang diperoleh sebelumnya.

4. Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya. Jumlah pendapatan dapat mempengaruhi konsumen untuk memilih produk serta pola konsumtifnya.

Motivasi yang kemudian mendorong konsumen untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Sumarwan (2004) menyatakan Motivasi adalah adalah daya dorong yang muncul dari seorang konsumen yang akan mempengaruhi proses keputusan konsumen dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa. Motivasi ini muncul ketika adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan sesungguhnya dirasakan, sehingga kebutuhan sesungguhnya yang dirasakan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan.

Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran ini menjelaskan bahwa efektivitas komunikasi pemasaran dipengaruhi oleh karakteristik konsumen serta karakteristik komunikasi pemasaran. Karakteristik konsumen diteliti karena Efektivitas komunitasi pemasaran merupakan cara agar tujuan komunikasi pemasaran dapat tercapai. Efektifitas tandai ketika terdapat perubahan sikap pada diri konsumen dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Perubahan sikap pada konsumen disesuai dengan karakterisiknya masing masing seperti atas usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, serta motivasi. Model-model bauran komunikasi pemasaran pada sentra kuliner Bangbarung perlu diidentifikasi agar mengetahui seberapa besar pesan yang diterima konsumen dapat mempengaruhi sikap dari konsumen dalam memilih produk yang mereka butuhkan. Berikut kerangka pemikiran pada gambar. 3 berdasarkan pada uraian di atas.

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Efektivitas Komunikasi Pemasaran Sentra Kuliner Bangbarung : Mempengaruhi X1 Karakteristik Konsumen - Usia (X1.1) - Jenis Kelamin (X1.2) - Jenis Pekerjaan (X1.3) - Tingkat Pendapatan (X1.4) - Motivasi (X1.5) X2 Karakteristik Komunikasi Pemasaran - Bauran Komunikasi Pemasaran (X2.1) - Frekuensi penerimaan pesan (X2.2) - Equitas Merek (X2.3) Y : Efektifitas Komunikasi Pemasaran - Kognitif (Y1) - Afektif (Y2) - Konatif (Y3)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

“ Diduga terdapat pengaruh positif karakteristik konsumen (usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan motivasi) dan karakteristik komunikasi pemasaran (bauran komunikasi pemasaran, frekuensi penerimaan pesan, serta equitas merek) terhadap efektivitas komunikasi pemasaran dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif ”

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: Tabel 3 Definisi Operasional

Kode variable

Nama dan Definisi Variabel Subvariabel dan Operasionalisasi Kategorisasi Skor/Kode/Keterangan X1 Karakteristik konsumen adalah adalah keadaan spesifik konsumen yang berkaitan langsung dengan dirinya sendiri, terdiri dari : X1.1 : Usia X1.2 : Jenis Kelamin X1.3 : Jenis Pekerjaan X1.4 :Tingkat Pendapatan X1.5 : Motivasi X1.1 Usia, yaitu seseorang hidup, terhitung dari sejak lahir hingga hingga bulan Februari 2016 ketika menjadi responden penelitian. Data ini menggunakan skala rasio.

X1.2 Jenis Kelamin adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kartu identas. Data ini menggunakan skala nominal

X1.3 Jenis Pekerjaan adalah kegiatan utama responden untuk memperoleh pendapatan. Data ini merupakan jenis nominal, jenis pekerjaan dibagi atas :

X1.4 Tingkat Pendapatan adalah rata- rata uang (rupiah) yang didapat oleh konsumen dalalam setiap bulan . Variabel ini diukur dengan skala Rasio

X1.5 Motivasi adalah dorongan seseorang untuk berkunjung atau melakukan sebuah pembelian di Sentra Kuliner Bangbarung, Bogor. Diukur dalam skala interval. X1.1: Remaja Lanjut : 16 – 18 tahun Dewasa : 19 - 35 tahun Tua 36 – 60 Tahun X1.2 - Laki – Laki - Perempuan X1.3 - Tidak bekerja (Pelajar dan Ibu rumah tangga ) - PNS (Guru dan non PNS) - Pegawai swasta & wiraswasta X1.4 - Rendah - Sedang - Tinggi X1.5 - Rendah - Sedang - Tinggi Kode 1 Kode 2 Kode 3 Kode 1 Kode 2 Kode 1 Kode 2 Kode 3 Rp 350.000,00 – Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.001,00 – Rp 4.000.000,00 Rp 4.000.001,00 – Rp 6.000.000,00 7 - 9 10 - 12 13 - 14

Kode variable

Nama dan Definisi Variabel Subvariabel dan Operasionalisasi Kategorisasi Skor/Kode/Keterangan X2 Karakteristik komunikasi pemasaran X2.1 Bauran Komunikasi pemasaran X2.2 Frekuensi penerimaan pesan X2.3. Ekuitas Merek X2.1 Bauran komunikasi pemasaran adalah media yang digunakan produsen dalam membujuk dan mengingatkan konsumen mengenai informasi sentra kuliner Bangbarung. Diukur dalam skala ordinal

X2.2 Frekuensi penerimaan pesan adalah banyak atau seringnya responden dalam menerima informasi mengenai Sentra Kuliner Bnagbarung, Bogor dalam 1bulan terakhir. Diukur dalam skala interval.

X2.3 Ekuitas Merek adalah kualitas merek didefinisikan sebagai penilaian subjektif dari konsumen mengenai unggulan dan manfaat yang dirasakan suatu produk Dibagi atas X2.3.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness) X2.3.2 Asosiasi Merek (Brand Association X2.1 WOM Media Cetak Media Luar Ruang Media Elektronik Media Internet X2.2 - Rendah -Sedang -Tinggi X2.3.1 - Rendah -Sedang -Tinggi X2.3.2 - Rendah -Sedang -Tinggi Kode 1 Kode 2 Kode 3 Kode 4 Kode 5 0-5 kali 6-10 kali >11 kali 6 - 7 8 - 10 11-12 6 - 7 8 - 10 11-12

Kode variable

Nama dan Definisi Variabel Subvariabel dan Operasionalisasi Kategorisasi Skor/Kode/Keterangan Y Efektifitas Komunikasi Pemasaran keberhasilan komunikasi pemasaran Shafa Kebab dalam menyampaikan pesan sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat ditandai oleh perubahan sikap konsumen, dari : Y1 Aspek Afektif Y2 Aspek Konatif Y3 Aspek Kognitif Untuk aspeak kognitif digunakan pertanyaan terbuka. Untuk aspek afektf dan konatif digunakan pertanyaan tertutup dengan indikator pengukuran skala Likert dibagi menjadi (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Setuju, dab (4) Sangat Setuju X2.3.3 Kesan Kualitas (Perceived Quality) X2.3.4 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty) Y1 Aspek kognitif adalah tingkat pengetahuan dan persepsi konsumen mengenai Sentra Kuliner Bangbarung. Diukur dengan skala interval.

Y2 Aspek afektif adalah respon dari konsumen yang berkenanan dengan emosi, keinginan, dan rasa suka atau tidak suka terhadap kuliner Sentra Kuliner Bangbarung. Diukur dengan skala interval.

Y3 Aspek konatif adalah tindakan konsumen untuk melakukan pembelian kuliner dari Sentra Kuliner Bangbarung. Diukur dengan skala interval X2.3.3 - Rendah -Sedang -Tinggi X2.3.4 - Rendah -Sedang -Tinggi Y1 Kategori aspek kognitif digolongkan menjadi : - Rendah -Sedang -Tinggi Y2 Kategori aspek afektif digolongkan menjadi : - Rendah -Sedang -Tinggi Y3 Kategori aspek konatif digolongkan menjadi : - Rendah -Sedang -Tinggi 6 - 7 8 - 10 11-12 6 - 7 8 - 10 11-12 5 – 8 9 - 12 13 – 15 4 – 9 10 – 15 16 – 20 4 – 9 10 – 15 16 – 20

Dokumen terkait