• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Pendeteksian Kerugian Daerah

Stabilitas penyelenggaraan program pemerintah dan pembangunan berkelanjutan dalam iklim ekonomi yang kondusif menjadi dambaan bagi semua masyarakat. Adanya tindakan kecurangan yang membawa pada kerugian yang ditimbulkan bagi daerah/negara membawa implikasi yang cukup besar bagi tercapainya tujuan pembangunan. Sebagai bentuk perlawan terhadap hukum adanya tindakan yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi daerah harus ditindak menurut prosedur aturan yang berlaku.

Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Untuk mendeteksi adanya temuan kerugian daerah diperlukan institusi yang berisikan para profesional dengan kualitas kerja yang baik. Kualitas kerja

26 tersebut dapat meningkat seiring dengan pengalaman, pengetahuan, dan sikap skeptis yang dimiliki para auditor tersebut.

1. Pengertian Kerugian Negara

Berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 belum dijelaskan secara jelas mengenai kerugian negara. Pada penjelasan pasal 32 hanya dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara/daerah adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Namun mengenai instansi yang ditunjuk tersebut belum dijelaskan secara lebih lanjut. Dengan mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku maka sekurang-kurangnya ada tiga instansi yang dimaksud yakni, BPK, BPKP, dan Inspektorat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Berdasarkan undang-undang tersebut, kerugian keuangan negara dapat disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang, kesempatan, dan sarana yang ada pada seseorang dikarenakan jabatan atau kedudukannya saat ini menjadikan ia memperkaya diri sendiri atau orang lain. Berdasarkan rumusan keuangan negara sebagaimana yang dimaksud dalam UU Nomor 31/1999, maka kerugian negara dapat berbentuk:

a. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang, barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.

27 b. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari

yang seharusnya menurut kriteria yang berlaku.

c. Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima (termasuk diantaranya penerimaan dengan uang palsu dan barang fiktif).

d. Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari yang seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak sesuai).

e. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada. f. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah lebih besar dari yang

seharusnya.

g. Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima menurut aturan yang berlaku.

h. Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya diterima.

2. Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara

Beberapa hal yang dapat merugikan negara dapat ditinjau dari beberapa hal, yakni pelaku, sebab, waktu, dan cara penyelesaian.

a. Ditinjau berdasarkan pelaku antara lain:

1) Perbuatan bendaharawan yang dapat menimbulkan kekurangan perbendaharaan, disebabkan adanya pembayaran, pemberian atau pengeluaran kepada pihak yang tidak berhak, pertanggungjawaban/laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan,

28 penggelapan, tindak pidana korupsi, dan kecurian dikarenakan kelalaian.

2) Pegawai negeri non bendaharawan, dapat merugikan keuangan negara dengan cara antara lain pencurian atau penggelapan, penipuan, tindak pidana korupsi, dan menaikkan harga atau merubah mutu barang.

3) Pihak ketiga dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara dengan cara menaikkan harga atas dasar kerjasama dengan pejabat yang berwenang, dan tidak menepati perjanjian (wanprestasi). b. Ditinjau berdasarkan sebabnya antara lain:

1) Perbuatan manusia, yakni perbuatan yang disengaja seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, perbuatan yang tidak disengaja, karena kelalaian, kealpaan, kesibukan atau ketidakmampuan, serta pengawasan terhadap penggunaan keuangan negara yang belum memadai.

2) Kejadian alam terkait bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran . Serta beberapa proses alamiah seperti membusuk, menguap, mencair, menyusut, dan mengurai. 3) Peraturan perundangan dan atau situasi moneter/perekonomian,

yakni kerugian keuangan negara dikarenakan adanya pengguntingan uang (sanering), gejolak moneter yang mengakibatkan turunnya nilai uang sehingga dapat menaikkan kewajiban negara dan sebagainya.

29 c. Ditinjau berdasarkan waktunya

Tinjauan berdasarkan waktu disini dimaksudkan untuk menentukan apakah suatu kerugian negara masih dapat dilakukan penuntunnya atau tidak, baik terhadap bendaharawan, pegawai negeri non bendaharawan, atau pihak ketiga. Menurut pasal 66 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan:

1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.

2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.

30 Terkait tuntutan ganti rugi yang perlu diperhatikan ketentutan kadaluwarsa, sebagaimana diatur dalam pasal 65 Undang-Undang Nomr 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada bagian tersebut dijelaskan bahwa kewajiban bendahara, pegawai bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi. Menjadi kadaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangutan.

d. Ditinjau berdasarkan cara penyelesaiannya 1) Tuntutan Pidana/Pidana khusus (korupsi) 2) Tuntutan Perdata

3) Tuntutan Perbendaharaan (TP) 4) Tuntutan ganti rugi (TGR)

3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Aspek Akuntansi

Menurut Eric L.Kohler (1975:76) dalam buku A Dictionary for Accountants, loss adalah:

a. Any items of expenses, as an the term profit and loss.

b. Any sudden, enexpected, involuntary expense on irrecoverable cost, often reffered to as a form of nonrecurring charge an expenditure from which no present of future benefit may be expected. Examples: the underpreciated cost of building destroyed by fire and not covered by insurance damage paid in an accident suid an amount of mone stolen. c. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling

31 Jika ditinjau dari sisi akuntansi, maka kerugian diakui dalam laporan laba rugi dikarenakan adanya penurunan manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan handal. Untuk itu perlu pemahaman mengenai konsep aset dan konsep kewajiban.

a. Pengertian Aset

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan definisi aset adalah sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyedia jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan karakteristik umum aset sebagai berikut: 1) Adanya karakteristik di masa mendatang

2) Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset 3) Berkaitan dengan entitas tertentu

4) Berkaitan dengan dimensi waktu

5) Berkaitan dengan karakteristik keterukuran

Dengan demikian keuangan ditinjau dari aspek aset entitas adalah terjadinya penurunan/berkurangnya nilai aset entitas tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang

32 manfaat ekonomi masa depan memenuhi syarat atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara, maka konsep ini diterapkan dalam hal terjadi pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang, barang yang seharusnya tidak dikeluarkan), seperti adanya pengeluaran kas untuk kegiatan fiktif , penggelapan atau aset negara lainnya.

b. Pengertian Kewajiban

Konsep yang dikemukakan oleh IAI (2007) dimana dijelaskan bahwa kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul karena peristiwa masa lalu. Definisi kewajiban menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah hutang yang timbul dari peraturan masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

Berdasarkan konsep kewajiban tersebut, maka kerugian keuangan terjadi dalam hal adanya peningkatan kewajiban entitas, tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara /daerah yang seharusnya tidak ada, misalnya hutang kepada pihak ketiga berkaitan dengan pembelian fiktif kendaraan. Kerugian keuangan negara juga terjadi terkait dengan setiap adanya kewaiban negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya.

33 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kerugian keuangan negara menurut undang-undang sejalan dengan pengertian kerugian menurut akuntansi sehingga dalam menghitung kerugian keuangan negara dapat menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan dalam akuntansi dan auditing. Auditor internal harus waspada atas kemungkinan terjadinya situasi atau peristiwa yang menjadi indikasi kecurangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah. Jika ditemukan adanya indikasi kecurangan hal tersebut harus segera ditelusuri sampai kepada akar permasalahan penyebab terjadinya kecurangan tersebut. Maka dari itu penyebab atas kecurangan yang terjadi harus benar-benar mendapat perhatian bagi auditor yang melaksanakan tugas audit.

Dokumen terkait