• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti

a. Hakekat Pendidikan Agama Katolik

Hakikat PAK dijelaskan oleh Wulung (2008: 14) adalah sebagai pendidikan yang bervisi spiritual. Spiritual di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Bervisi spiritual artinya PAK secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup naradidik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup manusia. PAK di sekolah dapat memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kepedulian, kebijaksanaan dan hati nurani naradidik.

Menurut Mangunwijaya dalam Wulung (2008: 15) hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik adalah sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi iman, Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman melalui

refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. PAK menekankan proses perkembangan (dan pendewasaan) iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan cinta kasih (religiositas).

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) menjelaskan tujuan Pendidikan Agama Katolik & Budi Pekerti yaitu agar peserta didik memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Melalui pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain.

Dalam dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen Gravissimum Educationis art. 2 menjelaskan tujuan Pendidikan Kristen adalah:

Pendidikan Kristen tidak hanya bertujuan untuk pendewasaan pribadi manusia melainkan terutama hendak mencapai supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan dan makin menyadari karunia iman yang telah mereka terima.

Wulung (2008: 23) memaparkan tujuan pendidikan iman sebagai berikut:

1) Bersifat holistik.

Bersifat holistik artinya sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik.

Tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis.

Ketiganya merupakan unsur-unsur pokok dari kehidupan orang beriman yang dewasa.

2) Demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan iman atau PAK. Ada tiga alasan mengapa terwujudnya Kerajaan Allah merupakan inti dari segala tujuan PAK, yaitu seperti telah diwartakan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, bahwa terwujudnya Kerajaan Allah untuk setiap manusia dan seluruh ciptaan merupakan kehendak Allah sendiri, Kerajaan Allah adalah inti dari segala pewartaan dan tindakan Yesus Kristus, Kerajaan Allah menjadi inti Injil dan sekaligus inti hidup orang katolik.

3) Demi kedewasaan iman.

Iman Kristiani mencakup tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting), dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will). Pendidikan iman di sekolah, sebagai proses pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang dan integratif.

c. Konteks Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab utama dan pertama orang tua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak.

Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan di mana anak mulai mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai dalam keluarga

perlu dikembangkan lebih lanjut dalam kebersamaan dengan jemaat (Gereja), dengan bantuan pastor, katekis dan guru agama.

Negara juga mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan iman secara formal di sekolah yaitu melalui mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (Kemendikbud, 2016: 1).

Menurut Wulung, (2008: 38) lingkungan hidup naradidik di tengah keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah sebagai elemen-elemen konteks PAK dapat menjadi “guru” yang baik. Konteks PAK perlu dipahami dalam kaitannya dengan pendekatan yang bersifat kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

d. Model-Model Pendidikan Agama Katolik

Wulung (2008: 49) menjelaskan tiga model pendidikan iman yang dipandang dapat memberikan wawasan konseptual model-model pendidikan iman yang digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di tengah-tengah jemaat paroki. Tiga model tersebut yaitu:

1) Model Transmisi/Transfer

Model ini bersifat sangat instruktif dan preskriptif. Pendidik menyampaikan materi (informasi) secara instruksional kepada para peserta didik. Secara singkat model ini berpusat pada pendidik yang mentransfer seluruh pengetahuannya pada peserta didik dengan

menerapkan relasi guru dengan murid. Peserta diharapkan mampu menghafal dan dari hafalan berkembang menjadi pemahaman dan keyakinan yang akhirnya diterapkan. Proses model ini bersifat satu arah, dari atas ke bawah, dari guru kepada para murid.

2) Model yang Berpusat pada Hidup Peserta

Model ini menegaskan bahwa pengalaman konkret peserta harus menjadi pusat dari proses penyelenggaraan pendidikan iman. Suasana lebih dipentingkan daripada penyampaian isi atau materi. Model ini lebih menekankan pada pengalaman peserta didik.

3) Model Praksis

Pada model ini peserta didik memahami, mengaitkan pokok yang satu dengan yang lain dan hendak masuk ke dalam inti ilmu itu sendiri. Dengan cara ini peserta didik dapat memperkembangkan dirinya sendiri secara bebas sesuai kemampuan, minat dan tujuan hidupnya. Tujuan praksis tidak lain adalah memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah hidup manusia.

e. Media dan Pendidikan Agama Katolik

Anjuran apostolik Gereja di Asia art. 48 menjelaskan bahwa dalam era gobalisasi media komunikasi sosial telah menjadi begitu relevan seperti bagi sekian banyak orang media yang sungguh penting untuk informasi dan pendidikan, untuk bimbingan dan inspirasi, dalam perilaku mereka sebagai perorangan, keluarga dan dalam masyarakart

pada umunya, khususnya saat ini generasi muda sedang berkembang di dunia yang dikondisikan oleh media massa. Dalam dokumen Konsili Vatikan II Inter Mirifica art 3 Gereja memiliki hak untuk menggunakan dan memiliki semua jenis media sejauh diperlukan atau berguna bagi pendidikan Kristen. Dalam dokumen tersebut, Gereja mendukung penggunaan segala jenis media untuk pendidikan Kristen.

Dokumen Konsili Vatikan II Gravissimum Educationis art 8 menjelaskan bahwa sekolah katolik harus membuka diri bagi kemajuan dunia modern, mendidik para siswanya untuk dengan tepat guna mengembangkan kesejahteraan masyarakat di dunia. Saat ini pembelajaran Agama Katolik semakin lama semakin maju seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Tarihoran, 2017: 82).

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka strategi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah perlu disesuiakan dengan kemajuan IPTEK. Menurut Tarihoran (2017: 84), metode pembelajaran Agama Katolik yang selaras dengan kemajuan teknologi adalah metode pembelajaran yang ditunjang oleh media pembelajaran modern dengan bantuan perangkat keras dan perangkat lunak yang relevan.

Menjawab tantangan kaum muda dan generasi jaman now, kiranya penggunaan audio visual sebagai media dalam pewartaan iman sudah tidak dapat disangkal lagi (Prasetijo, 2018: 23). Media audiovisual dapat diartikan sebagai media komunikasi atau lebih tepat sebagai bahasa

yang bercirikan gambar, suara dan tulisan yang terpadu secara harmonis (Sari & Wilhelmus. 2017: 63). Menurut Sari & Wilhelmus, Media Audiovisual dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) berarti alat atau sarana media audiovisual yang dipakai untuk mengkomunikasikan pengalaman akan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan menghadirkan Allah dan pesan-pesan-Nya kepada umat beriman (Mahuze, 2017:42).

Upaya untuk mewartakan Kristus di jaman sekarang hendaknya diperkaya dengan sarana-sarana media yang menjawab kebutuhan zaman (Prasetijo, 2018: 23). Inovasi pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik saat ini dapat diupayakan dengan mengabungkan media-media audiovisual dalam proses pembelajaran. Pada masa sekarang ini media komunikasi yang dapat dimanfaatkan selain video dan audio adalah smartphone dan aplikasi-aplikasinya. Untuk itu media pembelajaran berbasis aplikasi Android kiranya relevan jika digunakan dalam proses pembelajaran saat ini.

Dokumen terkait