• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN: bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif.

BAB II KAJIAN TEORI: bab ini berisi landasan teori yang mendasari penelitian. Bab ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama membahas mengenai analisis peserta didik, media pembelajaran, Android, dan Pendidikan Agama Katolik. Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis teliti.

BAB III METODE PENELITIAN: bab ini terdiri dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengembangan instrumen dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi penelitian, analisis kebutuhan penelitian dan hasil analisis dari peserta didik.

BAB V PENUTUP: bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan yang didukung data hasil penelitian serta saran guna pengembangan media pembelajaran berbasis aplikasi Android.

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Analisis Kebutuhan Peserta Didik a. Definisi Peserta Didik

Peserta didik merupakan individu yang memiliki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik fisik maupun psikis, dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat di mana pun ia berada (Hosnan, 2016: 42). Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Agustina (2014: 13) peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diolah dalam proses pendidikan sehingga mampu menciptakan manusia yang berkualitas yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendapat lain disampaikan oleh Hurlock dalam Agustina (2014: 14) bahwa peserta didik adalah makhluk individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Nyamat&Restiana(2018) Analisis kebutuhan peserta didik adalah kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan untuk meneliti dan menemukan hal-hal yang diperlukan peserta didik untuk dapat membantu tercapainya tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai definisi peserta didik di atas, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik adalah individu yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan sehingga dapat menjadi manusia yang berkualitas.

b. Karakteristik Peserta Didik

Karakteristik peserta didik merupakan totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosial, sehingga menentukan pola aktivitas dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita (Agustina, 2014: 20).

Sedangkan menurut Hosnan (2016: 58) karakteristik peserta didik merupakan seluruh kondisi/keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu keadaan siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Capra dalam Agustina (2014: 20) ada 4 hal dominan dari karakteristik siswa yaitu:

1) Kemampuan dasar misalnya kemampuan kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotor.

2) Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dll.

3) Perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dll.

4) Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan, dll.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpukan bahwa karakteristik peserta didik adalah perilaku atau watak pribadi mereka yang

ditimbulkan dari pengalaman-pengalaman serta interaksi dalam hidup sehari-hari dan berpengaruh terhadap keefektifan proses belajar.

c. Gaya Belajar Peserta Didik

Menurut Widayanti (2013: 8), gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengolah, mengingat dan menerapkan informasi dengan mudah. Dengan mengetahui gaya belajar, Guru dapat membantu peserta didik belajar sesuai gaya belajar yang dimiliki peserta didik sehingga prestasi belajar peserta didik dapat tumbuh melalui yang sesuai dengan gaya belajarnya.

Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

Mereka memiliki kecepatan yang berbeda dalam memproses informasi.

Karakteristik peserta didik ini dijelaskan oleh Widayanti (2013: 10):

1. Visual

a. Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahui dan memahami

b. Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna

c. Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik d. Memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung

e. Terlalu reaktif terhadap suara f. Sulit mengikuti anjuran secara lisan

g. Seringkali salah mengintepretasikan kata atau ucapan 2. Auditorial

a. Semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran

b. Memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung

c. Memiliki kesulitan menulis ataupun membaca 3. Kinestetik

a. Belajar dengan melakukan tindakan b. Banyak bergerak

c. Menunjuk tulisan saat membaca

d. Cenderung asosiasi dengan pengelaman sendiri e. Mudah terganggu oleh emosi sendiri

Dalam Pendampingan Pengembangan Kepribadian dan Metode Belajar (2016: 58) dijelaskan ciri-ciri gaya belajar adalah:

1) Visual (Visual learner)

a. Duduk di barisan depan supaya bisa melihat guru dengan jelas b. Membuat gambar/sketsa dari pokok bahasan yang diajarkan

c. Menulis tugas-tugas yang perlu dikerjakan maupun yang sudah selesai dikerjakan

d. Menuliskan catatan di sticky notes yang berwarna-warni agar mudah mengingat dan menempelkan di ruangan

e. Lebih mudah belajar di meja yang bersih dan rapi

f. Menulis kata-kata motivasi dan menempelkan di tempat yang bisa dilihat g. Senang membuat mind maps atau diagram untuk mempermudah belajar

2) Auditori (Auditory learner)

a. Merekam pembelajaran dan mendengarkannya setelah selesai pembelajaran

b. Membaca buku dan catatan dengan keras selama belajar c. Membaca dalam hati/kepala tanpa membuat suara d. Belajar dengan teman atau dalam kelompok

e. Sebelum mengumpulkan tugas, peserta didik membaca kembali dengan keras-keras

3) Kinestetik (Kinesthetic learner)

a. Duduk di tempat di mana bisa berpartisipasi dengan aktif dalam kegiatan dalam kelas atau diskusi

b. Mencatat dengan kreatif, misalnya menggambar sesuatu yang berkaitan dengan materi

c. Berdialog dengan diri sendiri, bertanya dan menjawab pertanyaan sebelum, saat dan setelah proses pembelajaran

d. Berjalan dan bergerak selama belajar

e. Menggambar mind maps atau menulis ulang catatan yang sudah dibuat f. Menjadikan kenyamanan fisik sebagai prioritas selama belajar

g. Membuat kartu catatn kecil dan membuat sampel tes atau ujian sebagai review.

2. Generasi Z

a. Pengertian Generasi Z

Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995-2010.

(Wibawanto, 2014) .Generasi Z sering disebut generasi internet. Generasi Z lahir saat teknologi sudah tersedia (Rastati, 2018: 63). Sejak kecil generasi ini sudah dikenalkan dengan teknologi-teknologi seperti smartphone. Generasi ini lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia maya. Dengan kecanggihan fasilitas-fasilitas teknologi yang ada ini membuat generasi Z menganggap bahwa semakin mereka memiliki teknologi canggih maka semakin mudah juga hidup mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa generasi Z adalah mereka yang lahir antara rentan tahun 1995-2010.

Generasi yang sejak lahir sudah terbiasa dengan teknologi-teknologi canggih yang bermunculan. Dengan teknologi-teknologi tersebut, generasi Z sangat dimudahkan dalam melakukan aktivitas keseharian mereka.

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama. Jika dilihat dari teori di atas maka peserta didik tingkat SMP termasuk dalam generasi Z. Generasi Z yang lahir dan dibesarkan di era digital tentu membuat mereka menjadi sangat akrab dengan teknologi. Dalam hal belajar generasi Z menyukai hal-hal yang bersifat menyenangkan. Mereka cenderung akan bosan jika belajar menggunakan model satu arah, maka dalam hal ini inovasi dalam mengajar mutlak diperlukan. Mereka harus diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapat. Generasi Z dengan karakternya yang sangat menggemari teknologi menuntut seorang guru untuk memahami teknologi pula. Hal ini juga dapat menjadi salah satu ide inovatif bagi seorang guru untuk menciptakan media pembelajaran yang melibatkan teknologi.

b. Karakteristik Generasi Z

Karakteristik generasi Z menurut Rastati (2018: 63-64) adalah:

1) Menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas dan toleran pada perbedaan budaya,

2) Generasi yang berpikir global, menggunakan media sosial untuk berhubungan dengan orang di seluruh dunia,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Bina Nusantara tahun 2018, karakteristik generasi Z yaitu:

1) Menyukai kegiatan sosial

2) Lebih menyukai pekerjaan di perusahaan start up 3) Multi tasking

4) Sangat menyukai teknologi dan ahli mengoperasikan teknologi 5) Pintar dan mudah menangkap informasi secara cepat

6) Generasi yang kreatif

Menurut Mukhlis (2015:5) karakteristik dari generasi z yang menjadikannya sebagai nilai plus dari generasi Z yaitu:

1) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam hal teknologi 2) Multitasking

3) Memiliki kepedulian yang tinggi dalam hal lingkungan dan politik

Generasi Z yang sejak lahir sudah berdampingan dengan kecanggihan teknologi ini membuat generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Berdasarkan pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik generasi Z adalah generasi yang sangat menyukai teknologi dan dengan teknologi tersebut mereka dapat menjalin komunikasi dengan semua orang seluruh dunia.

Generasi Z adalah generasi yang lebih cerdas dengan memanfaatkan teknologi. Mereka dapat dengan mudah mendapatkan informasi serta pengetahuan secara cepat.

c. Kelemahan Generasi Z

Generasi Z lahir saat kecanggihan teknologi sudah ada, hal ini membuat generasi Z memiliki beberapa kelemahan dalam hidup sosial mereka. Menurut Rastati (2018: 64-65) kelemahan generasi Z adalah sebagai berikut:

1) Lebih menyukai budaya instan

2) Kurang peka terhadap esensi privat karena secara konstan mengunggah kehidupan pribadi di media sosial

3) Rentan terhadap kejahatan cyber, karena suka menggunggah foto, video, pesan yang dapat dilihat oleh berbagai pihak

Kelemahan generasi Z menurut Muklis (2015: 6) yaitu:

1) Memiliki sifat yang tidak sabar

2) Cenderung ingin menyelesaikan masalah dengan cara-cara instan 3) Generasi yang menyukai media sosial dan game online

Dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh generasi Z ini, maka dibutuhkan peran penting baik bagi orang tua maupun guru. Internet telah sedikit banyak membentuk pola pikir mereka, oleh karena itu mereka perlu diarahkan dan didampingi dalam penggunaan internet atau teknologi digital lainnya. Orang tua dan guru perlu memahami dan mengenali karakteristik remaja generasi Z. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, remaja generasi Z juga perlu dibekali pengetahuan tentang baik buruknya teknologi sehingga mereka memahami hal-hal apa yang perlu dan tidak perlu mereka akses. Dengan begitu mereka dapat memanfaatkan teknologi dengan hal-hal positif dan mendukung kegiatan belajar mereka.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Hamidjojo dalam Asyad (2007: 4) media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran (Sanaky, 2015: 4). Sejalan dengan pandangan Sanaky, menurut Sanjaya (2014: 61) media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan ketrampilan

pada setiap orang yang memanfaatkannya. Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2014: 58) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.

Dari pandangan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu pendidikan yang digunakan dalam proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga memudahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran menurut Sanaky (2015: 5) adalah untuk:

1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran,

3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Tujuan media pembelajaran adalah untuk mempermudah dan mendukung proses pembelajaran. Dengan digunakannya media pembelajaran bertujuan agar peserta didik dapat lebih berkonsentrasi dan membantu guru untuk menyampaikan materi yang sulit dipahami oleh peserta didik.

c. Manfaat media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran membantu terciptanya kegiatan belajar mengajar yang lebih terarah, interaktif, dan

menarik sehingga peserta didik dapat lebih mudah memahami materi.

Menurut Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2007: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran,

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran,

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Manfaat media pembelajaran menurut Sanjaya (2014: 70) adalah untuk:

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.

Peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian disimpan dan digunakan untuk media pembelajaran.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami.

3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

d. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai fungsi penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu membangun suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Fungsi media pembelajaran untuk merangsang pembelajaran menurut Sanaky (2015: 7) :

1) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka, 2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,

3) Membuat konsep abstrak ke konsep konkret, 4) Memberi kesamaan persepsi,

5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak, 6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan

7) Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

McKown dalam Miftah (2013: 100), menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran yaitu:

1) Mengubah titik berat pendidikan formal, artinya dengan media pembelajaran yang tadinya abstrak menjadi konkret, pembelajaran teoritis menjadi fungsional praktis,

2) Membangkitkan motivasi belajar,

3) Memberikan kejelasan, agar pengetahuan dan pengalaman pembelajaran dapat lebih jelas dan mudah dimengerti,

4) Memberikan stimulus belajar, terutama rasa ingin tahu peserta didik,

e. Pemilihan Media dalam Pembelajaran

Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan oleh Sanjaya (2014: 75) sebagai berikut:

1) Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa, bukan dipandang dari sudut kepentingan guru.

2) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

3) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.

Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan.

Media yang digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran.

4) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian pula sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual.

5) Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat murah belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunaannya.

6) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media-media mutakhir seperti komputer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.

Berdasarkan prinsip pemilihan media pembelajaran yang sudah dijelaskan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan untuk pembelajaran juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan serta kondisi perserta didik.

Dalam pemilihan media pembelajaran guru perlu memperhatikan kemampuanya dalam mengoperasikan media yang akan digunakan, serta

memperhatikan efektivitas dan efisiensi media pembelajaran karena pada dasarnya media pembelajaran merupakan alat bantu untuk memudahkan peserta didik mencapai suatu tujuan pembelajaran. Media pembelajaran akan dapat dirasakan secara optimal apabila guru mampu memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan materi atau tema-tema pembelajaran.

4. Android

a. Pengertian Android

Dalam bahasa Inggris istilah Android berarti “Robot yang menyerupai manusia”, hal tersebut dapat terlihat jelas pada icon Android yang menggambarkan sebuah robot berwarna hijau yang memiliki sepasang tangan dan kaki (Firly, 2018: 2). Android adalah sistem operasi yang berbasis linux yang khusus diperuntukkan untuk perangkat telepon seluler dengan fitur layar sentuh (touchscreen), seperti smartphone dan tablet (Madcoms (2018: 1). Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hansun, dkk (2018: 1) yang mengatakan bahwa Android merupakan sistem operasi Mobile yang berbasis pada sistem operasi Linux. Android menyediakan pengembangan aplikasi secara menyeluruh dan dapat digunakan melalui smartphone, smartwatch, tablet, dan perangkat lainnya.

b. Fungsi Android

Menurut (Firly, 2018: 2) fungsi android adalah sebagai penghubung (device) antara pengguna dan perangkat keras pada smartphone atau alat elektronik tertentu, sehingga memungkinkan

pengguna dapat berintraksi dengan device dan menjalankan berbagai macam aplikasi mobile.

c. Aplikasi Android untuk Pembelajaran

Seiring dengan kemajuan teknologi ilmu pendidikan yang berkembang, saat ini sudah ada beberapa aplikasi yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran. Aplikasi media pembelajaran tersebut dapat dengan mudah diunduh dan digunakan pada smartphone atau gadget yang berbasis Android. Aplikasi biasanya dapat dengan mudah diunduh pada play store.

Penggunaan media pembelajaran berbasis aplikasi dapat menjadi salah satu terobosan yang baik dalam dunia pendidikan. Penggunaan aplikasi tersebut membuat media pembelajaran menjadi lebih menarik dan inovatif. Peserta didik dapat dengan mudah mengakses materi-materi pelajaran yang mereka butuhkan tanpa terbatas pada ruang dan waktu.

Untuk dapat membuat aplikasi yang menarik maka aplikasi harus berangkat dari peserta didik itu sendiri. Dengan mencari informasi mengenai kebutuhan, minat dan kondisi peserta didik maka dapat diciptakan aplikasi media pembelajaran yang sungguh sesuai dengan kebutuhan peserta didik, karena sesungguhnya pembuatan aplikasi media pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar.

Menurut Indra (2013: 6), aplikasi pembelajaran merupakan:

program yang berfungsi sebagai alat, bahan atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar

proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat dan berdayaguna.

Rumusan di atas menegaskan bahwa aplikasi pembelajaran memiliki manfaat besar untuk mempermudah siswa dalam memahami dan mempelajari materi pelajaran. Dengan adanya media pembelajaran berbasis aplikasi Android diharapkan dapat memunculkan inovasi baru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak lagi hanya di dalam ruang kelas dengan proses pembelajaran satu arah tetapi dengan adanya media pembelajaran berbasis aplikasi maka proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja. Guru dapat dengan mudah memberikan tugas maupun melakukan pembelajaran secara online.

5. Pendidikan Agama Katolik

a. Hakekat Pendidikan Agama Katolik

Hakikat PAK dijelaskan oleh Wulung (2008: 14) adalah sebagai pendidikan yang bervisi spiritual. Spiritual di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Bervisi spiritual artinya PAK secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup naradidik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup manusia. PAK di sekolah dapat memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kepedulian, kebijaksanaan dan hati nurani naradidik.

Menurut Mangunwijaya dalam Wulung (2008: 15) hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik adalah sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi iman, Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman melalui

refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. PAK menekankan proses perkembangan (dan pendewasaan) iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan cinta kasih (religiositas).

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) menjelaskan tujuan Pendidikan Agama Katolik & Budi Pekerti yaitu agar peserta didik memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Melalui pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain.

Dalam dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen Gravissimum Educationis art. 2 menjelaskan tujuan Pendidikan Kristen adalah:

Pendidikan Kristen tidak hanya bertujuan untuk pendewasaan pribadi manusia melainkan terutama hendak mencapai supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan dan makin menyadari karunia iman yang telah mereka terima.

Wulung (2008: 23) memaparkan tujuan pendidikan iman sebagai berikut:

1) Bersifat holistik.

Bersifat holistik artinya sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik.

Tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis.

Ketiganya merupakan unsur-unsur pokok dari kehidupan orang beriman yang dewasa.

2) Demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan iman atau PAK. Ada tiga alasan mengapa terwujudnya Kerajaan Allah merupakan inti dari segala tujuan PAK, yaitu seperti telah diwartakan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, bahwa

Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh kegiatan pendidikan iman atau PAK. Ada tiga alasan mengapa terwujudnya Kerajaan Allah merupakan inti dari segala tujuan PAK, yaitu seperti telah diwartakan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, bahwa

Dokumen terkait