• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendidikan

 

Mikarsa (2009: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Munib (2009: 28) menyatakan pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta sikapnya, dan keterampilannya. Tardif (1987) dalam Syah (2004: 10) menyatakan pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman hidup. Loed (1989) dalam Syah (2004: 10) menyatakan pendidikan merupakan perbuatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan. Tilaar (1999) dalam Mikarsa (2009: 1.4) menyatakan pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu, pembelajaran dilakukan untuk membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada orang yang lebih muda agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

2.2.2 Hakikat Pembelajaran

Briggs (1992) dalam Rifa’i (2009: 191) menyatakan pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Hamdani (2011:23) menyatakan aliran behavioristik mendeskripsikan

18

   

   

pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Sedangkan Gagne (1981) dalam Rifa’i (2009: 192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Proses pembelajaran menurut Rifa’i (2009: 193) merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lainnya. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran. Namun demikian, apapun media yang digunakan dalam pembelajaran, inti pembelajaran ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa belajar mengajar yang di dalamnya terjadi interaksi antara siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa secara aktif baik secara verbal maupun nonverbal. Proses interaksi yang berlangsung itu ditandai dengan adanya komunikasi aktif baik secara verbal atau nonverbal yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pembelajaran dapat berlangsung jika terdapat komponen-komponen pembelajaran, yaitu siswa, guru, rencana pembelajaran, dan tujuan pembelajaran 2.2.3 Hasil Belajar Siswa

Rifa’i (2009: 85) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka

 

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Suprijono (2009: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Artinya, hasil belajar tidak dilihat secara terpisah melainkan secara keseluruhan dari beberapa aspek. Menurut Bloom dalam Rifa’i (2009: 86) menyatakan hasil belajar siswa mencakup tiga ranah belajar yaitu:

(1) Ranah Kognitif: berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif sendiri mencakup kategori: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensif), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation), (2) Ranah Afektif: berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif dalam belajar mencakup kategori: penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex). (3) Ranah Psikomotorik: tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Ketegori jenis perilaku untuk ranah psikomotor yaitu: persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originallity).

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hasil tersebut diperoleh setelah siswa melakukan suatu aktivitas dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil yang dicapai siswa rendah.

2.2.4 Hakikat Bahasa Indonesia

Santosa (2010: 1.2) menyatakan bahasa secara universal yaitu suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia

20

   

   

dari makhluk lainnya. Ujaran manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa. Tarigan (2008: 19) menyatakan bahasa adalah suatu sistem pola-pola yang kompleks dan suatu struktur dasar. Di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan individual yang bekerja bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan lainnya. Kridalaksana (1983) dalam Tarigan (2005: 2.42) menyatakan bahasa adalah suatu sistem lambang yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Berdasarkan definisi tersebut bahasa memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) bahasa bersifat sistematik yang terdiri atas seperangkat aturan, (2) bahasa bersifat simbolik yang terdiri atas lambang-lambang yang memiliki konsep atau arti tertentu, (3) bahasa bersifat arbitrer atau manasuka, (4) bahasa bersifat konvensional, (5) bahasa merupakan sarana ekspresi diri dan interaksi sosial, (6) bahasa merupakan identitas suatu kelompok masyarakat.

Moulton (1974) dalam Adejimola (2008: 201) menyatakan definisi lain dari bahasa yaitu:

Defines language as a wonderful and rich vehicle for communication. This scholar explains that language can be used to express wishes and commands, covey truths and lies and impact on our listeners in many ways. In other words, language is seen as the most ingenious, flexible, and productive means of communicating.

Maksud pernyataan tersebut yaitu bahasa sebagai ujaran yang indah dan kaya untuk komunikasi. Moulton juga menjelaskan bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan keinginan dan perintah, kebenaran dan kebohongan dan berdampak kepada para pendengar dalam berbagai cara. Dengan kata lain bahasa dipandang sebagai cara yang paling cerdik, fleksibel dan berkomunikasi yang produktif.

 

Di dunia ini ada berbagai macam bahasa yang digunakan oleh masing- masing negara sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Bangsa Indonesia sendiri menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Muslich (2010: 48) menyatakan dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai alat pemersatu, Bahasa Indonesia berfungsi untuk mempersatukan berbagai daerah dan suku yang sebelumnya telah memiliki bahasa daerah masing-masing. Jadi setiap warga negara Indonesia selain menggunakan bahasa daerah, diharapkan juga mampu menggunakan Bahasa Indonesia secara tepat dalam kehidupan sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah suatu alat komunikasi antar manusia berupa sistem bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap). Melalui bahasa setiap manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa memiliki fungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknogi. Selain itu bahasa digunakan sebagai alat untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan, serta mempengaruhi dan dipengaruhi. Begitupun dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Di antaranya yaitu sebagai lambang kebanggan, lambang identitas nasional serta alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

Dokumen terkait