• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.2 Soal-soal Tes

   

V SD, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, soal-soal tes, lembar jawab tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penilaian.

3.5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sebelum peneliti melakukan penelitian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan silabus kelas V Semester 2 SD Negeri pesarean 01 pada materi unsur cerita yang kemudian oleh peneliti dikembangkan. Silabus kelas V semester 2 selengkapnya ada pada lampiran 5, sedangkan silabus pengembangan materi unsur cerita di kelas V Semester 2 selengkapnya ada pada lampiran 6. Ada dua macam RPP yang dibuat, yaitu RPP yang dibuat untuk kelas eksperimen menggunakan strategi catatan terbimbing dan RPP yang dibuat untuk kelas kontrol menggunakan strategi ekspositori. RPP yang digunakan untuk kelas kontrol selengkapnya terdapat pada lampiran 8 untuk pertemuan pertama dan lampiran 10 untuk pertemuan kedua. Sedangkan RPP yang digunakan untuk kelas eksperimen selengkapnya terdapat pada lampiran 7 untuk pertemuan pertama dan lampiran 9 untuk pertemuan kedua.

3.5.2 Soal-soal Tes

Sebelum soal-soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, terlebih dahulu soal tersebut diujicobakan kepada siswa selain anggota sampel siswa kelas V SD Negeri pesarean 01 Kabupaten Tegal. Soal diujicobakan kepada kelas VI di SD Negeri pesarean 01 Kabupaten Tegal. Daftar nama siswa yang mengikuti uji coba soal selengkapnya ada pada lampiran 11. Jumlah butir soal yang diperlukan dalam penelitian ini hanya 20 butir soal, namun karena soal harus dicobakan terlebih dahulu, maka dari satu kisi-kisi dibuat dua paket soal paralel.

 

Jumlah butir soal dengan dibuat dua paket soal berjumlah 40 butir soal. Kisi-kisi selengkapnya ada pada lampiran 12 dan Soal uji coba pada lampiran 13.

Sebelum soal-soal tes dijadikan alat pengumpul data hasil belajar siswa, maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba (try out) ini dilakukan dengan maksud agar diperoleh instrumen yang valid dan reliabel sehingga pada akhirnya diperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel. Langkah-langkah dalam pengujian instrumen soal uji coba dalam penelitian ini terdiri dari:

3.5.2.1Validitas

Gronlund dan Linn (1990) dalam Nasution (2008: 5.5) menyatakan alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin diukur. Dalam hal ini validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian ini, yaitu:

(1) Validitas isi adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil penalaran. Untuk pengujian validitas isi dilakukan dengan cara menilai kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Proses pengujian validitas isi oleh orang yang ahli dibidangnya yaitu Drs. HY. Poniyo, M. Pd. (pembimbing 1), Dra. Sri Sami Asih, M. Kes. (pembimbing 2), dan Hadi Waluyo, S. Pd. SD. (guru kelas V) dengan menggunakan lembar penilaian validitas isi. Lembar penilaian validitas isi selengkapnya terdapat pada lampiran 14.

(2) Validitas konstruk adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil pengalaman. Sebuah instrumen penelitian dikatakan memiliki validitas,

48

   

   

apabila sudah teruji dari pengalaman. Dengan demikian, syarat instrumen dikatakan memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui sebuah uji coba. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment. Untuk perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20.

3.5.2.2Reliabilitas

Setelah instrumen diuji validitasnya, maka selanjutnya hal yang harus dilakukan yaitu menguji reliabilitas soal. Gronlund dan Linn (1990) dalam Nasution (2008: 5.7) menyatakan reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran. Ketetapan atau reliabilitas suatu hasil pengukuran pada umumnya dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran berulang. Pengujian suatu tes bisa dilakukan terhadap objek yang sama pada waktu yang berlainan dengan selang waktu yang tidak terlalu lama dan juga terlalu singkat. Hasil pengukuran yang mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama hampir sama dengan hasil pengukuran hasil kedua. Untuk menguji realibitas digunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan taraf signifikansi 5%. Reliabilitas instrumen penelitian ini dihitung menggunakan program SPSS versi 20.

3.5.2.3 Taraf Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dilihat dari kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab soal, bukan dari kemampuan guru

 

sebagai pembuat soal (Sudjana 2009: 135). Untuk mengetahui taraf kesukaran soal digunakan rumus:

N

B

=

I

I = indeks/taraf kesukaran untuk tiap soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal

Sudjana (2009: 137) menyatakan kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut, dan sebaliknya. Kriteria

indeks kesulitan soal dapat dibaca pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran (P) Kategori Soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

3.5.2.4Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Suatu butir soal yang dapat dijawab benar oleh siswa berkemampuan tinggi maupun siswa yang berkemampuan rendah, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Suatu butir soal yang tidak dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah juga merupakan soal yang tidak baik karena tidak mempunyai daya

50

   

   

pembeda. Butir soal yang baik yaitu butir soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja. Daya pembeda butir soal untuk soal pilihan ganda dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Arikunto (2012: 228-232) mengklasifikasikan daya pembeda butir soal menjadi kriteria soal jelek, cukup, baik dan negatif. Hasil daya beda soal (D) yang diperoleh selanjutnya akan dimasukkan ke dalam klasifikasi daya pembeda soal. Soal dengan klasifikasi jelek atau bernilai negatif tidak dapat digunakan sebagai instrumen. Alasan tersebut membuat soal yang dapat digunakan mulai dari soal yang kategori cukup, soal yang berkategori baik, dan soal yang kategori baik sekali. Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Soal (D) Keterangan 0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)

 

0,41 – 0,70 Baik (good) 0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Negatif Tidak dipakai

Dokumen terkait