• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Prasayarat Instrumen

Setiap penelitian memerlukan instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat penghimpun data. Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu reliabel dan valid. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Agar data yang diperoleh benar-benar valid dan reliabel maka instrumen/alat pengumpul data juga perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Apabila instrumen sudah terbukti valid dan reliabel

56  

 

maka instrumen siap digunakan untuk mengambil data. Berikut ini akan dijelaskan uji prasyarat instrumen secara lebih rinci, yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal.

4.1.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kesahihan dari instrumen pengambil data sehingga instrumen yang digunakan dapat benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam penelitian ini yaitu soal pilihan ganda berjumlah 20 butir soal. Untuk kepentingan uji coba soal maka peneliti membuat 40 butir soal paralel untuk diujicobakan kepada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Pesarean 01 Kabupaten Tegal.

Sebelum diujicobakan, semua butir soal tersebut terlebih dahulu dinilai dan divalidasi isi oleh penilai ahli. Validitas isi dilakukan untuk mengetahui bahwa soal yang telah disusun sudah sesuai dengan silabus dan bahasa yang digunakan dalam soal sudah benar. Proses pengujian validitas isi melibatkan 3 penilai yang ahli dibidangnya, yaitu Drs. HY. Poniyo, M.Pd., Dra. Sri Sami Asih, M. Kes, dan Hadi Waluyo, S. Pd. SD. dengan menggunakan lembar penilaian validitas logis. Hasil penilaian validitas logis dapat dilihat pada lampiran 14. Setelah penilai ahli menyatakan bahwa semua butir soal sudah valid dan layak untuk diujicobakan, maka dilakukan uji coba kepada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Pesarean 01 Kabupaten Tegal sejumlah 20 siswa pada tanggal 25 Maret 2013.

Setelah soal diujicobakan kemudian peneliti melakukan analisis hasil uji coba soal untuk menghitung validitas konstruk agar diketahui butir soal mana yang valid dan mana yang tidak valid. Soal dikategorikan valid jika nilai r pearson correaltion rhitung > rtabel. Soal diujicobakan kepada 20 orang siswa (n=20) maka nilai rtabel-nya adalah 0,444. Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan SPSS versi 20 diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada tabel 4.1. Hasil perhitungan uji validitas

selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 17. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Soal

Keterangan Soal Valid Soal Tidak Valid

Nomor Soal 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 37, 38, 39, 40 3, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 30, 33, 35, 36

Jumlah 25 butir soal 15 butir soal

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat 25 butir soal valid dan 15 butir soal tidak valid. Instrumen yang dibutuhkan sebanyak 20 butir soal, sementara butir soal yang valid sebanyak 25 butir soal. Berdasarkan kisi-kisi butir soal, butir soal yang dibuat paralel memiliki kisi-kisi soal yang sama. Butir soal paralel yang valid sebanyak 9 pasang, yaitu nomor 1 dengan nomor 21, nomor 2 dengan nomor 22, nomor 4 dengan nomor 24, nomor 5 dengan nomor 25, nomor 6 dengan nomor 25, nomor 7 dengan nomor 27, nomor 8 dengan nomor 28, nomor 9 dengan nomor 29, nomor 20 dengan nomor 40. Butir soal yang tidak paralel terdapat 14 butir soal, yaitu nomor 10, 31, 32, 34, 37, 38, 39.

58  

 

Jumlah butir soal yang dibutuhkan sebanyak 20 butir soal. Jumlah butir soal sudah memenuhi jumlah butir soal yang dibutuhkan dengan menggunakan 9 butir soal paralel dan menggunakan 7 butir soal yang tidak paralel. Dua puluh butir soal tersebut disusun kembali untuk dipakai sebagai instrumen. Instrumen butir soal dan kunci jawaban selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21. Hasil penghitungan 20 butir soal yang valid ada pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Instrumen Soal yang Valid Keterangan Soal valid yang digunakan

sebagai instrumen

Soal valid yang tidak digunakan sebagai instrumen Nomor Soal

1, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 20, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 34, 37, 38, 39, 40

2, 21, 25, 31, 32

Jumlah 20 butir soal 5 butir soal

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat 25 butir soal valid. Dari 25 butir soal yang valid tersebut hanya 20 butir soal yang akan dijadikan sebagai instrumen dan 5 butir tidak dijadikan sebagai instrumen.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Setelah diuji validitasnya, soal tersebut diuji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Pengujian reliabilitas tidak dilakukan pada semua butir soal yang telah dibuat, melainkan pada soal yang sudah valid. Jadi, soal yang akan diuji reliabilitasnya ada 25 butir soal yang sebelumnya telah diuji validitasnya. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Untuk

penghitungannya secara lengkap menggunakan program SPSS versi 20. Hasil uji reliabilitas yang diperoleh setelah data dihitung menggunakan program SPSS versi 20, selengkapnya pada lampiran 18. Simpulan dari nilai Cronbach’s Alpha dari 25 butir soal sebesar 0,913 seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.913 25

Uji reliabilitas biasanya menggunakan batas tertentu untuk menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2010: 98) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Dengan melihat nilai Alpha pada kolom Cronbach’s Alpha, kita dapat menentukan reliabel tidaknya suatu instrumen. Nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan nilai 0,913 dan jika mengacu pada pendapat Sekaran berarti nilai 0,913 di atas 0,8 yang berarti baik, sehingga instrumen soal sudah terbukti reliabel.

4.1.3 Analisis Taraf Kesukaran Soal

Soal yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas, kemudian diuji taraf kesukaran untuk soal tersebut. Soal diuji taraf kesukarannya dengan tujuan supaya memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas. Soal dikatakan berkualitas baik apabila memiliki jumlah yang proporsional antara soal dengan kategori mudah, sedang, dan sukar. Selain itu, soal

60  

 

dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi siswa untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Jumlah taraf kesukaran 20 soal harus sesuai dengan persentase yang dibutuhkan. Persentase yang dibutuhkan yaitu 25% soal dengan taraf kesukaran mudah, 50% soal dengan taraf kesukaran sedang, dan 25% soal dengan taraf kesukaran sukar.

Taraf kesukaran soal dihitung dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab dengan benar dengan jumlah seluruh siswa kelas uji coba. Jika indeks kesukaran soal diperoleh untuk nomor tertentu bernilai antara 0,00 – 0,30, maka soal tersebut dapat dikatakan soal sukar, sedangkan untuk soal yang memiliki indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70, soal tersebut dikatakan soal sedang. Untuk soal yang dikatakan mudah memiliki indeks kesukaran antara 0,71 – 1,00. Hasil perhitungan taraf kesukaran 40 butir soal ada pada lampiran 19. Berikut hasil penghitungan taraf kesukaran untuk 40 soal pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal Keterangan Soal dengan indeks

kesukaran Mudah

Soal dengan indeks kesukaran Sedang

Soal dengan indeks kesukaran Sukar Nomor Soal 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 23, 25, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 38 1, 6, 7, 18, 21, 22, 24, 26, 28, 29, 34, 37 5, 20, 27, 39, 40

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa setelah melakukan perhitungan taraf kesukaran 40 butir soal yang diujicobakan, diperoleh hasil 23 butir soal yang memiliki taraf kesukaran mudah, 12 butir soal sedang, dan 5 butir soal sukar. Sesuai dengan kriteria soal yang baik untuk dijadikan sebagai instrumen yaitu soal yang sudah dinyatakan valid dan reliabel. Soal yang valid dan reliabel serta memenuhi kriteria taraf kesukaran dapat dibaca pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Analisis Indeks Kesukaran 20 Butir Soal

Keterangan

Soal dengan taraf kesukaran mudah yang valid dan

reliabel

Soal dengan taraf kesukaran sedang yang valid dan

reliabel

Soal dengan taraf kesukaran sukar

yang valid dan reliabel Nomor Soal 4, 8, 9, 10, 38 1, 6, 7, 22, 24, 26,

28, 29, 34, 37

5, 20, 27, 39, 40 Jumlah 5 butir soal 10 butir soal 5 butir soal

Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh hasil indeks kesukaran 20 butir soal di atas, menunjukkan bahwa terdapat 5 butir soal sulit, 10 butir soal sedang, dan 5 butir soal mudah. Jumlah klasifikasi indeks kesukaran soal tersebut sudah memenuhi syarat untuk persentase taraf kesukaran soal yang dibutuhkan. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan taraf kesukaran dapat dibaca pada lampiran 19.

4.1.4 Analisis Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal yang memiliki daya pembeda, bila diujikan pada siswa akan menghasilkan gambaran yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.

62  

 

Untuk menganalisis daya pembeda soal, soal diujicobakan terlebih dahulu kemudian dianalisis dan dihitung menggunakan rumus daya pembeda soal. Soal yang dianalisis merupakan soal yang sudah terbukti valid.

Daya pembeda butir soal dihitung dengan cara mengelompokkan siswa pada kelas uji coba menjadi dua kelompok. Pembagian dua kelompok tersebut dimulai dengan mengurutkan jumlah nilai tertinggi hingga jumlah nilai terendah. Setelah kelas tersebut diurutkan, kemudian urutan nilai dalam kelas uji coba tersebut dibagi ke dalam kedua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Pada kelompok atas, proporsi siswa (PA) dihitung dari membagi jumlah siswa yang menjawab benar di kelompok atas dengan jumlah semua siswa pada kelas atas, sedangkan pada kelompok bawah, proporsi siswa (PB) dihitung dari membagi jumlah siswa yang menjawab benar di kelompok bawah dengan jumlah semua siswa pada kelas bawah. Langkah berikutnya yang dilakukan yaitu mengurangkan hasil proporsi siswa pada kelas atas (PA) dengan hasil proporsi pada kelas bawah (PB), sehingga dapat dihasilkan nilai dari daya pembeda untuk tiap butir soal yang akan dijadikan instrumen penelitian.

Nilai daya pembeda diklasifikasikan sesuai dengan nilai daya pembeda (D) yang diperoleh. Nilai D= 0,00-0,20 menunjukkan nilai D jelek, nilai D= 0,21-0,40 menunjukkan nilai D cukup, nilai D= 0,41-0,70 menunjukkan nilai D baik, dan nilai D= 0,71-1,00 menunjukkan nilai D baik sekali. Untuk nilai D yang bernilai negatif sebaiknya tidak dapat dipakai. Nilai daya pembeda yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai yang berklasifikasi cukup sampai baik sekali. Hasil penghitungan daya pembeda 40 soal ada pada lampiran 20, sedangkan berikut nilai daya pembeda 20 butir soal yang dapat dibaca pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Analisis Daya Pembeda Butir Soal Keterangan Soal dengan Daya Beda Jelek Soal dengan Daya Beda Cukup Soal dengan Daya Beda Baik Soal dengan Daya Beda Negatif Nomor Soal - 1, 9, 10, 20, 27, 37, 38, 39,

Dokumen terkait