• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian tentang Pendidikan Nilai Nasionalisme dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum

yang sebelumnya. Dalam kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mempersiapakan manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tuwuh Rustantoro (www.lpmpjateng.go.id) bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pengembangan seluruh potensi manusia atau peserta didik ini diupayakan agar dapat menjadi manusia Indonesia yang berkualitas sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Adapan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar mejadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, tujuan akhir pendidikan nasional adalah

58

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang baik dan cerdas.

Kurikulum 2013 telah mengamanatkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan ketiga aspek yang ada yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga aspek tersebut telah dimuat dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam kurikulum 2013 baik pada semua jenjang sekolah yang selanjutnya diuraikan dalam Kompetensi Inti (KI). KI dalam kurikulum 2013 terdiri dari empat bagian yaitu KI sikap spiritual, KI sikap sosial, KI pengetahuan, dan KI Keterampilan. Selanjutnyaa KI ini dijabarkan pada masing-masing mata pelajaran dalam bentuk KD yang memuat semua bagian dalam KI. Sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus mencakup semua KD yang memuat keempat bagian KI (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan) agar semua aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan berkembang dalam diri pribadi siswa.

Maksud pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak sebab mempunyai tujuan yang sama. Adapaun tujuan dari pendidikan tersebut adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang dianggap baik dan mewujudkan kebaikan. Dan kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang memberikan penekanan pada pembentukan sikap. Salah satu cirinya yaitu selalu mengitergrasikan antara aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam setiap kontek pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, melalui kurikulum 2013 ini akan terbangun pendidikan nilai

59

secara otomatis. Hal tersebut dikarenakan penanaman nilai-nilai kehidupan (nilai karakter) harus selalu diintegrasikan salam setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Kaitannya antara kurikulum 2013 dengan pendidikan nilai dapat dicermati pada KI sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spritual bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sikap sosial bermaksud untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kedua aspek sikap tersebut merupakan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3. Sikap spiritual merupakan nilai karakter manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Dan sikap sosial merupakan nilai karakter manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui kurikulum 2013 inilah pemerintah berupaya membentuk manusia yang cerdas sekaligus mempunyai nilai karakter yang baik.

Kompetensi inti dalam kurikulum 2013 dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Dengan demikian, terdapat perbedaan kompetensi inti antar jenjang kelas tertentu. Perbedaan KI tersebut terdapat pada keempat KI yang ada, termasuk KI sikap sosial. Berikut ini uraian menganai KI sikap sosial untuk jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

60

Tabel 2. Kompetensi Inti Sikap Sosial di Kelas I, II, III, IV, V, dan VI SD/MI Kompetensi

Inti Deskripsi

Kelas I

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

Kelas II

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

Kelas III

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

Kelas IV

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangganya.

Kelas V

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangganya serta cinta tanah air.

Kelas VI

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangganya serta cinta tanah air.

Sumber: (Kemendikbud, tt: 36-37)

Berdasarkan pada tabel di atas dapat kita cermati bahwa terdapat perbedaan deskripsi menganai KI sikap sosial pada beberapa jenjang kelas. Untuk kelas I dan II mempunyai deskripsi KI sikap sosial yang berbeda. Pada kelas I menggunakan deskripsi dengan kata kerja “memiliki”, sedangkan untuk kelas II sudah menggunakan deskripsi dengan kata kerja “menunjukkan”. Sedangkan untuk kelas III dan IV terdapat penambahan kata “tetangganya” pada akhir kalimat dalam deskripsi Kompetensi Inti sikap sosialnya. Dan untuk kelas V dan VI juga terdapat penambahan kata lagi dari deskripsi di kelas sebelumnya, yaitu kata cinta tanah air pada akhir kalimat dalam deskripsi. Perbedaan deskripsi dalam KI aspek sosial pada jenjang kelas tersebut didasarkan pada peningkatan usia peserta didik seiring meningkat kelasnya. Dengan demikian, meningkatnya usia dan kelas peserta didik juga harus meningkat sikap sosial yang dimiliki oleh peserta didik.

61

Adapun sikap sosial yang ada dalam Kurikulum 2013 meliputi perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dan cinta tanah air.

Nilai mempunyai makna yang sama dengan karakter. Sehingga pendidikan nilai juga dapat diartikan pendidikan karakter yang merupakan kegiatan membimbing siswa supaya menyadari pentingnya nilai, kemudian nilai tersebut terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter memuat sejumlah nilai karakter yang dikembangkan di sekolah. Nilai karakter tersebut telah dicantumkan dalam Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa yang terdiri dari 18 nilai karakter (Kemendiknas, 2010: 10) yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingi tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Buku Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 memuat pengembangan sejumlah karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila antara lain karakter yang bersumber dari olah hati, karakter yang bersumber dari olah pikir, karakter yang bersumber dari olah raga, dan karakter yang bersumber pada olah rasa/karsa. Dari keempat karakter tersebut, karakter yang bersumber dari olah rasa/karsa merupakan karakter yang berkaitan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaharuan menghasilkan kepedulian dan kreativitas. Karakter tersebut terdiri dari kemanusiaan, saling menghargai, saling mengasihi, gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis, kosmopolit atau mendunia,

62

mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air atau patriotis, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja (Samani dan Hariyanto, 2016: 25).

Berdasarkan pemaparan mengenai sikap sosial dalam kurikulum 2013 dan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan maka dapat diketahui bahwa kesemua nilai tersebut adalah bentuk mencapai tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi dan membentuk manusia yang baik dan cerdas. Salah satu nilai yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah nilai nasionalisme. Hal tersebut karena nasionalisme merupakan sikap sosial yang harus dimiliki dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa. Nilai nasionalisme adalah nilai yang menempatkan kepentingan nasional dan bangsa di atas kepentingan lainnya dengan semangat kebangsaan yang tinggi atas dasar kecintaan pada bangsanya. Nilai nasionalisme ini merupakan wujud menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mempertahankan harkat dan martabat bangsa dengan berbagai sikap nasionalisme yang dijiwainya. Dari berbagai klasifikasi nilai yang telah dipaparkan di atas, yang termasuk dalam nilai nasionalisme dalam kurikulum 2013 adalah disiplin, tanggung jawab, peduli, dan cinta tanah air. D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Sarah Atikah Tsamarah yang berjudul “Pendidikan Nilai

Nasionalisme di SD Negeri 2 Wates Kulon Progo” dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan nilai nasionalisme dan kendalanya di SD Negeri 2 Wates Kulon Progo. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa metode

63

pendidikan nilai nasionalisme di sekolah tersebut dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan. Kendala yang dihadapu dalam pendidikan nilai nasionalisme yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pendidikan nilai nasionalisme, khususnya pada ekstrakurikuler membatik. Adapun relevansi dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme. Berdasarkan penelitan tersebut terlihat bahwa pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme yaitu melalui pembiasaan dan keteladanan.

2. Penelitian Joned Bangkit Wahyu Laksono yang berjudul “Kebijakan

penanaman nilai-nilai nasionalisme pada siswa di SMA Negeri 1 Ambarawa” dalam skripsi Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS UNNES. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 1 Ambarawa telah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui berbagai program yaitu pengintegrasian nilai-nilai nasionalisme ke dalam mata pelajaran, kegiatan terprogram, dan pembiasaan. Kemudian terdapat sara-saran yang diberikan yaitu sarana dan prasarana memiliki pengaruh yang sangat penting dalam menunjang proses pelaksanaan pendidikan nasionalisme melalui pembelajaran. dan guru-guru di SMA Negeri 1 Ambarawa supaya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan penanaman nilai-nilai naisonalisme kepada siswa. Adapun relevansi dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang cara pelaksanaan penanaman nilai nasionalimse dengan pengintegrasian nilai-nilai nasionalisme ke dalam mata pelajaran, kegiatan terprogram, dan pembiasaan. Berdasarkan

64

penelitian tersebut terlihat bahwa pelaksanaan pendidikan nilia nasionalisme dilakukan dengan pengintegrasian ke dalam mata pelajaran, kegiatan terprogram, dan pembiasaan.

3. Penelitian Gita Enggarwati yang berjudul “Penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sumampir” dalam skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara guru untuk menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS antara lain dengan pembiasaan, keteladanan, pemberian contoh yang kontekstual, pembelajaran melalui cerita dan media, seperti gambar pahlawan dan lagu nasional. hal yang paling efektif dilakukan oleh guru diantara cara tersebut adalah pembiasaan dan keteladanan karena dapat dilakukan oleh guru setiap hari. Perwujudan sikap nasionalisme siswa antara lain rela berkorban, cinta tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan, patuh terhadap peraturan, disiplin, berani, jujur, serta bekerja keras. Adapun relevansi dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang nilai nasionalisme dan cara pelaksanaannya. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa perwujudan sikap nasionlisme dan cara pelaksanaan guru untuk menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran.

4. Penelitian Nurul Rahmawati yang berjudul “Upaya guru pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai karakter nasionalisme di SMK Negeri Kabupaten Bantul” dalam skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif dengan strategi fenomenologi. Tempat penelitian ini

65

dilaksanakan di sekolah yang menjalankan kurikulum 2013 di wilayah kabupaten Bantul berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut diantaranya ialah SMK N 1 Bantul dan SMK N 1 Sedayu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai karakter nasionalisme pada peserta didik di SMK Negeri Kabupetan Bantul dilakukan melalui pembelajaran, pembiasaan, dan kegiatan terprogram. Relevansi dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu sekolah dengan kurikulum 2013 yang menjadi tempat penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pendidikan nilai nasionalisme di salah satu sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013 sejak tahun 2014 di kecamatan Galur Kulon Progo.

5. Penelitian Fajar Kawentar yang berjudul “Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di SD Negeri II Klaten” dalam skripsi Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar FIP UNY. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa SD Negeri II Klaten telah melakukan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran. Adapun contoh dari pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran adalah seperti guru dan siswa selalu menyanyikan lagu indonesia raya sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengumandangkan salam ABITA, dan guru juga selalu menyelipkan nilai nasionalisme di dalam pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di luar pembelajaran adalah ekstakurikuler tari dan pramuka, upacar haru senin, upacara hari besar, membiasakan memakai baju adat pada

66

har-hari tertentu, membiasakan bersalaman dengan guru sebelum memasuki kelas. Adapun relevansi dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, kegiatan dan kebiasaan siswa yang dapat menjadi indikator pelaksanaan pendidikan nilai nasionalisme.