• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil Pendugaan Integrasi Pasar Beras Asia Tenggara dengan Pasar Beras Indonesia

4.2.4. Pendugaan Koefisien

Berdasarkan Tabel 4.9 koefisien disubstitusikan kepada Model Var, sebagai berikut:

Tabel 4.5. Koefisien Model VAR Integrasi Pasar Beras Asia Tenggara

RIDOM RIPHI RITHA RIVIE

RIDOM(-1) 1,288589 0,110986 0,177221 0,178441 (0,08654) (0,11279) (0,11652) (0,08939) [ 14,8895] [ 0,98404] [ 1,52089] [ 1,99623] RIDOM(-2) -0,332426 -0,048645 -0,168509 -0,179717 (0,08848) (0,11531) (0,11913) (0,09139) [-3,75722] [-0,42188] [-1,41453] [-1,96658] RIPHI(-1) -0,021400 1,351392 0,296962 -0,006807 (0,07445) (0,09703) (0,10024) (0,07690) [-0,28743] [ 13,9280] [ 2,96242] [-0,08852] RIPHI(-2) 0,067688 -0,394542 -0,279385 0,119010 (0,07935) (0,10341) (0,10683) (0,08196) [ 0,85307] [-3,81544] [-2,61513] [ 1,45214] RITHA(-1) 0,070502 -0,079967 1,020466 0,038493 (0,07418) (0,09668) (0,09988) (0,07662) [ 0,95035] [-0,82713] [ 10,2165] [ 0,50236] RITHA(-2) -0,122235 0,054869 -0,096606 -0,088916 (0,07744) (0,10092) (0,10427) (0,07999) [-1,57847] [ 0,54368] [-0,92654] [-1,11166] RIVIE(-1) -0,058021 -0,063435 0,042324 1,025688 (0,09342) (0,12175) (0,12578) (0,09649) [-0,62108] [-0,52104] [ 0,33649] [ 10,6300] RIVIE(-2) 0,127464 0,080101 -0,008800 -0,170586 (0,09393) (0,12241) (0,12647) (0,09701) [ 1,35706] [ 0,65437] [-0,06958] [-1,75835] C -92,93635 72,06571 86,19198 166,5088 (89,6750) (116,867) (120,741) (92,6232) [-1,03637] [ 0,61665] [ 0,71386] [ 1,79770]

Sumber: Lampiran 4,10, Hasil Olahan Eviews 6.0

Keterangan: Angka yang dicetak tebal nyata pada a = 5 persen tolak Ho jika pada tabel t (0,005/2, N-1) > +1,97838 dan < -1,97838 atau menunjukkan bahwa variabel Endogen secara signifikan dipengaruhi oleh variabel eksogen.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variable dependen harga beras Indonesia (RIDOM) secara signifikan hanya dipengaruhi oleh RIDOM lag (-1) dan lag (-2) dengan elastisitas masing-masing 1,29 persen dan -0,33 persen. Demikian juga harga beras Philipina (RIPHI) secara signifikan hanya dipengaruhi oleh RIPHI lag (-1) dan lag (-2) dengan elastisitas masing-masing 1,35 persen dan -0,39 persen. Hal ini menunjukkan terjadi segmentasi pasar beras di kedua negara atau dengan kata lain harga beras Indonesia dan Philipina secara signifikan tidak dipengaruhi harga beras Thailand lag (-1) dan Vietnam lag (-2).

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variable dependen harga beras Thailand (RITHA) secara signifikan dipengaruhi oleh RIPHI lag (-1), lag (-2) dan RITHA (-1) dengan elastisitas masing-masing 0,29 persen, -0,28 persen dan 1,02 persen. Demikian juga harga beras Vietnam (RIVIE) secara signifikan dipengaruhi oleh RIDOM lag (-1) dan RIVIE lag (-1) dengan elastisitas masing-masing 0,18 persen dan 1,03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga beras Indonesia dan Vietnam satu minggu yang lalu secara signifikan mempengaruhi harga beras Vietnam. 4.2.5. Analisis Integrasi Pasar Beras

4.2.5.1. Integrasi Pasar Beras Indonesia

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variable dependen harga beras Indonesia (RIDOM) secara signifikan dipengaruhi oleh RIDOM(-1) dan RIDOM(-2). Koefisien lag pertama (-1) elastisitas harga beras Indonesia sebesar 1,29, berarti apabila harga beras Indonesia pada bulan lalu naik satu persen maka harga beras Indonesia bulan berikutnya akan naik sebesar 1,29 persen. Harga Indonesia pada lag kedua (-2) juga merambat kepada harga beras Indonesia dengan nilai elastisitas -0,33, artinya jika harga beras Indonesia dua bulan lalu turun satu

persen maka harga beras Indonesia bulan berikutnya akan turun sebesar -0,33 persen sebagaimana persamaan regresi berikut ini:

RIDOM = 1,28858920657*RIDOM(-1) – 0,332425640319*RIDOM(-2)

Harga beras Indonesia pada saat ini (RIDOM) dipengaruhi oleh harga beras pada periode sebelumnya RIDOM (-1) dan RIDOM (-2). Selain itu harga beras Indonesia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga beras Philipina, Thailand dan Vietnam sehingga tidak terjadi integrasi spasial antara ketiga pasar regional Asia Tenggara. Menurut Goletti, (1995) apabila pasar tidak terintegrasi berarti pasar tersebut mengalami segmentasi. Pasar yang tersegmentasi berarti memiliki kekuatan sendiri dalam mempengaruhi harga masing-masing. Selanjutnya menurut Jha dan Srinivasan (2000) dalam Ghosh (2011) menyatakan bahwa mengurangi intervensi pemerintah dalam perdagangan domestik dan internasional terhadap komoditas pertanian dan menjaga stabilitas harga berdampak positif bagi kesejahteraan. Intervensi pemerintah cenderung mendistorsi harga pasar spasial karena harga tidak efisien dan pasar regional tetap tersegmentasi. Intervensi tersebut dapat melindungi pasar regional dari satu sama lain dan sebagai hambatan bagi integrasi pasar spasial. Pasar yang terintegrasi secara spasial memungkinkan sinyal harga dan informasi ditransmisikan secara lancar dan kekuatan pasar untuk menentukan harga.

4.2.5.2. Integrasi Pasar Beras Philipina

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel dependen harga beras Philipina (RIPHI) secara signifikan dipengaruhi oleh RIPHI(-1), RIPHI(-2), sebagaimana persamaan regresi berikut ini:

Koefisien lag pertama (-1) dengan elastisitas harga beras Philipina sebesar 1,35, berarti apabila harga beras Philipina pada bulan lalu naik satu persen maka harga beras Philipina bulan berikutnya akan naik sebesar 1,35 persen, Koefisien lag kedua (-2) juga merambat kepada harga beras Philipina dengan elastisitas harga beras Philipina sebesar -0,39, artinya jika harga beras Philipina dua bulan lalu turun satu persen maka harga beras Philipina bulan berikutnya akan turun sebesar -0,39 persen.

Sama halnya dengan pasar Indonesia, pasar beras Philipina juga tersegmentasi. Pasar yang tersegmentasi berarti memiliki kekuatan sendiri dalam mempengaruhi harga pasar sendiri, misalnya harga beras Philipina pada saat ini (RIPHI) hanya dipengaruhi oleh harga beras pada periode sebelumnya RIPHI (-1) dan RIPHI (-2), atau dengan kata lain harga beras konsumen pada saat ini hanya dipengaruhi oleh harga beras sebelumnya. Selain itu harga beras Philipina tidak dipengaruhi oleh harga beras Indonesia, Thailand dan Vietnam sehingga tidak terjadi integrasi spasial antara ketiga pasar regional Asia Tenggara.

4.2.5.3. Integrasi Pasar Beras Thailand

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel dependen harga beras Thailand (RITHA) secara signifikan dipengaruhi oleh RIPHI (-1), RIPHI(-2) dan RITHA(-1) sebagaimana persamaan regresi berikut ini:

RITHA = 0,29696201188*RIPHI(-1) – 0,279384506826*RIPHI(-2) + 1,02046644081*RITHA(-1)

Koefisien lag pertama (-1) dengan elastisitas harga beras Philipina sebesar 0,29, berarti apabila harga beras Thailand pada bulan lalu naik satu persen maka harga beras Thailand bulan berikutnya akan naik sebesar 0,29 persen. Harga beras Philipina pada lag kedua (-2) dengan elastisitas sebesar -0,28, artinya jika harga

beras Philipina dua bulan lalu turun satu persen maka harga beras Thailand bulan berikutnya akan turun sebesar -0,28 persen. Harga beras Thailand pada lag (-1) dengan elastisitas 1,02, artinya jika harga beras Thailand dua bulan lalu naik satu persen maka harga beras Thailand bulan berikutnya akan naik sebesar 1,02 persen. Pasar beras Thailand terintegrasi dengan pasar beras Philipina, tetapi tidak terintegrasi dengan pasar beras Indonesia dan Vietnam. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Reddy (2006) bahwa Thailand, Bangladesh, Philipina dan Jepang merupakan pembentuk harga di pasar beras Asia. Selanjutnya, Nga dan Lantican (2006) menyatakan tidak ada pasar tunggal yang menjadi pasar acuan dan penghapusan kuota ekspor tidak signifikan dalam menentukan keterkaitan harga beras di kedua negara.

4.2.5.3. Integrasi Pasar Beras Vietnam

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel dependen harga beras Vietnam (RIVIE) secara signifikan dipengaruhi oleh RIVIE(-1), dan RIVIE(-2), sebagaimana persamaan regresi berikut ini:

RIVIE = 0,178440952594*RIDOM(-1) + 1,02568768456*RIVIE(-1)

Koefisien lag pertama (-1) dengan elastisitas harga beras Indonesia sebesar 0,18, berarti apabila harga beras Indonesia pada bulan lalu naik satu persen maka harga beras Vietnam bulan berikutnya akan naik sebesar 0.18 persen, sedangkan harga beras Vietnam pada lag pertama (-1) merambat kepada harga beras Vietnam dengan elastisitas harga beras Vietnam sebesar 1.03, artinya jika harga beras Vietnam dua bulan lalu naik satu persen maka harga beras Vietnam bulan berikutnya akan naik sebesar 1.03 persen. Harga beras Vietnam terintegrasi

dengan harga beras Indonesia, sehingga apabila pasar Indonesia mengalami guncangan maka akan berpengaruh terhadap pasar Vietnam.

Dokumen terkait