• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegasan Kerajaan

Dalam dokumen AJARAN DASAR ALKITAB (Halaman 155-159)

5 Penegasan Kerajaan

5.1 Penegasan Kerajaan

Pada pelajaran yang sebelumnya telah ditunjukkan bahwa, adalah tujuan Allah untuk mengupahi umatNya yang beriman dengan memberikan kehidupan abadi pada saat kedatangan Kristus. Pengulangan janji-janji Allah sehubungan dengan hal ini tidak pernah dinyatakan secara tidak langsung bahwa orang-orang beriman akan pergi ke surga. “Injil Kerajaan Allah” (Mat. 4:23) telah diberitakan kepada Abraham melalui janji-janji Allah sehubungan dengan kehidupan abadi di bumi (Gal. 3:8). Oleh karena itu janji-janji tentang “Kerajaan Allah” akan digenapi setelah kedatangan Kristus. Walaupun pada akhirnya Allah akan menjadi Raja atas seluruh ciptaanNya, saat ini ia telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memerintah dunia dan menentukan nasib mereka sendiri seperti yang mereka inginkan. Karena itu dunia yang sekarang terdir idari “kerajaan manusia” (Dan. 4:17).

Pada saat kedatanganKristus, “Pemerintahan atas dunia (akan) dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapinya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya” (Why. 11:15). Karena seluruh kehendak Allah akan dilaksanakan sepenuhnya di atas bumi, maka Yesus memerintahkan kita untuk berdoa agar “jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Berdasarkan ayat ini, kita dapat mengetahui bahwa “Kerajaan Allah” juga dapat disebut dengan “Kerajaan Surga” (Mat. 13:11 bandingkan Mrk. 4:11). Catat, bukan “Kerajaan di Surga.” Tetapi adalah Kerajaan Surga yang akan didirikan di bumi pada saat kedatangan Kristus. Sebagaiman kehendak Allah yang ditaati sepenuhnya oleh para malaikat di surga (Mzm. 103:19-21), maka begitu juga dengan Kerajaan Allah di masa depan ketika bumi hanya dihuni oleh orang-orang yang benar, yang “sama seperti malaikat” (Luk. 20:36).

Oleh karena itu, dengan memasuki Kerajaan Allah pada saat kedatangan Kristus, adalah akhir dari perjuangan hidup kita sebagai orang Kristen dalam kehidupan ini (Mat. 25:34, Kis. 14:22). Untuk itu penting sekali memahami dengan benar tentang hal tersebut. Pemberitaan Filipus tentang Kristus didefinisikan sebagai pemberitaan “tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus” (Kis. 8:5,12). Ayat demi ayat mengingatkan kita bagaimana “Kerajaan Allah” menjadi tema utama dari

pemberitaan Paulus (Kis. 19:8; 20:5; 28:23,31). Oleh karena itu sangat penting untuk memahami dengan baik doktrin Kerajaan Allah, mengingat hal ini adalah inti dari pemberitaan Injil, “bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami sengsara” (Kis. 14:22); Itulah cahaya diakhir perjalanan hidup kita, yang memotivasi kita untuk memberikan korban-korban di dalam hidup kita sebagai orang Kristen yang benar.

Raja Babilon, Nebukadnezar ingin mengetahui tentang masa depan dari dunia ini (lihat Daniel 2). Ia bermimpi melihat patung yang besar, yang terbuat dari logam-logam yang berbeda. Daniel menafsirkan mimpinya, kepala patung yang terbuat dari emas adalah Raja Babilon (Dan. 2:38). Setelah itu akan datang kerajaan besar yang menaklukan daerah-daerah di sekeliling Israel, “tetapi sebagaimana jari-jari kaki itu sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat, demikianlah kerajaan itu akan menjadi keras sebagian dan rapuh sebagian” (Dan. 2:42).

Keseimbangan kekuasaan di dunia ini terbagi-bagi diantara bangsa-bangsa, ada yang kuat dan ada yang lemah. Kemudian Daniel melihat batu kecil yang menghantam kaki dari patung itu. Setelah menghancurkannya, batu itu tumbuh menjadi gunung yang besar, yang memenuhi seluruh bumi (Dan. 2:34,35). Batu itu melambangkan Yesus (Mat. 21:42; Kis. 4:11; Ef. 2:20; I Ptr. 2:4-8), dan “gunung” itu melambangkan Kerajaan Allah yang abadi, yang akan didirikan pada saat kedatangannya yang kedua. Nubuat ini membuktikan bahwa Kerajaan Allah akan didirikan di bumi, dan bukan di surga.

Bahwa Kerajaan itu akan didirikan pada saat kedatangan Kristus, adalah tema pada bagian-bagian lain dari Alkitab. Paulus mengatakan bahwa Yesus menghakimi orang yang hidup dan yang mati “demi pernyataannya dan demi kerajaannya” (2 Tim. 4:1). Mikha 4:11 mengutip ayat di buku Daniel sehubungan dengan Kerajaan Allah, yang disamakan dengan gunung yang besar; “Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung rumah Tuhan akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.” Selanjutnya dijelaskan bahwa kerajaan itu akan didirikan di bumi (Mi. 4:1-4). Karena itu Allah akan menyerahkan takhta Daud kepada Yesus di Yerusalem: “Ia akan menjadi Raja…sampai selama-lamanya dan Kerajaannya tidak akan berkesudahan” (Luk. 1:32,33). Hal ini ditetapkan sebagai poin tersendiri sebelum Yesus mulai memerintah dari takhta Daud; yang akan terjadi pada saat kedatangan Kristus, berdasarkan; “Kerajaannya tidak akan berkesudahan” dikaitkan dengan Daniel 2:44; “Allah semesta langit akan

mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain.” Wahyu 11:15 juga menggunakan bahasa yang sama sewaktu menjelaskan tentang kedatangan Kristus yang kedua, “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan Ia akan memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya.” Sekali lagi ditegaskan, bahwa ada waktu yang spesifik bagi Kerajaan Kristus untuk memulai pemerintahannya di bumi, yaitu pada saat kedatangannya. 5.2 Kerajaan itu belum didirikan pada saat ini

Ada suatu kepercayaan yang diakui secara luas, bahwa Kerajaan Allah telah sepenuhnya didirikan pada saat ini, melalui sekumpulan orang-orang percaya yang benar sebagai suatu ”Gereja.” Sebagaimana tujuan Allah untuk ”menyelamatkan” orang-orang percaya yang benar dan memberikan mereka tempat di Kerajaan, maka tidak dapat dibantah jika pada saat ini kita belum berada di dalam Kerajaan itu, dengan mengingat bahwa Kristus belum datang kembali untuk mendirikannya.

Seharusnya sudah jelas, dari apa yang telah kita pelajari sejauh ini, bahwa ”daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (I Kor. 15:50). Kita adalah ”ahli waris dari Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak. 2:5), dengan mengingat bahwa melalui pembaptisan, kita menjadi ahli waris dari janji-janji kepada Abraham, yaitu dasar dari Injil Kerajaan. (Mat. 4:23; Gal. 3:8, 27-29). Oleh karena itu, pada umumnya kita akan menjumpai janji-janji untuk mewarisi Kerajaan pada saat Kristus datang, yaitu pada saat janji-janji kepada Abraham akan digenapi (Mat. 25:34; I Kor. 6:9,10; 15:50; Gal. 5:21; Ef. 5:5). Seringnya digunakan bahasa seperti ini untuk menjelaskan tentang warisan di masa depan, menunjukkan bahwa Kerajaan tersebut bukanlah keberadaan dari sekumpulan orang-orang percaya pada saat ini.

Yesus menjelaskan suatu perumpamaan untuk mengoreksi mereka yang berpikir ”bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata; ”Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi Raja disitu dan setelah itu baru kembali.” Untuk sementara waktu ia meninggalkan pelayan-pelayannya dengan tanggung jawab masing-masing. ”ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi Raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya,” kemudian menghakimi mereka (Luk. 19:11-27).

Bangsawan itu melambangkan Kristus yang pergi ke ”negeri yang jauh” di langit untuk menerima Kerajaan, dan kembali pada saat penghakiman, yaitu pada saat kedatangannya yang kedua. Oleh karena itu mustahil bagi ”hamba-hambanya” untuk menerima Kerajaan itu pada saat ini, yaitu pada masa ketidakhadiran tuan mereka.

Berikut ini adalah bukti-bukti sehubungan dengan hal tersebut; - ”Kerajaanku bukan dari dunia (zaman) ini” dengan jelas dinyatakan oleh Yesus (Yoh. 18:36). Pada waktu yang sama ia juga mengatakan, ”Aku adalah Raja” (Yoh. 18:37), yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Kristus pada saat ini tidak mengartikan bahwa Kerajaannya telah didirikan. Bahkan orang-orang beriman pada abad pertama dijelaskan sedang MENANTIKAN ”Kerajaan Allah” (Mrk. 15:43).

- Kristus mengatakan kepada murid-muridnya bahwa ia tidak akan minum lagi hasil dari pokok anggur ”sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan BapaKu” (Mat. 26:29). Ayat ini dengan jelas menyatakan secara tidak langsung bahwa Kerajaan itu akan didirikan pada masa depan, sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang pada saat itu sehubungan dengan pemberitaan Kristus mengenai ”Injil Kerajaan Allah” (Luk. 8:1). ”Berbahagialah orang yang akan (pada masa depan) dijamu dalam Kerajaan Alah” (Luk. 14:15).

- Lukas 22:29, 30 melanjutkan tema ini: ”Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu...bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu.”

- Yesus menjelaskan tanda-tanda yang akan menyertai kedatangannya, dan menambahkan komentar, ”jika kamu melihat hal-hal itu terjadi ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat” (Luk. 21:31). Omong kosong ayat ini, jika Kerajaan itu sudah ada sebelum kedatangannya yang kedua.

- ”Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis. 14:22) Tidak mengherankan jika setiap orang percaya yang menderita, dengan sungguh-sungguh berdoa agar Kerajaan itu segera datang (Mat. 6:10)

- Allah telah ”memanggil kamu ke dalam Kerajaan” (I Tes. 2:12); sebagai jawaban, kita harus mencari jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan itu melalui kehidupan rohani kita pada saat ini (Mat. 6:33). Apakah Kerajaan Allah ada di dalam diri anda?

Walaupun segala hal yang menyangkut tentang Kerajaan ditegaskan, banyak orang-orang “Kristen” Ortodoks memilih untuk mempercayai bahwa Kerajaan itu ada di dalam hati setiap orang yang percaya. Keyakinan ini hanya didasari satu ayat, “Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk. 17:21). Konteks ayat ini menunjukkan bahwa Yesus sedang berbicara dengan orang-orang Farisi (ayat 20); oleh karena itu, kata “kamu” menunjuk kepada mereka. Tentu saja mereka bukan orang Kristen, sehingga Kerajaan Allah tidak akan ada di hati mereka.

Orang-orang Yahudi mengadakan pertunjukkan umum yang besar, karena begitu bersemangat dalam mencari Mesias. Pada ayat tersebut, “Kerajaan Allah” lebih menunjuk kepada gelar dari Mesias, dengan mengingat bahwa Dialah yang akan menjadi Raja di dalam Kerajaan itu. Oleh karena itu, ketika Yesus memasuki Yerusalem orang-orang berteriak, “Diberkatilah dia (Mesias) yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana ditempat yang maha tinggi” (Mrk. 11:9,10). Mesias dihubungkan dengan “Kerajaan.” Karena itu Yohanes pembaptis mengajarkan bahwa “Kerajaan Surga sudah dekat, Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan Nabi Yesaya” (Mat. 3:2,3). Dalam pemahaman kami di Lukas 17:20-24, Yesus telah menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang “kedatangan Kerajaan Allah,” dengan menjelaskan tentang kedatangan “Anak Manusia.”

Tujuan Yesus adalah untuk menyatakan bahwa penantian orang Yahudi atas Mesias, dengan menantikannya sebagai orang yang perkasa, adalah salah. Mereka tidak menyadari bahwa Mesias “Kerajaan Allah,” yaitu Yesus, telah hadir diantara mereka dengan kerendahan hatinya. Karena itu ia memperingatkan mereka; “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah...Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk. 17:20,21).

Dalam dokumen AJARAN DASAR ALKITAB (Halaman 155-159)