• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggunganjawab kepada Allah

Dalam dokumen AJARAN DASAR ALKITAB (Halaman 135-147)

2 Roh Allah

Pertentangan 5: Prinsip-prinsip Gaya Bahasa Personifikasi Beberapa orang menemui kesulitan dalam menerima penjelasan tentang

4. Alam Manusia

4.8 Pertanggunganjawab kepada Allah

Jika manusia telah memiliki “jiwa yang abadi” secara alami, maka ia telah dipaksa untuk memiliki takdir abadi di suatu tempat, baik itu tempat untuk diberi upah atau untuk dihukum. Secara tidak langsung hal ini menyatakan, bahwa setiap orang tidak perlu bertanggung jawab kepada Allah. Kontras sekali dengan apa yang telah kami tunjukkan mengenai ajaran Alkitab tentang alam manusia yang sama dengan alam binatang, yang tidak abadi. Walaupun begitu, beberapa orang telah ditawarkan prospek untuk hidup abadi dalam Kerajaan Allah. Seharusnya sudah jelas, bahwa tidak setiap orang yang pernah hidup akan dibangkitkan; seperti halnya binatang, manusia hidup, lalu mati, dan membusuk di dalam debu. Tetapi, karena adanya penghakiman untujk menghukum dan memberi upah kehidupan abadi, kita harus menambahkan bahwa ada kategori tertentu diantara manusia yang akan dibangkitkan untuk dihakimi dan diupahi.

Seseorang akan dibangkitkan atau tidak, tergantung pada apakah mereka bertanggung jawab pada penghakiman atau tidak. Dasar dari penghakiman kita adalah bagaimana kita menggunakan pengetahuan kita tentang firman Allah. Kristus menjelaskan: “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman” (Yoh. 12:48), bagi mereka yang tidak mengetahui atau memahami firman dari Kristus, dan tidak mempunyai kesempatan untuk menerima atau menolak Dia, tidak akan dicatat dalam penghakiman. “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum taurat akan binasa tanpa hukum taurat; dan semua orang yang berdosa dibawah hukum

taurat akan dihakimi oleh hukum taurat” (Rm.2:12). Maka, mereka yang tidak mengetahui persyaratan dari Allah, akan lenyap seperti binatang; dan bagi mereka yang mengetahui kemudian melanggar hukum Allah, akan dihakimi, karena itu, mereka akan dibangkitkan untuk dihadapkan pada penghakiman.

Dalam pandangan Allah “dosa itu tidak diperhitungkan jika tidak ada hukum taurat”; “sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah”; “oleh hukum taurat orang mengenal dosa” (Rm. 5:13; I Yoh. 3:4; Rm. 3:20). Tanpa mengetahui hukum Allah seperti yang telah dinyatakan dalam firmanNya, “dosa tidak diperhitungkan” kepada seseorang. Oleh karena itu mereka tidak akan dihakimi atau dibangkitkan. Mereka yang tidak mengetahui firman Allah akan tetap mati seperti halnya binatang dan tumbuhan, karena mereka berada dalam posisi yang sama. “Manusia, yang…tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan” (Mzm. 49:20), “Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati” (Mzm. 49:14).

Dengan memiliki pengetahuan tentang cara-cara yang digunakan Allah, membuat kita bertanggungjawab kepadaNya atas segala perbuatan kita, dan harus dibangkitkan untuk dihadapkan pada penghakiman. Karena itu, harus dipahami bahwa tidak hanya orang-orang benar atau mereka yang dibaptis yang akan dibangkitkan. Tetapi juga prang-orang yang bertanggungjawab atas pengetahuan mereka tentang Dia. Ini adalah tema tulisan kudus yang sering kali diulangi;

- Yohanes 15:22 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang firman membawa pertanggungjawaban; “sekiranya Aku (Yesus) tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” Roma 1:20-21 juga mengatakan hal yang sama, bahwa dengan mengenal Allah akan membuat orang “tidak dapat berdalih.”

- “Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa…; Ia akan kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh. 6:45,44)

- Hanya kepada mereka yang betul-betul tidak mengetahui jalan-jalanNya, Allah “pura-pura tidak

melihat.” Bagi mereka yang mengetahui jalan-jalanNya, Dia memperhatikan dan menanti jawaban (Kis. 17:30). - “Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk. 12:47,48). Tetapi, seberapa banyak yang akan dituntut Allah?

- “jadi jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17) - Pertanggungjawaban yang khusus dari bangsa Israel kepada Allah, terdapat pada catatan dari wahyuNya kepada mereka sehubungan dengan diriNya (Amos 3:2).

- Maka, berdasarkan doktrin pertanggungjawaban ini, “karena itu, bagi mereka adalah lebih baik jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran daripada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka” (II Ptr. 2:21). Ayat-ayat yang lain, yang berkaitan dengan hal ini adalah; Yoh. 9:41; 3:19, I Tim. 1:13, Hos. 4:14, Ul. 1:39.

Karena itu, memiliki pengetahuan tentang Allah akan membuat kita bertanggungjawab dihadapan kursi penghakiman; dan bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan ini, tidak akan dibangkitkan, karena mereka tidak perlu dihakimi. Dan karena kekurangan pengetahuan mereka akan hal ini, mereka akan “dibinasakan sama seperti binatang” (Mzm. 49:21). Ada contoh yang mengindikasikan bahwa tidak semua orang yang pernah hidup akan dibangkitkan;

- Orang-orang dari babilon purbakala “tidak akan bangkit” setelah kematian mereka, karena mereka tidak mengenal Allah yang benar (Yer. 51:39, Yes. 43:17).

- Yesaya membesarkan hatinya sendiri dengan mengatakan; “Ya Tuhan, Allah kami, tuan-tuan lain pernah berkuasa atas kami (filistin dan babilon)…Mereka sudah mati, tidak akan hidup pula, sudah menjadi arwah, tidak akan bangkit pula;…dan meniadakan segala ingatan kepada mereka” (Yes. 26:13,14). Catat, ada tiga kali penegasan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan; “tidak akan hidup…tidak akan bangkit…meniadakan segala ingatan kepada mereka.” Sebaliknya, Israel memiliki prospek untuk dibangkitkan di dalam catatan mengenai mereka tentang Allah yang benar: “orang-orangMu (Israel) yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula” (Yes. 26:19).

- Berbicara tentang orang-orang Israel milik Allah, kita diberitahu bahwa pada waktu kedatangan Kristus, “Banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” (Dan. 12:2). Walaupun “banyak”, tapi tidak semua orang-orang Yahudi akan dibangkitkan, sehubungan dengan tanggung jawab mereka kepada Allah, sebagai umat pilihanNya. Mereka yang betul-betul tidak mengenal Allah mereka yang benar “akan jatuh” dan tidak akan bangkit lagi, karena mereka tidak sanggup untuk menemukan “firman Tuhan” (Amos 8:12,14).

Kita telah mempelajari tentang:

1. Pengetahuan tentang firman Allah akan membawa pertanggungjawaban kepadaNya

2. Hanya mereka yang dimintai tanggung jawab yang akan dibangkitkan dan dihakimi

3. Mereka yang tidak mengetahui Allah yang benar akan tetap mati seperti halnya binatang.

Pengertian dari kesimpulan-kesimpulan ini akan membuat harga diri manusia jatuh, hal tersebut adalah murni berasal dari Alkitab, yang kami yakini; ribuan orang yang hidup pada saat ini dan masa lalu, yang tidak mengetahui kebenaran Injil, yang mentalnya terganggu, yang tidak dapat memahami ajaran-ajaran Alkitab, bayi

dan kanak-kanak yang telah mati sebelum mencapai usia yang cukup untuk menghargai Injil; mereka semua termasuk dalam kelompok orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah dan tidak bertanggung jawab kepada Allah. Hal ini mengartikan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan, tanpa memperhatikan status rohani dari orang tua mereka. Hal ini sungguh bertentangan dengan inti dari humanisme dan segenap perasaan dan keinginan daging kita. Sikap rendah hati yang benar terhadap firman Allah, yang merupakan kebenaran, ditambah dengan pendapat yang tepat mengenai alam kita, akan membimbing kita untuk menerima kebenaran ini. Pemeriksaan yang jujur terhadap fakta-fakta sejarah manusia, bahkan tanpa petunjuk dari tulisan kudus, juga akan menuntun kita pada kesimpulan bahwa tidak ada harapan di masa yang akan datang bagi kelompok orang-orang yang telah disebutkan diatas.

Mengenai hal ini, tidak sepantasnya kita bertanya kepada Allah, karena; “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?” (Rm. 9:20). Kita boleh mengakui bahwa kita tidak memahami hal ini, tapi jangan pernah menuduh bahwa Allah tidak adil atau jahat. Pendapat bahwa Allah dapat menjadi jahat pada saat tertentu atau salah dalam memutuskan harapan yang menakutkan bagi manusia; sebagai Allah yang maha perkasa, Bapa, dan Sang Pencipta yang memperlakukan ciptaanNya dengan cara yang tidak adil dan tidak beralasan; dapat diklarifikasi dengan membaca catatan mengenai Raja Daud yang kehilangan anaknya. II Samuel 12:15-24 menceritakan tentang bagaimana Daud berdoa dengan sungguh-sungguh agar mungkin anaknya dapat hidup kembali, akhirnya, dengan realistis dia dapat menerima kematian anaknya: “Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu Tuhan mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.” Kemudian Daud menghampiri istrinya, dan mempunyai anak yang lain segera setelah peristiwa itu.

Akhirnya, harus diakui bahwa banyak orang yang telah mengenal prinsip pertanggungjawaban kepada Allah, tidak ingin lagi mempelajari pengetahuan yang lain tentang Dia karena harus mempertanggungjawabkan pengetahuan tersebut kepada Allah pada penghakiman. Tetapi dalam tingkat tertentu, orang-orang seperti mereka, yang bertanggungjawab kepada Allah, dengan

berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki tentang firman Allah, menyadari, bahwa Allah turut bekerja dalam kehidupan mereka, dan juga menawarkan persahabatan yang nyata kepada mereka. Harus selalu diingat, bahwa “Allah adalah kasih”, “Ia mengehendaki supaya jangan ada yang binasa” dengan “mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (I Yoh. 4:8; II Ptr. 3:9; Yoh. 3:16). Sesungguhnya, Allah ingin kita berada di dalam KerajaanNya.

Kehormatan dan hak istimewa seperti itu akan mendatangakan pertanggungjawaban. Bahkan hal-hal ini tidak dirancang untuk menjadi beban yang berat bagi kita; J\jika kita sungguh mengasihi Allah, kita akan memahami bahwa keselamatan yang ditawarkan olehNya bukanlah suatu upah yang otomatis diberikan karena telah mengerjakan sesuatu, tetapi adalah kasihNya untuk melakukan apapun yang ia dapat lakukan demi anak-anakNya. Dengan memberikan mereka kebahagiaan yang abadi atas penghargaan mereka terhadap karakterNya yang menakjubkan.

Sebagaimana kita menghargai dan mendengarkan panggilan Allah kepada kita melalui firmanNya, maka kita akan menyadari bahwa selagi kita berjalan diantara kumpulan orang banyak, Allah memperhatikan kita dengan perhatian khusus dan minat yang besar untuk menanti jawaban kita atas kasihNya, daripada menanti kegagalan kita untuk bertindak sehubungan dengan pertanggungjawaban kita kepadaNya. MataNya tidak pernah berpaling dari kita, dan kita tidak tidak dapat melupakan atau membatalkan pengetahuan yang kita miliki tentang Dia, dengan tujuan agar kita dapat menuruti keinginan daging kita, dan tidak perlu bertanggungjawab kepadaNya. Sebaliknya, kita harus bersukacita atas kedekatan kita dengan Dia, dan percaya pada ketulusan kasihNya, yang pernah kita cari untuk mengenal Dia lebih jauh lagi daripada sebelumnya. Kasih kita untuk mengetahui jalan-jalan dan kehendak Allah, membuat kita dapat meniruNya dengan akurat, dan menyingkirkan ketakutan kita yang secara alami atas ke-Maha SucianNya.

Konsep tentang Neraka yang dipahami secara umum adalah, tempat penghukuman bagi “jiwa-jiwa” abadi yang jahat, setelah kematian mereka. Atau tempat penykisaan bagi mereka yang ditolak pada waktu penghakiman. Menurut keyakinan kami, Alkitab mengajarkan bahwa neraka adalah kuburan, yaitu tempat yang dituju oleh semua orang pada waktu mereka mati.

Kata Ibrani “Sheol” yang diterjemahkan sebagai “neraka”, mempunyai arti “tempat yang terlindungi.” Kata “Neraka” berasal dari ungkapan dalam bahasa Inggris untuk “Sheol.” Jadi, sewaktu kita membaca kata “neraka” di dalam Alkitab, kata tersebut tidak diterjemahkan sebagaimana mestinya. Contoh, kata “helm” yang berasal dari kata “hell-met”, yang artinya pelindung kepala. Menurut pengertian Alkitab. “tempat yang terlindungi” ini, atau “neraka” adalah kuburan. Banyak contoh dari ayat-ayat yang menerjemahkan kata “Sheol” sebagai “kuburan.” Pada beberapa Alkitab terjemahan modern, hampir tidak menggunakan kata “neraka” untuk menerjemahkan kata “Sheol.” Tetapi diterjemahkan sebagai “kuburan.” Beberapa contoh tentang penggunaan kata “Sheol”, yang diterjemahkan sebagai “kuburan”, akan meluluhlantakkan konsep tentang neraka sebagai tempat pembakaran dan penyiksaan bagi orang-orang jahat;

- “Biarlah orang-orang fasik…turun ke “dunia orang mati” dan bungkam (“Sheol” Mzm. 31:18). Tidak dikatakan bahwa mereka akan menjerit dari sana.

- “Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman “dunia orang mati” (“Sheol” Mzm. 49:16). Tubuh atau jiwa dari Daud, akan dibangkitkan dari kuburan atau “neraka.”

Kepercayaan akan neraka sebagai tempat penghukuman bagi orang-orang jahat, dimana mereka tak bisa melarikan diri dari tempat itu, tidak bisa disamakan dengan hal ini, Karena orang-orang yang benar dapat masuk ke neraka (kuburan) dan keluar lagi. Hosea 13:14 membenarkan tentang hal ini; “Akan kukebaskankah mereka (umat Allah) dari kuasa dunia orang mati, akan kutebuskah mereka daripada maut.” Ayat ini juga dikutip oleh I Korintus 15:55, dan mengaitkannya dengan kebangkitan yang terjadi sewaktu Kristus datang. Demikian juga dengan penglihatan tetang kebangkitan kedua (lihat pelajaran 5.5), “maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya” (Why. 20:13). Catat, ada kaitannya antara maut (kuburan) dengan kerajaan maut (neraka) (lihat juga Mzm. 6:6).

Kata-kata Hana di I Samuel 2:6 sangat jelas sekali; “Tuhan mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati (Sheol) dan mengangkat dari sana.” Dengan memperhatikan bahwa “neraka” dikatakan sebagai kuburan, sangat diharapkan agar orang-orang benar akan diselamatkan dari sana melalui kebangkitan untuk hidup abadi. Jadi, adalah mungkin untuk masuk ke dalam “neraka” atau kuburan, kemudian keluar dari sana melalui kebangkitan. Contoh yang paling jelas terdapat pada Yesus, “Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingnya tidak mengalami kebinasaan” (Kis. 2:31), karena Ia dibangkitkan. Catat, hubungan antara “jiwa” Kristus dengan “daging” atau tubuhnya. Tubuhnya “tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati”, yang secara tidak langsung mengatakan ada suatu masa, yaitu tiga hari, dimana tubuhnya berada di dalam kuburan. Maka, kepergian Kristus ke “neraka, menjadi bukti yang cukup untuk mengatakan bahwa tempat itu bukan hanya dituju oleh orang-orang jahat. Oleh karena itu, orang yang baik maupun yang jahat, akan menuju ke “neraka”, yaitu kuburan. Seperti halnya Yesus yang ditempatkan “kuburnya di antara orang-orang fasik” (Yes. 53:9). Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa contoh dari orang-orang yang benar, yang pergi ke neraka, yaitu kuburan. Misalnya Yakub, yang mengatakan bahwa, demi anaknya Yusuf, ia akan “berkabung sampai turun mendapatkan anakku, kedalam dunia orang mati!” (Kej. 37:35).

Salah satu dari prinsip-prinsip Allah adalah, bahwa hukuman atas dosa adalah kematian (Rm. 6:23, 8:13; Yak. 1:15). Sebelumnya kami telah menunjukkan bahwa kematian adalah ketidaksadaran sepenuhnya. Pembinasaan sepenuhnya sebagai akibat dari dosa dan bukan penyiksaan abadi (Mat. 21:41; 22:7, Mrk. 12:9, Yak. 4:12), sebagaimana halnya dengan orang-orang yang dibinasakan melalui air bah (Luk. 17:27,29), dan seperti orang-orang Israel yang mati di padang gurun (I Kor. 10:10). Dalam dua peristiwa ini, orang-orang yang berdosa dihukum mati, tetapi tidak disiksa selamanya. Oleh karena itu, mustahil jika orang-orang yang jahat, dalam keabadiannya dihukum dengan penyiksaan dan penderitaan selama-lamanya.

Seperti yang kita lihat sebelumnya, Allah tidak memperhitungkan dosa atau menambahkannya ke dalam catatan kita, jika kita tidak mengetahui firmanNya (Rm. 5:13). Mereka yang berada dalam posisi ini, akan tetap mati. Dan bagi mereka yang mengetahui persyaratan dari Allah, akan dibangkitkan dan dihakimi pada saat kedatangan Kristus. Kemudian orang-orang jahat yang ada di antara mereka akan menerima kematian sebagai hukuman atas perbuatan mereka, hal ini disebabkan karena

hukuman atas dosa adalah maut. Karena itu, sesudah kedatangan Kristus mereka akan dihadapkan kepada takhta penghakiman Kristus, dan akan dihukum mati sampai selamanya. Inilah yang disebut dengan ”kematian kedua”, yang terdapat di Wahyu 2:11, 20:6. Orang-orang ini, yang telah mengalami kematian sebelumnya, akan dibangkitkan untuk dihakimi pada saat kedatangan Kristus, dan akan dihukum dengan kematian yang kedua, sama seperti kematian yang pertama, tetapi, yang kedua akan berlangsung untuk selamanya.

Atas dasar ini, yaitu bahwa hukuman atas dosa akan berlangsung ”selama-lamanya”, maka tidak ada akhir bagi kematian mereka. Mati untuk selamanya adalah hukuman yang abadi. Contoh tentang penggunaan ungkapan seperti ini di dalam Alkitab, dapat ditemukan di Ulangan 11:4. Yang menjelaskan tentang pembinasaan tentara firaun oleh Allah di laut merah sebagai pembinasaan abadi. Dengan demikian, tentara-tentara firaun tidak dapat mengganggu bangsa Israel lagi, ”Ia membuat air laut teberau meluap meliputi mereka...sehingga Tuhan membinasakan mereka untuk selamanya.”

Pada masa Perjanjian Lama yang mula-mula, orang-orang yang percaya memahami bahwa akan ada kebangkitan pada hari terakhir, setelah orang-orang jahat yang bertanggung jawab pada penghakiman kembali ke kuburan. Ayub 21:30,32 dengan jelas menyatakan: ”orang jahat terlindung pada hari pada hari kebinasaan dan diselamatkan (dibangkitkan) pada hari murka Allah...Dialah yang (kemudian) dibawa ke kuburan.” Salah satu dari perumpamaan-perumpamaan tentang kedatangan kembali Kristus dan penghakiman, berbicara tentang orang-orang jahat yang akan ”dibunuh” pada saat kehadirannya (Luk. 19:27). Tetapi, ayat ini dipaksa agar selaras dengan gagasan tentang orang-orang jahat yang tetap hidup selamanya untuk menerima penyiksaan. Dalam kasus tertentu, hal ini menjadi suatu hukuman yang tidak beralasan. Penyiksaan abadi atas perbuatan-perbuatan selama kurang lebih 70 tahun. Tuhan tidak berkenan atas kematian orang-orang jahat; oleh karena itu. Ia tidak membebankan hukuman kepada mereka untuk selamanya (Yeh. 18:23,32; 33:11 bandingkan II Ptr. 3:9).

Kekristenan yang murtad sering kali mengaitkan ”neraka” dengan gagasan tentang api penyiksaan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ajaran Alkitab tentang neraka (kuburan), ”Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati (neraka), digembalakan oleh maut” (mzm. 49:14), yang secara tidak langsung mengatakan bahwa kuburan adalah tempat penuh kedamaian yang akan segera dilupakan. Walaupun

begitu, ketika tubuh atau jiwa dari Kristus berada di dalam neraka selama tiga hari, dagingnya tidak binasa (Kis. 2:31). Hal ini tidak akan mungkin terjadi, jika neraka adalah suatu tempat yang penuh dengan api. Yehezkiel 32:26-30 memberikan gambaran tentang para pahlawan besar dari segala bangsa yang terbaring dengan damai di kuburan mereka: ”pahlawan-pahlawan yang mati (dalam peperangan)...yang turun ke dunia orang mati bersama segala senjata perangnya dan yang pedang-pedangnya ditaruh orang dibawah kepalanya...mereka dibaringkan...dekat orang-orang yang turun ke liang kubur.” Hal ini menunjuk pada cara penguburan para pahlawan yang biasa dilakukan, dengan turut menguburkan senjata-senjata mereka, dan meletakkan kepala jenazah di atas pedang mereka. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa neraka bukanlah suatu arena penyiksaan rohani. Karena itu, Petrus berkata kepada orang yang jahat, ”Binasalah kiranya uang itu bersama dengan engkau” (Kis. 8:20). Catatan mengenai pengalaman Yunus, juga bertentangan dengan gagasan tentang ”neraka”; setelah ditelan hidup-hidup oleh ikan paus, ”berdoalah Yunus kepada Tuhan, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya, ”Dalam kesusahan aku berseru kepada Tuhan...dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak” (Tim. 2:1,2). Ayat ini mengkaitkan dunia orang mati dengan perut ikan paus. Perut ikan paus itu adalah ”tempat yang terlindung”, yang secara umum mengartikan ”Sheol”, yang diterjemahkan sebagai ”neraka.” Jelas sekali, bahwa neraka bukanlah tempat yang penuh dengan api, karena Yunus dapat keluar dengan selamat dari ”dunia orang mati” dengan cara dimuntahkan oleh ikan paus itu. Hal ini memberikan gambaran ke depan tentang kebangkitan Kristus dari ”neraka” (kuburan), lihat Matius 12:40.

Api Simbolis

Alkitab seringkali menggunakan kata-kata api abadi dengan tujuan untuk menggambarkan kemarahan Allah atas dosa, yaitu dengan cara membinasakan sepenuhnya orang-orang berdosa di dalam kuburan. Sodom dihukum dengan api abadi (Yudas 7), yaitu pembinasaan menyeluruh atas keberadaan orang-orang jahat. Pada saat ini, kota tersebut hanya tinggal puing-puing di dasar laut mati; dan tidak dibakar dengan api abadi. Hal ini penting sekali diketahui untuk memahami arti dari ”api abadi” yang sebenarnya. Seperti halnya Yerusalem, yang dibakar dengan api abadi dari kemarahan Allah, sebagai akibat atas dosa-dosa Israel; ”Aku akan menyalakan api, yang akan memakan habis puri-puri Yerusalem, dan yang tidak akan terpadamkan” (Yer. 17:27). Karena di masa depan Yerusalem dinubuatkan sebagai ibukota dari Kerajaan

Allah (Yes. 2:2-4; Mzm. 48:2), Oleh karena itu, Allah tidak bermaksud agar kita mengartikan api abadi secara harfiah. Bait suci di Yerusalem telah dimusnahkan dengan api (II Raj. 25:9), tapi api tersebut tidak terus membakar Yerusalem sampai selamanya.

Hal yang serupa terjadi ketika Allah membinasakan Edom dengan api. ”Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya, negeri itu menjadi reruntuhan turun-temurun...burung hantu dan burung gagak akan tinggal di

Dalam dokumen AJARAN DASAR ALKITAB (Halaman 135-147)