• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegasan Mohammad Hatta Untuk Pengembangan Koperasi

BAB III: PERANAN MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN

D. Penegasan Mohammad Hatta Untuk Pengembangan Koperasi

Perkembangan gerakan koperasi di Indonesia sejak tahun 1950 tidak dapat dilepaskan dari situasi dan kondisi politik negara, UUD 1945 telah digantikan dengan UUD Sementara. Pasal 33 UUD 1945 kedudukannya digantikan pasal 38 dalam UUDS. Dalam pasal 38 UUDS, menyatakan bahwa koperasi disepakati sebagai dasar perusahaan yang sesuai dengan perekonomian yang disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Dengan demikian di bawah UUDS ini kehidupan perkoperasian di Indonesia mempunyai tempat pijakan yang kuat. Setelah adanya pengakuaan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, situasi tanah air relatif kondusif, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan koperasi secara lebih luas. Selain situasi keamanan dan landasan hukum, yang mendorong bagi

64

perkembangan perkoperasian dalam rangka meningkatkan perekonomian rakyat adanya sikap pemerintah yang memberikan dukungan. Dukungan dari pihak pemerintah ini disampaikan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada waktu memperingati hari koperasi pada tanggal 12 Juli 1951, Mohammad Hatta menegaskan bahwa perkoperasian di Indonesia harus dikembangkan dengan baik.

Dalam pidatonya ia menekankan bahwa pasal 38 UUDS, menyatakan dua macam kewajiban kepada pemerintah dan kewajiban kepada rakyat. Selain menganjurkan dan merencanakan perkembangan koperasi, pemerintah mempunyai kewajiban seperti yang tertera dalam ayat 2 dan 3 UUDS, yang berbunyi: ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak di kuasai oleh negara. Ayat 3: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tugas dan tanggungjawab pemerintah untuk melindungi penghidupan rakyat dan mengatur supaya produksi berjalan untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat. Dikuasai tidak berarti bahwa pemerintah sendiri menjadi pengusaha dalam segala bidang. Dikuasai berarti juga bahwa pemerintah mengatur jalanya produksi supaya menguntungkan bagi kemakmuran rakyat. Di sisi lain ada kewajiban dari pada rakyat untuk menyempurnakan hidupnya dan perusahaan masyarakat dengan

65

mengelola koperasi. Dengan koperasi yang diselenggarakan dengan baik dan benar akan terciptakan kemakmuran bagi rakyat.92

Penegasan yang dilakukan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta ini bertujuan untuk: 93 92 Kamaralsyah, dkk, op.cit, hlm. 14. 93 Kartasapoetra, dkk, op.cit, hlm. 92.

a) mempertebal kesadaran berkoperasi bagi seluruh rakyat Indonesia, b) terciptanya kebiasaan untuk hidup hemat dan peningkatan pelaksanaan pekan tabungan, c) memberikan nasehat-nasehat kepada gerakkan-gerakkan koperasi untuk meningkatkan cara kerja dan cara berusaha, d) memberikan gambaran-gambaran mengenai perjalanan koperasi Indonesia dari tahun ke tahun. Kemauan menyimpan uang di koperasi merupakan gambaraan keadaan koperasi dan keyakinan berkoperasi. Jiwa pendorong koperasi adalah self-help. Dan ini adalah merupakan prinsip tolong diri sendiri yang senantiasa harus dipupuk dan diperbesar. Gerakan koperasi yang berjiwa self-help yang berani bertanggungjawab dan berani mengatasi kesulitan sendiri lebih dahulu akan menemui zaman emasnya di masa datang. Demikian besar motivasi dan peranan yang ia lakukan terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan perkembangan perkoperasian di Indonesia. Selain menekankan prinsip self-help, dalam peringatan hari koperasi ini, ia juga menanyakan sudahkah tiap-tiap desa mempunyai lumbung padi? Sudahkah berkembang peternakan di kalangan rakyat yang dibiayai oleh pinjaman koperasi? Bagaimana perkembangan koperasi di kalangan pertukangan dan kerajinan? Sampai di manakah hasil yang diperoleh

66

dengan koperasi untuk mengatasi sistem ijon dengan pinjaman kecil-kecilan sesuai dengan kebutuhan dan lain-lainnya?.

Penegasan yang dilakukan oleh Mohammad Hatta ini jelas menunjukkan peran koperasi untuk menyediakan modal kerja (working capital) dengan apa yang disebut micro finance. Berkaitan dengan hal ini, ia mengatakan bahwa masyarakat kita masih kekurangan modal untuk dapat menyelenggarakan berbagai usaha. Untuk menutup kekurangan modal ini diusahakan dengan cara peningkatan simpanan atau tabungan dari anggota. Selama sepekan hati rakyat digerakkan untuk menyimpan uang, terutama dalam lingkungan koperasi sendiri. Kegiatan menabung ini harus diperbesar dan diperluas ke luar lingkungan koperasi sampai ke dalam lingkungan rakyat seluruhnya. Mohammad Hatta menganjurkan supaya seluruh anggota dan rakyat menabung secara teratur, menyimpan tiap-tiap minggu dalam jumlah yang tertentu pula. Ia mengingatkan tiap-tiap orang menyimpan sesuai dengan kemampuannya. Tetap teratur dan tidak ada yang dilangkahinya.94

Upaya menabung sebenarnya tidak terlalu susah dan berat, tidak melewati kesanggupan anak-anak yang biasa membeli makanan setiap hari. Yang menjadi kendalanya adalah dalam hal mengadakan organisasinya dan menyusun kemauan secara teratur. Setiap koperasi hendaknya bersedia mengorganisasi dan menerima simpanan rakyat secara teratur dan tertib. Koperasi dapat memacu pendanaan

94

Thoby Mutis, BungHattadanPendanaanMikro, DalamBungHatta, Jakarta, Buku Kompas, 2003, hlm. 337.

67

dengan cara menggerakkan simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela yang pantas. Keluarga miskinpun dapat menabung, jika mau digerakkan dan dipacu secara tepat. Sebaliknya juga koperasi-koperasi kredit juga mampu untuk menggerakkan micro finance untuk melatih menabung teratur dan mampu mengembangkan akses perkreditan atau pinjaman kepada orang-orang yang ekonominya lemah. Koperasi kredit harus mampu menunjukkan bahwa masyarakat yang ekonominya lemah yang menjadi anggota layak untuk mendapatkan fasilitas kredit. Hal semacam ini akan menimbulkan nuansa yang memacu efisiensi simpanan dan pinjaman dengan pengadaan biaya transaksi yang rendah. Dengan adanya solidaritas dalam lingkungan kolektif akan memacu sinergi bagi perkembangan koperasi.

Dalam rangka mengembangkan koperasi yang ada di Indonesia ini, Mohammad Hatta juga melakukan studi banding ke luar negeri. Pada bulan Oktober 1961 ia melakukan kunjungan kerja ke Swedia. Di Swedia ini Mohammad Hatta dapat menyaksikan perkembangan koperasi dengan sangat jelas. Selama kunjungan kerjanya ini, ia diberi kesempatan untuk melihat mekanisme kerja koperasi secara luas dan terperinci. Ia merasa kagum dengan perkembangan koperasi di Swedia dapat berjalan dengan baik. Kemudian ia menilai bahwa koperasi di swedia ini boleh juga untuk diterapkan sebagai contoh koperasi di Indonesia. Dalam penilaiannya ia melihat bahwa rakyat Swedia pada umumnya, baik pegawai pemerintah maupun pegawai swasta, mulai dari pegawai tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi semuanya menjadi anggota koperasi.

68

Kesadaran mereka akan kepentingan bersama ini sangat tinggi. Hasilnya, boleh dapat dikatakan rakyat Swedia telah mencapai tingkat kemakmuran yang cukup tinggi. Suatu hal aneh yang ia saksikan ialah bahwa kenyataannya Swedia merupakan salah satu Negara kapitalis, ternyata mampu menjalankan usaha koperasi dengan sangat baik. Selama di Swedia ini, ia juga menghadiri konferensi koperasi di Lausanne. Setibanya di tanah air, Mohammad Hatta mengatakan kita harus dapat mengambil pelajaran dari perkembangan koperasi di Swedia. Hanyalah dengan pengembangan koperasi yang baik maka lambat laun taraf kehidupan rakyat yang masih melarat akan dapat ditingkatkan sedikit demi sedikit sehingga pada akhirnya akan tercipta kemakmuran.95