BAN IV METODE PENELITIAN
4.6 Data Penelitian
Sebelumnya telah diungkapan bahwa salah satu untuk mencari data dalam penelitian ini dipergunakan penyebaran kuesioner. Ada 2 (dua) kuesioner yang dipergunakan, yakni Kuesioner Penerapan Sistem Manajemen K3, dimana kuesioner ini untuk mengukur sikap karyawan tentang bagaimana pelaksanaan SMK3 yang terjadi di perusahaan. Berikutnya adalah Kuesioner Perilaku Selamat, dimana kuesioner ini untuk mengukur bagaimana mereka sudah menerapkan perilaku kerja yang sesuai dengan sistem K3.
Tabel 4.1. Variabel Penelitian
No Variabel Penelitian Definisi Operasional Pengukuran 01 Variabel Bebas:
1. Pelatihan K3 1. Segala bentuk program pelatihan yang disusun dan diadakan oleh manajemen perusahaan yang berkaitan dengan penerapan Sistem K3 di ruang lingkup perusahaan baik di kantor maupun di lapangan (kebun dan pabrik)
1. Kuesioner Pene-rapan Sistem
Ma-najemen K3
(Item No: 01-07)
2. Sosialisasi K3 2. Segala bentuk program yang dianggar dan dilaksanakan oleh perusahaan berkaitan dengan penyampaian – baik lisan maupun tulisan – kepada seluruh karyawan mengenai pentingnya menjaga dan melaksanakan K3 dalam setiap pekerjaan. dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mengawasi serta memeriksa seluruh pekerjaan karyawan apakah sudah memenuhi unsur K3 dan pada lokasi-lokasi tertentu apakah sudah sesuai dengan standar K3.
1. Perilaku Selamat 1. Penunjukkan aktivitas kerja yang aman, tidak menyebabkan kecelakaan, akibat dari pemaha-man terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan.
1. Kuesioner Peri-laku Selamat
Sumber: Pengolahan Variabel Penelitian, tahun 2014
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Latar Belakang Perusahaan
Minyak sawit selain digunakan sebagai bahan pangan seperti minyak goreng, margarine, krim dan lain sebagainya, juga dibutuhkan oleh indutri non-pangan seperti industri sabun, lilin serta industri kosmetik. Disamping itu minyak sawit juga memiliki harga jual yang baik di pasaran Internasional. Berdasarkan kedua alasan tersebut maka banyak perusahaan yang mulai mengembangkan usaha di bidang perkebunan kelapa sawit ini dan salah satu diantaranya adalah PT. Tasik Raja.
Pembukaan areal untuk penanaman kelapa sawit oleh PT. Tasik Raja dilakukan secara bertahap, dimulai tahun 1982 dibuka seluas 823 ha dan tahun 1983 seluas 1906,5 ha. Bibit yang digunakan berasal dari Balai Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pelaksaan penanaman dilakukan oleh CV. Karya Murni dan CV. Gaya Mestika. Kemudian tahun 1984 ditanam 2023 ha dan dilanjutkan pada tahun 1985 seluas 453,5 ha. Pada tahun 1986 kembali dilakukan penanaman seluas 566,8 ha. Sejak tahun 1988 pihak estate melakukan pembukaan areal sendiri seluas 22 ha, kemudian dilanjutkan tahun 1989 seluas 169,3 ha dengan Land Clearing oleh kontraktor UD. Sahabat. Tahun 1992 dibuka kembali areal seluas 154,38 ha.
5.2 Pembagian / Unit Usaha
5.2.1 PT. Tasik Raja, Estate
1. Letak dan Lokasi
Perkebunan PT. Tasik Raja adalah salah satu anak cabang dari PT. United Kingdom Indonesian Plantation (UKINDO) dan merupakan anggota dari Anglo Eastern Plantation (AEP) yang terletak di Desa Bukit Tujuh Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian tempat ± 8 - 10 m diatas permukaan laut.
Adapun letak dari PT. Tasik Raja ini adalah dikelilingi oleh perkebunan lainnya, seperti:
1) Sebelah Timur berbatasan dengan PTP III Aek Roso 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Torganda
3) Sebelah Utara berbatasan dengan PTP III Aek Roso
4) Sebelah Barat berbatasan dengan PT. First Mujur Plantation.
2. Pembagian Rayon
Perkebunan PT. Tasik Raja Estate seluas 6.093,30 ha dibagi atas tiga rayon yaitu : a. Rayon I seluas 1.998,5 ha yang terdiri dari :
2. Divisi I seluas 594,5 ha 3. Divisi II seluas 627,5 ha
4. Divisi III seluas 776,5 ha
a. Rayon II seluas 1.832,6 ha yang terdiri dari : 5. Divisi VII seluas 639,5 ha
6. Divisi VIII seluas 616,5 ha 7. Divisi IX seluas 576,6 ha
b. Rayon III seluas 2.362,2 ha yang terdisi dari : 8. Divisi IV seluas 780,5 ha
9. Divisi V seluas 665,2 ha 10. Divisi VI seluas 505,1 ha 11. Divisi X seluas 311,4 ha
Pada awalnya PT. Tasik Raja dibagi atas tujuh divisi dan sejak tanggal 1 Januari 1993 menjadi 10 divisi.
3. Struktur Organisasi
Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT Tasik Raja, Estate
Sumber: Data Kepersonaliaan PT. Tasik Raja 5.2.2 PT. Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit
1. Pabrik Kelapa Sawit PT. Tasik Raja Estate
PT. Tasik Raja - Palm Oil Mill (POM) adalah pabrik pengolahan sawit milik PT.
Tasik Raja yang mulai dibangun pada tanggal 26 Mei 1990 dan mulai beroperasi 24 September 1991 kapasitas puncak produksi adalah 48 ton TBS/jam sedangkan kapasitas aktual saat ini adalah 40 ton TBS/jam.
2. Struktur Organisasi
Gambar 5.2. Struktur Organsasi PT. Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit Sumber: Data Kepersonaliaan PT. Tasik Raja
BAB VI
HASIL PENELITIAN
6.1 Hasil Utama Penelitian
6.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data (Sinulingga, 2011).
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002), sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali.
Untuk memperoleh hasil penelitian dari kuesioner yang bermutu, maka sebelum penelitian dilakukan kuesioner harus diuji terlebih dahulu supaya data yang diperoleh dari kuesioner dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap hasil jawaban responden terhadap kuisioner yang
disebarkan mengenai pengaruh Sistem Manajemen K3 terhadap Perilaku Selamat di PT.
Tasik Raja, Kota Pinang.
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 dan Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan. Kedua kuesioner tersebut dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas sebelum digunakan pada sampel yang sebenarnya
Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3
Pengujian kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 dilakukan kepada 30 orang karyawan yang bekerja di perkebunan PT. HF, yang terletak di Kecamatan Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Dipilihnya perusahaan ini karena juga bergerak di bidang perkebunan dan lokasinya juga tidak jauh dari PT. Tasik Raja, Kota Pinang, sama-sama berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Hasil pengujian alat ukur ditemukan bahwa dari 21 item yang diujikan, terdapat 1 item yang tidak layak untuk dimasukkan ke dalam Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 karena memiliki nilai validitas dibawah 0,3. Sementara, 20 item lainnya dapat dimasukkan ke dalam kuesioner.
Adapun uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach adalah 0,877. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kuesioner diatas 0,70 sehingga dapat dikatakan reliabel untuk digunakan. Data pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut (pada kolom Cronbach’s Alpha):
Tabel 6.1. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Sedangkan data hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel berikut (pada kolom Corrected Item-Total Correlation):
Tabel 6.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3
Scale Mean if Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan
Pengujian kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan dilakukan kepada 30 orang karyawan yang bekerja di perkebunan PT. HF, yang terletak di Kecamatan Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Dipilihnya perusahaan ini karena juga bergerak di bidang perkebunan dan lokasinya juga tidak jauh dari PT. Tasik Raja, Kota Pinang, sama-sama berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Hasil pengujian alat ukur ditemukan bahwa dari 12 item yang diujikan, seluruh item layak untuk dimasukkan ke dalam Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan, karena seluruh item memiliki nilai validitas diatas 0,3.
Adapun uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach adalah 0,841. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kuesioner diatas 0,70 sehingga dapat dikatakan reliabel untuk digunakan. Data pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut (pada kolom Cronbach’s Alpha):
Tabel 6.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan
Reliability Statistics Cronbach’s
Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.841 .843 12
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Sedangkan data hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel berikut (pada kolom Corrected Item-Total Correlation):
Tabel 6.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan
Scale Mean if Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
6.1.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan perlu dilakukan evaluasi ekonometri terhadap model persamaan regresi agar memenuhi syarat sebagai Best Linier Un beased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi klasik yang dipergunakan adalah: uji normalitas, uji multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas
Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Pengujian asumsi normalitas untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak
normal. Jika distribusi data normal, maka analisis data dan pengujian hipotesis memenuhi
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statisktik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual regresi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hipotesisnya sebagai berikut:
Ho = data residual berdistribusi normal.
Ha = data residual tidak berdistribusi normal.
Kriteria uji :
- Tolak hipotesis nol (H0) bila asymtotic signifikan value uji Kolmogorov-Smirnov < 0,50.
- Terima hipotesis nol (H0) bila asymtotic signifikan value uji Kolmogorov-Smirnov > 0,50.
Berdasarkan pengolahan data pada tabel 6.5 dapat dinilai Asymp.Sig. (2-tailed) dibawah angka 0,5 dengan demikian dapat disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas, dapat dilihat dari Value Inflaction Facto (VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil pengujian asumsi multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 6.6 berikut:
Tabel 6.6. Uji Asumsi Multikolinieritas Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.6 diatas, dapat dilihat semua nilai variable memiliki nilai VIF < 10 ini berarti tidak terjadi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan variabel penganggu pada periode tertentu. Uji yang dipergunakan adalah Uji Durbin Watson sebagaimana terlihat pada tabel 6.7 berikut:
Tabel 6.7. Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of The Estimate
Durbin-Watson
1 .748 a .559 .544 6.26819 .766
a. Predictors: (Constant), Pengawasan, SosialisasiK3, PelatihanK3 b. Dependent Variable: PerilakuKeselamatan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
- Angka D-W < -2 berarti ada autokorelasi positif
- Angka D-W -2 ≤ D-W ≤ +2 berarti tidak ada autokorelasi - Angka D-W > +2 berarti ada autokorelasi negatif
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai D-W adalah 0.766 yang berarti diantara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi.
6.1.3 Uji Hipotesis
Sebagaimana hipotesa yang diungkapkan dalam Bab III, pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda sebagai berikut:
Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu) variabel tergantung, sehingga penulis menggunakan persamaan regresi berganda.
Adapun dasar dalam pengambilan keputusan adalah:
- Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak; H1 diterima, dengan kata lain terdapat pengaruh antara Penerapan Sistem Manajemen K3 dengan Perilaku Keselamatan, sebaliknya
- Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima; H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat pengaruh antara Penerapan Sistem Manajemen K3 dengan Perilaku Keselamatan.
Berikut hasil utama penelitian yang disajikan pada tabel 6.8 berikut:
Tabel 6.8. Analisa Regresi Berganda
a. Predictors: (Constant), Pengawasan, SosialisasiK3, PelatihanK3 b. Dependent Variable: PerilakuKeselamatan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Dari tabel 6.8 dapat dilihat nilai F hitung yaitu 37,15, sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas df Regression (perlakuan) yaitu 3 sebagai df pembilang, dan (df) Residual (sisa) yaitu 88 sebagai df
penyebut dan dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 2,71.
Pada tabel 6.8. juga dapat dilihat nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari = 0,005.
Berdasarkan nilai uji F dan signifikansi diatas menunjukkan bahwa H0 ditolak, dengan kata lain terdapat perbedaan (pengaruh) antara penerapan Sistem Manajemen K3 dengan Perilaku Keselamatan.
Secara keseluruhan, upaya perusahaan melalui penerapan Sistem Manajemen K3 berdampak positif terhadapPerilaku Keselamatan. Guna melihat dampak dari masing-masing komponen Sistem Manajemen Keselamatan K3 terhadap Perilaku Keselamatan ditinjau dengan menggunakan uji t berikut.
Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat dampak dari masing-masing komponen atau dikatakan sebagai uji parsial. Pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) komponen, yakni:
Sosialisasi K3 (X1), Pelatihan K3 (X2) dan Pengawasan (X3). Adapun hasilnya dapat a. Dependent Variable : PerilakuKeselamatan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.9 diatas dapat dijelaskan jika tidak ada penerapan Sistem Manajemen K3, maka tingkat Perilaku Keselamatan adalah -0.401, hal ini menunjukkan bahwa Sistem Manajemen K3 perlu dan penting bagi manajemen PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna mencapai zero accident.
Sedangkan persamaan regresi diperoleh dari data pada tabel 6.7 sebagai berikut:
Y = -0,401 + 0,494X1 + 0,594X2 + 0,609X3
Persamaan regresi ini memiliki makna sebagai beriku:
a. Faktor Sosialisasi K3 mempunyai pengaruh postif terhadap Perilaku Keselamatan di PT. Tasik Raja, Kota Pinang dan besarnya koefisien adalah 0.494 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat kesadaran Perilaku Keselamatan sebesar 0.494.
b. Faktor Pelatihan K3 mempunyai pengaruh postif terhadap Perilaku Keselamatan di PT. Tasik Raja, Kota Pinang dan besarnya koefisien adalah 0.594 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat kesadaran Perilaku Keselamatan sebesar 0.594.
c. Faktor Pengawasan mempunyai pengaruh postif terhadap Perilaku Keselamatan di PT. Tasik Raja, Kota Pinang dan besarnya koefisien adalah 0.609 artinya jika faktor ini meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat kesadaran Perilaku Keselamatan sebesar 0.609.
Adapun pengaruh masing-masing variabel independen terhadap Perilaku Keselamatan dihitung dengan menggunakan Uji t dengan kriteria penolakan hipotesa sebagai berikut:
- Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak; H1 diterima, dengan kata lain terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen (Perilaku Keselamatan), sebaliknya.
- Jika thitung< ttabelmaka H0 diterima; H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen (Perilaku Keselamatan).
Berdasarkan kriteria diatas, maka:
a. Sosialisasi K3
Faktor Sosialisasi K3 memiliki nilai thitung = 2.456, sedangkan ttabel (jumlah responden (n) adalah 92 orang, sedangkan jumlah variable (k) adalah 4, sehingga df=n-k=88) = 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa Sosialisasi K3 memiliki pengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan Kerja.
b. Pelatihan K3
Faktor Pelatihan K3 memiliki nilai thitung= 2.753, sedangkan ttabel = 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan K3 memiliki pengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan Kerja.
c. Pengawasan
Faktor Pengawasan memiliki nilai thitung = 2.883, sedangkan ttabel = 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa Pengawasan K3 memiliki pengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan Kerja.
6.2 Analisis Deskriptif Penyebab Kecelakaan Kerja
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa PT. Tasik Raja, Kota Pinang sudah menyatakan komitmennya pada faktor keselamatan kerja. Meskipun demikian kecelakaan kerja masih terjadi. Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan tentang “Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan” (SOP:
AEP/SP/2/10/2.15) yang dimaksud dengan:
1. Kecelakaan / accident adalah suatu kejadian yang diduga dan tidak diinginkan yang mengakibatkan cidera pada manusia, menghambat proses kerja dan menimbulkan kerugian terhadap property atau harta benda serta lingkungan.
2. Hampir celaka / near miss adalah kondisi atau situasi dimana kecelakaan hampir saja terjadi atau lebih umum adalah hampir celaka.
3. Hilang hari kerja / lost time accident adalah suatu jenis kecelakaan yang mengakibatkan karyawan mengalami cidera atau sakit sehingga tidak dapat bekerja untuk waktu 2 (dua) hari kerja atau lebih.
6.2.1 Deskripsi Kecelakaan Kerja
Berikut adalah data-data kecelakaan kerja sesuaai dengan jenis kecelakaan kerja, dampak kecelakaan serta kehilangan hari kerja pada tahun 2011 dan 2012:
Tabel 6.10. Data Kecelakaan Kerja tahun 2011
No Tipe Kecelakaan Dampak Hilang Hari
Kerja (Jam) Kecelakaan Hampir Celaka
01 Membentur / dibentur / terbentur
Ya 14
02 Jatuh dari atas / jatuh terpeleset Ya 21
03 Terjepit / tertekan / tertusuk Ya 38
04 Tergores / tersayat Ya 14
05 Terkena api / terbakar / terkena panas
Ya 0
06 Terkena bahan kimia / terkena bahan B3
Ya 14
07 Menabrak / ditabrak / tertabrak Ya 49
08 Diserempet / menyerempet Ya 0
09 Terperosok / terguling Ya 14
10 Terkena listrik / konsleting listrik
Ya 14
11 Terlalu cepat Ya 0
12 Lain-lain Ya 14
TOTAL 192
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.10 diatas jelas terlihat bahwa “menabrak / ditabrak / tertabrak” merupakan jenis kecelakaan kerja yang paling banyak mengakibatkan kehilangan waktu kerja (loss time accident) yakni sebesar 49 jam atau 7 hari kerja efektif.
Berikutnya adalah “terjepit/ tertekan / tertusuk” yang menghabiskan waktu kerja sebesar
38 jam. Sedangkan “jatuh dari atas / jatuh terpeleset” menghabiskan waktu kerja sebesar 21 jam kerja. Lainnya menghabiskan 14 jam kerja atau 2 hari kerja efektif.
Kejadian hampir celaka yang terjadi adalah “Terkena api / terbakar / terkena panas” dan “Diserempet / menyerempet”.
Data kecelakaan kerja untuk tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 6.11. Data Kecelakaan Kerja tahun 2012
No Tipe Kecelakaan Dampak Hilang Hari
Kerja (Jam) Kecelakaan Hampir Celaka
01 Membentur / dibentur / terbentur Ya 21
02 Jatuh dari atas / jatuh terpeleset Ya 14
03 Terjepit / tertekan / tertusuk Ya 44
04 Tergores / tersayat Ya 21
05 Terkena api / terbakar / terkena panas
Ya 14
06 Terkena bahan kimia / terkena bahan B3
Ya 14
07 Menabrak / ditabrak / tertabrak Ya 42
08 Diserempet / menyerempet Ya 0
09 Terperosok / terguling Ya 21
10 Terkena listrik / konsleting listrik Ya 14
11 Terlalu cepat Ya 0
12 Lain-lain Ya 0
TOTAL 205
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.11 terlihat bahwa kejadian “Terjepit / tertekan / tertusuk“ merupakan jenis kecelakaan kerja yang paling banyak mengakibatkan
kehilangan waktu kerja (loss time accident) yakni sebesar 44 jam atau lebih dari 7 hari kerja efektif, sedangkan “menabrak / ditabrak / tertabrak” sudah mengalami penurunan, meskipun masih tergolong tinggi yaitu sebesar 42 jam atau 6 hari kerja efektif.
Berikutnya adalah “Tergores / tersayat” dan “Terperosok / terguling” secara bersamaan menghabiskan waktu kerja sebesar 21 jam kerja atau 3 hari kerja efektif. Sedangkan yang lainnya menghabiskan 14 jam kerja atau 2 hari kerja efektif.
Kejadian hampir celaka yang terjadi adalah “Diserempet / menyerempet” dan
“Lain-lain”.
6.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan
Data penyebab kecelakaan kerja ditinjau dari kondisi pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.12. Data Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan
No Penyebab Dasar 2011 2012 Selisih
01 Tindakan Berbahaya
1.1 Tidak Berusaha mengamankan pekerjaan 2 2 0
1.2 Cara kerja yang salah / posisi yang salah 2 1 -1 1.3 Mengoperasikan terlalu cepat / muatan berlebihan 0 0 0
1.4 Melepas alat pengaman 2 1 -1
1.5 Menggunakan peralatan yang telah rusak 0 1 1
1.6 Bergurau saat bekerja 1 3 2
1.7 Memperbaiki alat saat bergerak 1 0 -1
1.8 Terpengaruh alkohol /obat-obatan 0 0 0
1.9 Lain-lain 0 0 0
02 Kondisi Berbahaya
1.1 Peralatan rusak / APD tidak layak pakai 0 1 1
1.2 Terpapar radiasi emisi / terlalu panas 0 2 2
1.3 Tempat kerja sempit / lantai kerja jelek 1 0 -1
1.4 Kurang rambu berbahaya 1 1 0
1.5 Bahan mudah terbakar / meledak kurang
terlindung 0 0 0
1.6 Kebisingan suara / kurang penerangan 0 0 0
1.7 Banyak debu / gas / kurang sirkulasi udara 0 0 0
1.8 Kurang bersih dan rapi / semrawut 1 0 -1
1.9 Lain-lain 0 1 1
TOTAL 11 13 2
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.12 diatas ditemukan ada 2 (dua) penyebab kecelakaan kerja, yakni kondisi akibat tindakan manusia yang berbahaya (unsafe human act) dan akibat situasi pekerjaan yang tidak aman (unsafe condition). Jika dilihat dari data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011, kondisi unsafe human act sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, dimana 8 dari 11 kejadian kecelakaan kerja terjadi akibat dari unsafe human act. Sedangkan unsafe condition menyebabkan 3 dari 11 kejadian kecelakaan kerja.
Kondisi yang hampir sama dijumpai di tahun 2012, dimana juga ditemui 8 dari 13 kejadian kecelakaan kerja akibat dari unsafe human act dibandingkan 5 dari 13 kejadian kerja akibat dari unsafe condition.
Perbandingan data tahun 2011 dan 2012 juga menunjukkan bahwa unsafe human act berperan vital dibandingkan dengan kondisi unsafe condition, dimana unsafe human act menyebabkan 16 dari 24 kecelakaan kerja atau sebesar 66,67%. Sedangkan unsafe
condition menyebabkan 8 dari 24 kecelakaan kerja atau sebesar 33,33%. Sebagaimana tersaji pada gambar 6.1 pada halaman berikut.
Hal ini menjadi perhatian penting bagi perusahaan agar memperhatikan tindakan berbahaya yang bersumber dari kelalaian manusia. Tetapi, disamping itu perusahaan juga harus memperhatikan faktor kondisi pekerjaan yang menjadi persyaratan pekerjaan, karena faktor ini meningkat dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011 hanya ada 3 kasus (27,27%) tetapi di tahun 2012 meningkat menjadi 5 kasus (38,46%).
Gambar 6.1. Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
6.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Faktor Penyebab
Berikutnya penyebab kecelakaan kerja jika ditinjau dari faktor penyebabnya (Faktor Kerja kerja atau Faktor Manusia) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.13. Data Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Faktor Penyebab
No Penyebab Dasar 2011 2012 Selisih
01 Kekurangan Faktor Kerja / Lingkungan Kerja
1.1 Kekurangan pada pengawasan / instruksi kerja 3 4 1 1.2 Kekurangan pada peralatan / pengadaan barang 2 2 0 1.3 Kekurangan pada pemeliharaan / kadaluarsa 0 2 2
1.4 Lain-lain 0 0 0
02 Kekurangan Faktor Manusia
2.1 Kekurangan pada kemampuan fisik 0 2 2
2.2 Mengalami keletihan fisik / tekanan mental 2 1 -1 2.3 Kurangnya pengetahuan / keahlian semangat kerja 4 2 -2
2.4 Lain-lain 0
TOTAL 11 13 2
Sumber: Pengolahan Data Penelitian tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 6.13 jika dilihat dari faktor penyebab kecelakaan kerja terdapat 2 faktor, yakni faktor manusia dan Faktor Kerja. Data pada tahun 2011 menunjukkan bahwa Faktor Manusia menjadi faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yakni sebesar 6 dari 11 kecelakaan kerja (atau 54,54%) sedangkan Faktor Kerja menyebabkan 5 dari 11 kecelakaan kerja (atau 45,45%). Kedua faktor ini pada dasarnya hampir memberikan kontribusi yang sama, hanya terpaut 1 kejadian saja.
Sedangkan data pada tahun 2012 menunjukkan hal yang berkebalikan, dimana Faktor Kerja justru yang menyebabkan 8 dari 13 kecelakaan kerja (atau 61,54%) sedangkan Faktor Manusia menyebabkan 5 dari 13 kecelakaan kerja (atau 38,46%).
Perbandingan data tahun 2011 dan 2012 juga menunjukkan bahwa Faktor Kerja berperan vital dibandingkan dengan Faktor Manusia, dimana Faktor Kerja menyebabkan
13 dari 24 kecelakaan kerja atau sebesar 54,17%. Sedangkan Faktor Manusia menyebabkan 11 dari 24 kecelakaan kerja atau sebesar 45,83%. Sebagaimana tersaji pada gambar 6.2 berikut.
Hal ini menjadi perhatian penting bagi perusahaan agar memperhatikan Faktor Kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pada hasil sebelumnya ditemukan
Hal ini menjadi perhatian penting bagi perusahaan agar memperhatikan Faktor Kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pada hasil sebelumnya ditemukan