• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT TASIK RAJA GELADIKARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT TASIK RAJA GELADIKARYA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA

NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT TASIK RAJA

GELADIKARYA

Oleh

:

SYAHRIZAL NIM : 097007069

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN

KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI

TINGKAT KECELAKAN KERJA NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT TASIK RAJA

Nama : Syahrizal

NIM : 097007069

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Ketua

Dr. Ir. Chairul Muluk, M.Sc.

Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya saya yang berjudul :

“ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT TASIK RAJA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, November 2014

Yang Membuat Pernyataan,

Syahrizal

(6)

RIWAYAT HIDUP

Syahrizal, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 25 Oktober 1971, anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Nasril Kari Mudo dan Ibunda Hj. Rosnila (Almarhumah). Menikah pada tanggal 18 Oktober 1998 dengan Susi Prihatini, SE dan dikarunai dua orang putra yaitu Rayhan Azzuhri Maulana dan Ahmad Aqila Baihaqi

Riwayat Pendidikan

1984 : SD Negri Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumbar 1987 : SMP Negeri Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumbar 1990 : SMA Negeri Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumbar

1993 : Diploma III (D3) Politeknik Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU) 1998 : Strata I Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nusa

Bangsa Medan Riwayat Pekerjaan

1993 – 1998 : Account Staff Pada PT United Kingdom Indonesia Plantations 1998 – 2010 : Financical Accountant pada PT United Kingdom Indonesia

Plantations

2010 – Sekarang : Financial Controller PT AEP Management Indonesia

(7)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ditengah maraknya industri perkebunan sawit di Indonesia muncul isu negatif mengenai perkebunan kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan, lingkungan hidup, masyarakat sekitar dan masalah keselamatan kerja. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja PT Tasik Raja, Kota Pinang telah banyak melakukan pembenahan namun tingkat kecelakaan kerja masih tinggi ini dapat dilihat dari rasio kekerapan cidera yang terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 yaitu dari 78,36 menjadi 82,48 sehingga harapan perusahaan untuk Zero Accident belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sistem SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna merumuskan strategi perusahaan untuk mencapai Zero Accident. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Tasik Raja dengan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling. Berdasarkan analisa statistik secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen K3 berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan, hal ini sesuai dengan hasil uji statistik bahwa nilai Fhitung

= 37,146 lebih besar dari Ftabel = 2,71 dengan kata lain jika perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. Sedangkan rumusan strategi untuk mencapai Zero Accident disusun menggunakan analisia SWOT.

(8)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan geladikarya ini dengan judul ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA NIHIL (ZERRO ACCIDEENT) PADA PT TASIK RAJA.

Peneliti menyadari bahwa geladikarya ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan geladikarya ini. Pada kesempatan ini Peneliti hendak menyampaikan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana USU

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen USU.

5. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSEI selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr.

Ir. Chairul Muluk, M.Sc., selaku Anggota Pembimbing.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana USU.

7. Pimpinan dan staff PT Tasik Raja yang telah bersedia membantu memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian.

(9)

8. Seluruh keluarga yang saya sayangi yang selalu memberikan motivasi bagi penulis dalam menjalani kuliah dan menyelesaikan Geladikarya ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Geladikarya ini dapat bermanfaat adanya, dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepadakita semua.

Medan, November 2014

Syahrizal

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORI ... 12

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 12

2.2 Kecelakaan Kerja ... 14

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja ... 14

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ... 15

2.3 Kecelakaan Kerja di Perkebunan ... 19

2.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja ... 22

2.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 24

2.6 Perilaku Selamat... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 27

(11)

BAN IV METODE PENELITIAN... 33

4.1 Metode Penelitian ... 33

4.2 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian ... 33

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2 Jadwal Penelitian ... 34

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 34

4.4. Populasi dan Sampel ... 34

4.5 Metode Analisis Data ... 35

4.6 Data Penelitian ... 36

BAB V LATAR BELAKANG PERUSAHAAN... 38

5.1 Latar Belakang Perusahaan ... 38

5.2 Pembagian / Unit Usaha ... 39

5.2.1 PT. Tasik Raja, Estate... 39

5.2.2 PT. Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit... 42

BAB VI HASIL PENELITIAN ... 43

6.1 Hasil Utama Penelitian... 43

6.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas... 43

6.1.2 Uji Asumsi Klasik... 47

6.1.3 Uji Hipotesis ... 50

6.2 Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja... 55

6.2.1 Deskripsi Kecelakaan Kerja... 56

6.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan... 58

6.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Faktor Penyebab ... 60

6.2.4 Analisis Statistik Penyebab Kecelakaan Kerja ... 63

6.3 Analisis Penerapan Manajemen Kecelakaan Kerja ... 65

6.3.1 Penetapan Kebijakan K3... 66

(12)

6.3.3 Pelaksanaan Rencana K3 ... 68

6.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja ... 71

6.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3... 73

6.4 Rumusan Strategis... 73

6.4.1 Rumusan Strategis dalam Menurunkan Penyebab Kecelakaan Kerja... 73

6.4.2 Rumusan Strategis Tindakan Manajemen dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 81

6.5 Evaluasi ... 83

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

7.1 Kesimpulan ... 87

7.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA... 90 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel. 1.1 Tabel Tingkat Kecelakaan Kerja berdasarkan Waktu Kerja

yang Hilang ... 9

Tabel 4.1 Variabel Penelitian ... 37

Tabel 6.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 ... 45

Tabel 6.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 ... 45

Tabel 6.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan ... 46

Tabel 6.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan ... 47

Tabel 6.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov... 48

Tabel 6.6 Uji Asumsi Multikolinieritas... 49

Tabel 6.7 Uji Autokorelasi Durbin Watson... 50

Tabel 6.8 Analisa Regresi Berganda ... 51

Tabel 6.9 Analisa Uji Parsial... 52

Tabel 6.10 Data Kecelakaan Kerja tahun 2011 ... 56

Tabel 6.11 Data Kecelakaan Kerja tahun 2012 ... 57

Tabel 6.12 Data Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan ... 58

Tabel 6.13 Data Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Faktor Penyebab... 61

Tabel 6.14 Data Crosstabulation Chi-square ... 64

Tabel 6.15 Statistik Uji Chi-Square Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja... 64

Tabel 6.16 Daftar Karyawan yang Butuh Sertifikasi ... 70

Tabel 6.17 Analisa SWOT guna Mencapai Zero Accident ... 81

(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan ... 25

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 30

Gambar 5.1 Struktur Organisasi PT Tasik Raja, Estate ... 41

Gambar 5.2 Struktur Organisasi PT Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit ... 42

Gambar 6.1 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Kondisi Pekerjaan ... 60

Gambar 6.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ditinjau dari Faktor Penyebab ... 62

Gambar 6.3 Situasi Gudang B3 yang Belum Layak ... 76

Gambar 6.4 Contoh Sistem Peringatan yang tidak Baik... 77

Gambar 6.5 Contoh Kurang Sadarnya Penggunaan APD... 79

Gambar 6.6 Siklus SMK3 ... 86

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penerapan Sistem Lampiran II : Kuesioner Perilaku Selamat

(17)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ditengah maraknya industri perkebunan sawit di Indonesia muncul isu negatif mengenai perkebunan kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan, lingkungan hidup, masyarakat sekitar dan masalah keselamatan kerja. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja PT Tasik Raja, Kota Pinang telah banyak melakukan pembenahan namun tingkat kecelakaan kerja masih tinggi ini dapat dilihat dari rasio kekerapan cidera yang terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 yaitu dari 78,36 menjadi 82,48 sehingga harapan perusahaan untuk Zero Accident belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sistem SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna merumuskan strategi perusahaan untuk mencapai Zero Accident. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Tasik Raja dengan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling. Berdasarkan analisa statistik secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen K3 berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan, hal ini sesuai dengan hasil uji statistik bahwa nilai Fhitung

= 37,146 lebih besar dari Ftabel = 2,71 dengan kata lain jika perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. Sedangkan rumusan strategi untuk mencapai Zero Accident disusun menggunakan analisia SWOT.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Undang- undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, penyelenggaraan perkebunan di Indonesia didasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan, sehingga tujuan penyelenggaraannya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan penerimaan devisa Negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (Crude palm oil, CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan diperkirakan sebesar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per tahun, dengan komposisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara 80% sisanya di ekspor.

(19)

Industri kelapa sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan sekitar 4 juta kesempatan kerja (pro-job), serta mendukung pembangunan daerah dan pengentasan kemiskinan, terutama di daerah pedesaan Luar Jawa (pro-poor). Selain itu, mayoritas perkebunan kelapa sawit ditanam di kawasan hutan left-over / bekas HPH (pro- environment), seta nilai ekspor CPO dan produk CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan ekspor, yaitu sekitar USD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total), terbesar kedua setelah minyak dan gas (pro-growth).

Namun di tengah maraknya industri kelapa sawit di Indonesia, isu negatif mengenai perkebunan kelapa sawit oleh LSM ataupun penggiat lingkungan – baik dalam maupun luar negeri masih kerap ditemui. Isu yang diangkat mulai dari pemanasan global (efek gas rumah kaca), penggundulan hutan dan pembakaran hutan (untuk membuka lahan baru), hingga permasalahan kesejahteraan masyarakat dan karyawan.

Guna menjawab hal itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO). Permentan ini sering disebut dengan ISPO. Pada prinsipnya ISPO hampir sama dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO adalah asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor, industri manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan. RSPO didirikan tahun 2004 dengan kursi asosiasi berada di Zurich, Swiss,

(20)

dan kesekretariatan berada di Kuala Lumpur, Malaysia dan kantor cabang di Jakarta.

Organisasi ini diklaim telah memiliki 1.000 anggota di lebih dari 50 negara.

Pemerintah menganggap ISPO lebih baik daripada RSPO, dimana RSPO hanya bersifat himbauan dan tidak memaksa (sukarela), sementara ISPO bersifat memaksa dan pemerintah sedang menaikkan status ISPO dari Permentan menjadi Peraturan Pemerintah atau Keputusan Presiden agar status hukumnya lebih kuat. ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.

ISPO dibentuk pada tahun 2009 oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua pihak pengusaha kelapa sawit memenuhi standar pertanian yang diizinkan.

ISPO merupakan standar nasional minyak sawit pertama bagi suatu negara, dan negara lain kini mencoba mempertimbangkan untuk mengimplementasikan standar serupa di antara produsen minyak sawit. Beberapa hal yang diterapkan prinsip ISPO antara lain mekanisme pembukaan lahan baru kelapa sawit, studi AMDAL, mekanisme penanaman di lahan gambut, isu sosial (pemberdayaan masyarakat melalui Corporate Social Responsibility dan Community Development). Tidak hanya perusahaan dan lingkungan, ISPO juga menaruh penting kepada karyawan, seperti kesejahteraan karyawan (upah sesuai dengan aturan pemerintah) hingga pada jaminan kesehatan dan keselamatan bekerja.

(21)

ISPO menekankan pentingnya pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja melalui penerapan SMK3. Isu keselamatan kerja dalam dunia perkebunan tampaknya merupakan hal yang cukup pelik. Beberapa kejadian kecelakaan kerja muncul akibat dari pekerja itu sendiri, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja, kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja.

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).

Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tercantum dalam Permenaker No. 05/MEN/1996 adalah:

1. Bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis

2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan SMK3,

3. Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.

Tahapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi 4 (empat) kegiatan antara lain (1) perencanaan identifikasi bahaya, penilaian, pengendalian

(22)

resiko; (2) perundang-undangan, seluruh undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (3) tujuan/sasaran manajemen, (4) indikator kerja. Keempat hal tersebut yang dituangkan dalam perencanaan SMK3 perusahaan (Tunggal I.W. dan Tunggal A.W., 1996).

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang tersedia.

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Namun pengendalian secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu sendiri yang paling efektif (Siswanto, 2003).

Sesuai dengan Pasal 2 Permenaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

(23)

Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Sementara, menurut data Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup (Suara Pembaharuan : Ancaman Kecelakaan Kerja, 2013).

Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih penghargaan zero accident hanya 66 atau 0.26% perusahaan (Santoso, Gempur., 2008).

Kondisi nihil kecelakaan atau zero accident tidak dapat tercapai tanpa diiringi penerapan yang benar dan jujur terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahkan pada perusahaan yang mendapat sertifikat bendera emas masih terjadi kecelakaan (Tarigan, 2008).

Menurut Heinrich HW & D. Peterson (1980) bahwa sekitar 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), sehingga pengendaliannya pun harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku manusia.

(24)

PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit yang berlokasi di dearah Labuhan Batu, Sumatera Utara dan memperkerjakan lebih dari 1.200 orang karyawan. Sebagaimana perusahaan perkebunan lainna, PT. Tasik Raja, Kota Pinang berusaha untuk menekan agar tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident), seperti membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dimana panitia ini yang berusaha membuat program kesehatan dan keselamatan kerja karyawan guna menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Meskipun demikian, tetap saja terjadi kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja, khususnya pemanen.

Berikut salah satu contoh kecelakaan kerja di perkebunan: Mr. X (45 tahun), salah seorang buruh tetap yang sudah bekerja 5 tahun, tetapi bidang kerjanya berpindah- pindah. Awalnya Mr. X bekerja sebagai pembabat, kemudian serabutan dan 3 bulan terakhir di bidang pemanenan. Sekitar bulan Februari 2010, seperti biasa Mr. X berangkat kerja dengan perlengkapan kerja dodos yaitu alat untuk memetik tandan buah kelapa sawit dan egrek yaitu alat untuk memotong tangkai tandan kelapa sawit.

Perlengkapan pelindung kerja yang digunakan hanya sepatu boot tanpa menggunakan pelindung tangan (kaos tangan), pelindung mata (kacamata) dan pelindung kepala (helm). Tinggi pohon sawit yang akan dipanen masih 2 meter, tetapi ancaknya miring (tidak rata) dan pohon sawit bengkok (tidak lurus) sehingga menyulitkan proses memanen. Menurut pengakuanya, Mr. X belum biasa memanen di ancak yang demikian.

Tepatnya sekitar tengah hari Mr. X mengalami kecelakaan kerja, ketika Mr. X memetik

(25)

tandan buah segar (TBS) dengan menggunakan dodos yang mempunyai berat komedil sekitar 15-20 kg, tandan buah sawit tersebut jatuh ke batang pohon lalu ke tanah kemudian berguling dengan cepat sehingga Mr. X tidak sempat menghindar dan akhirnya menimpa mata kaki serta pengelangan kakinya. Mr. X menganggap kecelakaan biasa sehingga tidak dilaporkan ke perusahaan. Selang satu hari kakinya mulai bengkak, tetapi Mr. X masih memaksakan diri pergi bekerja.

Setelah pulang dari bekerja, Mr. X pergi ke tukang urut, hingga esok harinya tidak ada gejala untuk sembuh sehingga Mr. X bingung. Atas saran temannya sesama buruh, Mr. X melaporkan kecelakaan kerja yang menimpanya ke mandor dan memeriksakan ke klinik perkebunan. Setelah diperiksa perawat, Mr. X dikirim ke rumah sakit rujukan untuk mendapatkan tindak lanjutan, ternyata pergelangan kaki Mr. X retak, dan harus diopname selama 2 minggu (Hasil Interview dengan Asisten Afdeling III, 2012).

Meskipun perusahaan sudah berdiri sejak tahun 1993, namun sayangnya kesadaran manajemen dalam membentuk manajemen keselamatan kerja baru diwujudkan pada tahun 2011, dimana pada tahun ini dibentuk team safety dibawah Departmen Environment Healthy and Safety (EHS). Data perusahaan mencatatkan tingkat kecelakaan kerja pada perusahaan tahun 2011 – 2012 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.1.

(26)

Tabel. 1.1. Tabel Tingkat Kecelakaan Kerja berdasarkan Waktu Kerja yang Hilang

No Tahun Jumlah Jam

Kerja yang Hilang

(a)

Jumlah Jam Kerja (setahun)

(b)

Jumlah Karyawan

(c)

Rasio Kekerapan Cidera (d) = a x 1.000.000

b x c

01 2011 192 2,080 1,178 78.36

02 2012 205 2,080 1,195 82.48

Sumber: Data Perusahaan Tahun 2013

Pada tabel diatas menunjukkan Jumlah Jam Kerja yang Hilang, yaitu total jam kerja karyawan yang hilang akibat kecelekaan kerja. Perhitungan dimulai sesaat setelah karyawan mengalami kecelakaan yang dirawat di klinik perusahaan. Jumlah Jam Kerja setahun adalah jumlah jam kerja efektif dalam setahun yang telah ditentukan perusahaan, yaitu 2.080 jam. Sedangkan Rasio Kekerapan Cidera diperoleh Jumlah Jam Kerja yang Hilang dikali satu juta kemudian dibagi Jumlah Karyawan dikali Jumlah Jam Kerja (Setahun). Rasio kekerapan cidera yang baik adalah nol atau nihil, dan ini yang harus dipertahankan oleh perusahaan selama minimal 3 (tiga) tahun atau satu juta jam kerja agar mereka bisa meraih sertifikat Zero Accident dari Mennakertrans cq. Dirjen Binawas melalui Pemda Kab./Kota setempat.

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa kehilangan waktu bekerja (loss time) akibat kecelakaan kerja meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni sebesar 7%..

Lebih daripada itu bagaimana komitment perusahaan terhadap pemenuhan kriteria SMK3 agar dapat dicapat nihil kecelakaan kerja dan sertifikat bendera emas. Untuk itu perusahaan melalui team EHS harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

(27)

kesadaran – baik manajemen maupun karyawan untuk pentingnya faktor keselamatan dalam bekerja.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis ingin mengangkat tema kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja ke dalam gladi karya, dimana penulis ingin menganalisa strategi penerapan SMK3 di PT. Tasik Raja, Kota Pinang terhadap pekerja di perkebunan agar tercapai nihil kecelakaan kerja (zero accident).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, terlihat bahwa usaha manajemen perusahaan untuk menekan angka kecelakaan kerja belum berhasil secara maksimal membuat nihil kecelakaan kerja, sehingga dirasa perlu untuk mengkaji apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan bagaimana penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai angka nihil kecelakaan kerja di PT.

Tasik Raja, Kota Pinang.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran sistem SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

2. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

(28)

3. Merumuskan Strategi penanggulangan kecelakaan kerja agar perusahaan mampu memperoleh nihil kecelakaan kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja agar dapat meraih nihil kecelakaan kerja (zero accident).

2. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang berkaitan kecelakaan kerja di perusahaan perkebunan.

3. Bagi Program Studi Magister Managemen USU, dapat sebagai bahan informasi dan acuan dalam melakukan penelitian – penelitian berikutnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat digunakan untuk menambah informasi dan acuan dasar yang membantu dalam penelitian yang lebih luas lagi.

(29)

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. Menurut Suma’nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

(30)

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu:

(1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3 (Somaryanto, 2002).

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien (Suma’mur, 2009).

(31)

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga yang tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di ruang lingkup kecelakaan yang disertai kerugian material atau penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu : 1) Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan 2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan dirumah atau pada waktu rekreasi adalah diluar dari pada makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan kerja perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk pada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya.

Sekalipun kecelakaan akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan disini, melainkan pada ruang lingkup hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Terdapat tiga kelompok kecelakaan:

(32)

1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan 2. Kecelakaan lalu lintas

3. Kecelakaan dirumah

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka tersebut sebagai bahaya nyata.

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Secara umum kecelakaan menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh:

1. Tindakan perbuatan manusia (unsafe human act).

Menurut penelitian 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh : a. Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan

pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya – bahaya yang ada.

b. Karena tidak mampu / tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi karena belum mampu dan kurang kurang terampil maka dia melakukan kesalahan.

c. Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peraturan – peraturan serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakannya maka terjadi kecelakaan.

(33)

2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)

Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari industrial hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Setiap keadaan / faktor adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan peristiwa keseluruhan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa dihilangkan kecelakaan tidak akan terjadi. Kecelakaan diselidiki untuk maksud:

a. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan.

b. Mencegah terjadinya peristiwa serupa.

Sedangkan menurut Benny dan Achmadi (1991) sebab kecelakaan kerja mengelompokkannya sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment) a. Faktor Kimia

Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda- benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.

b. Faktor Fisik

Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya.

(34)

c. Faktor Biologi

Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun.

d. Faktor Ergonomi

Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan.

e. Faktor Psikologi

Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.

2. Faktor Pekerjaan a. Jam Kerja

Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja.

b. Pergeseran Waktu

Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.

3. Faktor Pekerja (human Factor)

(35)

a. Umur Pekerja

Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.

b. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja.

Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja.

Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

(36)

d. Lama Bekerja

Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.

e. Kelelahan

Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja.

2.3 Kecelakaan Kerja di Perkebunan

Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).

Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat

(37)

bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan, potensi kecelakaan kerja cukup tinggi.

Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :

1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suara, panas, sinar, dan lainnya)

2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lainnya)

3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain)

4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.

5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.

6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).

Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan Lahan

(38)

Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular.

2. Pemeliharaan Tanaman

Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat mengancam terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang kurang hati-hati, luka oleh duri sawit juga merupakan ancaman bagi pekerja pemeliharaan tanaman sedangkan iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat pemakaian pestisida dan pupuk, malahan terjadi nekrose (kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup) jaringan tubuh akibat kena tetesan pestisida yang pekat.

3. Panen

Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen.

4. Pengolahan

Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset.

(39)

5. Gudang

Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek.

Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran.

6. Kabel Listrik

Kurang terpeliharanya kabel listrik (tegangan listrik) terutama dibangunan perusahaan dapat mengundang terjadinya kebakaran.

2.4 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 (dua belas) hal berikut :

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)

3. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi

(40)

4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, Faktor Kerja dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

8. Pendidikan

9. Latihan-latihan (simulasi)

10. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat

11. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Somad, Ismet (2013) memperkenalkan konsep “2E+I” dalam pencegahan kecelakaan kerja, yaitu: Engineering, Education and Implementation. Yang masuk dalam lingkung engineering adalah: mencari substitusi material berbahaya, pengurangan penyimpanan material berbahaya, memodifikasi proses, menggunakan sistem peringatan.

Lingkup education adalah: melatih pekerja terkait tentang prosedur dan praktik kerja aman, mengajarkan cara pengerjaan suatu pekerjaan secara benar dan penggunaan produk secara aman, serta aktivitas edukasi lainnya.

Dan lingkup implementation adalah upaya pencapaian pemenuhan peraturan dan perundangan yang berlaku.

(41)

2.5 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

Sistem Manajemen Kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 1 menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi Struktur Organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

(42)

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif (Santoso, 2004).

Peran manajemen dalam meminimalkan kecelakaan kerja sangat sentral. Frank E.

Bird Petersen menyatakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

Kemudian, praktik dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama kesalahan manajemen.

I. Manajemen Kurang Kontrol

II. Sumber Penyebab Utama

III. Gejala Penyebab langsung (praktek dibawah standar)

IV. Kontak Peristiwa (kondisi di bawah standar) V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Gambar 2.1. Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan Sumber: Santoso (2004)

2.6 Perilaku Selamat (Safety Behavior)

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun yang dapat diamati secara tidak langsung. Lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk

(43)

perkembangan perilaku tersebut. Perilaku selamat merupakan segala yang dikerjakan oleh manusia atau dalam hal ini adalah tenaga kerja dalam rangka menciptakan keadaan selamat. Sistem manajemen K3 sebagai lingkungan mempengaruhi perkembangan perilaku selamat tenaga kerja. Perilaku aman merupakan suatu tindakan ketaatan pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri sebagai pencegahan kecelakaan kerja. Dalam konteks ini tentu perilaku manusia dianalisis menurut pembagian klasik yang diberikan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1908 yang mengembangkan perilaku ke dalam 3 (tiga) domain, yaitu: pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (psychomotor).

Terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan pengetahuan, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap, akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan.

Pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja mengenai pekerjaannya, baik melalui buku pedoman kerja, pimpinan atau bahkan yang diperolehnya sendiri melalui pengamatan atau media massa. Pengetahuan yang kurang mengenai pekerjaannya akan berpengaruh pada tindakan mereka dalam bekerja seperti tidak mematuhi prosedur kerja atau tidak memakai alat pelindung diri yang telah disediakan.

Menurut Suma’mur ( 2009), perilaku selamat adalah tindakan mematuhi prosedur kerja yang telah dibuat oleh perusahaan. Dalam hal ini maka kebijakan K3 perusahaan bertujuan untuk merubah perilaku manusia agar mampu bertindak secara aman atau

(44)

selamat. Guna meningkatkan dan memperluas kebijakan K3 maka dibuatlah program K3 dengan konsep pencegahan kecelakaan kerja. Pengawas berperan penting dalam mengembangkan perilaku selamat pada tenaga kerjanya melalui pelatihan dan praktek langsung oleh pengawas bagaimana berperilaku yang aman dan selamat dalam bekerja.

2.7 Penelitian Terdahulu

Guna mengkaji lebih dalam mengenai dasar dalam penelitian ini, berikut disajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan sistem manajemen kecelakaan kerja.

Syahrial Angkat (2008), dalam Tesisnya yang berjudul “Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X”. Beliau mengambil penelitian dalam upaya menjawab permasalahan upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan, bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja. Populasi penelitian adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan X sebanyak 100 orang. Penganalisaan permasalahan dianalisis dengan Chi Kuadrat 2 x 2.

Hasil penelitian: Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X adalah telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor, serta

(45)

pekerja, seperti dilakukannya penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja, dilengkapinya rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran, pemakaian alat pelindung diri, disediakannya peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan, serta ruangan istirahat pada pekerja yang mengalami kecekalaan dalam bekerja. Pelatihan K3 yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya angka kecelakaan kerja, status pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penggunaan alat pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.

Zamaan Tarigan (2008), dalam Tesisnya yang berjudul “Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau”. Penelitian ini mencoba memberikan jawaban tentang program-program apakah dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan penyelia pengelola pabrik kelapa sawit Tanjung Medan, berapakah persentasi penggunaan alat pelindung diri yang dilaksanakan pekerja, dan lokasi kerja manakah yang paling sering terjadi kecelakaan kerja. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 152 orang yaitu seluruh pekerja pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau. Penganalisaan permasalahan dianalisis secara deskriptif, dilengkapi dengan penyajian dalam bentuk tabel frekwensi tangensi.

Hasil penelitian: Program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri, papan peringatan/rambu-

(46)

rambu kecelakaan kerja, sanksi dan penghargaan, sehingga diharapkan kinerja, keselamatan dan kesehatan kerja semakin meningkat. Namun segi pengontrolan masih kurang sehingga masih ditemukan kecelakaan kecil yang tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja pekerja. Penggunaan alat pelindung diri seperti penggunaan helm sekitar 89,48%, sepatu boot dipakai 63,34% pekerja, sarung tangan dipakai 72,73% pekerja, penutup telinga dipakai 88,24% pekerja, penahan radiasi komputer dipakai 62,50%

pekerja, penutup mulut dipakai 77,78% pekerja, pelindung dada dipakai 53,34% pekerja.

(47)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual merupakan alur proses penelitian yang disusun agar penelitian menjadi sistematis dan jelas dalam mencapai tujuannya. Penyusunan kerangka konseptual yang benar, sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Maka kerangka konseptual berikut ini diharapkan memberikan gambaran jelas atas merumuskan usaha bagi manajemen PT. Tasik Raja, Kota Pinang dalam mencapai angka nihil kecelakaan kerja, sebagaimana pada bagan berikut:

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual

Prinsip keseimbangan dalam Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO) adalah antara Planet, People dan Profit, yakni berbicara mengenai industri kebun kelapa sawit dan turunannya harus dikelola dengan memperhatikan aspek keseimbangan antara ekosistem atau lingkungan (planet), manusia yang terlibat di dalamnya (people) dan keuntungan perusahaan (profit). Salah satu fokus perusahaan perkebunan adalah pada manusia yang terlibat di dalamnya, baik karyawan maupun pihak luar yang memiliki

(48)

kepentingan. Perusahaan tidak hanya menjamin bahwa perusahaan sudah memperhatikan aspek ekonomi manusia, tetapi juga aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

PT Tasik Raja, Kota Pinang sudah menyatakan komitmen untuk fokus pada faktor kesehatan dan keselamatan kerja, meskipun demikian masih saja terjadi kecelakaan kerja, baik di estate maupun di mill. Guna mewujudkan komitmennya, perusahaan mengimplementasikan melalui department khusus yakni EHS, kemudian perusahaan menurunkan kebijakannya tersebut ke dalam prosedur kerja dan dokumentasi kerja.

Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa bagaimana perusahaan melakukan penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil dari penelitian ini berupa rekomendasi strategis bagi perusahaan dalam menerapkan manajemen kecelakaan kerja agar dapat mencapai nihil kecelakaan kerja (zero accident).

Pada gambar 3.1, dalam menjawab pertanyaan penelitian yakni bagaimana upaya yang dapat dilakukan manajemen PT. Tasik Raja, Kota Pinang untuk mencapai zero accident dengan melihat hubungan antara penerapan sistem manajemen K3 di lingkungan perusahaan dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan, dimana diasumsikan jika penerapan SMK3 berjalan dengan baik, maka karyawan akan menunjukkan perilaku selamat, sehingga kecelakaan kerja bisa dihindari.

(49)

Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

- H1.0; Tidak ada pengaruh variabel Sosialisasi K3 (X1) secara positif dan signifikan terhadap Perilaku Selamat (Y) di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

- H2.0; Tidak ada pengaruh variabel Pelatihan K3 (X2) secara positif dan signifikan terhadap Perilaku Selamat (Y) di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

- H3.0; Tidak ada pengaruh variabel Pengawasan (X3) secara positif dan signifikan terhadap Perilaku Selamat (Y) di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

- H4.0; Tidak ada hubungan antara variabel variabel Sosialisi K3 (X1), Pelatihan K3 (X2), dan Pengawasan (X3) secara bersama-sama dan signifikan terhadap Perilaku Selamat (Y) di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

(50)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional, yaitu jenis penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011).

Pemilihan dan penggunaan desain ini terkait dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menjelaskan pengaruh dan pengujian hipotesis dengan menganalisis berbagai data di lapangan. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk memperoleh fakta–fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan–keterangan secara faktual tentang deskripsi faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna mencapai tingkat nihil kecelakaan kerja.

4.2 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatera Utara.

(51)

4.2.2 Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2014 hingga September 2014.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam Geladikarya ini adalah data primer dan sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat oleh peneliti. Data primer diperoleh melalui teknik pengumpulan data dengan survey. Survey merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer diambil dari hasil survey untuk data kualitatif meliputi persepsi karyawan mengenai faktor-fakor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

2. Data sekunder adalah data yang berasal dari instansi yang berkedudukan sebagai penyebar informasi, yaitu data jumlah karyawan, jumlah kecelakaan kerja, jumlah kehilangan jam kerja.

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang terdaftar di PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang berjumlah lebih kurang 1.200 orang. Ukuran besarnya sampel digunakan dengan menggunakan rumus Slovin (Sinulingga, 2011) sebagai berikut:

(52)

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%)

Atas dasar rumus tersebut, jumlah sampel yang ditetapkan dengan nilai kritis 10%, adalah adalah 92 orang karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang.

Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah para karyawan yang terdaftar di buku personalia PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Adapun metode dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan kriteria pengambilan sampel:

1. Merupakan karyawan tetap (minimal level SKU atau Syarat Ketentuan Umum) 2. Sudah bekerja minimal selama 1 (satu) tahun.

4.5 Metode Analisis Data

Hasil penelitian utama dalam penelitian dicapai dengan menggunakan analisa korelasi, yakni dengan menggunakan analisa regresi berganda (multiple regression analysis), sedangkan untuk melihat hubungan masing-masing faktor terhadap variable dependen digunakan analisa Uji t. Adapun persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

(53)

dimana:

Y = Perilaku Selamat X1 = Sosialisasi K3

a = konstanta X2 = Pelatihan K3

b = koefisien regresi X3 = Pengawasan

Sedangkan untuk memperdalam hasil penelitian, penulis menggunakan analisis deskripsi terhadap data-data penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sebab akibat dari suatu permasalahan.

Disamping itu, penulis juga menggunakan analisis chi square digunakan untuk mendapatkan informasi objektif perihal penyebab kecelakaan kerja yang ditinjau dari faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja.

4.6 Data Penelitian

Sebelumnya telah diungkapan bahwa salah satu untuk mencari data dalam penelitian ini dipergunakan penyebaran kuesioner. Ada 2 (dua) kuesioner yang dipergunakan, yakni Kuesioner Penerapan Sistem Manajemen K3, dimana kuesioner ini untuk mengukur sikap karyawan tentang bagaimana pelaksanaan SMK3 yang terjadi di perusahaan. Berikutnya adalah Kuesioner Perilaku Selamat, dimana kuesioner ini untuk mengukur bagaimana mereka sudah menerapkan perilaku kerja yang sesuai dengan sistem K3.

(54)

Tabel 4.1. Variabel Penelitian

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Pengukuran 01 Variabel Bebas:

1. Pelatihan K3 1. Segala bentuk program pelatihan yang disusun dan diadakan oleh manajemen perusahaan yang berkaitan dengan penerapan Sistem K3 di ruang lingkup perusahaan baik di kantor maupun di lapangan (kebun dan pabrik)

1. Kuesioner Pene- rapan Sistem Ma-

najemen K3

(Item No: 01-07)

2. Sosialisasi K3 2. Segala bentuk program yang dianggar dan dilaksanakan oleh perusahaan berkaitan dengan penyampaian – baik lisan maupun tulisan – kepada seluruh karyawan mengenai pentingnya menjaga dan melaksanakan K3 dalam setiap pekerjaan.

2. Kuesioner Pene- rapan Sistem Ma-

najemen K3

(Item No: 08-14)

3. Pengawasan 3. Segala bentuk program yang dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mengawasi serta memeriksa seluruh pekerjaan karyawan apakah sudah memenuhi unsur K3 dan pada lokasi-lokasi tertentu apakah sudah sesuai dengan standar K3.

3. Kuesioner Pene- rapan Sistem Ma-

najemen K3

(Item No: 14-20)

Variabel Terikat:

1. Perilaku Selamat 1. Penunjukkan aktivitas kerja yang aman, tidak menyebabkan kecelakaan, akibat dari pemaha- man terhadap pelaksanaan K3 di perusahaan.

1. Kuesioner Peri- laku Selamat

Sumber: Pengolahan Variabel Penelitian, tahun 2014

(55)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Latar Belakang Perusahaan

Minyak sawit selain digunakan sebagai bahan pangan seperti minyak goreng, margarine, krim dan lain sebagainya, juga dibutuhkan oleh indutri non-pangan seperti industri sabun, lilin serta industri kosmetik. Disamping itu minyak sawit juga memiliki harga jual yang baik di pasaran Internasional. Berdasarkan kedua alasan tersebut maka banyak perusahaan yang mulai mengembangkan usaha di bidang perkebunan kelapa sawit ini dan salah satu diantaranya adalah PT. Tasik Raja.

Pembukaan areal untuk penanaman kelapa sawit oleh PT. Tasik Raja dilakukan secara bertahap, dimulai tahun 1982 dibuka seluas 823 ha dan tahun 1983 seluas 1906,5 ha. Bibit yang digunakan berasal dari Balai Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pelaksaan penanaman dilakukan oleh CV. Karya Murni dan CV. Gaya Mestika. Kemudian tahun 1984 ditanam 2023 ha dan dilanjutkan pada tahun 1985 seluas 453,5 ha. Pada tahun 1986 kembali dilakukan penanaman seluas 566,8 ha. Sejak tahun 1988 pihak estate melakukan pembukaan areal sendiri seluas 22 ha, kemudian dilanjutkan tahun 1989 seluas 169,3 ha dengan Land Clearing oleh kontraktor UD. Sahabat. Tahun 1992 dibuka kembali areal seluas 154,38 ha.

(56)

5.2 Pembagian / Unit Usaha

5.2.1 PT. Tasik Raja, Estate

1. Letak dan Lokasi

Perkebunan PT. Tasik Raja adalah salah satu anak cabang dari PT. United Kingdom Indonesian Plantation (UKINDO) dan merupakan anggota dari Anglo Eastern Plantation (AEP) yang terletak di Desa Bukit Tujuh Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian tempat ± 8 - 10 m diatas permukaan laut.

Adapun letak dari PT. Tasik Raja ini adalah dikelilingi oleh perkebunan lainnya, seperti:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan PTP III Aek Roso 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Torganda

3) Sebelah Utara berbatasan dengan PTP III Aek Roso

4) Sebelah Barat berbatasan dengan PT. First Mujur Plantation.

2. Pembagian Rayon

Perkebunan PT. Tasik Raja Estate seluas 6.093,30 ha dibagi atas tiga rayon yaitu : a. Rayon I seluas 1.998,5 ha yang terdiri dari :

(57)

2. Divisi I seluas 594,5 ha 3. Divisi II seluas 627,5 ha

4. Divisi III seluas 776,5 ha

a. Rayon II seluas 1.832,6 ha yang terdiri dari : 5. Divisi VII seluas 639,5 ha

6. Divisi VIII seluas 616,5 ha 7. Divisi IX seluas 576,6 ha

b. Rayon III seluas 2.362,2 ha yang terdisi dari : 8. Divisi IV seluas 780,5 ha

9. Divisi V seluas 665,2 ha 10. Divisi VI seluas 505,1 ha 11. Divisi X seluas 311,4 ha

Pada awalnya PT. Tasik Raja dibagi atas tujuh divisi dan sejak tanggal 1 Januari 1993 menjadi 10 divisi.

(58)

3. Struktur Organisasi

Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT Tasik Raja, Estate

Sumber: Data Kepersonaliaan PT. Tasik Raja 5.2.2 PT. Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit

1. Pabrik Kelapa Sawit PT. Tasik Raja Estate

(59)

PT. Tasik Raja - Palm Oil Mill (POM) adalah pabrik pengolahan sawit milik PT.

Tasik Raja yang mulai dibangun pada tanggal 26 Mei 1990 dan mulai beroperasi 24 September 1991 kapasitas puncak produksi adalah 48 ton TBS/jam sedangkan kapasitas aktual saat ini adalah 40 ton TBS/jam.

2. Struktur Organisasi

Gambar 5.2. Struktur Organsasi PT. Tasik Raja, Pabrik Kelapa Sawit Sumber: Data Kepersonaliaan PT. Tasik Raja

(60)

BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.1 Hasil Utama Penelitian

6.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data (Sinulingga, 2011).

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002), sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali.

Untuk memperoleh hasil penelitian dari kuesioner yang bermutu, maka sebelum penelitian dilakukan kuesioner harus diuji terlebih dahulu supaya data yang diperoleh dari kuesioner dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap hasil jawaban responden terhadap kuisioner yang

(61)

disebarkan mengenai pengaruh Sistem Manajemen K3 terhadap Perilaku Selamat di PT.

Tasik Raja, Kota Pinang.

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 dan Kuesioner Persepsi Perilaku Keselamatan. Kedua kuesioner tersebut dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas sebelum digunakan pada sampel yang sebenarnya

Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3

Pengujian kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 dilakukan kepada 30 orang karyawan yang bekerja di perkebunan PT. HF, yang terletak di Kecamatan Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Dipilihnya perusahaan ini karena juga bergerak di bidang perkebunan dan lokasinya juga tidak jauh dari PT. Tasik Raja, Kota Pinang, sama-sama berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Hasil pengujian alat ukur ditemukan bahwa dari 21 item yang diujikan, terdapat 1 item yang tidak layak untuk dimasukkan ke dalam Kuesioner Persepsi Penerapan Sistem SMK3 karena memiliki nilai validitas dibawah 0,3. Sementara, 20 item lainnya dapat dimasukkan ke dalam kuesioner.

Adapun uji reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach adalah 0,877. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kuesioner diatas 0,70 sehingga dapat dikatakan reliabel untuk digunakan. Data pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut (pada kolom Cronbach’s Alpha):

Gambar

Gambar 2.1. Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan Sumber: Santoso (2004)
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Variabel Penelitian
Gambar 5.1. Struktur Organisasi PT Tasik Raja, Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit

STS = Jika Bapak/Ibu merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan yang dimaksud Saya akan menjamin dan menjaga kerahasiaan data-data yang Bapak/Ibu berikan, dan data ini

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit

PER- 01/MEN/1/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menyebutkan bahwa “zero accident” atau kecelakaan nihil adalah suatu keadaan

menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Kese- lamatan dan Kesehatan

“ IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UNTUK MENCAPAI ZERO ACCIDENT DI PT.. WIKATAMA INDAH SIGARET

PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menyebutkan bahwa zero accident atau kecelakaan nihil merupakan suatu