• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.12. Alur Penelitian

Penderita PPOK

Kriteria Inklusi

Pemeriksaan Spirometri dan Combined COPD Assessment

Klasifikasi A-D

Kadar Vitamin D

Analisa Data

BAB IV HASIL

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 55 orang pasien yang telah didiagnosa sebagai penderita PPOK. Subjek penelitian diambil dari poli klinik penyakit Paru RSUP Haji Adam Malik Medan. Subjek penelitian merupakan pasien yang berobat sejak September 2017 sampai Mei 2018. Adapun karakteristik subjek penelitian digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel Mean ± SD Satuan

Umur 64.24 ± 6.21 Tahun

VEP1 32.39 ± 13.41 %

VEP1/KVP 65.42 ± 11.69 %

Vitamin D 25.25 ± 6.22 ng/mL

Leukosit 5800 (4980-13.110) /µL

Pada tabel 4.1. Terlihat bahwa usia penderita PPOK mean ± SD adalah 64.24 ± 6,21 tahun dengan VEP1 mean ± SD adalah 32,39 ± 13.41 % dengan nilai min-maks adalah 12.70 – 77.30 %. Nilai VEP1/KVP didapati sebesar mean ± SD 65.42

± 11,69 %. Nilai kadar vitamin D mean ± SD subjek penelitian adalah 25,25

± 6,22 ng/mL, sedangkan median jumlah leukosit adalah 5800 (4980 – 13.110/µL).

Tabel 4.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan GOLD

Variabel Keterangan Frekuensi %

Pada Tabel 4.2. tampak distribusi subjek penelitian berdasarkan klasifikasi GOLD berdasarkan nilai VEP1 yang terbanyak adalah subjek GOLD 4 dengan jumlah 47.27 %.

4.2. Analisis Bivariat antara umur dengan VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan Leukosit

Menggunakan analisis bivariat dicari hubungan antara umur dengan VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan Leukosit. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Hubungan umur dengan VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan Leukosit

VEP1 VEP1/KVP Vitamin D Leukosit Umur p = 0.731 p = 0.151 p = 0.516 p = 0.597 r = 0.047 r = - 0.196 r = 0.089 r = - 0.073

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa umur pasien tidak berhubungan dengan nilai VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D maupun jumlah leukosit. dengan nilai VEP1 – umur p = 0.731 r = 0.047, VEP1/KVP – umur p = 0.151 r = - 0.196, Vitamin D – umur p = 0.516 r = 0.089, Leukosit – umur p = 0.597 r = - 0.073.

4.3. Analisis Bivariat antara nilai VEP1 dengan nilai VEP1/KVP, kadar vitamin D dan leukosit.

Menggunakan analisis bivariat dicari hubungan antara VEP1 dengan VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan leukosit. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Hubungan VEP1 dengan VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan Leukosit

VEP1/KVP Vitamin D Leukosit

VEP1 p = 0.80 p = 0.588 p = 0.644

r = 0.238 r = - 0.075 r = 0.064

Dari tabel 4.4. terlihat bahwa nilai VEP1 pasien tidak berhubungan dengan nilai VEP1/KVP, kadar vitamin D maupun jumlah leukosit. dengan nilai VEP1 - VEP1/KVP p = 0.80 r = 0.238, VEP1 - Vitamin D p = 0.588 r = -0.075, VEP1 – Leukosit p = 0.644 r = 0.064.

4.4. Analisis Bivariat antara nilai VEP1/KVP dengan kadar vitamin D dan leukosit.

Menggunakan analisis bivariat dicari hubungan antara VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan leukosit. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Hubungan VEP1/KVP dengan kadar vitamin D, dan

Leukosit

Vitamin D Leukosit

VEP1/KVP p = 0.037 p = 0.820

r = 0.282 r = 0.031

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa nilai VEP1/KVP pasien berhubungan dengan kadar vitamin D dengan nilai p = 0.037; r = 0.282. Korelasi antara kadar vitamin D dengan nilai VEP1/KVP menunjukkan korelasi positif yang lemah dimana peningkatan kadar vitamin D akan disertai dengan peningkatan nilai VEP1/KVP.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik penelitian

Penelitian ini melibatkan 55 orang pasien laki-laki yang telah didiagnosa sebagai penderita PPOK. Subjek penelitian diambil dari poli Penyakit Paru RSUP Haji Adam Malik Medan. Subjek penelitian merupakan pasien yang berobat sejak September 2017 sampai Mei 2018.

Pada tabel 4.1. terlihat bahwa usia rata-rata penderita PPOK adalah 64.24

± 6.21 tahun. Data ini tidak jauh berbeda dengan data penelitian meta analisis bahwa prevalensi PPOK adalah lebih tinggi pada mereka yang berusia > 40 tahun dibanding mereka yang < 40 tahun, dan pada pria lebih banyak dibanding wanita, walaupun pada penelitian ini seluruh subjek penelitian yang diambil adalah pria.

(GOLD, 2017; PDPI, 2010). Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko. Faktor pejamu sendiri diduga sangat berhubungan dengan kejadian PPOK yakni semakin banyaknya jumlah perokok dari usia muda hingga diusia tua, setelah dianamnese riwayat perokok ± 15 – 20 tahun dan menghabiskan ± 25 batang / hari. serta meningkatnya pencemaran udara di dalam maupun di luar ruangan terutama di tempat kerja (Matherrs CD; Loncar D, 2006, GOLD, 2017).

Pada tabel 4.1 juga terlihat bahwa nilai mean VEP1 adalah 33.39 ± 13.41%

dengan nilai min-maks adalah 12.70 – 77.30%. Hal ini menunjukkan menurunnya nilai VEP1 pada subjek PPOK yang diperiksa. Pada populasi normal nilai VEP1

adalah 3.2 liter, kurang lebih 80% dari nilai KVP yang pada populasi normal adalah 4 liter. VEP1 sendiri adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan paksa pada detik pertama pada pemeriksaan spirometri. Nilai rata-rata VEP1/KVP didapati sebesar 65.42 ± 11.69%, Normal yaitu 75 - 80%. Pada pasien PPOK terjadi ganggu pengeluaran udara (unable to get air out) dimana jalan nafas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Semakin rendah rasionya menunjukkan semakin parah obstruksinya (Zulliesikawati, 2017)

Tabel 4.1 juga menunjukkan nilai rerata kadar vitamin D subjek penelitian adalah 25.24 ± 6.22 ng/mL. Menggambarkan bahwa pada pasien PPOK yang diteliti dijumpai kadar vitamin D yang rendah. Menurut pedoman Endocrine Society, status vitamin D didefinisikan sebagai sufisiensi bila kadar calcifediol 31 sampai 60 ng/mL, insufisiensi bila kadar calcifediol 21 sampai 30 ng/mL dan defisiensi bila kadar calcifediol ≤ 20 ng/mL (Lee, 2013). Pedoman ini menggolongkan subjek pada penelitian ini dalam kelompok insufisiensi vitamin D.

Data ini sesuai dengan data epidemiologis dari National Health and Nutritional Examination Survey III (NHANES III) yang menunjukkan tingkat serum vitamin D yang rendah pada pasien PPOK. Forli et al (2004) juga menemukan defisiensi vitamin D (<20 ng/ml) pada lebih dari 50% pasien transplantasi paru-paru akibat PPOK. Demikian juga dalam sebuah studi pada pasien rawat jalan PPOK di Denmark, sekitar 68% responden memiliki

osteoporosis atau osteopenia yang berkaitan dengan kurangnya kadar serum vitamin D (Forli et al. 2004).

Data jumlah leukosit pasien pada tabel 4.1 menunjukkan nilai median jumlah leukosit subjek penelitian adalah 5800 ± 3503.93 dan nilai min-maks adalah 4.980–13.110/µL. Data leukosit ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien PPOK yang diteliti masih memiliki jumlah leukosit dalam rentang normal.

Hal ini didukung teori tentang patofisiologi dari PPOK itu sendiri yang merupakan suatu proses hambatan aliran udara diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Proses infeksi sendiri merupakan sekunder yang tidak selalu terjadi pada pasien dengan PPOK. Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen bangian dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas mengecil dan berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi, yang meningkat sesuai beratnya sakit (Tabrani R, 2010: Sooeroto AY, 2014)

Tabel 4.2. menunjukkan distribusi subjek penelitian berdasarkan klasifikasi GOLD dimana didapati berdasarkan VEP1 yang terbanyak adalah subjek dengan GOLD 4. GOLD 4 berdasarkan nilai VEP1 menunjukkan penurunan nilai VEP1 yang berat pada subjek penelitian, dimana GOLD 4 bernilai <30% nilai populasi normal (berdasarkan tabel nilai normal menurut jenis kelamin dan umur).

5.2. Analisis Bivariat antara umur dengan VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D, dan Leukosit

Dengan analisis bivariat didapati bahwa umur pasien tidak berhubungan dengan nilai VEP1, VEP1/KVP, kadar vitamin D maupun jumlah leukosit dengan nilai secara berurutan adalah p=0.731 r =0.047 ; p= 0.151 r = - 0.196; p=0.516 r

=0.089 dan p=0.597 r = - 0.073. Hal ini dapat disebabkan usia subjek penelitian yang hampir sama pada penelitian ini sehingga faktor usia ini tidak menunjukkan hubungan maupun perbedaan yang signifikan dalam nilai VEP1, VEP1/KVP,kadar vitamin D, maupun jumlah leukosit.

5.3. Analisis Bivariat antara nilai VEP1 dengan nilai VEP1/KVP, kadar vitamin D dan leukosit.

Dengan analisis bivariat didapati bahwa nilai VEP1 pasien tidak berhubungan dengan nilai VEP1/KVP, kadar vitamin D maupun jumlah leukosit dengan nilai adalah VEP1 – VEP1/KVP p= 0.80 r = 0.238; VEP1-Vitamin D p=0.588 r = - 0.075 dan VEP- Leukosit p= 0.644 r = 0.064. Saat diuji dengan Mann Whitney Test nilai VEP1 dan VEP1/KVP justru menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0.0001.

Nilai VEP1 yang tidak berhubungan dengan nilai VEP1/KVP kemungkinan disebabkan karena perbedaan nilai KVP dari subjek penelitian. Nilai KVP merupakan pengukuran terhadap perubahan kapasitas volume paru-paru pada pernafasan yang dipaksakan sementara VEP1 diukur hanya pada detik pertama. Pada pasien PPOK didapati kondisi ekspirasi memanjang sehingga nilai KVP

dapat berbeda pada pasien dengan nilai VEP1 yang tidak terlalu berbeda. . Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru yang lainnya seperti ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan juga pada pasien dengan PPOK (PDPI, 2010)

5.4. Analisis Bivariat antara nilai VEP1/KVP dengan kadar vitamin D dan leukosit.

Dengan analisis bivariat didapati bahwa nilai VEP1/KVP pasien berhubungan dengan kadar vitamin D dengan nilai p=0.037; r=0.282 namun tidak berhubungan dengan jumlah leukosit dengan nilai p=0.820. Hubungan yang signifikan antara VEP1/KVP dengan kadar vitamin D ini sesuai dengan banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana rasio VEP1/KVP merupakan ukuran atau penanda fungsi faal paru. Pada pasien PPOK penurunan nilai VEP1/KVP menunjukkan benar adanya suatu kondisi obstruksi dari saluran nafas.

Kondisi obstruksi ini sendiri disebabkan oleh peningkatan penebalan saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas.

(Tabrani R, 2010: Sooeroto AY, 2014)

Perubahan pada saluran nafas ini dapat disebabkan oleh banyak hal termasuk proses inflamasi dan radikal bebas. Vitamin D sangat berperan dalam hal ini, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Molekul aktif dari vitamin D,1,25(OH)2D3 merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsi kalsium

ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan beberapa penyakit (Harper, 2013).

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian 1α,25(OH)2D3 menunjukkan penurunan ekspresi MMP. Matriks metalloproteinase (MMP) merupakan jaringan kolagen yang dapat merusak matriks ekstrseluler paru dan berperan dalam timbulnya cavitasi pada pasien obstruksi post TB (SOPT). (Khoo, et al (2011) juga melaporkan bahwa 1α,25(OH)2D3 menunjukkan kemampuan menekan respon inflamasi dengan menurunkan ekspresi TLR2 (Toll-Like Receptor) dan TLR4 pada monosit yang mencegah aktivasi TLR yang berlebihan selama infeksi (Khoo et al, 2011).

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. SIMPULAN

- Nilai VEP1 tidak terdapat berhubungan dengan kadar vitamin D pasien PPOK.

- Dari hasil penelitian ini didapati hubungan yang signifikan antara nilai VEP1/KVP sebagai penanda tingkat obstruksi saluran nafas pada pasien PPOK dengan kadar vitamin D pasien.

- Korelasi yang ditunjukkan adalah korelasi positif yang berarti semakin tinggi kadar vitamin D pasien maka nilai VEP1/KVP akan semakin tinggi (tingkat obstruksi lebih rendah).

- Vitamin D berperan dalam patofisiologi PPOK.

6.2. SARAN

6.2.1. Untuk penelitian selanjutnya

- Perlu dilakukan penelitian dengan desain longitudinal study untuk melihat perubahan temporal dari kadar vitamin D dalam progresifitas terjadinya obstruksi saluran nafas pada pasien PPOK, Sehingga dapat diterangkan kepada pasien apakah perlu pemberian suplemen vitamin D atau cukup dengan sinar ultra violet saja.

- Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih besar dan bervariasi jenis kelamin dan umur.

- Perlu penelitian selanjutnya dari penelitian ini setelah diterapy apakah morbiditas dan mortalitas terjadi perubahan? Serta pada kualitas hidup pasien apakah semakin membaik?

6.2.2. Untuk para klinisi

- Pemeriksaan kadar vitamin D penting dilakukan pada pasien PPOK.

- Dengan adanya hasil pemeriksaan kadar vitamin D pada pasien PPOK, klinisi dapat menjadikannya sebagai point penting dalam mengobati dan mencegah progresifitas penyakit pada pasien PPOK.

DAFTAR PUSTAKA

Boyan BD, Wong KL, Fang M, Schwartz Z. 2007. 1alpha, 25(OH)2D3 is an autocrine regulator of extracellular matrix turnover and growth factor release via ERp60 activated matrix vesicle metalloproteinases. J Steroid Biochem Mol Biol,103:467-472

Buist Sonia, et al. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of COPD.In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop

Summary : 2006

Cao Y, Wang X, Cao Z, Cheng X. Vitamin D receptor gene Fokl

polymorphisms and tuberculosis susceptibility: a meta analysis. Arch Med Sci 2016;12,5:1118-1134.

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. editors. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th ed. New York:

Mc Graw Hill; 2008.

Forli L, Halse J, Haug E, Bjortuft O, Vatn M, Kofstad J, et al. 2004.

Vitamin D deficiency, bone mineral density and weight in patients with advanced pulmonary disease. J Intern Med, 256:56-62.

Ganji V, Zhang X, Tangpricha V. (2012) Serum 25-hydroxyvitamin D concentrations and prevalence estimates of hypovitaminosis D in the U.S.

population based on assay-adjusted data. J Nutr, 142:498-507.

Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD); 2013.

Gan WQ, Man SF, Senthilselvan A, Sin DD. 2004.Association between chronic obstructive pulmonary disease and systemic inflammation: a systematic review and a meta-analysis. Thorax 59: 574-580.

[GOLD] Global Initiative FOR Chronic Obstructive Lung Disease. 2017.

Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention. GOLD, Medical Communication Resources, Inc.

Grey A, Lucas J, Horne A, Gamble G, Davidson JS, Reid IR. (2005)Vitamin D

repletion in patients with primary hyperparathyroidism and coexistent vitamin D insufficiency. J Clin Endocrinol Metab, 90:2122-6.

Hadfied R. 2017. Pocket Guide to COPD to diagnosis, management, and prevention. Global initiative for GOLD 2017-ed.

Harishankar M, Anbalagan S, Selvaraj P. Effect of vitamin D3 on chemokine levels and regulatory T-cells in pulmonary tuberculosis.International immunepharmacology 3r(2016):86-91.

Heidari B, Javadian Y, Monadi M, et al. Vitamin D status and distribution in patients with chronic obstructive pulmonary disease versus healthy controls. Caspian J Intern Med 2015;6(2):93-97.

Herr et al. The role of vitamin D in pulmonary disease:

COPD, asthma, infection, and cancer. Respiratory Research 2011, 12:31.

Holick M.F, Binkley N.C, Bischoff-Ferrari H. A, Gordon C.M, Hanley D.A, and Heaney R.P. 2011. Evaluation, treatment, and prevention of vitamin D deficiency: an endocrine society clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metab. 96: 1911-1930.

Janssens W, Bouillon R, Claes B, Carremans C, Lehouck A, Buysschaert I, et al. 2010. Vitamin D Deficiency is Highly Prevalent in COPD and

Correlates with Variants in the Vitamin D Binding Gene. Thorax 2010, 65:215-20.

Lee JY, So TY, Thackray J. (2013)A review on vitamin D deficiency treatment in pediatric patients. J Pediatr Pharmacol Ther, 18:277-91.

Mathers CD, Loncar D. "Projections of Global Mortality and Burden of Disease from 2002 to 2030". PLoS Med. 3,2006(11):

e442:10.1371/journal.pmed.0030442

Neme A, Nurminen V, Seuter S, Carlberg C.The vitamin D-dependent transcriptome oh human monocytes. Journal of steroid biochemistry

& molecular biology, 2015.10.018

Nair R, Maseeh A. Vitamin D: The “sunshine” vitamin. J Pharmacol Pharmacother. 2012; 3:118-26.

PDPI. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan penyakit paru di Indonesia, 2010.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruksi kronik, pedoman praktis diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah offiset grafika; 2011. 1-86.

Saccone D, Asani F, Bornman L. Regulation of the vitamin D receptor gene by environment, genetics, and epigenetics. Gene 40273(2015)02,024: 1 -10.

Sarkar S, et al. Role of Vitamin D in cytotoxic T lymphocyte immunity to pathogens and cancer. Crit Rev Clin Lab Sci, Early Online, 2015: 1 -14.

Soeroto AY, Suryadinata H. Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014

Tabrani R. Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta , 2010:

3-8.

Tsiligianni I., van der Molen. 2010. A systematic review of the role of vitamin insufficiencies and supplementation in COPD. Respiratory Research, 11:171.

Vestbo J, Hurd S, Agusti A, Jones P, Vogelmeier C, Anzueto A, et al. Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of chronic obctructive pulmonary disease: GOLD executive summary. Am J Respir Crit Care Med. 2014;187(4):347 - 65.2.

Zitterman A, Pilz S, Hoffmann H, Marz W. Vitamin D and airway infection:

a European perspective. Eur J Med Res (2016)21:14.

Zullieskawati. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.

http://zullieskawati.staff.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/lung -function-tests.pdf. 2017

Lampiran 1

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb

Selamat pagi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari Yth

Saya dr.Syahni Wirdani Pulungan saat ini sedang menjalani pendidikan Strata (S) 2 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul:

HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN DERAJAT OBSTRUKSI PADA PASIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) STABIL

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kadar vitamin D dengan derajat obstruksi penyakit pada pasien PPOK.

Adapun manfaatnya bagi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari adalah dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ke masyarakat mengenai manfaat pemeriksaan vitamin D sebagai suatu pemeriksaan noninvasive dalam mengetahui derajat obstruksi penyakit PPOK dan cara penanggulangannya secara non medis dan medis.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Pasien yang dicurigai PPOK harus ditegakkan diagnosisnya menggunakan spirometri. Spirometri direkomendasikan untuk semua perokok > tahun, terutama mereka yang dengan sesak napas, batuk, mengi, atau dahak persisten.

Pemeriksaan vitamin D di lakukan di laboratorium H.adam Malik Medan.

Bahan pemeriksaan laboratorium berupa darah tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan kadar serum Vitamin D.

Cara kerja

a) Subjek penelitian yaitu penderita PPOK dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

b) Setelah memenuhi kriteria diagnosis, kemudian ditentukan memenuhi kriteria inklusi dan tidak kriteria eksklusi.

c) Penderita yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan informed consent dan mengisi surat persetujuan mengikuti penelitian.

d) Dilakukan pengambilan sampel darah.

e) Pengambilan dan Pengolahan Bahan :

1. Bahan darah subjek diambil melalui vena punksi dari vena mediana cubiti.

Tempat vena punksi terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering. Darah diambil dengan menggunakan venoject sebanyak 10 ml dan dibagi dua pada tabung vacutainer gel clot activator (3 ml).

Masing-masing berisi 5 ml. Darah pada tabung vacutainer gel clot activator dibiarkan membeku selama 20 menit pada suhu ruangan, dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit, serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung plastik (aliquot) 1 ml untuk bahan pemeriksaan kadar vitamin D serum.

2. Untuk pemeriksaan vitamin D, serum disimpan dalam freezer -20°C sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 6 bulan).

Pemeriksaan kadar 25(OH) vitamin D Total dilakukan dengan

menggunakan alat MINI VIDAS BRAHMS. Prinsip pemeriksaan 25(OH) vitamin D Total dengan metode Enzyme-Linked Fluourescent Assay (ELFA) sesuai rekomendasi The Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI).

Reagen untuk pengujian telah tersedia siap digunakan dan telah terbagi di setiap strip reagen yang tersegel. Semua langkah-langkah uji yang dilakukan secara otomatis oleh instrumen. Media reaksi dengan siklus masuk dan keluar dari SPR beberapa kali.

Pada lazimnya penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya pada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari sekalian, efek samping yang mungkin muncul

adalah seperti nyeri atau bengkak pada tempat diambilnya darah dan hal ini dapat hilang dengan sendirinya dalam satu atau dua hari.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung atau ada hal yang kurang jelas yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi saya ke no 081367774216 untuk mendapat pertolongan.

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Medan , 7 November 2017 Peneliti

( dr. Syahni Wirdani Pulungan )

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN DERAJAT OBSTRUKSI PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) STABIL”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ...2017

( )

Lampiran 5