• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian dan Pengembangan Research and Development (R&D).

Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Kependidikan (dalam Tegeh, Jampel, Pudjawan 2014: xiii) mengatakan bahwa penelitian dan pengambangan adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau memperbaiki produk-produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.

Trianto (2010:206) mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan.

Begitu juga yang dijelaskan oleh Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2012: 9) mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan (research and development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Penelitian dan pengembangan, Brog & Gall mengungkapkan bahwa siklus R&D tersusun dalam beberapa langkah penelitian sebagai berikut: 1) penelitian dan pengumpulan informasi (research and

56

information) 2) perencanaan (planning); 3) pengembangan draf produk (develop premilinary from of product); 4) uji coba lapangan awal (preliminary field test); 5) revisi hasil coba (main product revition), 6) uji coba lapangan utama (main field testing); 7) penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operational product revision); 8) uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing); 9) perbaikan produk akhir (final product revision), 10) disminasi dan implementasi (dissemination and implementation). Penelitian ini mengacu pada langkah- langkah yang dilakukan oleh Borg & Gall.

57

Gambar 3.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Menuruut Borg and Gall

Penelitian dan pengumpulan informasi Perencanaan Pengembangan draf produk Uji coba lapangan awal Revisi hasil uji coba Uji coba lapangan utama Penyempurna an produk hasil uji coba

Uji coba pelaksanaan lapangan Perbaikan produk akhir Disminasi dan implementasi

58

Borg and Gall (dalam Tegeh, Jampel, Pudjawan 2014:7) memaparkan langkah umum dalam siklus R&D (Research and Development) atau penelitian dan pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan suatu produk pengembangan sebagai berikut.

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting)

Pada langkah awal yaitu mengumpulkan informasi. Langkah ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti: pengukuran kebutuhan, kajian pustaka, pengamatan kelas.

2. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan adalah proses penyusunan rencana penelitian, yang meliputi kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian, ppernyataan tujuan yang akan dicapai melalui penelitian tersebut, dan tes skala kecil yang mungkin dikerjakan.

3. Pengembangan draf produk (Develop Preliminary from of product) Langkah ketiga meliuti pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran serta instrumen evaluasi.

59

4. Uji Coba Lapangan awal (Preliminary Field Test)

Pada langkah keempat dilakukan pengujian produk. Uji coba dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah menggunakan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru). Wawancara, observasi, dan kuisioner pengumpulan dan analisis data.

5. Revisi hasil coba (main product revition)

Selanjutnya adalah revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil uji coba lapangan. Hasil uji coba ini dilaksanakan untuk menyempurnakan produk.

6. Uji coba lapangan utama (main field testing)

Pada tahap keenam dilakukan uji coba secara lebih luas yang dilakukan pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 subjek uji coba (guru) sebelum dan sesudah menerakan model yang diuji cobakan. Hasil dari pengumpulan data ini kemudian dievaluasi.

7. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operational product revision)

Pada tahap ketujuh ini dilakukan revisi produk sebagaimana disarankan oleh hasil uji lapangan utama. Jadi, perbaikan kali ini merupakan perbaikan ke dua sesudah dilaksanakan uji lapangan yang lebih luas dari pada uji lapangan yang pertama.

60

8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing)

Uji lapangan ini dilakuka pada 10 sampai 30 sekolah meliputi 40 sampai 200 subjek. Pengujian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dan kuisioner pengumpulan dan analisis data.

9. Perbaikan produk akhir (final product revision)

Langkah ini merupakan langkah revisi final, merupakan penyempurnaan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan dilakukan atas masukan atau hasil uji coba di lapangan.

10. Disminasi dan implementasi (dissemination and implementation). Merupakan tahap pelaporan produk pada pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja dengan penerbit yang memangku distribusi komersial. Memonitor distribusi untuk meningkatkan kontrol kualitas.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan dari Dick and Carey. Tung (2017: 15) menjelaskan bahwa Model Dick and Carey merupakan Model Instruksional System Design (ISD). Model ISD adalah model dengan pendekatan sistematik dan sistemik untuk design, development, implementation, dan evaluation dari pengajaran dan sudah banyak digunakan oleh para desainer instruksional untuk mengembangkan instruksi/ pengajaran secara sistematis. Pendekatan sistem dapat memfokuskan sistem pembelajaran , karena dari semula sudah ditentukan tujuan pembelajaran, kebutuhan dan kemampuan individu pembelajar. Model pengembangan desain sistem pembelajaran Dick and Carey menekankan aspek revisi yang menyeluruh ada setiap

61

tahapan pengembangan model desain sistem pembelajaran. Model Dick and Carey merupakan model pengambangan desain sistem pembelajaran yang bersifat prosedural. Oleh sebab itu, model ini dipandang memiliki keunggulan sebagai berikut.

1. Alur pengembangan model jelas, rinci, dan komprehensif. 2. Langkah pengembangan model bersifat reflektif kritis

3. Model desain sistem pembelajaran dikembangkan diuji coba dalam situasi pembelajaran yang berjenjang dari tahap terbatas, luas, hingga uji validasi.

Gambar 3.2 Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carey

1. Analisis Kebutuhan dan Tujuan (Assess Need to Identify Goal)

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Dengan mengkaji kebutuhan,

62

pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada dan keadaan nyata di laangan yang sebenarnya. Pengembang mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan masalah dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu.

2. Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)

Analisis instruksional merupakan seperangkat prosedur untuk mencapai (langkah-langkah) aktifitas tujuan instruksional. Tahapan ini mengidentifikasi langkah-langkah yang relevan untuk aktivitas pembelajaran sesuai tujuan serta keterampiln bawaan yang dibutuhankan bagi murid untuk mencapai tujuan. Terdapat dua langkah dasar dalam melakukan analisis instruksional yaitu mengklasifikasikan jenis hasil belajaran yang terkait dalam mencapai tujuan. Dan menyatakan tujuan dan mengalisisnya untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang melibatkan murid dalam mencapai tujuan.

3. Analisis Pembelajaran dan Konteks (Analyze Learners and Contexts) Proses mengumpulkan informasi akan membantu menginformasikan proses desain instruksional, terutama tujuan instruksional khusus (objektif kinerja). Analisis pembelajaran dan konteksnya dilakukan dengan memperhatikan tujuan instruksional murid, konteks mereka dalam proses pembelajaran, penggunaan akan ilmu kependidikan, kometensi dan kemampuasn murid yang ada, preferensi sekarang, dan pengaturan intruksional.

63

4. Menuliskan Hasil Belajar atau Kinerja Objektif (Write Performance Objectives)

Hal penting yang harus ditunjukan pada pandangan behaviorisme adalah performance objectives. Pada behaviorisme, indikator perilaku harus dapat diukur untuk menunjukan hasil yang diperoleh setelah proses pembelajaran dilakukan. Write performance objective adalah menuliskan Tujuan Instruks Khusus – TIK, menuliskan hasil belajar ketika sebagian atau satu topik pembelajaran selesai dilakukan. TIK menjadi satu-satunya dasar dalam menyusun kisi-kisi tes, karena itu TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada pembuat tes agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur indikator keberhasilan atau perilaku yang terdapat di dalamnya. Unsur-unsur dalam TIK terkait dengan lingkungan pembelajaran ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree) 5. Mengembangkan Kriteria Tes Kinerja (Develop Criterion

Performance Test)

Dalam tahap ini terdapat dua jenis yaitu:

a. Pretest : digunakan untuk mengukur kemampuan awal dalam mengidentifikasi pengajaran sesuai dengan tujuan (termasuk identifikasi pembelajaran yang diinginkan)

b. Posttest : digunakan untuk mengukur kemampuan akhir setelah mendapat pembelajaran. Pengukuran dilakukan terhadap tujuan instruksional yang khusus.

64

Evaluasi tes dan item tes, dalam membuat ukuran bagi keberhasilan instrumen tes harus memperhatikan beberapa hal penting yaitu: konstruksi tes itu sendiri, perangkat formulir respon, materi pengajaran, situasi, dan lingkungan pengajaran serta pencapain dari murid.

6. Mengembangkan Strategi Instruksional (Develop Instructional Strategy)

Mengembangkan strategi instruksional berarti mengembangkan strategi pembelajaran dalam skenario yang sistematis. Pengembangan strategi instruksional bertujuan mencapai kemampuan yang ditetapkan dalam tujuan instruksional khusus (hasil belajar). Strategi instruksional mengandung empat hal penting yaitu: a) tahapan kegiatan instruksional, berupa urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada murid, b) metode instruksional, berupa cara penyampaian guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran agar terjadi proses pembelajaran secara efektif dan efesien, c) media instruktusional, berupa penggunaan peralatan dan bahan instruksional yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan d) alokasi waktu yang digunakan untuk menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.

65

7. Mengembangkan Bahan Instruksioanal (Develop/Select Instructional Material)

Tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan bahan instruksional adalah sebagai berikut: a) menjelaskan faktor yang dapat menyebabkan perbaikan dalam pemilihan media dan sistem penympaian agar sesuai dengan kegiatan instruksional, b) menjelaskan dan menyebutkan faktor-faktor dalam komponen instruksional, c) memberikan peran desainer dalam pengembangan materi dan penyampaiannya kegiatan instruksional, d) menjelaskan prosedur yang akan digunakan untuk mengembangkan bahan instruksional yang sesuai dengan strategi instruksional, e) membuat bahan instruksional berdasarkan strategi instruksional.

8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif (Develop and conduct formative evaluation)

Merancang dan melakukan evaluasi terhadap tes formatif dilakukan setelah selesainya pengajaran. Hasil evaluasi proses pengajaran menjadi data untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan instruksi/pengajaran. Evaluasi formatif digunakan sebagai proses menyediakan informasi yang akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dallam rangka meningkatkan kualitas produk atau program instruksional. Tahapan evaluasi formatif adalah sebagai berikut, dengan tinjauan ulang oleh ahli bidang studi diluar tim pengembangan instruksional :

66

b. Evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation) atau clinical c. Evaluasi kelompok kecil dan

d. Uji coba lapangan

9. Melakukan revisi (Develop/conduct Revise Instruction)

Merevisi materi bahan ajar merupakan langkah terakhir dalam proses desain dan pengembangan model ini, sekaligus merupakan langkah pertama dalam siklus berulang model ini. Langkah ini berbentuk revisi instruksi untuk membuat alat pembelajaran yang efektif. Data dari evaluasi formatif ini dirangkum dan diimplementasikan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dialami murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Revisi bahan pengajaran berkaitan dengan analisis instruksional atau kekuarangan bahan ajar dalam instruksi. Hal ini dilakukan dengan memeriksa kembali validitas analisis instruksional dan asumsi tentang perilaku, keberhasilan pengajaran dan karakteristik murid.

10. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif (Develop/conduct Sumative evaluation)

Evaluasi sumartif merupakan evaluasi untuk menilai efektivitas pengajaran dan dilakukan untuk mengevaluasi suatu tujuan pembelajaran perwaktu tertentu biasanya pada akhir semester akhir suatu program. Proses ini bukan merupakan bagian dari desain. Evaluasi sumartif merupakan evaluasi dari nilai keseluruhan (relatif) serta penilaian instruksi, hal ini terjadi hanya setelah instruksi,

67

dilakukan tes formatif sudah dievaluasi dan direvisi sehingga cukup memenuhi standar tes dari para desainer instrusional.

Dokumen terkait