• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.4 Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang mengkaji tentang teknik dan pergeseran (shifts) penerjemahan :

1. Fatukhna’imah Rhina Zuliani (2001), dalam tesisnya Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Penerjemahan Ungkapan dalam Novel The Kite

Runner Karya Khaled Hosseini

novel The kite Runner, mengkaji teknik penerjemahan yang digunakan dan menunjukan kualitas penerjemahan, kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang. Hasil analisis menunjukan bahwa dalam novel the kite runner terdapat 139 ungkapan budaya. Ungkapan budaya tersebut diklasifikasi budaya koentjaraningrat yaitu bahasa, system pengetahuan, organisasi sosial, sisperalatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi

dan kesenian. Hasil lengkap klasifikasi budaya adalah sebagai berikut : Bahasa 44 data (32%), system pengetahuan 3 data (2%), organisasi sosial 6 data (4%), sistem peralatan hidup dan teknologi 46 data (33%), sistem mata pencaharian hidup 5 data (4%), sistem religi 27 data (19%), dan kesenian 8 data (6%). Dari kajian yang dilakukan terhadap teknik penerjemahan, terindentifikasi teknik yang digunakan dalam menerjemahkan ungkapan budaya adalah sebagai berikut : peminjaman murni 75 data (54%), peminjaman alamiah 27 data (19,4%), calque 7 data (5%), amplifikasi 8 data (5,8%), deskripsi 2 data (1,4%), literal 7 data (5%) dan established equivalent 13 data (9,4%). Dalam menerjemahkan ungkapan budaya, penerjemah lebih banyak menggunakan peminjaman murni dengan mempertahankan bentuk asli ungkapan BSu. Adapun kualitas penerjemah kaitannya dengan teknik penerjemahan yang digunakan adalah sebagai berikut : terjemahan akurat pada 60 data (43%) paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman alamiah yaitu 23 data (16,5%), terjemahan kurang akurat pada 39 data (28%) dan tidak akurat 40 data (29%) paling banyak dihasilkan dengan teknik peminjaman murni. Terjemahan ungkapan budaya yang berterima sebanyak 57 data (41%) paling banyak dihasilkan dengan peminjaman alamiah, yaitu 23 data (16,5%) kurang berterima 42 data (30%), dan tidak berterima 40 data (29%) paling bnayak dihasilkan dengan teknik peminjaman murni. Rater pembaca sepakat menilai 54 data (39%) memiliki keterbacaan mudah, 41 data (29%) keterbacaan agak sulit, dan 44 data (32%) memiliki keterbacaan sulit. Adapun teknik yang paling banyak menghasilkan keterbacaan mudah adalah teknik

peminjaman murni (15,8%), dan keterbacaan sulit dengan peminjaman murni (26,6%). Dari temuan tersebut dapat dilihat bahwa teknik peminjaman alamiah menghasilkan lebih banyak terjemahan yang akurat, berterima, dan memiliki keterbacaan mudah karena digunakannyaungkapan budaya yang tepat dan familier. Sebaliknya, teknik peminjaman murni menghasilkan lebih banyak terjemahan yg tidak akurat, tidak berterima, dan memiliki keterbacaan sulit karena digunakannya ungkapan budaya BSu yang masih asing dalam BSa.

Relevansinya terhadap penelitian ini ialah bahwa keduanya merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang. Namun penelitian di atas mengkaji teknik penerjemahan yang digunakan untuk menunjukan kualitas penerjemahan, sedangkan penelitian yang dilakukan penelti mengidentifikasi strategi penerjemahan dan tingkat keterbacaan teks.

2. Indonesian Subtitling Strategies of the English Movie Inception. Oleh Andalusia lestarian, Universitas Andalas (2011). Penelitian ini membahas tentang strategi penerjemahan pada teks film ( Indonesian subtitling strategies) yang digunakan pada film berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi penerjemahan apa yang digunakan pada teks film dan strategi apa yang paling banyak digunakan. Metode yang digunakan adalah membandingkan data sumber dengan terjemahannya. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengamatan dan teknik catat. Petikan-petikan percakapan dicatat dan

penerjemahan yang diajukan oleh Gottlieb (2011), yang terdiri dari penghilangan penyingkatan, penambahan, pemindahan, pengurangan , penyimpulan dan penyalinan. Data analisis diambil dari petikan percakapan dari film berjudul Inception dalam bentuk DVD. Dalam menganalis data, penulis menjelaskan bagian mana yang mengalami strategi penerjemahan, klasifikasi dan asumsi mengapa strategi itu digunakan. Penjabaran data analisis dijelaskan berdasarkan strategi, bukan petikan percakapan. Data analisis berjumlah 56 petikan percakapan, terdiri dari delapan tabel. Masing-masing tabel berjumlah tujuh petikan percakapan. Dari hasil analis, ditemukan semua strategi penerjemahan, dan terdapat 70 kali penggunaan strategi penerjemahan. Dari hasil penelitian ditemukan strategi-strategi yang muncul dengan frekuensi sebagai berikut: penyingkatan 24 kali (42,85%), penghilangan 20 kali (37,71%), penyimpulan 14 kali (25%), penambahan 5 kali (8,93%) pemindahan 4 kali (7,14%) pengurangan dua kali (3,57%), dan penyalinan satu kali (1,75%) dengan kajian pergeseran kategori kata kerja dan kata benda dalam konteks keterkaitan makna bahasa dalam berbagai budaya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ada 12 variasi nomina serta 9 variasi pergeseran verba terjemahan pada karya-karya Hemingway : The Old Man and The sea;, sedangkan dalam A Farewell to Arms terdapat 11 variasi pergeseran nomina serta 7 variasi pergeseran nomina.

Relevansinya terhadap penelitian ini ialah keduanya membahas tentang strategi penerjemahan. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Penelitian di atas (No.2) meneliti teks film ( Indonesian subtitling strategies)

yang digunakan pada film berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini meneliti teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit.

3. Strategi Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan Buku Manual Handphone Nokia 1600 dari Bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia oleh purwani Indri Astuti, Universitas Negeri Surakarta, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks manual handphone nokia 1600 yang telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mendeskripsikan kualitas terjemahan teks manual handphone Nokia 1600 yang telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis : secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang penerjemahan sebagai alternatif untuk mengadakan penelitian lebih jauh mengenai dampak kualitas terjemahan. Khususnya yang berhubungan dengan penerjemahan manual. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi (1) editor terjemahan buku-buku manual untuk mengevaluasi hasil-hasil terjemahan. (2) pengguna produk-produk teknologi yang mengandalkan buku manual sebagai pedoman dalam merakit atau mengoperasikan produk-produk teknologi tersebut, sebagai tambahan wawasan dalam memahami buku manual. (3) praktisi terjemahan, penelitian ini bermanfaat untuk membantu mengembangkan sub-sub kompetensi mereka dalam menyingkapi masalah-masalah terjemahan yang dihadapinya sebagai konsekwensi dalam poengambilan keputusan mereka. Jenis penelitian ini

termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kata, frasa dan kalimat yang terdapat pada bukiu manual handphone nokia 1600. Data tersebut sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini. Untuk menilai kualitas terjemahan, data dibaca dan dinilai oleh 3 rater yang memiliki criteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan seorang informan ahli untuk memantabkan kealamiahan terjemqahan buku manual tersebut. Selain itu, peneliti juga meminta 3 orang pembaca awam untuk mengetahui keterbacaan buku manual tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ada 2 strategi penerjemahan yang telah diterapkan, yaitu strategi struktural dan strategi semantik. Dalam kaitannya dengan strategi struktural, penerjemah menggunakan strategi penambahan (addition), pengurangan (subtraction) dan transposisi. Sementara untuk strategi semantis, penerjemah menggunakan strategi penambahan , penghilangan (omission), pungutan (borrowing), dan modulasi. Di dalam penerapannya, ditemukan bahwa penerjemah menggunakan lebih dari satu strategi. Kombinasi antara strategi structural atau strategi semantis, atau bahkan kombinasi antara strategi struktural dan strategi semantis dilakukan oleh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang akurat, wajar dan dapat dipahami dengan baik. Selanjutnya, berkaitan dengan kualitas terjemahan buku manual handphone Nokia 1600 dapat dikatakan baik, dilihat dari aspek keakuratan, kealamiahan dan keterbacaan yang memiliki skor rerata tinggi. Untuk ketepatan terjemahan mencapai skor 3,50 dengan frekuensi kemunculan data terjemahan yang sangat tepat sebanyak 496 data dari 665 data, atau sebanyak 74,59%.

Untuk kealamiahan terjemahan mencapai skor 2,58; dengan freksi kemunculan data terjemahan yang alami sebanyak 428 data dari 665 data atau sebanyak 64,36%. Untuk keterbacaan mencapai skor 2.80; dengan frekuensi data yang mudah dipahami sebanyak 562 butir data dari 665 data atau sebanyak 84,51%.

Relevansinya terhadap penelitian ini adalah keduanya bertujuan untuk mendeskripsikan strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks, namun dengan objek yang berbeda. Penelitian di atas juga mendeskripsikan kualitas terjemahan teks manual handphone Nokia 1600 yang telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sedangkan penelitian yang dilakukan penelitian mengukur kualitas terjemahan dengan melakukan pengukuran tingkat keterbacaan.

4. Dalam disertasinya Dr. Syahron Lubis, M.A. (2009) yang meneliti Penerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa Mandailing ke dalam bahasa Indonesia, mengkaji masalah-masalah penerjemahan dalam teks mengupa, sebuah teks budaya mandailing ke dalam bahasa Inggris. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa bahasa mandailing dan bahasa Inggris memiliki lebih perbedaan dari pada persamaan dalam struktur bahasa, dan berbeda dalam aspek kultural. Disebabkan perbedaan struktur kedua bahasa penerjemahan frasa, kata majemuk dan kalimat dari teks sumber ke dalam teks sasaran menghadapi masalah. Selain itu pemakaian banyak kata arkais juga membuat kesulitan penerjemahan, termasuk masalah Tenses yang tidak ada

perbedaan budaya di antara kedua masyarakaat Mandailing tidak memiliki padanan dalam bahasa Inggris, dan oleh karena itu kata-kata tersebut harus dipinjam (tidak diterjemahkan). Beberapa kata memiliki padanan kata tetrapi nuansa budaya yang melekat pada kata-kata tersebut tidak dapat ditransfer ke dalam bahasa Inggris.

Relevansinya terhadap penelitian ini adalah keduanya mengkaji masalah-masalah penerjemahan. Perbedaannya, penelitian di atas mengkaji istilah-istilah budaya dari Bahasa Mandailing ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan peneltian yang dilakukan penelti mengkaji kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit.

5. ”A Contrastive Study of Translations of Yogasùtra between Swami Prabhavananda Version and Swami Vivekananda Version” ‘Studi Kontrastif terjemahan dari Yogasùtra antara Versi Swami Prabhavananda dan Versi Swami Vivekananda’ oleh W.A. Sindhugitananda I. Terdapat dua terjemahan dari teks suci Yogasùtra (yaitu versi Swami Prabhavananda (SPV) dan versi Swami Vivekananda (SVV). Fenomena awal yang sangat menggugah adalah perbedaan pilihan kata di antara keduanya, khususnya pemakaian kata-kata pinjaman pada kedua terjemahan tersebut yang mengindikasikan bahwa kata-kata tersebut merupakan kata-kata tidak berpadanan. Sedangkan, masalah utama dalam penerjemahan adalah kesepadanan. Adapun masalah yang dibahas: pertama, permasalahan mengenai kata-kata tidak berpadanan yang berhubungan erat dengan

dua adalah tipe terjemahan masing-masing versi tersebut. Masalah pertama dianalisa dengan menerapkan strategi-strategi penerjemahan yang diajukan Baker (1992), yang mana terdapat delapan strategi penerjemahan. Sedangkan masalah ke dua dianalisa dengan mengaplikasi tipe-tipe terjemahan Floor (2007) dengan mempertimbangkan dua kriteria yaitu adjustment made to key terms ‘perubahan terhadap istilah-istilah kunci’ dan concordance of the lexical items ‘keberurutan kata-kata dalam terjemahan’. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber datanya adalah dua terjemahan dari teks Yogasùtra yaitu versi Swami Prabhavananda (1953) dan versi Swami Vivekananda (1976). Oleh karena terdapat dua subjek penelitian yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya, keduanya merupakan terjemahan dari sebuah teks, penerjemahnya sama-sama orang India, kedua terjemahan berbahasa Inggris, dsb., maka penelitian yang sesuai dilaksanakan adalah penelitian deskriptif-kontrastif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga puluh kata yang dikategorikan sebagai kata-kata tidak berpadanan. Kata-kata tersebut diterjemahkan secara tidak konsisten ke dalam satu Kata-kata pada bahasa target; terdapat beberapa diantaranya yang diterjemahkan ke dalam tiga kata pada bahasa target. Dari delapan strategi penerjemahan yang diajukan oleh Baker (1992), hanya empat diantaranya diterapkan pada SPV. Penerapan strategi-strategi tersebut tidak melanggar ketentuan panerapannya, namun terdapat diantaranya yang dikombinasikan. Disamping itu, terdapat satu strategi yang dimodifikasi pada SPV, yaitu

pada strategi penerjemahan by a more general word ‘menggunakan kata lebih umum’, bahwa kata lebih umum yang dipakai dalam bahasa target adalah kata yang diambil dari bahasa sumber.

Relevansinya terhadap penelitian ini adalah keduanya menonjolkan masalah utama dalam penerjemahan teks yang diteliti adalah mengenai kesepadanan. Perbedaannya keduanya adalah penelitian di atas mengangkat permasalahan mengenai kata-kata tidak berpadanan yang berhubungan erat dengan bagaimana strategi-strategi yang diterapkan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas jenis-jenis strategi penerjemahan yang digunakan pada proses penerjemahan teks Bersiteguh Mengurai Benang Kusut di Sibolangit.

Dokumen terkait