• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai referensi penelitian ini adalah yaitu jurnal yang disusun oleh Supriyanti, Eri et all. (2011). Dalam penelitian ini , FMEA digunakan untuk menganalysis desain pelayanan farmasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini diharapkan metode FMEA dapat meminimalkan kesalahan dalam sistem penggunaan obat dalam pelayanan farmasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian ini nilai RPN tertinggi terjadi pada kegagagalan dalam konfirmasi kedokter sebesar 294 dilanjutkan kegagalan mendeteksi nama obat sebesar 216. Penelitian ini memberikan masukan untuk perubahan layout stiker warna penandaan obat sesuai kelas terapi SOP komunikasi kedokter penulis resep, komfirmasi kedokter untuk resep non cito dan prosedur pelaksanaan supervisi pelayanan farmasi rawat jalan.

Jurnal yang disusun oleh Lago P, Bizari G, Scalzotto F, et al (2012) dalam penelitian ini metode FMEA digunakan untuk menganalysis untuk mengurangi risiko prescribing error dan administari obat pada pasien pediatric. Dalam penelitian ini diharapkan metode FMEA dapat menganalisis kegagalan sebab FMEA dikenal sebagai metode proaktif untuk menganalisa risiko, identifikasi kegagalan sebelum terjadi. Hasil penelitian ini dari 37 prioritas potensial penyebab kegagalan dan 71 penyebab kegagalan dan efek yang dapat di identifikasi dengan nilai RPN >48 adalah kesalahan dalam perhitungan dosis obat dan konsentrasi obat.

Skripsi yang disusun oleh Kustiyaningsih, Febri (2011) dalam penelitian nya yang berjudul; Penentuan prioritas penanganan kecelakaan kerja di PT GE Lightening Indinesia dengan metode Failure Mode and Effect Analysis. Hasil penelitian bahwa nilai RPN tertinggi adalah kategori; terpleset, tersandung, dan terjatuh pada lantai datar dengan penyebab utama control manajemen yang tidak maksimal, dengan nilai RPN 540.

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.2 Medication Error

Medicatin error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat pasien, mulai dari peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan, setiap tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini mmberikan kontribusi terhadap kesalahan (Cochen,1999)

Medication error adalah sesuatu yang tidak benar, dilakukan melalui ketidaktahuan atau ketidaksengajaan, kesalahan, misalnya dalam perhitungan, penghakiman, berbicara, menulis tindakan, dll atau kegagalan untuk menyelesaikan tindakan yang direncanakan sebagaimana dimaksud, atau penggunaan yang tidak benar rencana tindakan untuk mencapai tujuan tertentu (Aronson, 2009)

2.2.1 Penggolongan Medication Error

Berdasarkan tahap kejadiannya, medication error dibagi menjadi prescribing error (kesalahan peresepan), dispensing error (kesalahan penyebaran/ distribusi), dispensing error (kesalahan pemberian obat), administration error (kesalahan pemberian obat), dan compience error (kesalahan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien) (widiarti, 2008)

Medication error digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan tempat kejadiannya23

Tabel2.2Tipe Medication error secara umum

Tipe Keterangan

Prescribing error (kesalahan dalam penulisan)

Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontra indikasi, alergi yang tidak diketahui, terapi obat yang sedang berlangsung, dan factor lainnya) dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute konsentrasi, kecepatan pemberian, atau intruksi untuk penggunaan obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien.

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(kesalahan karena kurang stok obat)

pada jadwal berikutnya.

Wrong time error (salah waktu pemberian)

Memberikan obat diluar waktu, dari interval waktu yang ditentukan.

Unauthorized drug error (kesalahan pemberian obat diluar kuasa)

Memberikan obat yang tidak diresepkan oleh dokter.

Wrong patient (salah pasien)

Memberikan obat kepada pasien yang salah

Improper dose error (kesalahan karena dosis yang tidak tepat)

Memberikan dosis obat kepada pasien lebih besar atau lebih kecil dari dosis yang diinstruksikan oleh dokter, atau memberikan dosis duplikasi.

Wrong dosage from error (kesalahan dari dosis yang salah)

Memberikan obat dengan bentuk sediaan yang tidak sesuai.

Wrong drug preparation error (kesalahan dari persiapan obat)

Mempersipkan obat dengan bentuk sediaan yan tidak sesuai.

Wrong administration thecnequi error (kesalahan dari tehnik administrasi yang salah)

Prosedur atau tehnik yang tidak layak atau tidak benar saat pemberiaan obat.

Deterioted drug error (kesalahan pemberian obat

Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau telah mengalami penurunan aktifitas

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA yang aktifitasnya menurun) Monitoring error (kesalahan dalam pemantauan)

Kegagalan untuk memnatau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang diresepkan, atau kegagalan untuk menggunakan data klinis atau laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.

Complience error (kesalahan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien)

sikap pasien yang tidak layak terkait dengan ketaatan penggunaan obat yang diresepkan.

2.2.2 Faktor - Faktor Penyebab Medication Error

Penelitian di Amerika yang memperhitungkan kematian akibat kesalahan obat, kebnayakan terjadi pada saat fase prescribing atau peresepan yang diakibatkan dari kurangnya dalam pengetahuan, komunikasi yang buruk, dan kurangnya mempertimbangkan informasi penting pasien. Pada tingkat dispensing kesalahan mungkin timbul karena nama obat-obatan yang serupa, dan penampilan bahan kemasan, pemberian obat tidak teratur, karena beban kerja yang lebih. Dispensing dosis obat tinggi, dan bentuk sediaan yang tidak benar dapat menyebabkan kondisi mengancam jiwa (muhtar, 2003)

2.2.3 Medication Error pada prescribing

Kesalahan meresepkan dan kesalahan resep merupakan masalah utama di antara kealahan pengobatan. Prescribing terjadi baik dirumah sakit umum maupun dirumah sakit khusus, meskipun kesalahan jarang terjadi hingga fatal namun dapat mempengaruhi keselamatan pasien dan kualitas kesehatan (Giampaolo, 2009).

Penggunaan singkatan istilah dan satuan ukuran sering terdapat dalam resep dan order obat. Beberapa istilah diambildari bahasa latin karena sejarah penggunaannya dalam obat-obatan dan farmasi sementara istilah lain berkembang melalui penyingkatan penulisan oleh pembuat resep. Sayangnya, kesalahan pengobatan dapat terjadi akibat kesalahan pemakaian. Kealahan penafsiran, penulisan singkatan tidak terbaca, sebab penggunaan singkatan khusus atau

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

buatan. Kesalahan pengobatan dapat dihindari melalui penggunaan kosakata yang terkendali, pengurangan pemakaian singkatan, berhati-hati dalam menulis angka decimal, dan penulisan angka nol diawal dan di akhir secara tepat (Ansel, 2006)

Kesalahan resep mencakup segala hal yang terkait dengan tindakan menulis resep, sedangkan kesalahan peresepan meliputi peresepan irrasional, peresepan obat berlebih, peresepan obat yang kurang dan peresepan dan peresepan yang tidak efektif, yang timbul dari penilaian medis atau keputusan mengenai perawatan atau pengobatan dan pemantauan yang keliru (Giampaolo, 2009).

Apoteker hanya mencatat kesalahan resep dengan dampak klinis potensional atau yang terlihat dirumah sakit. Untuk kesalahan peresepan administrasi misalnya, tempat peresepan itu tidak sempurna tapi pada dasar nya tidak berarti dengan perawatan yang berkaitan pasien, seperti kesalahan ejaan atau kegagalan untuk menunjukkan rute tempat pemberian ini tidak dicatat. Tempat risiko potensial berpotensi serius klinis ini diidentifikasi, diklasifikasikan kedalam kategori berpotensi serius, sangat serius, hanya signifikansi klinis relative kecil (Dobrzanski, 2002)

2.3 Resep

2.3.1 Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014). Resep ditulis diatas kertas dengan ukuran 10-12 cm dan panjang 15-18 cm, hal tersebut digunakan karena resep merupakan dokumen pemberian/penyerahan obat kepada pasien, dan diharapkan tidak menerima permintaan resep melalui telepon

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan. Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai

medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung

dengan masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical care” dan informan obat, serta melakukan pekerjaankefarmasian di apotek. Di dalam sistem pelayanan kesehatanmasyarakat, kedua profesi ini harus berada dalam satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan menyembuhkan pasien 8

2.3.2 Jenis-jenis Resep

Disebutkan jenis-jenis resep terdiri dari 9:

1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang obatnya/komposisi telah tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar.

2. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep formula obatrnya disusun sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk sediaan obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.

Jenis-jenis renis-jenis resep yaitu8:

1. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan. 2. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik

dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan.

2.3.3 Penulisan Resep

Disebutkan bahwa penulisan resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. 8.9

2.3.4 Penulis Resep

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA