• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. MANFAAT PENELITIAN

E.2. Penelitian Terdahulu

Renee A Irvin dan John Stansbury dalam Journal of Public Administration Review; pada Jan/Feb tahun 2004 terbitan ABI/INFORM Global halaman 55 memberikan pandangan terkait

partisipasi publik melalui tulisannya yang bertajuk “Citizen Participation in Decision Making: Is It Wort the Effort?”. Dalam tulisannya tentang pengelolaan Sumber Daya Alam yaitu air dengan

melibatkan masyarakat dalam pembuatan setiap keputusan dari

Pemerintah dan dalam manajemennya pula. Berikut adalah kutipan

dari tulisan Irvin dan Stanbury,

“Is widely argued that increased community participation in goverment decision making produces many important benefits. Dissent is rare: it is difficult to envision anything but positive outcome from citizens joining the policy process, collaborating with others and reaching consensus to bring about positive social and enviromental change. This article, motivated by contextual problems encountred in a participatory watershed management initiative, reviews the citizen participation literature and analizes key considerations in determining wheter community participation is an effective policy-making tool. We list conditions under which community participation may be costly and ineffective and when it can thrive and produce the greatest gains in effective citizen governance. From the detritus of an un usuccesful citizen-participation effort, we arrive at a more informed approach to guide policy makers in choosing a decision-making process that is appropriate for a community's particular needs.”.

commit to user

24

“Secara umum dibantah bahwa meningkatkan keikut sertaan komunitas dalam pembuatan keputusan Pemerintah menghasilkan banyak manfaat penting. Jarang ada perdebatan : ini sulit untuk memimpikan apapun, kecuali hasil psitif dari warga menggabungkan proses kebijakan, bekerjasamalah dengan lain-lain

dan menjangkau konsensus untuk menyempurnakan

kemasyarakatan positif dan perubahan lingkungan. Artikel ini, dimotivasi oleh masalah yang dihadapi berdasarkan konteks inisiatif partisipasi dalam manajemen air, telaah daftar pustaka keikut sertaan warga dan analisis merupakan kunci bahan pertimbangan pada keikut sertaan komunitas sebagai satu alat pembuat kebijakan yang efektif. Telah didafrtar kondisi keikutsertaan komunitas mungkin mahal dan tidak efektif apabila menghasilkan keuntungan bag pemerintahan sipil. Dari ketidak suksesan upaya keikut sertaan warga, kita mencari informasi lebih pada pendekatan untuk memandu pembuat kebijaksanaan di dalam memilih satu proses pembuatan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan komunitas.”

Sedangkan dalam penelitian lain, oleh Imran Buccus dan

kawan-kawan yang meneliti tentang partisipasi publik dan kaitannya

dengan Pemerintah Lokal di Afrika Selatan. Penelitian itu, disponsori

oleh The Centre for Public Participation (CPP). Afrika Selatan

merupakan satu negara berkembang yang memiliki kondisi hampir

sama dengan Indonesia. Setelah lepas dari problematika aphaerteid. Afrika selatan mencoba untuk mengembangkan sistem demokrasi

hingga desentralisasi. Afrika Selatan sedang memberi perhatian lebih

pada partisipasi publik dalam rangka mensukseskan demokrasinya

apalagi di tingkat Pemerintahan daerah. Afrika telah membuat suatu

landasan keikutsertaan publik dalam pemerintahan daerah dengan

melahirkan perundang-undangan seperti, Municipal Systems Act of 2000, Draft National Framework for Public Participation of 2005, dan Draft KZN Community Participation Framework of 2007. Melalui

commit to user

25

bingkai ini masyarakat lebih mudah mengarahkan aspirasinya kepada

Pemerintah, daripada hanya sekedar suatu program pemberdayaan.

Berikut adalah kutipan dari hasil penelitian Imran Bucuss, dkk:

“Public participation is receiving increasing attention in South Africa, especially at local government level. Notably, public participation is on the agenda globally and in Africa, as well as in South Africa. This is because public participation can help to (i) enhance development and service delivery, (ii) make governance more effective, and (iii) deepen democracy. In South Africa, the basis for public participation in local government is outlined in key legislation like the Municipal Systems Act of 2000, and key policies like the Draft National Framework for Public Participation of 2005 and Draft KZN Community Participation Framework of 2007. These frame public participation mostly as consultation rather than formal empowerment. Further, there is a significant policy development lag, with no final national or provincial policy some seven years after the enabling legislation. We investigated the implementation of public policy in this context, exploring both views ‘from above’ of officials and councillors, and ‘from below’ of members of civil society and the community. Respondents were drawn from the district municipalities of eThekwini, Ilembe, Mgungundlovu and Sisonke, and also some of the local municipalities within them. Our main finding was that while all parties seem committed to the idea of public participation, they lack the necessary resources to make it work. Hence, the impact of public participation on local governance ‘ends at the imbizo.”

“Partisipasi masyarakat adalah menerima perhatian yang meningkat di Afrika Selatan, khususnya di tingkat pemerintah daerah. Terutama, partisipasi publik dalam agenda global dan di Afrika, serta di Afrika Selatan. Hal ini karena partisipasi masyarakat dapat membantu untuk (i) meningkatkan pengiriman pembangunan dan pelayanan, (ii) membuat pemerintahan lebih efektif, dan (iii) memperdalam demokrasi. Di Afrika Selatan, dasar bagi partisipasi masyarakat dalam pemerintahan daerah diuraikan dalam undang-undang utama seperti Undang-Undang Sistem Kota Tahun 2000, dan kebijakan penting seperti Draft Kerangka Nasional untuk Partisipasi Publik tahun 2005 dan Draft Kerangka KZN Partisipasi Masyarakat tahun 2007. Ini partisipasi masyarakat kebanyakan sebagai bingkai konsultasi daripada pemberdayaan formal. Selanjutnya, ada lag kebijakan pengembangan yang signifikan, tanpa kebijakan nasional atau provinsi akhir sekitar

commit to user

26

tujuh tahun setelah undang-undang memungkinkan. Kami meneliti implementasi kebijakan publik dalam konteks ini, menjelajahi kedua pandangan 'dari atas' pejabat dan anggota dewan, dan 'dari bawah' dari anggota masyarakat sipil dan masyarakat. Responden ditarik dari kota Kabupaten eThekwini, Ilembe, Mgungundlovu dan Sisonke, dan juga beberapa dari kota setempat dalam diri mereka. Temuan utama kami adalah bahwa ketika semua pihak tampaknya berkomitmen untuk gagasan partisipasi masyarakat, mereka kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk membuatnya bekerja. Oleh karena itu, dampak dari partisipasi masyarakat dalam pemerintahan lokal (end at the imbizo). "

Dokumen terkait