• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1. tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan relevan dalam penelitian ini berupa tesis, disertasi, jurnal nasional, dan artikel nasional dan internasional diantaranya sebagai berikut:

Kuncara (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif pada Novel ‘The Godfather’ dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa Penerjemahan suatu tuturan memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terkadang dalam suatu tuturan ada maksud lain dari penutur. Maksud lain penutur inilah yang harus diungkap oleh seorang penerjemah. Konteks situasi yang menaungi suatu tuturan, isi topik tuturan, kedudukan sosial penutur dan mitra tutur merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu ujaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif, penggunaan teknik penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, dan dampaknya terhadap kualitas hasil penerjemahannya. Tindak tutur yang mengandung ilokusi direktif dalam novel ‘The Godfather’ karya Mario Puzo adalah objek kajian dalam penelitian ini. Hasil penelitian, dari 152 data, ditemukan sebanyak delapan fungsi ilokusi direktif. Fungsi tersebut antara lain memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Kemudian, ditemukan sebanyak 12 teknik penerjemahan dengan frekuensi total penggunaan sebanyak 244 kali. Teknik tersebut meliputi teknik harfiah, peminjaman murni, transposisi, reduksi, penambahan, modulasi, partikularisasi, adaptasi, amplifikasi linguistik, penghilangan, padanan lazim, deskripsi dan generalisasi. Teknik yang digunakan cenderung menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami.

Tinambunan (2013) dalam tesisnya yang berjudul Kesepadanan Terjemahan dalam Buku Bilingual Active English for Nurses. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan teknik penerjemahan kata dan frasa dari bahasa Inggris ke

bahasa Indonesia, 2) mendeskripsikan kesepadanan terjemahan kata dan frasa dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Peneliti menerapkan metode deskriptif kualitatif, sumber data adalah buku bilingual Active English for Nurses sebagai produk terjemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 91 data (80.5%) menggunakan teknik penerjemahan tunggal, teknik penerjemahan kuplet 16 data (14.2%) dan teknik penerjemahan triplet ada 6 data (5.3%). Berdasarkan frekuensi penggunaannya, dari 112 data yang berwujud kata dan frasa teridentifikasi bahwa teknik penerjemahan harafiah dipakai pada 42 (37.1%), adaptasi 19 (17%), peminjaman alamiah 17 (15%), peminjaman murni 10 (9%), deskripsi 6 (5.3%), amplifikasi 5 (4.4%), kreasi diskursif 4 (2.6%). Hasil penelitian ini menunjukkan 76 (67.9%) data diterjemahkan secara akurat, 25 (22.3%) data diterjemahkan dengan kurang akurat dan 11 (9,8%) data diterjemahkan secara tidak akurat.

Nababan, dkk (2012) dalam jurnal mereka yang berjudul Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah model penilaian kualitas terjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara dengan informan kunci, pengamatan, content analysis, dan focus group discussion. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pertama, model penilaian kualitas terjemahan ini menghasilkan evaluasi karya terjemahan secara komprehensif atau holistik.

Kedua, model penilaian kualitas terjemahan ini sangat sesuai untuk menilai kualitas terjemahan dalam konteks penelitian dan pengajaran penerjemahan profesional. Ketiga, model penilaian kualitas terjemahan ini memberikan peluang

bagi para rater untuk memberikan penilaian terjemahan dalam berbagai satuan unit, baik pada tataran mikro maupun makro. Keempat, keefektifan model penilaian kualitas terjemahan ini dalam menilai kualitas terjemahan sangat tergantung pada kemampuan para penilai atau rater tersebut dalam menerapkannya di berbagai hal, utamanya bagi mereka yang terlibat dalam penilaian kualitas penerjemahan tersebut harus membaca dan mengerti semua informasi yang relevan serta prosedur bagaimana seharusnya menggunakan alat penilaian ini.

Prasetyo (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Transposisi dan Modulasi Pada Buku Teori Budaya Terjemahan dari Buku “Culture Theory”.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan teknik transposisi dan modulasi dengan menggunakan metode dsekriptif-kualitatif dan menggambarkan tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan dari kalimat-kalimat terjemahan yang mengalami transposisi dan modulasi. Data primer dalam penelitian diambil dari buku Culture Theory dan terjemahannya melalui observasi dan teknik catat sedangkan data sekunder diperoleh dari kuesioner dan wawancara mendalam.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal keakuratan, transposisi lebih akurat daripada modulasi. Akan tetapi, dalam hal keberterimaan dan keterbacaan, modulasi lebih tinggi daripada transposisi. Dari 100 data yang mengalami transposisi, 86% dikategorikan akurat, 73% berterima, dan 91%

mudah. Dari 80 data yang mengalami modulasi, 83,75% dikategorikan akurat, 73,75% berterima, dan 93.75% mudah.

Anshori (2010) dalam tesisnya yang berjudul Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Buku “Economic Concepts of Ibn Taimiyah” ke dalam Bahasa

Indonesia dan Dampaknya Pada Kualitas Terjemahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan, serta melihat dampaknya terhadap kualitas terjemahan dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readability) terjemahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Penelitian ini terdiri dari 2 jenis sumber data.

Sumber data pertama adalah dokumen yang berupa buku sumber dan produk terjemahannya sebagai sumber data objektif. Sumber data kedua, diperoleh dari informan yang memberi informasi mengenai keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan hasil terjemahan sebagai data afektif. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dengan pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposif sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 14 jenis teknik penerjemahan dari 593 teknik yang digunakan penerjemah dalam 165 data.

Berdasarkan frekuensi penggunaan teknik tersebut adalah: penerjemahan harfiah 187 (31,53%), peminjaman murni 132 (22, 26%), padanan lazim 78 (13, 15%), modulasi 44 (7,42 %), amplifikasi 30 (5 ,06 %), penambahan 30 (5,06%), peminjaman alamiah 24 (4, 05%), kalke 21 (3, 54%), reduksi 18 (3, 03 %), eksplisitasi 10 (1, 69 %) partikularisasi 8 (1, 35%), penghilangan 6 (1, 01), dan deskripsi 3 (0, 51%). Berdasarkan teknik yang dominan muncul, buku ini cenderung menggunakan metode terjemahan harfiah dengan ideologi foreignisasi.

Dampak dari penggunaan teknik penerjemahan ini terhadap kualitas terjemahan cukup baik dengan rata-rata skor keakuratan terjemahan 2, 53, keberterimaan 2, 73 dan keterbacaan 2, 91. Hal ini mengindikasikan terjemahan memiliki kualitas

keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik yang banyak memberi kontribusi positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik penerjemahan harfiah, peminjaman murni, dan padanan lazim. Sementara, teknik penerjemahan yang banyak mengurangi tingkat keakuratan dan keberterimaan adalah modulasi, penambahan, dan penghilangan. Implikasi penelitian, penerjemah perlu meningkatkan kompetensi penerjemahan dan mesti berhati-hati dalam menentukan teknik penerjemahan agar diperoleh terjemahan yang berkualitas baik.

Ardi (2010) dari Universitas Sebelas Maret Surakartadalam tesisnya yang berjudul Analisis Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan Buku “Asal Asul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda Abad ke XIX/XX”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan, serta melihat dampaknya terhadap kualitas terjemahan dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readabliity) terjemahan. Ini merupakan penelitian holistik yang melibatkan 3 (tiga) jenis sumber data. Sumber data pertama adalah dokumen yang berupa buku sumber dan produk terjemahannya sebagai sumber data objektif. Sumber data kedua, diperoleh dari informan yang memberi informasi mengenai keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan hasil terjemahan sebagai data afektif. Sumber data ketiga adalah para penerjemah dan editor ahli sebagai sumber data genetik. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dengan pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposif sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 18 jenis teknik

penerjemahan dari 731 teknik yang digunakan penerjemah dalam 285 data.

Berdasarkan frekuensi penggunaan teknik tersebut adalah: amplifikasi 122 (16,69%), penerjemahan harfiah 86 (11,76%), padanan lazim 84 (11,49%), modulasi 73 (9,99%), peminjaman murni 71 (9,71%), reduksi/implisitasi 61 (8,34%), adaptasi 57 (7,80%), penambahan 37 (5,06%), transposisi 27 (3,69%), generalisasi 22 (3,01%), kalke 19 (2,60%), inversi 16 (2,19%), partikularisasi 15 (2,05%), penghilangan 15 (2,05%), kreasi diskursif 10 (1,37%), deskripsi 9 (1,23%), peminjaman alami 6 (0,82%), dan koreksi 1 (0,14%). Berdasarkan teknik yang dominan terungkap bahwa buku ini cenderung menggunakan metode komunikatif dengan ideologi domestikasi. Dampak dari penggunaan teknik penerjemahan ini terhadap kualitas terjemahan cukup baik dengan rata-rata skor keakuratan terjemahan 3,33, keberterimaan 3,55, dan keterbacaan 3,53. Hal ini mengindikasikan terjemahan memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik yang paling banyak memberi kontribusi positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik amplifikasi, penerjemahan harfiah, dan padanan lazim. Sementara, teknik penerjemahan yang banyak mengurangi tingkat keakuratan & keberterimaan adalah modulasi, penambahan, dan penghilangan.

Harahap (2010), dalam tesisnya yang berjudul Fiksi Halilian dari Bahasa Angkola ke Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah kesepadanan dan pergeseran dalam teks terjemahan Fiksi Halilian Angkola Indonesia. Peneliti menggunakan teori semantik, termasuk 1) reference theory yang bisa mengungkapkan hubungan antar kata dengan entitas melalui cara tertentu, 2) relasi makna atau meaning postulates yang bisa menangani hubungan

kemiripan dan keberbedaan antar konsep dan 3) componential analysis yang mampu melihat tipe kesepadanan lintas bahasa dan pergeseran makna sebagai akibat dari proses pemadanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilandasi oleh kerangka teori yang bersifat plural dan elektik (text based on theory dan translator based theory) dan disisi lainform-based translation dan meaning based translation yang diterapkan dengan cara mana suka, parsial, atau simultan mengingat hakekat terjemahan sebagai suatu bidang ilmu terapan dan kompleksitas fenomena terjemahan itu sendiri. Peneltian ini menerapkan deskriptif kualitatif untuk menganalisis teknik penerjemahan dan kesepadanan terjemahan pada tingkat kata dan frasa.

Mustaqin (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Pergeseran dan Pemahaman Konteks dalam Penerjemahan Novel. Dalam jurnal tersebut Mustaqin menekankan pentingnya shift atau pergeseran dan merupakan ‘nyawa’

dalam proses penerjemahan. Shift menghubungkan unit linguistik terkecil, seperti morfem ke teks, yang dapat mengeksplorasi sesuatu di luar teks. Di lain sisi, konteks dapat membantu untuk memahami dan menerapkan shift dalam proses penerjemahan. Selain itu, konteks dapat membantu mengetahui kata kunci tentang novel, seperti topik, pesan, dan kode. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan analisis dokumen untuk mengetahui pergeseran dan konteks yang ada pada novel ‘Angels dan Demons’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Malaikat dan Iblis’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran dalam penerjemahan dan pemahaman konteks mendukung kesepadanan antara teks sumber dan teks sasaran.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa teknik, metode dan ideologi penerjemahan mempunyai dampak terhadap kualitas terjemahan. Kualitas terjemahan yang dinilai adalah bagaimana tingkat kesepadanan terjemahan, tingkat keberterimaan terjemahan, serta tingkat keterbacaan terjemahan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa 338 (64,75%) diterjemahkan secara akurat, 136 (26,05%) kurang akurat, 48 (9,2%) tidak akurat. Dari aspek keberterimaan ditemukan 396 (75,86%) berterima, 91 (17,44%) kurang berterima, dan 35 (6,70%) tidak berterima. Sementara itu, 493 (96,29%) data sasaran mempunyai tingkat keterbacaan tinggi dan 19 (3,71%) mempunyai tingkat keterbacaan sedang.

Selanjutnya Susilawati (2009) dalam tesisnya Analisis Transposisi dan Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk-Produk Oriflame Penelitian ini adalah penelitian tentang analisis bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame. Tujuan penelitian ini adalah; pertama untuk mengidentifikasi bentuk transposisi dan modulasi yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan bentuk transposisi dan modulasi pada kualitas terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dalam hal keakuratan dan keberterimaan, dan tujuan terakhir adalah untuk mengidentifikasi teknik mana yang paling baik terhadap keakuratan dan keberterimaan. Metode penelitian yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini teks terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk Oriflame dan juga para informan. Data tersebut diidentifikasi bentuk-bentuk transposisi dan modulasinya. Untuk mengetahui nilai keakuratan dan keberterimaan, data tersebut dinilai oleh tiga rater yang berkecimpung di bidang penerjemahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah berdampak terhadap kualitas terjemahan, konsumen dan target penjualan, yaitu masih terdapat beberapa penyimpangan makna pesan dalam Bsu yang tidak tersampaikan. Akibatnya, penyimpangan ini berpengaruh terhadap kesalahan penggunaan produk tersebut sehingga berakibat fatal terhadap konsumen. Kemudian berkenaan dengan keakuratan dan keberterimaan terjemahan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 172 data yang diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat. Dinilai dari sisi keberterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima. Skor rata-rata yang diperoleh menunjukkan bahwa teknik transposisi lebih baik terhadap nilai keakuratan dan untuk keberterimaan lebih baik menggunakan teknik modulasi. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa penerjemah perlu mengenal lebih jauh tentang produk-produk Oriflame sehingga istilah-istilah yang berhubungan dengan kosmetika dapat diterjemahkan dengan menggunakan padanan yang akurat dan berterima.

Hal ini bertujuan agar konsumen menggunakan produk Oriflame dengan tepat

sehingga mereka puas yang akhirnya dapat mempertinggi tingkat penjualan produk.

Felistyana (2008) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Penerjemahan Kosakata Kebudayaan Fisik Bahasa Jepang ke Indonesia dalam Cerita Pendek

“Imogayu”. Penelitian ini berfokus pada penerjemahan kosakata kebudayaan fisik bahasa Jepang ke Indonesia dalam cerita Imogayu. Permasalahan yang diangkat adalah pergeseran bentuk dan makna yang terjadi dan pengurangan isi pesan. Data berjumlah 27 data yang berupa kosakata kebudayaan fisik dalam bahasa Jepang beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Data analisis secara bentuk bahasa untuk mengetahui pergeseran bentuk yang terjadi. Data dianalisis secara semantis dengan cara analisis komponen makna untuk mengetahui pergeseran makna, kemudian dianalisis pengurangan isi pesannya berdasarkan kesesuaian bentuk dan fungsi benda yang terkandung dalam kosakata kebudayaan fisik tersebut. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa:1) Sebagain besar data mengalami pergeseran bentuk, yaitu pergeseran tataran sintaksis atau tataran unit, pergeseran struktur gramatikal dan pergeseran sistem bahasa; 2) Sebagian besar data mengalami pergeseran makna, yaitu pergeseran makna spesifik ke generik dan pergeseran makna yang tidak tergolong pergeseran makna spesifik-generik; 3) Sebagian besar data tidak mengalami pengurangan isi pesan kosakata karena fungsi benda dipertahankan walaupun bentuk bendanya berbeda antara benda/objek dalam bahasa sumber dengan bahasa sasaran.

Halverson (2006) dalam artikelnya yang berjudul Concept of Equivalence in Translation Studies: Much Ado about Something. Dalam artikel tersebut Halverson memberikan penjelasan secara mendalam mengenai konsep

kesepadanan dan relevansinya terhadap teori terjemahan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang beragam sudut pandang dan anggapan filosofis. Dia juga menekankan analogi antara konsep kesepadanan dan konsep ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam pilosofi ilmu dengan melibatkan kesepadanan, terjemahan, dan ilmu pengetahuan.

Penelitian-penelitian tersebut sangatlah berguna dalam penelitian ini karena memberikan pengetahuan tentang konsep teori dan gambaran mengenai cara-cara untuk menganalisis prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi yang diterapkan dalam suatu terjemahan dan menemukan model yang sesuai untuk mengukur kualitas suatu terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Penelitian ini mengadopsi model penilaian kualitas yang digunakan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012) baik dari aspek keakuratan, keberterimaan, maupun keterbacaan. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya ditemukan bahwa prosedur penerjemahan transposisi dan mdoulasi sangat sering terjadi dalam kegiatan penerjemahan dan penerapan dari kedua prosedur tersebut dalam terjemahan memberikan dampak yang besar terhadap kualitas terjemahan. Kontribusi semua penelitian terdahulu yang relevan tentunya sangat membantu dalam penelitian ini, terlebih untuk mendapatkan gambaran mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait