• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

E. Penelitian Terdahulu

Andi Ristandi (2006), dengan judul penelitian ”Tinjauan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) Terhadap Pelayanan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Selatan” menyatakan bahwa Sistem Informasi Perpajakan (SIP) memang sangat berperan dalam menunjang kelancaran pelayanan administrasi perpajakan bagi wajib pajak dan dapat dikatagorikan cepat dan tepat bila wajib pajak membutuhkan informasi, karena dilengkapi dengan hardware dan software dengan teknologi baru dengan pogram komputerisasi yang mendapat dukungan dari operator yang telah melalui pendidikan dan kursus. Untuk memberikan pelayanan prima mengenai Sistem Informasi Perpajakan memang mempunyai peranan penting terutama di tempat pelayanan terpadu, untuk memberdayan petugas dalam kinerja pada petugas pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) dan pengurusan perpajakan wajib pajak mulai dari pendaftaran hingga pelaporan SPT agar supaya wajib pajak merasa enggan untuk menyelesaikan urusan perpajakan bahkan lebih bersemangat dan semakin patuh dalam melaksanakan kewajibannya.

Zulfikar (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisa Sistem Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Secara Elektronik Dengan E-Spt PPh Dan Dampaknya Terhadap Optimalisasi Pelaporan Pajak” untuk mengetahui faktor-faktor Wajib Pajak belum menerapkan sistem pelaporan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari KPP sehingga masih banyak Wajib Pajak belum mengetahuinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan jawaban responden yang menunjukkan bahwa

58.53% responden menjawab faktor utama yang menyebabkan Wajib Pajak belum menggunakan e-SPT adalah Kurangnya Informasi (The Amount of Information).

Idea Ananggawiduta Purnawestri (2008), melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pph Orang Pribadi” Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada KPP adalah tarif, Surat Pemberitahuan (SPT) dan personil (aparat).

Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang diterapkan pemerintah dirasakan terlalu tinggi sehingga membebani wajib pajak dalam membayar pajak. Formulir SPT PPh OP yang dibuat pemerintah dinilai terlalu rumit dan tidak praktis sehingga menyulitkan wajib pajak dalam melaporkan penghasilannya.

F. Rerangka Pemikiran

Pajak merupakan paksaan harus dibayar yang tidak mendapat imbalan atau kontra prestasi, sehingga wajib pajak tidak alasan jika tidak mau membayar kewajibannya sesuai besarnya atau yang terterah pada Surat Pembertahuan Pembayaran Pajak Terhutang (SPPT).

Sistem Informasi Pajak adalah untuk memudahkan bagi wajib agar dapat mengetahui berapa besar pajak yang harus dibayar dan kapan waktu pembayaran serta dimana seharusnya dibayar, melalui akses komputer tentang pemberian pembayaran pajak.

Adanya modernisasi perpajakan (e-system) akan berdampak pada pertumbuhan dan penerimaan pajak dan adanya perbaikan citra aparat pajak.

Untuk itu, Ditjen pajak harus meningkatkan sosialisasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) kepada wajib pajak oleh setiap KPP.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Seorang wajib pajak mendatangi kantor pelayanan pajak melakukan pembayaran sesuai dengan SPT tahun pada kantor itu juga atau pada Bank yang ditunjuk oleh kantor pajak. Pelayanan lebih cepat dan efektif dengan menggunakan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP), Sarana dan prasarana dalam meningkatkan kegiatan harus ditunjang oleh sarana yang memadai untuk memperlancar dan mempercepat pekerjaan agar dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau lebih cepat dari jadwal yang telah ditetapkan.

Program aplikasi e-SPT yang merupakan sarana bagi wajib untuk dapat menyampaikan SPT melalui media elektronik. e-SPT merupakan salah satu bagian dari proses modernisasi system administrasi perpajakan DJP untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajiban Wajib Pajak sehingga pelaporan perpajakan lebih mudah dilaksanakan.

Pelayanan pajak akan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan dengan penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK

PELAPORAN SPT SECARA ELEKTRONIK (e-SPT)

Untuk lebih jelasnya rerangka pikir dapat diuraikan dalam bentuk skhema sebagai berikut :

(Gambar 2.4): Rerangka Pemikiran SISTEM INFORMASI

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

(SIDJP)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran suatu data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros Jl. Jenderal Sudirman km 8 Maros.

B. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat, maka penulis menggunakan metode yaitu :

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Teknik Kepustakaan, yaitu bentuk pengambilan data dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.

2) Studi Lapangan

Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi:

a) Metode Observasi atau Pengamatan

Pengamatan (Observasi), dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi nyata atau fakta dilapangan tentang tata cara/prosedur saat Wajib Pajak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).

b) Wawancara (Interview)

49

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik tanya jawab langsung dengan petugas yang berkaitan dengan prosedur pengelolaan Surat Pemberitahuan (SPT) oleh Wajib Pajak, baik itu Wajib Pajak yang telah menerapkan e-SPT maupun yang masih melaporkan e-SPT secara manual.

c) Dokumentasi

Yaitu dengan cara mengumpulkan data sekunder yang telah didokumentasi, data itu berupa data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Maros, Jumlah Wajib Pajak yang menggunakan fasilitas e-SPT dan dokumentasi lainnya yang dianggap berkaitan dengan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

merupakan data yang dihimpun sendiri dari responden langsung pada objek penelitian yang dikumpulkan berupa laporan kinerja seksi Pengolahan Data dan Informasi, laporan penerimaan pajak, serta data-data lain yang terkait dengan penelitian.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh merupakan data olahan dari instansi yang bersangkutan dan data-data yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literatur, buku-buku, artikel, dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

D. Metode Analisis

Analisa terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari pengamatan dan studi kepustakaan sehingga mencapai kejelasan mengenai permasalahan yang dibahas.

Adapun analisa kualitatif ini menggunakan metode berfikir secara induktif, yaitu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum serta mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan dalam suatu laporan yang bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan secara sistematis mengenai prosedur tatacara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik e-SPT sesuai dengan rumusan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak

Berdirinya kantor pelayanan pajak (KPP) di seluruh Indonesia didirikan atas dasar hukum. Pada mulanya, KPP di seluruh Indonesia bernama Kantor Inspeksi Pajak yang bertugas memungut pajak disekitar propinsi yang bersangkutan pada tahun 1925. Untuk menampung penghasilan negara dalam bidang perpajakan, maka pemerintah pada tahun 1953 mendirikan sebuah kantor yang bertugas mengatur kekayaan negara di bidang perpajakan yang nama Inspective Van Financjen.

Sejak kemerdekaan, nama tersebut masih dipakai beberapa tahun lamanya tetapi nama tersebut dipandang tidak sesuai lagi di zaman kemerdekaan, maka pada tahun 1959 diganti menjadi Kantor Jawatan Pajak dan setelah beberapa tahun lamanya tugas-tugas yang ada semakin berat fungsinya bukan hanya mengurus satu masalah saja, maka pada tahun 1963 nama tersebut diganti menjadi Kantor Inspeksi Keuangan dan secara nasional menjadi Direktorat Jenderal Pajak, sedang untuk daerah Tingkat I dengan nama Kantor Inspeksi Pajak.

Pada tahun 1989 nama Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI No.

KEP/276/KMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989. Untuk mengawasi para Wajib Pajak yang tersebar di kota-kota lain selain Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, maka dibangunlah Kantor Dinas Luar pada Daerah Tingkat I dan daerah Tingkat II. Kantor yang ada di Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang,

52

yaitu Kantor tersebut beralamatkan di Jl. Urip Sumoharjo Km.4 Makassar dengan satu gedung dengan nama Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang.

Proses pembangunan telah membuka potensi ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya jumlah orang berpendapatan tinggi, orang yang berpendidikan, meningkatnya mobilitas manusia serta meningkatnya transaksi bisnis. Dinamika perubahan itu tidak hanya membawa implikasi positif bagi terbukanya peluang tersebut. Faktor- faktor tersebut antara lain:

1. Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap system perpajakan yang mengakibatkan tingginya upaya-upaya untuk melakukan penghindaran pajak (tax evasion).

2. Wajib pajak semakin menuntut pelayanan perpajakan yang berkualitas dan handal pada aspek sumber daya manusia maupun sumber daya administrasi perpajakan lainnya. Tidak terpenuhnya tuntutan tersebut akan menyebabkan semakin tingginya perilaku penghindaran pajak yang terjadi di masyarakat.

Menghadapi beban tersebut, solusi untuk melakukan “Reformasi Perpajakan”

adalah pilihan yang harus diambil. Untuk itu dalam tahun 2001 reformasi perpajakan yang memiliki substansi reformasi kebijakan dan modernisasi administrasi perpajakan digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Melalui strategi tersebut, system perpajakan nasional diharapkan akan semakin memberikan kepastian hokum dan keadilan dengan sasaran akhir semakin meningkatnya kepatuhan wajib pajak sekaligus mendorong pertumbuhan Negara dari sektor pajak.

B. Kedudukan KPP Pratama Maros

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros berkedudukan di jalan Jenderal Sudirman Km.28 Maros adalah salah satu unit vertical di bawah kantor wilayah Direkrtorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara, Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros terdiri atas dua kabupaten yaitu, Kabupaten Maros (14 Kecamatan) dan Kabupaten Pangkajene &

Kepulauan atau Pangkep (13 Kecamatan). Bagian Selatan Kabupaten Maros berbatasan langsung dengan Kota Makassar, sementara pada Bagian Utara dengan Kabupaten Barru. Dengan luas wilayah keseluruhan kedua kabupaten tersebut yaitu 2.731,410 km2 dan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 685.607 jiwa.

Kabupaten maros terletak di bagian barat Sulawesi Selatan antara 40º-45’-50’ Lintang Selatan dan 109º-20’-129º-12’ Bujur Timur. Luas Wilayah kabupaten Maros 1619,11 KM2 yang terdiri dari 14 ( empat belas) kecamatan yang membawahi 103 Desa/kelurahan.

Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota propinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini adalah Kota Makassar dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Dalam kedudukannya, Kabupaten Maros memegan peranan penting terhadap pembangunan Kota Makassar karena sebagai daerah perlintasan yang sekaligus sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di Kabupaten Maros dengan

luas wilayah 1.619,12 km2 dan terbagi dalam 14 wilayah kecamatan. Kabupaten Maros secara administrasi wilayah berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Demikian pula sarana transportasi udara terbesar di kawasan timur Indonesia berada di Kabupaten Maros sehingga Kabupaten ini menjadi tempat masuk dan keluar dari dan ke Sulawesi Selatan. Tentu saja kondisi ini sangat menguntungkan perekonomian Maros secara keseluruhan.

Kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan , yang dibagi lagi atas sejumlah 80 desa dan 23 Kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Turikale.

Kecamatan tersebut : 1. Turikale 2. Maros Baros 3. Lau

4. Bontoa 5. Mandai 6. Marusu 7. Tanralili 8. Moncongloe 9. Tompobulu 10. Bantimurung

11. Simbang 12. Cenrana 13. Camba 14. Mallawa

Kantor Pelayanan Pajak adalah pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan, pajak pertambahan

nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM) serta pajak tidak langsung lainnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, KPP mempunyai fungsi:

1) Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak, serta ekstensifikasi wajib pajak.

2) Penata usahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan serta berkas Wajib Pajak.

3) Penata usahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa serta pemantauan penyusunan laporan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung.

4) Penata usahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung.

5) Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6) Mengadministrasikan pengeluaran Surat Ketetapan Pajak (SKP).

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros a) Visi

Menjadi Institusi pemerintah di daerah penghimpun pajak Negara yang terbaik di wilayah Sulawesi.

b) Misi

Memberi pelayanan terbaik dengan memperhatikan kearifan lokal dalam menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dan menerapkan UU perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggara Negara demi kemakmuran rakyat.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-tiap Bagian yaitu:

a) Kepala Kantor

- Menetapkan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

- Menetapkan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi perpajakan.

- Mengarahkan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi perpajakan.

- Mengarahkan pembuatan risala perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

- Menjamin pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

b) Sub. Bagian Umum

- Menatausahakan berkas data kepegawaian

- Menatausahakan berkas dan data keuangan dan kebendaharaan - Menatausahakan berkas dan laporan kerumah tanggaan

- Menyiapkan sarana dan prasarana perkantoran.

c) Seksi Pelayanan

- Menatausahakan berkas dan kearsipan Wajib Pajak

- Melayani penerbitan NPWP dan pengukuhanpengusaha kena pajak (PKP) - Menatausahakan penerbitan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak.

d) Seksi pengolahan data dan informasi

- Bertanggung jawab atas jaringan teknologi informasi kantor

- Menatausahakan seluruh data dan informasi mengenai Wajib Pajak - Menatausahakan data masukan dan keluaran.

e) Seksi Penagihan

- Menatausahakan berkas dan data piutang pajak - Melakukan penagihan aktif

f) Seksi Ekstensifikasi perpajakan

- Melakukan penggalian data dan potensi perpajakan orang pribadi atau badan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak

- Menatausahakan berkas dan data penggalian potensi - Melakukan pemutahiran data asset property Wajib Pajak.

g) Seksi Pengawasan dan konsultasi Perpajakan

- Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak - Melayani konsultasi perpajakan dari wajib pajak

- Melakukan penggalian data dan potensi dari wajib pajak.

h) Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

- Menatausahakan pelaksanaan pemeriksaan pajak

- Melaksanakan fungsi pemantauan terhadap pelaksanaan standart operation procedures (SOP).

i) Kelompok Jabatan Fungsional

1. Melakukan pemeriksaan pajak yang meliputi:

- Pemeriksaan lengkap dalam rangka penagihan.

- Pemeriksaan sederhana dalam rangka penagihan.

2. Melakukan tanggapan PBB

- Pendataan PBB dan tanggapan objek/subjek pajak.

- Melaksanakan ekstensifikasi WP orang pribadi/ badan.

E. Struktur Organisasi KPP Maros

KPP Pratama Maros, memiliki struktur organisasi. Terlihat pada (gambar 4.1):

60

61

A. Reformasi Perpajakan (Tax Reform) dalam Praktik Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros, ditemukan berbagai terobosan yang terkait dengan aplikasi Teknologi Informatika dalam kegiatan perpajakan. Terobosan penggunaan sarana elektronik (e-System) ini tidak lain adalah sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax reform), khususnya dibidang administrasi perpajakan, dengan tujuan untuk memudahkan, meningkatkan serta mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak.

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek perpajakan. Reformasi pajak dilakukan agar sistem perpajakan akan lebih efektif dan efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi dan menuntut daya saing tinggi dengan negara lain.

Reformasi perpajakan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada tahun 2002 sampai dengan akhir Februari 2009. Reformasi perpajakan menitikberatkan pada tiga hal utama, yakni modernisasi administrasi perpajakan, reformasi kebijakan, serta intensifikasi dan ekstensifikasi.

Hasil yang telah dicapai dari reformasi perpajakan memberikan banyak manfaat bagi Wajib Pajak. Salah satunya adalah konsep one stop service, yaitu pelayanan oleh petugas Account Representative. Manfaat lainnya yang tak kalah bermanfaat adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan filing,

e-61

SPT, e-registration, dan pembentukan call center. Reformasi perpajakan ini ditutup dengan Sunset Policy sebagai implementasi dari ekstensifikasi perpajakan.

Reformasi perpajakan yang telah berhasil dilalui dengan baik ini perlu terus ditindaklanjuti.

Seperti diketahui, teknologi dan informasi sekarang berkembang dengan sangat cepat. Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah tidak asing lagi dengan internet dan menjadikan internet sebagai kebutuhan tidak hanya untuk mencari informasi tetapi juga untuk melakukan bisnisnya.

Di era teknologi modern ini, di mana manusia menginginkan segala sesuatu serba mudah dan instan, Direktorat Jenderal Pajak dengan cerdas menangkap keinginan wajib pajak dengan menciptakan inovasi baru dalam pelaporan penghitungan pajak melalui teknologi internet. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan atau pengusaha kena pajak untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan kegiatan usahanya melalui internet yang terhubung langsung on-line dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam hal pelaporan surat pemberitahuan (SPT), secara umum yang selama ini dilakukan adalah dengan menyampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), atau dikirim melalui pos tercatat. Namun sesuai pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan (UU KUP) menyatakan bahwa SPT dapat disampaikan dengan cara lain.

Peningkatan dengan mengedepankan pelayanan ini terlihat dengan terus dikembangkannya administrasi perpajakan modern melalui Teknologi Informasi di berbagai aspek kegiatan seperti dalam hal penyampaian Surat Pemberitahuan

melalui media elektronik. Sehubungan dengan hal tersebut maka Direktur Jenderal Pajak telah mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-47/PJ./2008 dan KEP-06/PJ./2009 tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) atau juga dikenal dengan e-Filing.

Berbeda dengan surat pemberitahuan manual, dengan E-SPT akan menjadi lebih mudah dan cepat. Penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Standar waktu yang digunakan untuk menentukan saat diterimanya surat pemberitahuan secara elektronik adalah waktu Indonesia bagian barat. Surat pemberitahuan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian surat pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu. Surat pemberitahuan dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan secara elektronik, sepanjang wajib pajak telah memenuhi kewajiban menyampaikan induk SPT yang memuat tanda tangan basah (bila ada).

Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penggunaan aplikasi e-Filing juga meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Anggaran pengadaan maupun pemeliharaan berkas dapat dikurangi. Demikian pula anggaran untuk mencetak formulir SPT Tahunan dapat diminimalkan. Dari sisi sumber daya manusia, Direktorat Jenderal Pajak yang saat ini sedang kekurangan pegawai dapat memaksimalkan pegawai yang ada untuk meningkatkan pelayanan lain, melakukan penggalian potensi perpajakan dan melakukan penegakan hukum di bidang perpajakan.

B. Peranan Sistem Informasi DJP dalam pengelolaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Dalam pengembangan implementasi SIDJP terbagi menjadi beberapa sub sistem, salah satu diantaranya adalah e-filling / e-SPT merupakan suatu layanan yang disediakan oleh DJP agar wajib pajak dapat menyampaikan suatu pemberitahuan SPT pajak beserta lampirannya dengan sistem online dan real time melalui sebuah perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yaitu pajakku.com dengan menggunakan jalur internet. Agar membantu para wajib pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik via internet kepada wajib pajak, sehingga Wajib Pajak Orang Pribadi dapat melakukannya dari lokasi kantornya atau tempat usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses, dan melaporkan SPT ke kantor pajak secara benar dan tepat waktu.

Elektronik SPT atau e-SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan menyampaikan SPT. Menurut DJP, Manfaat atau kelebihan yang dapat dirasakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, antara lain:

1. Efesiensi waktu dan biaya

a) Pelaporan Surat Pemberitahuan dapat dilakukan secara cepat dan aman.

b) Penyampaian SPT memungkinkan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja selama 24 jam (walaupun hari libur) secara online.

c) Pelaporan tidak perlu dilakukan dengan mendatangi dan mengikuti antrian di Kantor Pelayanan Pajak.

d) Wajib Pajak dapat mengurangi biaya karena hanya mencetak Induk Surat Pemberitahuan saja.

2. Mudah dan akurat

Aplikasi yang disediakan mudah dan akurat karena penjumlahan atau penghitungan data Surat Pemberitahuan dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer.

3. Aman

Data laporan pajak akan diolah dengan menggunakan sertifikat (Digital Certificate) yang didapatkan Wajib Pajak langsung dari Direktorat Jenderal Pajak sehingga hanya dapat dibuka/dibaca oleh pihak yang berwenang (Wajib Pajak).

C. Perbandingan Pelaporan E-SPT dan SPT Tabel. 5.1

Laporan Pengolahan Data SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2013

-Sumber : Monitoring Seksi pelayanan KPP Pratama Maros

Dapat dijelaskan bahwa, SPT Nihil adalah SPT yang menunjukkan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau karena pajak tidak terutang serta tidak ada kredit pajak. Sedangkan SPT kurang bayar adalah SPT

Dokumen terkait