• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Mills dalam Saur Tampubolon (2014: 18-19) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan yang bersifat systemic inquiry, yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) dan kepala sekolah atau pejabat struktural di lingkungan perguruan tinggi, karena kepala sekolah dan pejabat struktural mempunyai jabatan fungsional pendidik yaitu wajib membelajarkan peserta didik.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat; dan secara sistem, mutu pendidikan pada suatu pendidikan juga meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Wijaya dan Dedi (2009: 9) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Wibawa dalam Tukiran dkk (2010: 15)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru dilapangan. Arikunto dalam Tukiran dkk (2010: 15-16) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan oleh guru yang dilakukan oleh siswa.

Menurut Wiria atmadja dalam Tukiran dkk (2010: 16), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Menurut Sanford dalam Tukiran dkk (2010: 16), penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan siklis yang bersifat menyeluruh yang terdiri tas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Grundy dan Kemmis dalam Sanjaya (2011: 30-32) tujuan PTK meliputi tiga hal, yaitu:

a. Peningkatan praktik

Pada umumnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Tujuan yang ingin di capai oleh PTK adalah untuk meningkatkan kualitas praktik di lapangan. Dimana guru terlibat secara langsung dari mulai merancang sampai melaksanakan PTK itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.

b. Pengembangan profesional

PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial. c. Peningkatan situasi tempat praktik berlangsung

Tugas utama dalam PTK adalah pengembangan keterampilan guru yang berangkat dari adanya kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang bersifat aktual di dalam kelasnya atau disekolahnya sendiri dengan atau tanpa adanya program latihan secara khusus.

3. Karakteristik penelitian tindakan kelas

Menurut Kunandar dalam Tukiran dkk (2010: 18-19) menuliskan bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. On the job problem oriented (masalah yang diteliti dan masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

d. Clicic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics contextual. Aktivitas PTk dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.

h. Partisipator (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.

i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan praktisi yang melakukan refleksi.

j. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action),

pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

4. Perbandingan PTK dan Penelitian kelas Non-PTK

Menurut Hamzah, dkk (2011: 46) secara umum penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian kelas. Untuk mengetahui perbedaannya, dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK

No Aspek PTK Non-PTK

1. Peneliti Guru Orang luar 2. Rencana penelitian Oleh guru (mungkin

dibantu orang luar)

Oleh peneliti

3. Munculnya masalah

Dirasakan oleh guru (mungkin dengan doro ngan orang luar)

Dirasakan oleh orang luar

4. Ciri utama Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang

Belum tentu ada tindakan perbaikan 5. Peran guru Sebagai guru dan

peneliti

Sebagai guru (objek penelitian)

6. Tempat penelitian Kelas Kelas 7. Proses

pengumpulan data

Oleh guru sendiri atau bantuan orang lain

Oleh peneliti 8. Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan

oleh guru dan dirasakan oleh kelas

Menjadi milik peneliti belum tentu dimanfaatkan oleh guru

5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins dalam Tukiran dkk (2010: 17) prinsip yang dimaksud adalah:

a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas.

6. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hamzah, dkk (2011: 74-76) ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti oleh guru/peneliti saat melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Ide awal

Ide awal yang mengganyut di PTK adalah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan.

b. Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti.

c. Diaknosis

Diaknosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnose atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam suatu kelas.

d. Perencanaan

Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu perencanaan khusus dimaksudkan untuk menysun rancangan dari siklus per siklus.

e. Implementasi tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas, dan sebagainya. f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang di beri tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring, pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian dan pembahasan meteri, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

g. Refleksi

Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.

7. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi dalam Tukiran dkk (2010: 21) menyebutkan bahwa manfaat PTK antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain mencakup inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional, dan peningkatan profesionalisme pendidikan.

Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005: 2) meliputi:

a. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

b. Peningkatan sikap profesionalisme guru dan dosen.

c. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa. d. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. e. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu

belajar, dan sumber belajar lainnya.

f. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

g. Perbaikan dan/atau meningkatkan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

h. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif.

Roger, dkk dalam Miftahul (2014: 29) menyatakan pembalajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di

dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2011: 211) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melihatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil dan saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 239), cooperative

learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara

berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran di mana siswa-siswa di bagi dalam kelompok kecil secara heterogen untuk saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

2. Karakteristik model pembelajaran kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (Rusman, 2011:207-208):

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

c. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa

kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011: 208) adalah: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Suprijono (2013: 65) menjabarkan enam fase atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Perilaku Guru Fase 1: Present goal and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap untuk belajar

Fase 2 : Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into

learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team work and

study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

5. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif.

Menurut Hamdayama (2014: 64) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip ketergantungan positif . Untuk tercipta kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota

kelompok. Anggota yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasiln kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota lainnya.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

6. Prosedur pembelajaran kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap (Rusman, 2011: 212-213), yaitu sebagai berikut:

a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bias dilakukan melalui tes atau kuis, yaitu dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006: 247). “Hasil aktif setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknyayang merupakan hasil kerja ama setiap anggota kelompoknya.

d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yangdianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (Untuk

Dokumen terkait