• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata

4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan

Potensi ekologis pengunjung (orang) (K) Unit area (m2/m) (Lt) Luas area yang dapat dimanfaatkan (m2/m) (Lp) Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (jam) (Wp) Waktu yang disediakan oleh pengelola (jam/hari) (Wt) Daya dukung kawasan (orang/hari) (DDK) 1 & 2 Memancing 1 240 7.124 6 8 40 3 & 4 Berperahu 8 22.500 101.850 0,5 8 579 5, 6, 8, 9, & 10 Duduk santai 1 10 2.953 3 8 584 11 Outbound 20 2.500 3.124 4 8 50 12 Berkemah 5 50 1.250 24 24 125 Total 1.378

4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata

Pemanfaatan potensi Danau Rawa Pening untuk pengembangan kawasan wisata memerlukan strategi pengelolaan yang tepat agar tidak menimbulkan kerusakan ekosistem Danau Rawa Pening. Penentuan strategi pengembangan kawasan wisata air Danau Rawa Pening dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.

4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan, ancaman objek wisata Danau Rawa Pening

a. Kekuatan (Strength) a.1. Daya tarik alam

Rawa Pening merupakan danau alam yang memiliki potensi sumber daya alam seperti daya tarik bentang alam (pemandangan danau) yang indah. Hal tersebut dikarenakan letak Danau Rawa Pening yang dikelilingi pegunungan yaitu Gunung Merbabu, Telomoyo, Ungaran, dan Gunung Kendali Sodo sehingga daya tarik alam tersebut dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk objek wisata ini.

a.2. Iklim yang sejuk

Terlihat dari bentang alam dan lokasi Danau Rawa Pening yang dikelilingi pegunungan, tentu saja membuat iklim di sekitar danau menjadi sejuk. Hal tersebut ditambah lagi banyaknya pepohonan yang terdapat di tepian danau yaitu adanya bukit kecil yang dinamakan Bukit Cinta, tentu saja menambah suasana di sekitar danau bertambah sejuk. Keadaan lain yang membuat suasana sejuk yaitu belum banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di sekitar objek wisata sehingga membuat keadaan menjadi tenang dan nyaman. Hal tersebut sangatlah cocok jika digunakan sebagai

salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan yang lingkungan rumahnya ramai dan disibukkan dengan pekerjaan kantor.

a.3. Keanekaragaman hayati perairan

Keanekaragaman hayati perairan yang terdapat di Danau Rawa Pening sangat beragam seperti jenis ikan, tumbuhan air, dan biota-biota air yang lain. Para pemancing di sekitar daerah Kabupaten Semarang menjadikan Danau Rawa Pening sebagai daerah berlibur mereka karena jenis ikan dan kelimpahan ikan menurut wisatawan dan masyarakat yang dijadikan responden ketika memancing menurut mereka masih banyak ikannya. Jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening antara lain mujair, gabus, wader, gurame, nila, koan, dan masih terdapat jenis ikan lainnya sehingga banyak wisatawan yang datang untuk memancing saat akhir pekan. Tumbuhan air yang berada di Danau Rawa Pening juga banyak jenisnya, salah satunya adalah eceng gondok yang saat ini dikembangkan sebagai bahan kerajinan. Banyaknya eceng gondok di tempat ini dapat menjadi daya tarik untuk para wisatawan yang datang karena mereka dapat melihat proses pembuatan kerajinan berbahan baku eceng gondok menjadi tas, sendal, tempat tisu, dan lainnya. Keanekeragaman hayati seperti adanya biota air yang lain seperti udang air tawar dan keong memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk membuka rumah makan. Keanekaragaman hayati di Danau Rawa Pening ini menjadi kekuatan bagi suatu objek wisata dan dapat dijadikan sebagai peluang usaha bagi masyarakat sekitar.

a.4. Potensi budaya dan legenda/sejarah kawasan wisata

Danau Rawa Pening merupakan salah satu danau alam yang keberadaannya

menyimpan cerita legenda yang dikaitkan dengan Baru Klinting . Baru Klinting

merupakan tokoh yang dipercaya oleh sebagian masyarakat sekitar akan mitos terjadinya Rawa Pening. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi daya tarik yang dapat memikat investor di bidang pariwisata. Selain cerita legenda, di tepian Danau Rawa

Pening juga terdapat peninggalan benda purbakala yang bernama Lumpang Lentong

yaitu sebuah benda yang juga dikaitkan dengan mitos terjadinya Rawa Pening. Potensi budaya lainnya yakni setiap tahun masyarakat sekitar Danau Rawa Pening mengadakan Sedekah Rawa Pening karena menurut masyarakat sekitar danau ini banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Ritual tersebut tentu saja dapat menjadi daya tarik wisata karena selain proses ritual yang menarik juga melibatkan banyak atraksi kesenian daerah.

a.5. Dukungan masyarakat

Masyarakat sekitar Danau Rawa Pening umumnya mendukung akan adanya tempat wisata ini. Adanya dukungan dari masyarakat tentu saja mempermudah pengelola untuk mengembangkan objek wisata ini. Masyarakat dapat membuka usaha seperti rumah makan, gallery kerajinan eceng gondok, wartel, dan warung-warung makan.

b. Kelemahan (Weakness) b.1. Penurunan kualitas air

Kualitas air di Danau Rawa Pening mengalami penurunan seperti kadar bahan organik yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan Danau Rawa Pening merupakan tempat bermuaranya 9 sungai yang membawa limbah pabrik, limbah domestik, sisa pupuk dari lahan pertanian, pestisida, dan berasal dari sisa pakan ikan di KJA. Penurunan kualitas air tersebut tentu saja akan mengganggu kenyamanan wisatawan karena banyaknya bahan organik dalam perairan tentu saja akan menimbulkan bau yang tidak sedap.

b.2. Kondisi perairan tidak stabil

Kondisi perairan di Danau Rawa Pening tidak stabil, hal tersebut diketahui dari adanya salah satu spesies fitoplankton yang mendominasi dari spesies lainnya yaitu Peridium sp. dari kelas Dinophyceae. Hal tersebut dikarenakan spesies tersebut dapat bertahan lebih baik dibanding spesies lainnya terhadap suatu tekanan seperti banyaknya tumbuhan air yang menutupi permukaan danau dan terjadinya pencemaran di danau tersebut.

b.3. Kualitas tenaga kerja yang masih rendah dan jumlahnya sedikit

Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi salah satu sebab rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya masyarakat sekitar yang masih rendah tentu saja mempengaruhi keadaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening. Kurangnya keahlian dan pengetahuan masyarakat membuat pengelolaan perairan kurang optimal sehingga timbul banyak masalah yang mengancam kelestarian Danau Rawa Pening. Selain kualitas tenaga kerja yang masih rendah juga karena masih sedikitnya jumlah tenaga kerja atau pegawai yang bergerak langsung dalam pengelolaan Danau Rawa Pening.

b.4. Pengelolaan terhadap perairan yang masih kurang optimal

Pengelolaan perairan Danau Rawa Pening yang masih kurang optimal dikarenakan masih ada masyarakat sekitar yang masih sulit untuk diajak bekerja sama dalam upaya pengelolaan Danau Rawa Pening. Hal tersebut dapat dilihat dari tata letak keramba yang tidak beraturan, selain itu juga masalah pola penanaman yang masih kurang baik dan teratur sesuai musimnya oleh masyarakat sekitar. Masalah tersebut tentu saja menambah sedimentasi di danau. Belum adanya pembatasan pemancing yang masuk ke Danau Rawa Pening juga mengancam kelestarian dari danau itu sendiri yang berakibat semakin sedikitnya kelimpahan ikan di Danau Rawa Pening.

b.5.Tingkat kebersihan Danau Rawa Pening masih rendah

Tingkat kebersihan di objek wisata Danau Rawa Pening yang masih rendah dikarenakan wisatawan yang datang kurang peduli dengan kebersihan dan kurangnya kepedulian pengelola Danau Rawa Pening untuk menyediakan tempat sampah di sekitar kawasan wisata. Banyak sampah menumpuk di pinggiran danau sehingga mengganggu pemandangan wisatawan.

b.6. Kurangnya prasarana pendukung

Kurangnya fasilitas dan prasarana yang berada di Danau Rawa Pening menyebabkan wisatawan merasa belum puas menikmati fasilitas di kawasan wisata. Contohnya keadaan WC yang sebagian sudah rusak dan kotor dan juga jumlah tempat sampah yang masih sangat sedikit. Jumlah tempat sampah yang terbatas mempengaruhi wisatawan untuk membuang sampah sembarangan sehingga membuat keadaan wisata menjadi kotor.

b.7. Kurang tertatanya tumbuhan air dengan baik

Tumbuhan air yang berada di Danau Rawa Pening terdiri dari bermacam jenis yang keberadaan kurang tertata dengan baik sehingga menjadikan Danau Rawa Pening menjadi tambah kotor. Salah satu jenis tumbuhan air yaitu eceng gondok yang merupakan gulma air memiliki pertumbuhan sangat cepat. Pertumbuhan eceng gondok mampu menyerap air 9,7 mm/hari dan dapat memperbesar penguapan air sampai 2-4 kali penguapan pada permukaan air biasa. Akibat banyaknya eceng gondok keindahan Danau Rawa Pening menjadi berkurang karena permukaan

perairan tertutupi oleh eceng gondok, sedangkan pemanfaatan eceng gondok belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

b.8. Volume dan kedalaman air berfluktuatif

Volume dan kedalaman air Danau Rawa Pening dipengaruhi oleh jumlah air yang masuk dan jumlah yang keluar. Ketersediaan air di Danau Rawa Pening berasal dari air hujan, 4 sumber mata air, 9 sungai dan keluar melalui Sungai Tuntang yang kemudian dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan PLTA. Keberadaan tumbuhan air yang jumlahnya berlebihan dan sedimentasi juga ikut mempengaruhi ketersediaan air dan pada akhirnya mempengaruhi kegiatan wisata seperti memancing dan berperahu.

c. Peluang (Oppurtunity)

c.1. Letak strategis dan aksesibilitas mudah

Letak yang strategis menjadi peluang untuk mengembangkan suatu wilayah menjadi kawasan wisata. Danau Rawa Pening mudah dijangkau karena letaknya menghubungkan antara tiga kota besar yaitu Semarang, Solo, Yogyakarta. Kondisi tersebut tentu saja membuka peluang Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata karena aksesibilitasnya mudah.

c.2. Keberadaan objek wisata lain

Kabupaten Semarang memiliki banyak objek wisata mulai dari objek wisata alami sampai buatan. Keberadaan objek wisata yang ada di Kabupaten Semarang tentu saja dapat dibuat suatu paket wisata. Danau Rawa Pening sendiri merupakan objek wisata danau alam yang jenisnya hanya ada satu di Kabupaten Semarang sehingga membuka peluang besar untuk pengembangan wisata karena bentuk wisata lain yang berdekatan dengan Danau Rawa Pening seperti Pemandian Muncul, Museum Stasiun Kereta Api Ambarawa, dan Lopait memiliki tawaran wisata yang berbeda.

c.3. Dukungan berbagai instansi terkait terhadap pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening

Sejak diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 (Undang-Undang Otonomi Daerah) desa mempunyai kewenangan lebih besar untuk mengatur pemerintahan dan pembangunannya sendiri sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berlaku. Undang- undang tersebut sekarang digantikan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, dengan berlakunya undang-undang tersebut sejumlah intervensi dari berbagai

instansi yang berdalih untuk mengadakan program pembangunan telah masuk dan memenuhi desa. Kondisi ini dapat mendukung pengembangan objek wisata Rawa Pening. Dukungan berbagai instansi terkait terlihat adanya keinginan untuk mempertahankan keberadaan Danau Rawa Pening yang memiliki banyak manfaat tersebut. Kesatuan tujuan untuk mempertahankan Danau Rawa Pening tersebut tentu saja mempengaruhi keberlanjutan Danau Rawa Pening sebagai objek wisata.

d. Ancaman (Threath) d.1. Terjadinya sedimentasi

Akibat dari sedimentasi mempercepat terjadinya pendangkalan yang berasal dari muara-muara sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening. Sedimentasi tersebut terjadi karena tingginya erosi di daerah hulu. Bila hal terus terjadi maka kelestarian Danau Rawa Pening akan terancam keberadaannya.

d.2. Terjadinya pencemaran

Penyuburan suatu perairan ditandai dengan meningkatnya kandungan Nitrogen (N), hal tersebut terjadi karena masuknya kandungan unsur hara dari 9 sungai yang masuk ke Danau Rawa Pening. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan mikrofita akuatik seperti eceng gondok yang cepat. Kualitas air yang masuk ke Danau Rawa Pening merupakan indikasi dari terjadinya pencemaran di Danau Rawa Pening, seperti masuknya polutan dari penggunaan pupuk yang berlebihan oleh petani, pestisida, dan limbah domestik dari aliran sungai yang bermuara ke Danau Rawa Pening.

d.3. Pola pembangunan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan

Penggunaan lahan yang tidak sesuai di daerah hulu mengakibatkan laju run off ke daerah hilir meningkat dan lahan menjadi rusak. Penggunaan lahan tidak lagi sesuai dengan peruntukkan misalnya tegalan/kebun berada pada kelerengan >15%. Pemukiman penduduk banyak dibangun di daerah-daerah rawan longsor atau pada daerah dengan kelerengan yang cukup terjal (>25%). Banyaknya bangunan yang berdiri pada topografi dengan kelerengan 25% akan mempercepat laju run off dan akan memperbanyak sedimentasi dan pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran sehingga akan menurunkan kualitas air.

d.4. Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening

Setidaknya ada tujuh instansi pemerintah yang terus menerus mempunyai kegiatan untuk mengelola Danau Rawa Pening. Masing-masing instansi tersebut mempunyai kepentingan yang kadang-kadang justru bertentangan dan juga berbeda dengan keinginan dan kepentingan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening. Contohnya rencana untuk mengembangkan jumlah cadangan air yang akan sangat berguna bagi irigasi di daerah hilir dan bagi pasokan listrik di Jelog. Namun pihak petani pasang surut menghendaki agar tinggi permukaan air Rawa Pening ditekan serendah mungkin agar dapat ditanami lahan pasang surut. Kehendak petani ini selalu bertentangan dengan kehendak PLTA Jelog yang selalu menghendaki permukaan air setinggi mungkin agar produksi listrik dapat terus berlangsung. Perbedaan kepentingan ini seringkali muncul kepermukaan dan menyebabkan ketidakselarasan antara petani dengan PLTA Jelog. Kurang koordinasinya antar berbagai pihak yang terkait dalam pemanfaatan sumber daya Danau Rawa Pening sehingga kebijakan dan peraturan yang dibuat tumpang tindih sesuai dengan konflik kepentingan.