KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING
UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,
KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, November 2009
RINGKASAN
Intan Kusuma Jayanti. C24052884. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto.
Sumberdaya fisik dan biologi Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, wisatawan, dan instansi terkait sebagai pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu objek wisata tentunya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif tersebut tentu saja memerlukan pengelolaan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening secara berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sumberdaya, analisis kesesuaian, analisis daya dukung, dan analisis SWOT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain diketahui potensi wisata mencakup pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi. Berbagai permasalahan yang dihadapi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata yaitu terkait dengan masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya manusia, dan permasalahan dalam pengelolaan oleh instansi terkait yang mempengaruhi kegiatan wisata. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kegiatan wisata memancing dapat dilakukan di lokasi 1 dan 2. Kegiatan berperahu dapat dikembangkan di lokasi 3 dan 4. Kegiatan duduk santai dapat dikembangkan di lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10. Kegiatan outbound dapat dilakukan di lokasi 11 dan kegiatan dapat berkemah di lokasi 12. Lokasi 7 tidak dikembangkan untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound, karena berdasarkan perhitungan analisis kesesuaian wisata lokasi 7 termasuk kategori tidak sesuai untuk dikembangkan kegiatan-kegiatan tersebut.
KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI C24052884
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan
Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Intan Kusuma Jayanti
NIM : C24052884
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc Ir. Gatot Yulianto, M. Si NIP 1963073 11988 1 002 NIP 19650706 199203 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP 19660728 199103 1 002
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009, dan
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Danau Rawa Pening
merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Melalui analisis sumberdaya, analisis
kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, dan analisis SWOT diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi alternatif strategi
pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang
tepat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini,
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Bogor, November 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku
dosen pembimbing skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah
diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala
bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion, M.Sc selaku
dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan saran yang
sangat berarti untuk penulis.
4. Ayahanda R. Supono Hadi Prayitno dan Ibunda Sri Pujaswati (almarhumah), serta
adikku Candra Kusuma Setiyawan atas doa, dukungan, dan kasih sayang kepada
penulis.
5. Bapak Sukirno (Kepala UPTD Rawa Pening) dan Bapak Pandiman atas segala
bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama di lapangan.
6. Keluarga di Salatiga yang telah berkenan membantu dengan tulus saat pengambilan
data di lapangan dan perhatiannya sampai saat ini.
7. Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan doa
selama penulisan skripsi.
8. Diana, Steven )TK’ , Muning, Kak Andi T(P’ , Moro, Lily, Irma, Avie, Ebit,
Erys, Lenggo, Wati, Desi, dan seluruh rekan-rekan MSP 42 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuannya, dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman di Wisma SAS atas motivasi dan persaudaraannya yang telah
diberikan selama ini.
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 September 1986
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan R.Supono
Hadi Prayitno dan Sri Pujaswati (almarhumah). Pendidikan formal
yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi Kabupaten Semarang
(1991), SD Negeri Kramat Pela 08 Petang Jakarta (1993), SLTP
Negeri 19 Republica de Columbia Jakarta (1999), SMA Negeri 74
Jakarta (2002). Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti
Tahap Persiapan Bersama (TPB), kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten luar biasa
Ekologi Perairan periode 2006-2007. Penulis juga aktif menjadi staf Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan divisi Sosial dan Lingkungan periode
2007-2008 dan Bendahara Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga
aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Pengalaman magang pernah dilakukan di Taman Akuarium Air
Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Kajian
Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah .
DAFTAR ISI
Wisata yang Berkelanjutan ... 133. METODE PENELITIAN ... 16
4.3.1. Pertanian/irigasi ... 29
4.3.2. Lahan pertanian pasang surut ... 29
4.3.3. Tenaga listrik ... 30
4.3.4. Pariwisata ... 30
4.3.5. Perikanan danau ... 31
4.3.6. Kerajinan dan industri ... 32
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo ... 32
4.4.1. Jumlah penduduk ... 32
4.4.2. Jenis pekerjaan ... 32
4.4.3. Pendidikan penduduk ... 33
4.5. Sarana dan Prasarana ... 34
4.8. Instansi-instansi terkait ... 36
4.9. Analisis Sumberdaya Alam ... 37
4.9.1. Kualitas air... 37
4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening ... 45
4.10. Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 46
4.10.1. Pemandangan alam ... 46
4.10.2. Daya tarik flora dan fauna ... 46
4.10.3. Potensi Budaya ... 46
4.10.4. Potensi Sosial Ekonomi ... 47
4.11. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 47
4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar ... 47
4.11.2. Karakteristik Wisatawan ... 54
4.12. Identifikasi Isu Permasalahan Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 65
4.12.1. Masalah ekologi dan fisik ... 65
4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia ... 68
4.12.3. Permasalahan pengelolaan... 68
4.13. Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 69
4.14. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 70
4.15. Indeks Kesesuaian Wisata ... 71
4.16. Daya Dukung Kawasan ... 77
4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata ... 80
4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Danau Rawa Pening ... 80
4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ... 86
4.17.3. Pembuatan matriks SWOT... 87
4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 87
KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING
UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA,
KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, November 2009
RINGKASAN
Intan Kusuma Jayanti. C24052884. Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Fredinan Yulianda dan Gatot Yulianto.
Sumberdaya fisik dan biologi Danau Rawa Pening dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, wisatawan, dan instansi terkait sebagai pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan suatu objek wisata tentunya dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk menekan dampak negatif dan meningkatkan dampak positif tersebut tentu saja memerlukan pengelolaan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata, permasalahan pengelolaan, kesesuaian wisata, daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening, dan menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa Pening secara berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis sumberdaya, analisis kesesuaian, analisis daya dukung, dan analisis SWOT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009 di Danau Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain diketahui potensi wisata mencakup pemandangan alam, daya tarik flora dan fauna, potensi budaya, dan potensi sosial ekonomi. Berbagai permasalahan yang dihadapi Danau Rawa Pening sebagai objek wisata yaitu terkait dengan masalah ekologi dan fisik, permasalahan sumberdaya manusia, dan permasalahan dalam pengelolaan oleh instansi terkait yang mempengaruhi kegiatan wisata. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, kegiatan wisata memancing dapat dilakukan di lokasi 1 dan 2. Kegiatan berperahu dapat dikembangkan di lokasi 3 dan 4. Kegiatan duduk santai dapat dikembangkan di lokasi 5, 6, 8, 9, dan 10. Kegiatan outbound dapat dilakukan di lokasi 11 dan kegiatan dapat berkemah di lokasi 12. Lokasi 7 tidak dikembangkan untuk kegiatan duduk santai, berkemah dan outbound, karena berdasarkan perhitungan analisis kesesuaian wisata lokasi 7 termasuk kategori tidak sesuai untuk dikembangkan kegiatan-kegiatan tersebut.
KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH
INTAN KUSUMA JAYANTI C24052884
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan
Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Nama Mahasiswa : Intan Kusuma Jayanti
NIM : C24052884
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. Sc Ir. Gatot Yulianto, M. Si NIP 1963073 11988 1 002 NIP 19650706 199203 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc NIP 19660728 199103 1 002
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul Kajian Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009, dan
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Danau Rawa Pening
merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Melalui analisis sumberdaya, analisis
kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, dan analisis SWOT diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi alternatif strategi
pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan objek wisata Danau Rawa Pening yang
tepat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini,
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Bogor, November 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku
dosen pembimbing skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah
diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala
bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3. Dr. Ir. Achmad Fachrudin, MS selaku dosen penguji tamu dan Ir. Zairion, M.Sc selaku
dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan saran yang
sangat berarti untuk penulis.
4. Ayahanda R. Supono Hadi Prayitno dan Ibunda Sri Pujaswati (almarhumah), serta
adikku Candra Kusuma Setiyawan atas doa, dukungan, dan kasih sayang kepada
penulis.
5. Bapak Sukirno (Kepala UPTD Rawa Pening) dan Bapak Pandiman atas segala
bimbingan, kerjasama, dan bantuannya selama di lapangan.
6. Keluarga di Salatiga yang telah berkenan membantu dengan tulus saat pengambilan
data di lapangan dan perhatiannya sampai saat ini.
7. Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan doa
selama penulisan skripsi.
8. Diana, Steven )TK’ , Muning, Kak Andi T(P’ , Moro, Lily, Irma, Avie, Ebit,
Erys, Lenggo, Wati, Desi, dan seluruh rekan-rekan MSP 42 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuannya, dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman di Wisma SAS atas motivasi dan persaudaraannya yang telah
diberikan selama ini.
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 September 1986
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan R.Supono
Hadi Prayitno dan Sri Pujaswati (almarhumah). Pendidikan formal
yang ditempuh penulis yaitu TK Pertiwi Kabupaten Semarang
(1991), SD Negeri Kramat Pela 08 Petang Jakarta (1993), SLTP
Negeri 19 Republica de Columbia Jakarta (1999), SMA Negeri 74
Jakarta (2002). Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti
Tahap Persiapan Bersama (TPB), kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten luar biasa
Ekologi Perairan periode 2006-2007. Penulis juga aktif menjadi staf Himpunan
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan divisi Sosial dan Lingkungan periode
2007-2008 dan Bendahara Divisi Sosial Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008. Selain itu, penulis juga
aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Pengalaman magang pernah dilakukan di Taman Akuarium Air
Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Kajian
Sumberdaya Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah .
DAFTAR ISI
Wisata yang Berkelanjutan ... 133. METODE PENELITIAN ... 16
4.3.1. Pertanian/irigasi ... 29
4.3.2. Lahan pertanian pasang surut ... 29
4.3.3. Tenaga listrik ... 30
4.3.4. Pariwisata ... 30
4.3.5. Perikanan danau ... 31
4.3.6. Kerajinan dan industri ... 32
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Desa Kebondowo ... 32
4.4.1. Jumlah penduduk ... 32
4.4.2. Jenis pekerjaan ... 32
4.4.3. Pendidikan penduduk ... 33
4.5. Sarana dan Prasarana ... 34
4.8. Instansi-instansi terkait ... 36
4.9. Analisis Sumberdaya Alam ... 37
4.9.1. Kualitas air... 37
4.9.2. Flora dan fauna di sekitar Danau Rawa Pening ... 45
4.10. Potensi Sumberdaya Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 46
4.10.1. Pemandangan alam ... 46
4.10.2. Daya tarik flora dan fauna ... 46
4.10.3. Potensi Budaya ... 46
4.10.4. Potensi Sosial Ekonomi ... 47
4.11. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 47
4.11.1. Karakteristik responden masyarakat sekitar ... 47
4.11.2. Karakteristik Wisatawan ... 54
4.12. Identifikasi Isu Permasalahan Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 65
4.12.1. Masalah ekologi dan fisik ... 65
4.12.2. Permasalahan sumberdaya manusia ... 68
4.12.3. Permasalahan pengelolaan... 68
4.13. Peluang Objek Wisata Danau Rawa Pening untuk Pengembangan Wisata Bukit Cinta ... 69
4.14. Dampak Pengelolaan di Kawasan Objek Wisata Danau Rawa Pening ... 70
4.15. Indeks Kesesuaian Wisata ... 71
4.16. Daya Dukung Kawasan ... 77
4.17. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Wisata ... 80
4.17.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman objek wisata Danau Rawa Pening ... 80
4.17.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ... 86
4.17.3. Pembuatan matriks SWOT... 87
4.17.4. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ... 87
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas
air………..
17
2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data ... 19
3. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal ... 24
4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 26
5. Matriks analisis SWOT ... 26
6. Perangkingan alternatif strategi berdasarkan matriks SWOT ... 27
7. Sarana dan prasarana yang ada di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 35
8. Kualitas air di Danau Rawa Pening ... 37
9. Jenis tumbuhan air di Danau Rawa Pening ... 42
10. Laju erosi dan sedimentasi Sembilan anak sungai Danau Rawa Pening ... 66
11. Tempat wisata yang berdekatan dengan objek wisata Danau Rawa Pening, khususnya wisata Bukit Cinta ... 71
12. Indeks kesesuaian wisata (IKW) di Danau Rawa Pening ... 76
13. Daya dukung kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 81
14. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 87
15. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 88
16. Matriks SWOT strategi pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 90
17. Perangkingan alternatif strategi ... 91
Halaman
1. Kerangka pendekatan studi ... 4
2. Lokasi sampling kualitas air dan pengamatan tumbuhan air ... 18
3. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun
2008 ... 33
4. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondowo bulan Maret tahun
2008 ... 34
13. Aktivitas responden masyarakat sekitar Danau Rawa Pening ... 51
14. Keterlibatan responden masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan
Danau Rawa Pening ... 52
15. Persepsi responden masyarakat sekitar terhadap keberadaan dan
pengelolaan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 52
16. Persepsi responden masyarakat tentang ekowisata dan keadaan sumber
daya alam Danau Rawa Pening ... 53
17. Komposisi responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 54
18. Kelompok umur responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 54
19. Tingkat pendidikan responden pengunjung Danau Rawa Pening ... 55
20. Pekerjaan responden wisatawan Danau Rawa Pening ... 55
21. Tingkat pendapatan responden wisatawan per bulan wisatawan Danau
Rawa Pening ... 56
22. Informasi responden wisatawan mengenai keberadaan Danau Rawa
Pening ... 56
23. Tujuan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa
Pening ... 57
24. Alasan responden wisatawan datang ke objek wisata Danau Rawa
Pening ... 57
25. Tingkat kepuasan responden wisatawan terhadap objek wisata
Danau Rawa Pening
...
58
26. Hambatan responden wisatawan untuk datang ke kawasan objek
wisata Danau Rawa Pening ... 58
27. Pendapat responden wisatawan mengenai harga tiket masuk ... 59
28. Pendapat responden wisatawan terhadap fasilitas kawasan wisata ... 59
29. Persepsi responden wisatawan terhadap kondisi fasilitas, dan
lingkungan kawasan Danau Rawa Pening ... 60
30. Persepsi responden wisatawan mengenai ekowisata ... 62
31. Persepsi responden wisatawan terhadap kelestarian Danau Rawa
Pening ... 63
32. Aktivitas responden wisatawan ... 64
33. Aktivitas wisata yang perlu dibenahi ... 65
34. Peta kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ... 76
35. Peta daya dukung kawasan di Danau Rawa Pening ... 79
Halaman
1. Lokasi penelitian Danau Rawa Pening ... 101
2. Kuisioner untuk wisatawan ... 102
3. Kuisioner untuk masyarakat sekitar ... 107
4. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan objek wisata
5. Danau Rawa Pening ... 110
6. Panduan wawancara dengan instansi terkait ... 111
7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ... 112
8. Peta pengamatan kesesuaian wisata di Danau Rawa Pening ... 114
9. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori
wisata danau... 115
10. Beberapa kualitas air sungai yang masuk (inflow) Danau Rawa Pening
bulan Agustus tahun 2008 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 ... 117
11. Jumlah wisatawan objek wisata Danau Rawa Pening ... 120
12. Aktivitas masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening ... 121
13. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan jenis
pekerjaan ... 122
14. Komposisi penduduk Desa Kebondowo berdasarkan pendidikan ... 123
15. Fasilitas di objek wisata Danau Rawa Pening ... 124
16. Kelimpahan fitoplankton di Danau Rawa Pening ... 125
17. Beberapa jenis tumbuhan air yang ada di Danau Rawa Pening ... 126
18. Jenis-jenis ikan yang terdapat di Danau Rawa Pening ... 128
19. Karakteristik masyarakat sekitar kawasan objek wisata Danau Rawa
Pening berdasarkan 30 contoh orang ... 129
20. Karakteristik wisatawan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening
berdasarkan 30 contoh orang ... 133
21. Foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di objek wisata Danau Rawa
25. Peta kesesuaian wisata memancing di objek wisata Danau Rawa
Pening ... 148
26. Peta kesesuaian wisata duduk santai di objek wisata Danau Rawa
Pening ... 149
27. Peta kesesuaian wisata outbound di objek wisata Danau Rawa
Pening ... 150
28. Peta kesesuaian wisata berkemah di objek wisata Danau Rawa
Pening ... 151
29. Prediksi waktu yang dibutuhkan (Wp), potensi ekologis pengunjung (K)
dan luas area kegiatan (Lt) ... 152
30. Penilaian bobot strategis internal dan eksternal kawasan objek wisata
Danau Rawa Pening ... 153
31. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor
Evaluation (EFE) kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 154
32. Aktivitas-aktivitas wisatawan di objek wisata Danau Rawa Pening ... 155
33. Kondisi lingkungan di kawasan objek wisata Danau Rawa Pening ... 156
1.1. Latar Belakang
Danau adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk
secara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan atau
limpasan air permukaan. Danau sebagai lingkungan perairan yang tidak bergerak
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian danau, dasar
danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding danau. Danau
termasuk perairan yang mempunyai luas kecil sampai sedang yakni dari beberapa
puluh hektar sampai puluhan ribu hektar (Suhardja 1993). Manfaat ekosistem danau
bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain sebagai habitat tumbuhan dan
satwa, pengatur fungsi hidrologis, pencegah bencana alam, menjaga sistem dan
proses-proses alami, penghasil sumberdaya alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi,
rekreasi dan olahraga, manfaat sosial dan budaya, dan sebagai sarana penelitian dan
pendidikan (Ditjen PKA-Dephut 1999).
Danau Rawa Pening merupakan danau alam terbesar di Pulau Jawa yang
terbentuk akibat pergeseran lapisan bumi (Suwondo 2007). Dilihat dari bentang alam
Danau Rawa Pening yang dikelilingi 4 pegununungan (Gunung Telomoyo, Merbabu,
Kendali Sodo, dan Ungaran) tentu saja membuat iklim di sekitar danau sejuk dan
pemandangannya indah. Ekowisata sendiri dapat diartikan sebagai kawasan yang
memiliki pemandangan alami yang khas. Kekhasan tersebut selain dalam hal
unsur-unsur biotik dan juga abiotik yang ada di dalamnya, seperti flora dan fauna endemik,
keadaan iklim, dan bahkan tatanan sosial budaya yang ada di kawasan tersebut
(Santoso 2007). Danau Rawa Pening juga memiliki nilai budaya terkait legenda Rawa
Pening dan tidak dapat dipisahkan dengan peninggalan purbakala yang berada di
sebelah selatan tepi danau yang berada di Bukit Cinta. Aktivitas wisatawan yang dapat
dilakukan di objek wisata Danau Rawa Pening antara lain duduk santai sambil
menikmati pemandangan dengan udara yang sejuk, memotret, memancing, dan
berperahu mengelilingi danau.
Keseimbangan sumberdaya perairan Danau Rawa Pening saat ini terancam
kelestariannya karena danau tersebut merupakan tempat bermuaranya 9 sungai.
Sungai-sungai tersebut membawa bahan organik yang menimbulkan pencemaran dan
sedimentasi di danau tersebut. Selain itu, semakin banyaknya tanaman air di danau
sebagai objek wisata. Pengembangan kawasan objek wisata Danau Rawa Pening dapat
ditingkatkan melalui pembenahan di bidang sarana dan prasarana dan juga
peningkatan promosi. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan industri pariwisata yang
berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan
lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan/manajemen di
seluruh komponen pariwisata. Untuk kepentingan pengelolaan maka informasi
sumberdaya baik kuantitas maupun kualitas, permasalahan yang sedang terjadi di
dalam dan di luar badan air serta bentuk-bentuk pengelolaan yang sedang dilakukan
saat ini merupakan data-data yang diperlukan untuk mencari alternatif pengelolaan
yang akan dilakukan dalam rangka mempertahankan kelestarian fungsinya.
1.2. Perumusan Masalah
Danau Rawa Pening merupakan danau yang memiliki banyak manfaat dan
menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitarnya dan pihak-pihak terkait yang
memanfaatkan Danau Rawa Pening. Salah satu manfaat yang dirasakan yaitu adanya
keberadaan kawasan wisata karena Danau Rawa Pening memiliki daya tarik untuk
tujuan wisata. Namun, kegiatan wisata di Danau Rawa Pening belum berkembang luas.
Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya wisatawan yang datang pada hari-hari biasa.
Permasalahan dalam pengembangan wisata yang saat ini terlihat yaitu sederhananya
fasilitas yang disediakan pihak pengelola. Selain itu, belum optimalnya pemanfaatan
sumberdaya Danau Rawa Pening untuk beberapa kegiatan wisata sehingga diperlukan
analisis kesesusaian wisata. Danau Rawa Pening dalam jangka panjang terancam
keberadaanya sebagai objek wisata karena sebagian permukaan danau ini tertutupi
tumbuhan air dan danau ini menjadi tempat bermuaranya 9 sungai yang membawa
bahan sedimen yang menyebabkan danau ini mengalami sedimentasi dan penurunan
kualitas air.
Pemanfaatan Danau Rawa Pening sebagai pengembangan kawasan objek wisata
Bukit Cinta tentu saja akan membawa dampak negatif. Dampak negatif yang dapat
dilihat akan adanya kegiatan wisata saat ini yaitu banyaknya sampah yang dibuang
sembarangan oleh wisatawan di tepian danau dan di sekitar kawasan wisata. Hal
tersebut berpengaruh untuk kegiatan ekowisata yang akan dikembangkan dalam
pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
pengelolaan wisata berkelanjutan yang diharapkan dapat meningkatkan manfaat
1.3. Kerangka Pendekatan Studi
Kawasan objek wisata Danau Rawa Pening memiliki potensi alam yang sangat
menarik, sehingga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang mulai
mengembangkan kawasan ini menjadi objek wisata. Dalam mengembangkan kawasan
ini sebagai objek wisata tentu saja langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini
adalah mengkaji aspek sumberdaya objek wisata Danau Rawa Pening, seperti potensi
alam (keadaan umum, flora, fauna) yang dimiliki danau ini. Selain itu juga mengkaji
potensi sumberdaya manusia seperti masyarakat sekitar, pengunjung, maupun
lembaga instansi yang terkait dalam pengelolaannya Danau Rawa Pening sebagai
kawasan objek wisata.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis kesesuaian wisata dan daya dukung
kawasan Danau Rawa Pening yang mempengaruhi dalam pemanfaatannya sebagai
kawasan wisata. Pehitungan kesesuaian dan daya dukung kawasan tersebut
disesuaikan dengan sumberdaya alam yang ada untuk mengarahkan agar tercipta
suatu analisis pengelolaan sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Selain itu juga
diperlukan analisis faktor internal dan faktor eksternal untuk meningkatkan kekuatan
dan peluang, serta mengurangi atau meminimalkan kelemahan dan ancaman dalam
mengembangkan Danau Rawa Pening sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan.
Adapun, alternatif strategi yang dipilih nantinya adalah pengelolaan kawasan wisata
Danau Rawa Pening yang berkelanjutan, sehingga potensi alam yang terdapat
didalamnya dapat dijaga kelestariannya (Gambar 1).
1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi wisata kawasan objek wisata Danau Rawa Pening
2. Mengidentifikasi permasalahan pengelolaan objek wisata Danau Rawa Pening
3. Menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata Danau Rawa Pening
4. Menentukan alternatif strategi untuk pengembangan objek wisata Danau Rawa
Pening dalam upaya mendukung pengembangan kawasan wisata Bukit Cinta
Keterangan :
: Alur Penelitian : Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. Kerangka pendekatan studi
1.5. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
dan pihak pengelola Danau Rawa Pening mengenai pemanfaatan sumberdaya Danau
Rawa Pening dan memberikan masukan mengenai perencanaan dan pengelolaan yang
berkelanjutan.
Danau Rawa Pening
Potensi Sumberdaya Alam
Isu dan Permasalahan Indeks Kesesuaian Wisata
Daya Dukung Kawasan
Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening
Faktor Internal Faktor Eksternal
Analisis SWOT
Strategi Pengelolaan Kawasan Wisata Danau Rawa Pening
2.1. Ekosistem Perairan Danau
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sistem ekologi sering dinamakan ekosistem
merupakan suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati
(organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup) serta antara unsur-unsur
tersebut terjadi hubungan timbal balik (Resosoedarmo et al. 1984). Menurut Odum
(1993) ekosistem merupakan satuan yang mencakup semua organisme (yakni
komunitas) di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan
fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik,
dan daur-daur bahan yang jelas (yakni, pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian
yang hidup dan yang tidak hidup). Pengertian lain tentang ekosistem menurut UU No.
23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup adalah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan.
Lingkungan perairan tawar secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lactic
atau lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak dan lotic yaitu lingkungan air
tawar yang bergerak. Danau adalah contoh bentuk lingkungan perairan tawar yang
tidak bergerak dan terbentuk secara alami. Danau sebagai lingkungan perairan yang
tidak bergerak memiliki ciri-ciri yaitu memiliki batas-batas yang jelas seperti tepian
danau, dasar danau yang berupa kumpulan sedimen, permukaan air serta dinding
danau. Cahaya matahari dapat menembus hingga ke dasar perairan (biasanya pada
danau yang kecil), sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik (Santoso
2008).
Badan danau terbentuk melalui beberapa sebab (Welch 1952 in Kusnandar
2004), diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas glacial, daerah yang dilingkupi oleh gletser biasanya terdapat danau.
2. Longsoran tanah ke lembah.
3. Larutan dari lapisan batuan yang perlahan mengikis permukaan.
4. Pergerakan lapisan bumi.
5. Kawah-kawah dari gunung berapi yang sudah tidak aktif.
Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi vertikal kualitas air yang
tergantung pada kedalaman. Lapisan-lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal
pada kolom air berdasarkan cahaya (eufotik, kompensasi, dan profundal/afotik)
kadang kala berada pada posisi yang sama dengan lapisan-lapisan yang terbentuk
pada stratifikasi vertikal berdasarkan panas (epilimnion, metalimnion/termoklin, dan
hipolimnion) (Wetzel 1952 in Kusnandar 2004). Ciri khas dari danau adalah
mempunyai stratifikasi temperatur, bahkan pada danau tidak mungkin dibuat
generalisasi karakteristik, namun antara danau yang satu dengan yang lainnya pasti
ada perbedaan, serta perkecualian-perkecualian yang berlaku, terutama antara danau
yang sangat kecil dan sangat luas perbedaan tersebut akan lebih nyata (Basmi 1999).
Manfaat ekosistem danau bagi spesies tumbuhan, satwa, dan manusia antara lain
(Ditjen PKA-Dephut 1999):
a. Habitat tumbuhan dan satwa
Berbagai jenis tumbuhan dan satwa hidupnya sangat tergantung pada keberadaan
ekosistem danau sebagai tempat hidup, berkembang dan mencari makan.
Beberapa jenis diantaranya merupakan jenis tumbuhan dan satwa endemik serta
dilindungi karena keberadaanya yang hampir punah.
b. Pengatur fungsi hidrologi
Keberadaan ekosistem danau tidak dapat dilepaskan dari air, oleh karena itu
sangat erat kaitannya dengan proses hidrologi yang terjadi di bumi. Secara alami
danau merupakan tempat penampungan air, baik sumber air maupun air hujan.
Selain itu danau juga berfungsi sebagai pemasok air ke kantung-kantung air lain,
seperti air tanah, sungai, persawahan dan lain-lainnya. Dengan keberadaan
ekosistem danau maka persediaan air tanah dapat dipertahankan, sehingga dapat
mencegah intrusi air laut.
c. Pencegah bencana alam
Danau, situ, dan waduk dapat menyimpan kelebihan air pada musim hujan
kemudian mengalirkannya kembali pada waktu musim kering. Dengan demikian
ekosistem danau dapat mengurangi volume air banjir yang menuju hilir, sehingga
bahaya banjir dapat berkurang, sekaligus mempertahankan persediaan air pada
musim kering.
d. Menjaga sistem dan proses-proses alami
Keberadaan ekosistem danau dapat menjaga kelangsungan sistem dan
proses-proses ekologi, geomorfologi, dan geologi yang terjadi di alam. Dataran banjir
Kesuburan itu disebabkan adanya proses penambahan unsur hara dari hasil
sedimentasi.
e. Penghasil sumberdaya alam hayati
Manfaat ekosistem danau bagi penghasil sumberdaya alam hayati antara lain
sebagai sumber perikanan, pertanian, dan kayu serta sebagai sumber plasma
nuftah.
f. Penghasil energi
Ekosistem danau dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat dikelola
secara berkelanjutan. Beberapa pemanfaatan ekosistem danau sebagai sumber
energi yaitu sebagai pembangkit litrik tenaga air, pembuatan arang dengan
memanfaatkan kayu yang terdapat di sekitar danau, dan sebagainya
g. Sarana transportasi, rekreasi, dan olah raga
Beberapa danau, waduk, dan bendungan dimanfaatkan sebagai sarana
transportasi, rekreasi dan olah raga air. Olah raga air yang dapat dikembangkan
dengan memanfaatkan danau yaitu ski air, parasailing dan memancing.
h. Manfaat sosial dan budaya
Keberadaan lahan basah, khususnya ekosistem danau, sangat mempengaruhi
keadaan sosial budaya kehidupan masyarakat sekitarnya.
i. Sarana penelitian dan pendidikan
Pengembangan penelitian dan pendidikan yang berguna bagi kehidupan dapat
menggunakan objek-objek yang terdapat pada ekosistem danau, dan sangat
penting bagi penerapan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, limnologi,
geomorfologi, dan sebagainya.
Banyak faktor yang dapat mengancam kelestarian ekosistem danau, baik sebagai
akibat alami, seperti gempa dan tanah longsor, maupun akibat antropogenik (akibat
aktivitas manusia). Beberapa ancaman kerusakan ekosistem danau yang disebabkan
aktivitas manusia, antara lain (Ditjen PKA-Dephut 1999):
a. Sedimentasi yang berlebihan sebagai akibat erosi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Proses ini dapat dipercepat dengan adanya kegiatan manusia berupa penebangan
hutan di DAS atau pengolahan lahan secara tidak benar.
b. Pencemaran yang diakibatkan adanya buangan minyak, pupuk, pestisida atau
pencemaran bahan buangan padat.
c. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang berlebihan dan dengan cara-cara yang
d. Memasukkan spesies tumbuhan atau hewan baru (eksotik) yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem dan memusnahkan spesies asli.
e. Konversi lahan menjadi lahan pertanian, perikanan, perkebunan dan pemukiman
sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dapat mengancam keberadaan
ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya.
f. Perubahan sistem hidrologi sebagai akibat pengubahan aliran sungai, pembuatan
waduk, pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mempengaruhi kelestarian
ekosistem danau dan sumberdaya alam hayati yang terkandung di dalamnya.
2.2. Pariwisata
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang
mengandalkan jasa alam untuk kepuasaan manusia (Yulianda 2007). Menurut Yoeti
(2004) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu
yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Kepariwisataan adalah keseluruhan
daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang
asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal
menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu.
Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara
bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (good and service) yang
dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam
perjalannya.
Pada dasarnya gejala pariwisata terdiri dari 3 unsur yakni: manusia (unsur
insani sebagai perilaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya
tercakup oleh kegiatan itu sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam
perjalanan itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan. Selanjutnya, menurut
Wahab (1992) bentuk-bentuk pariwisata antara lain, yaitu:
1. Menurut jumlah orang yang bepergian,
a. Pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian.
b. Pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat
hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan bersama-sama.
a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, yang maksud kepergian ini untuk
memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan
memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan
kerja selama di tempat rekreasi.
b. Pariwisata budaya, maksudnya untuk memperkaya informasi dan pengetahuan
tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini
termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran dan fair, perayaan-perayaan
adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.
c. Pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di
daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air
panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat penyembuhan secara
khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya kebersihan,
ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.
d. Pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti misalnya
mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski,
bertanding, dan mendaki gunung.
e. Pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi yang mencakup pertemuan-
pertemuan ilmiah, seprofesi, dan bahkan politik.
3. Menurut alat transportasi,
a. Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api).
b. Pariwisata tirta (laut, danau, sungai).
c. Pariwisata dirgantara.
4. Menurut letak geografis,
a. Pariwisata domestik nasional, yang menunjukkan arus wisata yang dilakukan
oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam
suatu negara.
b. Pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan
wisatawan di negara-negara Eropa Barat.
c. Pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu negara ke
negara lain.
5. Menurut umur,
a. Pariwisata remaja
6. Menurut jenis kelamin,
a Pariwisata pria.
b. Pariwisata wanita.
7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial,
a. Pariwisata taraf lux
b. Pariwisata taraf menengah
c. Pariwisata taraf jelata
Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan (Fandeli 2000;
META 2002 in Yulianda 2007):
1. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
2 Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
3. Ekowisata (ecoutourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk
menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan
industri kepariwisataan.
2.3. Ekowisata
Menurut Santoso (2008) ekowisata merupakan sebuah bentuk wisata yang
menjual daya tarik alam pada kelestarian dan keaslian lingkungan, maka
keseimbangan ekosistem sebagaimana yang seharusnya harus diciptakan kembali.
Dengan ekowisata, maka berbagai kepentingan dapat dipadukan dengan sempurna
yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperhatikan keseimbangan
ekosistem. Untuk itu Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
pengembangan ekowisata. Namun potensi tersebut belum ditangani secara serius.
Padahal dalam tatanan konsep, keberhasilan ekowisata sangat tergantung pada usaha
penyadaran semua pihak yang terkait, terutama Pemerintah Daerah yang
bersangkutan (Santoso 2007).
Sesuatu dikatakan objek, bila untuk melihat objek itu tidak ada persiapan
dilakukan terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, kita dapat melihatnya secara
langsung tanpa bantuan orang lain, seperti misalnya pemandangan, gunung, sungai,
lembah, candi bangunan, monumen, gereja, mesjid, tugu peringatan, dan lain-lain.
Semuanya ini dapat kita lihat secara langsung tanpa bantuan orang lain, walapun
dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang
berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang
suatu daerah/tempat tertentu (Marpaung 2002). Di daerah tujuan wisata, objek-objek
yang menjadi daya tarik kegiatan ekowisata adalah (Mulia 2004):
1. Kondisi alamnya.
2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, misalnya ikan-ikan karang.
3. Kondisi fenomena alamnya.
4. Kondisi adat dan budaya.
Beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan mengembangkan kawasan
danau sebagai kawasan wisata antara lain:
1. Meningkatkan PAD;
2. Mencegah kerusakan ekosistem lebih jauh oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab;
3. Meningkatkan perekonomian masyarakat;
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keseimbangan lingkungan.
Menurut Yulianda (2007) bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan
dengan misi pengelolaan konservasi yang mempunyai tujuan:
1. Menjaga tetap berlangsunganya proses ekologis yang tetap mendukung sistem
kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
4. Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat.
Suatu konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar
ekowisata yang meliputi (Yulianda 2007):
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam
dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan
pentingnya konservasi.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan; retrisbusi atau pajak konservasi
(conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat
dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.
5. Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi
6. Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap
mempertahankan keserasian dan keaslian alam.
7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan
fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
8. Kontribusi pendapatan bagi negara (pemerintah daerah dan pusat).
2.4. Wisatawan
Menurut Cohen (1974) in Ross (1998), seorang wisatawan adalah seorang
pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu
sementara saja, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan
perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.
Gambaran tentang tempat tujuan pariwisata digunakan oleh wisatawan untuk
membuat keputusan dalam mengunjungi suatu tempat atau sesuatu yang menarik.
Gambaran tersebut memainkan peranan utama dalam mendorong perjalanan dan
menimbulkan harapan tentang tempat tujuan perjalanan dan masyarakat setempat.
Um dan Crompton (1991) in Ross (1998), berpendapat bahwa gambaran suatu tempat
sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan berasal dari sikap pada ciri-ciri
yang dapat ditangkap dari suatu tempat untuk berwisata. Menurut Burkart dan Medlik
(1981) in Ross (1998), wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di berbagai
tempat tujuan.
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk
yang berdiam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan.
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu
perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.
4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk
menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.
Melarikan diri dari kegiatan sehari-hari merupakan motivasi yang lebih penting
dalam berwisata. Mayo dan Jarvis (1981) in Ross (1998) mengatakan motivasi untuk
berpariwisata dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Motivasi fisik: istirahat fisik, ikut olahraga, rekreasi pantai, hiburan yang membuat
2. Motivasi budaya: keinginan mengetahui negeri lain, misalnya seni, adat-istiadat,
tari, lukisan, dan agama.
3. Motivasi antarpribadi: keinginan bertemu dengan muka-muka baru, mengunjungi
teman atau sanak saudara, melarikan diri dari kegiatan sehari-hari, keluarga atau
tetangga, atau menciptakan sahabat baru.
4. Motivasi status dan martabat: kebutuhan pengakuan, perhatian, penghargaan, dan
reputasi.
2.5. Pengelolaan dan Pengembangan Danau Sebagai Kawasan Wisata yang Berkelanjutan
Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari
masing-masing pelaku ekowisata yaitu: indutri pariwisata, wisatawan, masyarakat
lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah, dan akademisi. Para pelaku ekowisata
mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu (Razak 2008):
1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri
pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan
pariwisata dan mempromosikan dengan flora, fauna, dan alam.
2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.
3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan, dan penerapan dan
pengawasan pembangunan, dan pengevaluasian pembangunan.
4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur
tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap
lingkungan yang berlebihan.
5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan
mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan
dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan
ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter yang dimiliki oleh
masing-masing pelaku ekowisata dimainkan sesuai dengan perannya, bekerjasama
secara holistik di antara para stakeholder, memperdalam pengertian dan
kesadaran terhadap pelestarian alam, dan menjamin keberlanjutan kegiatan
ekowisata tersebut.
Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
dimaksud pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya
sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya, ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin ditimbulkan dari kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Ciri pariwisata yang berwawasan lingkungan, sesuai ciri pembangunan
berkelanjutan pada umumnya adalah (Widiasari 2007):
1. Fungsi ekosistem sumberdaya alam tetap berjalan sebagaimana mestinya.
2. Terkelolanya dampak negatif dan berkembangnya dampak positif bagi lingkungan.
3. Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam tetap terjaga.
4. Perubahan lingkungan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam wisata tirta/bahari ini, termasuk wisata laut, danau dan sungai.
pengembangan lingkungan wisata tirta/bahari memerlukan adanya
pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perencanaannya (Marpaung 2002). Mengembangkan
industri pariwisata yang berkelanjutan berarti mengintegrasikan pertimbangan
ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan
pengelolaan/manajemen di seluruh komponen pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan
program-program sebagai berikut seperti: pengembangan sistem manajemen
pariwisata berkelanjutan dan pelestarian sumber daya alam dan warisan budaya.
Pengaruh kepariwisataan terhadap lingkungan merupakan hal yang penting
mengingat perhatian masyarakat terhadap perlindungan lingkungan semakin
meningkat. Penyelenggaran kepariwisataan sebenarnya memiliki potensi terhadap
perlindungan lingkungan tetapi tidak jarang pariwisata dijadikan sebagai alasan dalam
permasalahan lingkungan (Marpaung 2002). Tanggung jawab untuk mewujudkan
pariwisata yang ramah lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak: pemerintah,
industri pariwisata, masyarakat maupun wisatawan. Kemampuan untuk menegakkan
peraturan dan mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan merupakan salah satu
indikator kompetensi pemerintah maupun industri pariwisata. Dampak dari
kunjungan wisatawan ke suatu tempat tergantung kepada sikap dan perilaku
wisatawan. Kewajiban pengembangan tidak cukup dalam bentuk charity, sebaliknya
masyarakat juga harus ikut mempunyai rasa memiliki dan melakukan kendali
terhadap pertumbuhan kawasan wisata.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik
wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi
perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar
potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Karenanya
objek wisata alam dan budaya harus dipelihara dan dilestarikan untuk
memelihara/menjamin mutu dan kelangsungan hidup manusia itu sendiri (Marpaung
2002).
Pengembangan adalah tidak terbatas dengan membuat tempat serta pembuatan
lingkungan semata-mata. Rencana pengembangan seharusnya mencoba merubah
suatu objek lingkungan menjadi objek yang baik sehingga menarik perhatian
wisatawan (Marpaung 2002). Ilmu sosial sangat penting bila komponen manusia
dimasukkan dalam cakupan ekosistem, atau bila kita mempelajari peran ekosistem
terhadap kehidupan manusia (Resosoedarmo et al. 1984). Pembangunan pariwisata
menimbulkan perubahan pada ekosistem yang bersangkutan, sehingga mungkin akan
merusak ekosistem. Bermacam-macam tindakan dilakukan dalam pembangunan
pariwisata, yang masing-masing akan menimbulkan dampak ekologi tersendiri.
Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan
(Soekadijo 2000):
1. Kemampuan untuk mendorong meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi,
sosial dan budaya.
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.
4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
Pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan daerah
penerima pada saat ini sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu
yang akan datang mengarah kepada pengelolaan seluruh sumberdaya sedemikian rupa
sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara
integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem
pendukung kehidupan. Produk pariwisata berkelanjutan yang dioperasikan secara
harmonis dengan masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Danau Rawa Pening dikelilingi oleh sepuluh desa yaitu Desa Asinan, Bejalen,
Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Rowosari, Sraten, Kesongo, Lopait, dan Tuntang.
Desa-desa tersebut berada di empat kecamatan yaitu Kecamatan Ambarawa,
Banyubiru, Bawen, dan Kecamatan Tuntang. Desa Kebondowo terletak di Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang dijadikan sebagai tempat untuk penelitian karena
desa tersebut merupakan desa yang menjadi pusat untuk kegiatan wisata di Danau
Rawa Pening dan tempat beradanya wisata Bukit Cinta (Lampiran 1). Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009.
Penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan membuat
perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisis data. Tahap kedua yaitu
pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa studi literatur
dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan analisis sesuai
dengan metode analisis yang telah ditentukan. Analisis kualitas air baik parameter
fisika, kimia, maupun biologi dilakukan di Fakultas Sains dan Matematika (FSM),
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain :
a. Kondisi fisik dan biologi
Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk mencatat
data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi objek wisata Danau Rawa Pening,
beberapa dokumen yang berkaitan dengan Danau Rawa Pening dan studi pustaka
yang mendukung penelitian. Alat yang digunakan dalam menentukan titik sampling
kualitas air yaitu dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat
untuk mengukur kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.
b. Kondisi sosial ekonomi.
Formulir kuisioner, alat tulis, perekam suara untuk merekam wawancara, dan
Tabel 1. Parameter, metode, dan alat yang digunakan untuk analisis kualitas air
Parameter Metode Alat
Fisika
1.Suhu Pemuaian Termometer
2.Kecerahan Visual Secchi disk
3.Bau Chemical reseptor Indera penciuman
4.Warna Visual Indera penglihatan
Kimia
1.DO Winkler Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet
2.BOD5 Winkler Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, buret, plastik hitam,
inkubator
3.pH - Kertas lakmus
4.Nitrit Colorimetrik Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret
5.Nitrat Brucine Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret
6.Amonia Phenate Botol BOD, gelas ukur, erlenmeyer, pipet, buret
Biologi
1.Fitoplankton Sensus Planktonnet, botol film, mikroskop
2.Ikan Visual Alat tulis
3.Tanaman air Visual Kamera dan alat tulis
3.3. Jenis dan Pengumpulan Data
Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
3.3.1.Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan:
a. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi yaitu meninjau
langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan pengukuran pada beberapa
parameter seperti kualitas air, biota (flora atau fauna), dan kondisi kawasan.
Pengamatan dan pengambilan sampel kualitas air diambil pada tanggal 7 April 2009.
Pengambilan kualitas air dilakukan di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2) yaitu :
1. Stasiun 1 mewakili daerah yang dekat dengan dermaga sehingga sering dilalui
perahu dan dekat dengan keramba dengan koordinat 70 ’ LS dan 0 ’
BT.
2. Stasiun 2 berada hampir ditengah badan danau mewakili sebagai daerah yang
jarang dilalui dengan koordinat 70 ’ LS dan 1100 ’ BT.
3. Stasiun 3 mewakili daerah dekat outlet dengan koordinat 70 ’ LS dan
Tabel 2. Komponen, jenis, sumber, dan cara pengambilan data
No.
Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data
1. Keadaan umum kawasan wisata Danau Rawa Pening
a.Sejarah kawasan Primer dan
b.Demografi Sekunder Laporan Studi pustaka
c. Sarana dan prasarana Primer dan
sekunder
3. Kualitas air Danau Rawa Pening
Parameter fisika
a.Suhu Primer Lapangan Observasi lapang
b.Kecerahan Primer Lapangan Observasi lapang
c.Bau Primer Lapangan Observasi lapang
d.Warna Primer Lapangan Observasi lapang
Parameter kimia
a. DO Primer Lapangan Observasi lapang
b.BOD Primer Lapangan Observasi lapang
c. pH Primer Lapangan Observasi lapang
d.Nitrit-nitrogen Primer Lapangan Observasi lapang
e. Nitrat-nitrogen Primer Lapangan Observasi lapang
f. Amonia-nitrogen Primer Laporan Observasi lapang
Parameter biologi
Fitoplankton Primer Lapangan Observasi lapang
4. Sumber daya manusia (SDM)
a. Masyarakat Primer Responden Wawancara
b. Pengunjung Primer Responden Wawancara
c. Lembaga terkait Primer Responden Wawancara
5. Potensi wisata Primer dan
6. Isu-isu yang berkembang Primer dan
sekunder
7. Data kesesuaian wisata Primer Lapangan Observasi lapang
8. Daya dukung kawasan Primer Lapangan Observasi lapang
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang
lokasi penelitian terkait aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar Danau
Rawa Pening dan wisatawan. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan
penelitian, yaitu:
a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara kepada