• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN POLA HIDUP SEHAT DAN BERSIH SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN COVID-19 DI KABUPATEN

Dalam dokumen HK.01.07/MENKES/382/2020 (Halaman 56-72)

SUKOHARJO

Rannisa Dyah E12, Faisal Nur A13, M. Alwi S14, Dimas Agung Y15, Gadis S16. Abstrak

Penyebaran penyakit Corona Virus Diseases-19 atau dikenal dengan Covid-19 virus yang menginfeksi pada saluran pernafasan. Munculnya wabah Covid-19 mendorong pentingnya untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS merupakan starategi yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Hal yang dapat dilakukan di keluarga dan lingkungan yaitu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, menyiapkan akses terhadap sarana, mengidentifikasi kegiatan keluarga dan masyarakat serta menyediakan informasi mengenai praktek PHBS yang tepat. Beberapa tips menjaga kesehatan yaitu mencuci tangan dengan sabun, menggunakan handsanitezer, tutup mulut dan hidung dengan siku ketika batik atau bersin, serta membersihkan alat alat yang sering digunakan. PHBS merupakan langkah awal yang efektif dan mudah diterapkan di berbagai lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat terus dihimbau untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Kata kunci : PHBS, Covid-19, Pencegahan

The spread of Corona Virus Diseases-19 or known as Covid-19 virus that infects the respiratory tract. The emergence of the Covid-19 outbreak encourages the importance of providing education to the public about clean and healthy living habits (PHBS). PHBS is a strategy that can prevent the spread of Covid-19. Things that can be done in the family and the environment are increasing knowledge and abilities, preparing access to facilities, identifying family and community activities and providing information about proper PHBS practices. Some tips for maintaining health are washing hands with soap, using a hands-on freezer, covering your mouth and nose with your elbows when batik or sneezing, and cleaning frequently used tools. PHBS is an effective and easy first step to be applied at various levels of society. So that the community continues to be urged to improve clean and healthy living habits in an effort to prevent the spread of Covid-19.

Keywords: PHBS, Covid-19, Prevention

PENDAHULUAN

Pola Hidup Sehat dan Bersih merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.

Pola Hidup Sehat dan Bersih adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan sehat.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

Tujuan utama dari gerakan Pola Hidup Sehat dan Bersih adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya untuk memperkuat budaya sesorang, kelompok maupun masyarakat agar peduli dan mengutamakan kesehatan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas (Kemenkes, 2020). Menurut Kemsos.go.id (2020), PHBS merupakan perilaku yang harus dilakukan secara terus-menerus agar menjadi suatu pola kebiasaan.

Terdapat beberapa hal-hal penting untuk membangun budaya PHBS di keluarga dan lingkungan, yakni:

 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu agar mau dan mampu mengambil tindakan yang dapat meningkatkan dan memelihara kesehatannya.

 Menyiapkan akses terhadap sarana yang diperlukan untuk praktik PHBS baik di tempat tinggal maupun di lingkungan sekitar.

 Mengidentifikasi kebiasaan keluarga dan masyarakat yang menghalangi mereka dalam mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.

 Menyediakan informasi tentang praktik-praktik PHBS yang tepat.

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Pada jenis corona sebelumnya, diketahui penyebaran utamanya adalah dari kontak jarak dekat, orang ke orang melalui jalur pernapasan dari percikan batuk maupun napas (droplets). Menurut Covid-19.go.id (2020), terdapat 3 yang perlu diketahui untuk melakukan langkah resiko penularan COVID-19, yaitu:

Menghadapi COVID-19 terdapat beberapa

tips dalam menjaga kesehatan, yakni:

CARA MENGURANGI RESIKO Sering cuci tanga dan melakukan kegiatan yang

dianjurkan pemerintah mengenai pengurangan resiko.

Menjaga kesehatan diri merupakan benteng pertama pertahanan melawan COVID-19

MENCARI INFORMASI YANG BENAR Virus corona adalah penyakit baru dan

para ahli masih terus melakukan penelitian sejauh mana keganasan dan

tingkat penyebarannya. Informasi berubah cepat dan banyak informasi

menyesatkan dari oknum-oknum tertentu. Ikuti selalu perkembangan informasi dari sumber yang kredibel.

APA YANG PERLU DILAKUKAN JIKA SAKIT?

Gejala utama infeksi virus corona adalah demam, batuk, dan sesak napas. Kelompok lansia dan orang dengan penyakit menahun (kronis) memiliki resiko lebih tinggi. Ketahui apa yang perlu dilakukan saat mengalami 3 gejala itu.

MASYARAKAT PATUH MENGGUNAKAN MASKER

 Cuci tangan pakai sabun saat tiba di rumah, tempat kerja atau sekolah, sebelum makan sebelum menyiapkan makanan, dan setelah menggunakan toilet.

 Gunakan cairan pembersih tangan (minimal 60% alkohol) bila sabun dan air mengalir tidak tersedia.

 Tutup mulut dan hidung dengan siku terlipat saat batuk atau bersin atau gunakan tisu, yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutup setelah digunakan. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan.

 Bersihkan benda, permukaan, dan alat-alat yang sering digunakan, khususnya yang berada/ digunakan secara umum, seperti meja, keyboard computer, pegangan pintu, dll. Bersihkan dengan cairan disinfektan. (Kemsos, 2020)

Pada saat ini, banyak masyarakat dilingkungan kita yang patuh terhadap seberapa bahaya COVID-19, masyarakat telah banyak mengindahkan anjuran pemerintah untuk menggunakan handsanitizer serta masker ketika keluar dari ruang karantina sendiri yaitu rumah. Pada setiap tempat-tempat makan juga telah melakukan protokol kesehatan yaitu memberikan tanda jarak pemesanaan setiap konsumen, memberi jarak pada tempat makan serta para karyawan yang menggunakan masker dan alat protokol kesehatan.

Ada banyak tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia, termasuk yang menyebabkan sakit pada saluran pernapasan. Virus corona (COVID-19) adalah penyakit baru, yang disebabkan virus corona yang baru yang sebelumnya tidak pernah ditemukan pada manusia. Gejala utama adalah demam, rasa lelah dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Namun bila mengalaminya, tidak berarti Anda terkena virus corona karena gejala-gejala itu mirip dengan flu

PROTOKOL KESEHATAN PADA

biasa. Sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona akhirnya sembuh. Kelompok lansia (lanjut usia) dan mereka yang memiliki masalah kesehatan memiliki risiko yang lebih besar. Segera kontak sarana kesehatan untuk konsultasikan lebih lanjut. (Kemenkes, 2020)

 Kelompok lansia (lanjut usia) dan orang dengan masalah kesehatan menahun (kronis) seperti penyakit jantung, diabetes dan penyakit paru berisiko mengalami sakit yang serius.

 Jika Anda merasa tidak sehat, demam, lelah dan batuk kering, istirahatlah yang cukup dirumah dan cukup minum. Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernapas (sesak atau napas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan

 Jaga jarak setidaknya 1 meter dari anggota rumah tangga lainnya.  Pada saat berobat ke fasilitas layanan kesehatan gunakan masker.

Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar dengan menutup mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutup.

Pada fasilitas layanan kesehatan masyarakat, terdapat features:

 Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect. Jika memenuhi kriteria suspek virus corona (COVID-19), pasien akan dirujuk ke salah satu rumah sakit (RS) rujukan yang siap menanganani COVID-19.

 Jika tidak memenuhi kriteria suspek, pasien akan dirawat inap atau rawat jalan tergantung diagnosa dan keputusan dokter

KESIMPULAN

Munculnya wabah Covid-19 mendorong pentingnya untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS merupakan starategi yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Hal yang dapat dilakukan di keluarga dan lingkungan yaitu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, menyiapkan akses terhadap sarana, mengidentifikasi kegiatan keluarga dan masyarakat serta menyediakan informasi mengenai praktek PHBS yang tepat. Tujuan utama dari gerakan Pola Hidup Sehat dan Bersih adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari: www.depkes.go.id/.../profilkesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf. Pada Tanggal 10 Agustus 2020

Kemkes.go.id. (2016, 01 Jnuari). PHBS. Diakses pada 10 Agustus 2020,. dari http://promkes.kemkes.go.id/phbs

Kemsos.go.id. (2020. 09 April). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Diakses pada 10 Agustus 2020. dari https://www.kemsos.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putra, R. S. (2016). Perilaku Hidup Bersih Sehat. Diakses dari http:// promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah. Pada tanggal 10 Agustus 2017.

Peran Pendampingan Orangtua dalam Pembelajaran Daring Siswa Sekolah Dasar di Sukoharjo

Gita Fajar Ramadhania, Setianto Wicaksono, Yuliyanti Universitas Negeri Semarang

Abstrak

Adanya pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menutup sekolah dan meniadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka sebagai upaya pencegahan memutus mata rantai penularan Covid-19. Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka digantikan dengan pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring tentu dilakukan dengan sangat berlawanan dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran daring dirasa menyulitkan banyak pihak terkait, seperti guru, siswa, dan orangtua dimana semua pihak terkait harus segera beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam waktu yang singkat. Ketidaksiapan berbagai pihak menghadapi hal ini menyebabkan kebingungan dan kerancuan dalam pelaksanaanya.

Peran orangtua sangat penting dalam membantu, membimbing, dan memantau anak-anak mereka selama pembelajaran daring. Selain sebagai pengganti guru bagi anak-anak mereka, orangtua juga berperan sebagai fasilitator yang menyediakan seluruh sarana prasana yang dibutuhkan anak-anak mereka selama pembelajaran daring. Berbagai kesulitan dirasakan oleh orangtua di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo mulai dari sarana prasarana utama seperti smartphone dan internet, kegagapan teknologi, serta pembagian waktu yang tidak efektif antara menemani anak dalam pembelajaran daring dengan pekerjaan lain. Namun, ada banyak manfaat yang didapatkan dari pembelajaran daring ini, seperti mengeratkan kedekatan antara orangtua dan anak dan terjalinnya komunikasi yang intens antara orangtua dan anak.

Abstract

The existence of the Covid-19 pandemic made the government take a policy to close schools and eliminate face-to-face teaching and learning activities as an effort to prevent breaking the chain of Covid-19 transmission. Face-to-face teaching and learning activities are replaced with online learning. Online learning is of course carried out in the very opposite of face-to-face learning. Online learning is considered to be difficult for many stakeholders, such as teachers, students, and parents, where all parties concerned must immediately adapt to new habits in a short time. The unpreparedness of various parties to face this situation caused confusion and confusion in its implementation.

Parents play a very important role in assisting, guiding and monitoring their children during online learning. Apart from being a substitute for the teacher for their children, parents also act as facilitators who provide all the infrastructure needed by their children during online learning. Parents in Sukoharjo District, Sukoharjo Regency have experienced various difficulties, starting from the main infrastructure such as smartphones and the internet, technology stuttering, and the ineffective time sharing between accompanying children in online learning and other jobs. However, there are many benefits that can be obtained from this online learning, such as strengthening the closeness between parents and children and establishing intense communication between parents and children.

PENDAHULUAN

Bermula dari China daratan, diduga persisnya di kota Wuhan, provinsi Hubei, salah satu kawasan perniagaan di China pada akhir Desember 2019 ditemukan virus baru bernama Covid-19. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. Pandemi yang kini sedang melanda hampir seluruh bagian dunia membawa banyak perubahan pada aspek kehidupan manusia. Seluruh dunia yang tidak siap dengan adanya virus baru ini tentu mengalami kebingungan sehingga harus dengan cepat bergerak untuk membentuk kebijakan-kebijakan baru supaya virus ini dapat segera dihentikan. Keadaan baru yang terjadi sangat cepat ini membuahkan kebijakan yang terkesan tergesa-gesa dan tidak dikaji secara matang.

Kasus pertama Covid-19 di Indonesia terdeteksi di wilayah Jakarta pada 2 Maret 2020 lalu dengan jumlah pasien positif sebanyak dua orang. Sebelum terjadi kasus pertama di Indonesia, virus yang sudah merebak di China, Jepang, bahkan negara-negara di Eropa ini tidak dijadikan pemerintah sebagai acuan untuk mempersiapkan kebijakan-kebijakan baru untuk menghadapi datangnya virus yang sangat mudah menular antar manusia ini. Saat kasus pertama

terjadi di Indonesia pemerintah juga terkesan tidak tegas dalam melakukan pencegahan supaya Covid-19 ini tidak terjadi secara besar-besaran. Hal ini ditandai dengan di berbagai daerah masih adanya pertemuan dalam jumlah besar yang menyebabkan kerumunan, warga yang bebas keluar masuk dari satu daerah ke daerah lain, bahkan masih adanya penerbangan ke luar negeri dapat dijadikan bukti tentang ketidakseriusan pemerintah dalam mencegah terjadinya kasus baru akibat Covid-19. Riset yang tidak mendalam mengenai Covid-19 sempat membuat beberapa tokoh berpengaruh menyatakan pendapat bahwa Covid-19 tidak bisa hidup pada suhu di Indonesia. Sedangkan disisi lain banyak masyarakat yang belum memahami apa itu Covid-19 tentu mudah percaya dengan adanya pernyataan yang dikeluarkan tersebut. Masyarakat yang tidak memiliki kesadaran mengenai bahaya Covid-19 dan tidak teredukasi dengan baik akan menganggap bahwa Covid-19 ini penyakit sepele. Edukasi awal yang tidak tepat dan tidak segera dilakukan membawa dampak buruk bagi Indonesia. Hingga saat ini hal tersebut menyebabkan keadaan yang terus memburuk, setelah lima bulan sejak ditetapkannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia angka kenaikan pasien positif hingga saat ini masih sangat tinggi.

Pemerintah yang dari awal tidak siap dengan hal ini tentu saja membuat kebijakan-kebijakan baru

yang cenderung “mentah” dan tergesa-gesa. Kebijakan yang diambil pemerintah sebagai langkah awal mencegah penularan virus ini antara lain, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan melakukan penutupan mall, bioskop, tempat makan, lokasi pariwisata, tempat hiburan, dan lain-lain yang sekiranya dapat menimbulkan keramaian atau kerumunan, lalu penutupan sekolah dan universitas yang diklaim sebagai tempat yang berpotensi menularkan Covid-19. Kebijakan pemerintah dengan melakukan penutupan berbagai lokasi strategis di berbagai sektor membuat masyarakat yang bekerja di tempat tersebut, membutuhkan tempat tersebut, atau yang berkaitan langsung dengan penutupan di berbagai sektor itu merasakan dampak signifikan.

Dalam artikel ini akan berfokus pada pembahasan sektor pendidikan yang terdampak pandemi Covid-19 dimana peran orangtua dalam membantu kegiatan belajar mengajar anak-anak mereka akan sangat berpengaruh. Penutupan sekolah dan universitas jelas membuat kegiatan belajar mengajar yang biasa dilakukan secara tatap muka akan terhambat. Langkah pemerintah dalam menutup sekolah untuk menekan angka penyebaran kasus Covid-19 dalam segi kesehatan dinilai tepat, karena anak-anak yang cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah dan rentan terkena virus sehingga akan lebih baik jika mereka belajar dari rumah. Kegiatan belajar mengajar yang

harus terus berlangsung membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa sistem pembelajaran melalui dalam jaringan (daring). Siswa yang tidak hadir secara tatap muka dengan guru di dalam kelas tetap dapat melakukan kegiatan belajar mengajar melalui media atau secara virtual. Namun, dalam segi pendidikan tentu saja hal ini bukan langkah yang tepat mengingat banyak faktor penghambat yang ada. Keadaan geografis di Indonesia yang beragam mengakibatkan persebaran teknologi dan informasi tidak terjadi secara merata dengan kata lain tidak seluruh wilayah di Indonesia dapat terjangkau oleh sinyal internet. Bagi beberapa penduduk Indonesia, smartphone merupakan suatu kebutuhan tersier atau kebutuhan mewah sehingga adanya pembelajaran dalam jaringan ini akan terasa sangat sulit. Hingga hambatan-hambatan lain yang menyebabkan sulitnya pembelajaran dalam jaringan yang kini sedang dilakukan sebagai wujud kebijakan dari pemerintah.

PEMBAHASAN

Sejak ditemukan kasus pertama pasien positif Covid-19 pada 2 Maret 2020 lalu, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 yang sudah menjadi pandemi pada hampir seluruh bagian dunia termasuk Indonesia. Mulai dari penutupan beberapa sektor yang dinilai akan mengundang keramaian atau kerumunan dimana hal tersebut akan berpotensi untuk menjadi

penyebab penyebaran virus Covid-19 hingga penutupan pada sektor pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara tatap muka dinilai akan berpotensi sebagai penyebab penyebaran Covid-19 sehingga pemerintah mengambil langkah untuk saat ini hingga waktu yang belum ditentukan meniadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dan mengganti pembelajaran melalui dalam jaringan (daring).

Dilansir pada situs resmi milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah hingga Sabtu (8/8/20) jumlah pasien positif sebanyak 10.865 orang, pasien dalam pemantauan (PDP) sebanyak 12.435 orang, sedangkan orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 47.010 orang. Angka yang terhitung tinggi tersebut membuat Jawa Tengah masuk pada zona merah dimana penyebaran dan penularan Covid-19 pada wilayah ini masih sangat masif. Artikel ini akan berfokus pada salah satu kecamatan yang ada di Jawa Tengah, yaitu Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo berbatasan dengan Kota Surakarta di utara, Kabupaten Karanganyar di timur, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta) di selatan, serta Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di barat. Bengawan Solo membelah kabupaten ini menjadi dua bagian: Bagian utara pada umumnya merupakan dataran rendah dan bergelombang, sedangkan bagian selatan dataran tinggi dan

pegunungan. Sebagian daerah di perbatasan utara merupakan daerah perkembangan Kota Surakarta, mencakup kawasan Grogol dan Kartasura. Kartasura merupakan persimpangan jalur Surabaya-Solo-Yogyakarta dengan Solo-Semarang. Kecamatan Sukoharjo sendiri merupakan ibukota kecamatan dari Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Sukoharjo terletak di dataran tinggi dengan tinggi 105 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah 4.458 ha. Kecamatan Sukoharjo terdiri dari 14 kelurahan, yaitu Kelurahan Kenep, Banmati, Mandan, Begajah, Gayam, Joho, Jetis, Combongan, Kriwen, Bulakan, Dukuh, Sukoharjo, Bulakrejo, dan Sonorejo. Memiliki 201 kampung/dukuh, 145 rukun warga (RW), dan 468 rukun tetangga (RT).

Penutupan sekolah sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini membawa banyak perubahan dan dampak bagi siswa, guru, bahkan orangtua. Angka pasien positif yang hingga kini masih tinggi membuat pembelajaran secara langsung tidak bisa dilakukan dan pembelajaran dalam jaringan (daring) ini belum dapat diperkirakan kapan akan berakhir. Pembelajaran daring yang mengharuskan siswa untuk tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar secara virtual dengan melakukannya dirumah memiliki efek beragam bagi yang terdampak. Tentu saja pembelajaran daring ini menimbulkan banyak kontroversi karena hambatan yang ada, mulai dari sarana pra sarana utama yang dibutuhkan berupa smartphone dan internet,

materi yang tidak tersampaikan dengan baik, tugas yang dirasa tidak sebanding dengan materi yang diberikan, hingga ketidakmampuan menyerap informasi melalui media yang sangat berbeda dengan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka menjadi beberapa hambatan dari sekian banyak hambatan yang dirasakan saat pembelajaran daring ini.

Pandemi yang terjadi secara tidak terduga dalam waktu yang sangat singkat dan ketidaksiapan pemerintah sejak adanya temuan

Dalam dokumen HK.01.07/MENKES/382/2020 (Halaman 56-72)