• Tidak ada hasil yang ditemukan

HK.01.07/MENKES/382/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HK.01.07/MENKES/382/2020"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Perspektif Tatanan Hidup Baru Dikaji dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Mengenai Protokol

Kesehatan Bagi Masyarakat

Al Rofiq Hermawan1¹, Amalia Rusti Mutiara Dewi², Intan Widyasari³, Salsabilla Firdaus Rahma Putri⁴ , Sholeh⁵

Universitas Negeri Semarang alrofiqhermawan@students.unnes.ac.id¹, Dewi/amaliarusti@students.unnes.ac.id², intanwsr11@students.unnes.ac.id³, salsabillafirda30@students.unnes.ac.id⁴ , sholehshol@students.unnes.ac.id⁵ Abstract

The purpose of writing this paper is to present the perspective of a New Life Order in the Covid-19 Pandemic Era studied from the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.01.07 / MENKES / 328/2020. Regarding a new life order that must be adjusted to a recent phenomenon whose end is not yet known is a big challenge for the community and also the government, of course. In this article, we will discuss the new life order, the condition of the community with a new life order, health protocols according to the study of the ministerial decree Number HK.01.07 / MENKES / 328/2020, handling when the discovery of the Covid 19 case and controlling and monitoring the application of health protocols.

Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan Prespektif Tatanan Hidup Baru di Era Pandemi Covid-19 dikaji dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020. Mengenai sebuah tatanan hidup baru yang harus disesuaikan terhadap sebuah fenomena terbaru yang belum diketahui kapan berakhirnya merupakan sebuah tantangan besar bagi masyarakat dan juga pemerintah tentunya. Dalam artikel ini akan disampaikan mengenai tatanan hidup baru, kondisi masyarakat dengan tatanan hidup baru, protokol kesehatan sesuai kajian keputusan menteri Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020, penanganan saat penemuan kasus covid 19 dan penertiban serta pengawasan dalam penerapan protokol kesehatan.

Keywords: Perspective, Order, Decree of the Minister of Health, Covid -19.

(2)

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 yang telah melanda hampir di semua Negara di seluruh dunia. COVID19, pertama kali muncul di Wuhan, propinsi Hubei, China, pada akhir Desember 2019. Untaian Novel Coronavirus, menyebabkan sindrom pernapasan akut, dan menyebabkan kematian di seluruh dunia. Data global per 20 Juni 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 8.465.085 orang di 216 negara terkonfirmasi Covid-19 dengan 454.258 orang diantaranya

meninggal dunia

(https://covid19.go.id). COVID-19 sudah merebak di Indonesia sejak Januari 2020 dan per tanggal 20 Juni 2020, terkonfirmasi positif sebanyak 45.029 dan meninggal sebanyak 2.429. Dengan merebaknya COVID-19, masyarakat dianjurkan untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan berdoa di rumah. Diikuti dengan protocol kesehatan seperti sering mencuci tangan, selalu mengenakan masker, social distancing, hindari kerumunan, menjaga imun tubuh dengan konsumsi makanan sehat dan vitamin, serta cukup istirahat. Dalam Muhyiddin, (2020), pada 28 Mei 2020 pemerintah pusat melalui Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri dan Tim Pakar Gugus Tugas

Penanganan Covid-19

menyampaikan Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid19 menuju Normal Baru (new normal), hidup berdampingan dengan Covid-19. Pemerintah perlu mengedukasi

masyarakat tentang normal baru sedini dan semasif mungkin, setidaknya sampai vaksin dan obat 19 tersedia atau kasus Covid-19 dapat ditekan menjadi sangat kecil. Protokol kesehatan juga harus diterapkan dengan disiplin yang ketat dalam setiap kegiatan sehari-hari (Muhyiddin, 2020).

Dari tabel 1 terlihat jika Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar negara dengan kasus Covid-19 terbesar. Namun demikian kasus di Indonesia juga tidak sedikit data dari worldometer menunjukkan sampai dengan tanggal 29 Juni 2020 kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 54.010 dengan jumlah kematian sebanyak 2.754 dan sembuh sebanyak 22.936 jiwa.

Sejak tanggal 13 Maret 2020, pemerintah Indonesia juga telah

membentuk Gugus Tugas

Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid19) dalam rangka mempermudah koordinasi yang dilakukan antarlembaga serta pencegahan dan penanggulangan dari dampak Covid-19. Gugus tugas ini berada pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang melibatkan berbagai kementerian, lembaga, dan unit

(3)

pemerintahan lain seperti Kementerian Kesehatan, Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta pemerintah daerah.

New normal, merupakan fase normal yang baru, artinya manusia tetapi menjalani kehidupannya secara normal namun mesti menerapkan protocol kesehatan dalam setiap aktifitasmya. Hal ini pun dirasakan di Kabupaten Sukohrajo dimana Kabupaten Sukoharjo saat ini masuk dalam zona merah dimana per tanggal 19 April 2020 masih ada 10 orang terkonfirmasi COVID-19. Sejak pandemi ini merebak, di Kabupaten Sukoharjo menjalakan protocol yakni bekerja dari rumah seperti pertemuan online, maupun kuliah dan pembimbingan online. Dengan gagasan new normal ini, kegiatan yang semula dilakukan secara daring, kembali dilakukan secara luring atau tatap muka. Akibat dari permasalahan tersebut maka manajemen semestinya bisa mengkaji ulang peraturan yang selama ini telah di gunakan supaya dapat bertahan serta bisa terus berkembang.

Normal Baru adalah suatu cara hidup baru atau cara baru dalam menjalankan aktivitas hidup ditengah pandemi covid-19 yang belum selesai. Sigit menerangkan, Normal

Baru dibutuhkan untuk

menyelesaikan masalah kehidupan selama Covid-19. Normal Baru ini sebagai alternatif sebagai dasar kebijakan nasional untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Karena, konsumsi masyarakat berhubungan dan kegiatan produksi dan distribusi.

Selain itu, dia menjelaskan, kondisi sosial juga membutuhkan interaksi. Juga, kegiatan keagamaan yang tidak mungkin terus-menerus mengurung penganutnya dalam ruang daring (online).

Normal Baru, secara umum disepakati tanpa sadar, yakni menerangkan suatu kondisi yang terbentuk akibat lamanya kehidupan sosial masyarakat selama Covid-19. Waktu lama disini berarti cukup untuk menyamakan pendapat terkait waktu. Misalnya, kasus Covid-19 di Indonesia saja sudah lebih dari hitungan bulan. Kalau dihubungkan dengan kasus di Wuhan. Waktu yang membentuk prilaku baru ini bahkan sudah melebihi dari enam bulan. Sehingga, kebiasaan itu menjadi kebiasaan baru yang akan melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa PSBB tidak dicabut, tapi kita harus memiliki sebuah tatanan kehidupan baru (New Normal) untuk bisa berdampingan dengan Covid-19. Artinya, kehidupan masyarakat berjalan. Tapi kita juga harus bisa menghindari diri dari COVID-19, dengan cara cuci tangan setelah beraktivitas, jaga jarak yang aman, dan pakai masker”.

METODE

Dalam penulisan artikel ilmiah ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan kepustakaan. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan

(4)

mengungkap gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami (Sugiarto,2015). Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Analisis induktif yaitu menganalisis berdasarkan daya yang diperoleh selanjutnya dikembangkan sesuai permasalahan yang sudah disampaikan atau diuraikan.

Teknik pengumpulan data

menggunakan studi

kepustakaan/studi pustaka. Dalam hal ini pengumpulan data ataupun sumber data menggunakan artikel, jurnal, dokumen resmi, atau buku, serta penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tatanan Hidup Baru

Kenormalan baru dalam Bahasa Inggris disebut dengan new normal pada mulanya adalah istilah bidang ekonomi dan bisnis yang merujuk keadaan keuangan pada tahun 1998, 2008 dan 2020 saat adanya pandemi Covid-19. Sejak tahun itu istilah kenormalan baru dipergunakan dalam berbagai aktivitas yang menandakan bahwa terdapat suatu perbedaan yang sebelumnya dianggap tidak normal pada saat ini menjadi normal dan umum untuk dilakukan(Okezone. 2020).

New Normal adalah paradigma hidup baru, di mana manusia harus berdamai berdampingan dengan Covid-19, yaitu hidup sesuai dengan

protokol kesehatan, seperti pola hidup sehat dan bersih serta menggunakan masker selama vaksin belum ditemukan (Kumala dan Junaidi 2020).

Kenormalan baru telah menjadi wacana secara global dalam rangka menjadikan masyarakat untuk berteman dengan Covid-19. Pada pelaksanaan kenormalan baru masyarakat harus melakukan perubahan perilaku, beradaptasi dan hidup berdampingan dengan Covid-19.

Kenormalan baru ini adalah upaya dari mempersiapkan untuk dapat beraktivitas di luar rumah secara maksimal, oleh karenanya masyarakat harus dapat beradaptasi dalam menjalani perubahan perilaku yang baru. Perubahan pola hidup ini tentunya harus dilaksanakan secara bersama dengan melaksanakan protokol kesehatan sebagai bentuk pencegahan penyebaran dan penularan Covid-19 (Widisuseno dan Sudarsih 2020).

Dalam pelaksanaan

kenormalan baru ini masyarakat harus berperan aktif dan turut mentaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Dalam era kenormalan baru ini seluruh masyarakat harus melaksanakan dengan baik agar permasalahan pandemi Covid-19 segera dapat teratasi. Selain itu pemerintah harus memastikan masyarakat telah memahami apa yang dimaksud dengan kenormalan baru. Semua bagian harus mengambil peran dalam rangka memastikan agar pelaksanaan kenormalan baru dapat

(5)

terlaksana dan pandemi Covid-19 segera berakhir.

Kondisi Masyarakat Dengan Tatanan Hidup Baru

Kondisi pandemic covid-19 yang ada telah menjadikan pola kehidupan sehari-hari yang berubah dengan maksud meminimalisir ataupun mencegah penyebaran virus (Mahardhani 2020). Dengan berbagai alasan tersebut sehingga sangat penting diterapkan tatanan hidup yang baru di era pandemic covid-19 ini.

Tatanan hidup baru merupakan salah satu siasat jitu dalam mengendalikan penyebaran virus corona sebelum vaksin ditemukan (Pragholapati, 2020). Dalam tatanan hidup baru, berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat sebisa mungkin dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini dapat di terapkan di setiap aktivitas seperti saat bekerja, bersekolah, berpergian, belanja, makan, pergi ke fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya.

Salah satu bentuk nyata dari tatanan hidup baru yang diterapkan di era pandemic covid-19 ini adalah cara bekerja yang sebelumnya work from office berubah menjadi work from home. Hal ini merupakan upaya atau gaya baru dalam beraktivitas khususnya dalam bekerja. Keberadaan pandemic covid-19, menjadikan bekerja dari rumah adalah suatu keharusan. Beberapa organisasi maupun perusahaan sudah siap bahkan telah melaksanakan skema bekerja dari rumah baik sebagian maupun seluruh

pegawai (Mungkas, 2020). Namun juga masih ada yang melaksanakan bekerja di kantor dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang dapat meminimalisir penyebaran virus covid-19. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk tatanan hidup baru di era covid-19.

Dengan adanya berbagai kegiatan dalam menghadapi era New Normal maka saat ini ada banyak sector yang dirugikan salah satu contohnya adalah pada bidang ekonomi.

a. Pada Sektor

Pemerintahan & Ekonomi Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Tetapisemenjak adanya pamdemi ini negara memiliki krisis ekonomi yang diperkirakan menjadi lemah dari tahun-tahun sebelumya ,bahkan menurut penuturan Mentri Keuangan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa tertekan hingga level 2,5 % hingga 0 % hal itu bisa terjadi ketika tidak di lakukan strategi pencegahan yang baik dan tepat untuk mengatasi hal tersebut, dan saat ini negara telah menambahkan intensive untuk petugas kesehatan sebesar 20 % dan jumlah bidang kesehatan sebesar 6,1 Triliun dan juga pada saat ini dan juga hal ini menjadi perhatian bagi ekonomi global pada saat ini termasuk negara asean karena itu Mentri keuangan menyampaikan bahwa dalam rapat bersama Gubernur Bank dan para

(6)

Mentri keuangan se ASEAN membicarakan strategi-strategi penangan untuk tetap menjaga kestabilan perekonomian global yang sedang terancam saat ini karen covid-19 termasuk ekonomi nasional juga mengalami dampak dari Covid-19 saat ini dan dalam rapat di sampaikan bagaimana ekonomi global merespon Covid ini karena menjadi perhatian khusus saat ini. Dala rapat di sampaikan juga bagimana mencari fitamin atau obat-obatan untuk mencegah Covid-19 tetapi saat ini belum di temukan obat untuk Covid-19.

Hal yang dilakukan adalah Indonesia merupakan negara Asia pertama yang mampu menerbitkan Global Bonds (surat utang) sejak adanya Covid-19 dan bertujuan untuk menjaga pembiayaan secara aman dan menambah cadangan devisa bagi bank Indonesia. Hal itu menunjukan bahwa masih ada kepercayaan pasar keuangan global atas pengelolaan kebijakan APBN yang prudent dan kebijakan makro yang baik/sound kementrian keuangan terus menjaga dan berkomitmen untuk menjaga prinsip-prinsip kehati-hatian akuntabilitas dan transparansi dalam menjaga APBN karena menjadi instrumen penting dalam tercapai tujuan bernegara dan untuk menjaga negara dalam menghadapi berbagai tantangan berat seperti yang saat ini terjadi yaitu ancaman Covid-19 dampak yang dialami sector ekonomi saat ini adalah

1. Untuk pekerja yang dirumahkan dan kena PHK, lebih dari 1,5 juta,”. Dari

jumlah ini, 90 persen dirumahkan dan 10 persen kena-PHK. Sebanyak 1,24 juta orang adalah pekerja formal dan 265 ribu pekerja informal. 2. Selanjutnya dampak kedua,

PMI Manufacturing Indonesia mengalami kontraksi atau turun hingga 45,3 pada Maret 2020. Padahal dari angka terakhir yaitu Agustus 2019, PMI Manufacturing masih berada di angka 49. Adapun PMI Manufacturing ini menunjukkan kinerja industry pengolahan,baik dari sisi produksi,permintaan

baru,hingga ketenagakerjaan. 3. Impor pada triwulan I 2020

turun 3,7 persenyear-to-date (ytd).

4. Inflasi / peningkatan harga secara umumdan terus menerus Maret 2020 mencapai 2,96 persenyear-on-year. Inflasi ini disumbangkan oleh harga emas perhiasan dan beberapa komoditas pangan.

5. 12.703 penerbangan di 15 bandara dibatalkan sepanjang Januari-Maret 2020. Rinciannya yaitu 11.680 untuk penerbangan domestik dan 1.023 untuk penerbangan internasional.

6. Kunjungan turis turun hingga 6.800 per hari, khususnya turis. dari Cina.

7. Angka kehilangan pendapatan disektor layanan udara mencapai Rp.207miliar. Sekitar Rp.4,8 diantaranya disumbang dari penerbangan

(7)

dari dan ke Cina. 8. Penurunan okupansi / penempatan pada 6 ribu hotel turun hingga 50 persen.

Dari semua perhitungan kerugian di atas, implementasi akhirnya berada pada ranah individu dan entitas usaha. Negara mengalami „kerugian‟ karena pendapatan anjlok khususnya dari pajak sedangkan belanja melonjak karena harus mengatasi kondisi darurat, menyediakan jaring pengaman sosial, mengatasi penderita sakit, pengerahkan aparat dan tenaga kesehatan ekstra, membayar bunga untuk utang baru, dll. Namun kerugian itu nanti akan dikompensasi pada pendapatan (pajak dan non-pajak) berikutnya, sehingga pada dasarnya negara akan impas alias tidak rugi, kecuali apabila dalam pelaksanaan ada kebocoran/pencurian/korupsi

terhadap asset negara.Maka kerugian nasional tsb akan ditransmisikan menjadi kerugian warga negara. Sehingga, angka Rp. 517Triliun + bunga utang negara yang baru,akan diturunkan menjadi kerugian perusahaan dan individu. Adapun secara umum bentuk nyata kerugian itu antara lain berupa:

Bagi Entitas Usaha:

1. Hilangnya pendapatan karena tidak ada penjualan, namun pengeluaran tetap terjadi meski tidak sepenuhnya. kerugian riil akan berbeda-beda tergantung jenis pengeluaran apa yang tetap dilakukan. Di antara pengeluaran yang relatif tetap

adalah sewa tempat (atau penyusutan gedung apabila milik sendiri) beserta biaya rutin yang menyertainya, gaji staf yang tidak mungkin di-PHK karena berbagai alasan, pengamanan, pembayaran kepada supplier yang tak bisa lagi ditunda, dll.

2. Timbulnya denda/penalti akibat ketidaktepatan waktu pengiriman.

3. Kerusakan barang apabila tertahan di Gudang atau di jalan, atau pembayaran premi. Tambahan apabila mengaplikasikan asuransi. 4. Timbulnya biaya pesangon

apabila melakukan PHK

5. Timbulnya denda/bunga apabila menggunakan dana talangan atau utang, atau apabila tidak dapat membayar sesuai ketentuan jumlah maupun waktu.

6. Dana darurat atau dana sosial yang tidak dapat ditunda, dll. 7. Kerugian apabila perusahaan

terpaksa menjual asset dengan harga murah

8. Kerugian yang tak ternilai apabila krisis itu menyebabkan modal perusahaan terkuras hingga skala usaha menyusut atau bahkan bangkrut.

9. Namun demikian, perusahaan mungkin memiliki pamasukan dari tagihan penjualan sebelumnya, yang tetap dapat mengurangi kerugian atau defisit anggaran pada bulan berjalan. Dengan

(8)

catatanpenagihan berhasil alias klien mampu membayar sesuai ketentuan. Bagi Individu:

1. Hilangnya gaji dan atau tunjangan selama masa krisis, atau hilangnya pemasukan bagi pelaku usaha/profesi informal.

2. Denda/bunga akibat telat atau tidak bayar kewajiban (misal cicilan kredit, utang jatuh tempo, dsb). Dan kerugian immateri apabila hal itu mengakibatkan performa ketaatan bayar menjadi buruk dalam catatan Bank Indonesia 3. Pengeluaran ekstra bagi

anggota keluarga dalam kondisi darurat.

4. Bunga utang baru apabila menggunakan dan talangan. 5. Kerugian tak ternilai apabila

krisis itu mengakibatkan hilangnya pekerjaan (karena PHK atau usaha bangkrut dan tidak dapat bangkit lagi).

Sebagai catatan, sampai dengan pertengahan April, telah terkonfirmasi oleh Kementerian Tenaga Kerja, terjadi PHK terhadap 1,5juta pekerja. Dan tentu masih banyak yang tidak terkonfirmasi atau tidak melapor.

b. Dampak pada bidang Pendidikan

Dampak dari bidang pendidikan dirasakan dari pihak murid, orang tua, maupun guru. Dampak dari murid yaitu murid merasa dipaksa belajar jarak jauh

tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah. Kemudian berkurangnya daya serap murid karena kurangnya bimbingan. Dampak selanjutnya dari murid timbulnya rasa jenuh karena berkurangnya interaksi antar murid.

Dampak terhadap orang

tua yaitu penambahan

pengeluaran karena biaya pembelian kuota internet. Kemudian orang tua terkadang kesulitan mengajari anaknya, apalagi orang tua yang pendidikannya rendah.

Dampak terhadap guru yaitu guru dituntut untuk melek teknologi baik tua maupun muda. Guru harus mempersiapkan media interaksi yang menarik agar murid tidak jenuh.

Kompetensi guru dalam

menggunakan teknologi akan mempengaruhi kualitas program belajar mengajar oleh karena itu sebelum diadakan program belajar online para guru wajib untuk diberikan pelatihan terlebih dahulu.

Saran dan masukan kepada instansi terkait yaitu sebelum dilaksanakan program pembelajaran online perlu dipersiapkan fasilitas pendukung, kompetensi serta pelatihan terlebih dahulu kepada siswa, guru dan para orang tua. Tanpa persiapan yang baik maka akan mempengaruhi kualitas hasil belajar mengajar. Untuk anak usia kelas 1-3 masih dibutuhkan bantuan orang tua untuk mendampingi pembelajaran di rumah, minimal untuk mempersiapkan teknologi sebelum dan sesudah pembelajaran online berlangsung sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran online.

(9)

Dengan demikian dukungan dan kerjasama orang tua demi keberhasilan pembelajaran sangat dibutuhkan. Komunikasi guru dan sekolah dengan orang tua harus terjalin dengan lancar. Artinya, ada pengeluaran tambahan biaya yang harus dibayar oleh guru baik berupa material maupun non-material.

Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Covid

Protokol kesehatan pada tempat dan fasilitan umum seperti Pasar dan sejenisnya, Pusat Perbelanjaan/Mall/Pertokoan dan sejenisnya,

Hotel/Penginapan/Homestay/Asrama

dan sejenisnya, Rumah

Makan/Restoran dan sejenisnya, Sarana dan Kegiatan Olahraga,

Moda Transportasi,

Stasiun/Terminal/Pelabuhan/Bandar Udara, Lokasi Daya Tarik Wisata , Jasa Perawatan Kecantikan/Rambut dan sejenisnya , Jasa Ekonomi Kreatif , Kegiatan Keagamaan di

Rumah Ibadah , Jasa

Penyelenggaraan Event/Pertemuan terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Bagi Pihak Pengelola 1. Memperhatikan informasi

terkini serta himbauan dan instruksi pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di wilayahnya. Informasi tersebut secara berkala dapat diakses pada laman https://infeksiemerging.ke mkes.go.id,

www.covid19.go.id, dan

kebijakan pemerintah daerah setempat.

2. Mengatur pekerja yang dapat beroperasi mengikuti ketentuan pemerintah daerah setempat.

3. Membentuk Tim/Pokja Pencegahan COVID-19 di fasilitas umum untuk membantu pengelola dalam penanganan COVID-19 dan masalah kesehatan lainnya.

4. Menerapkan jaga jarak di area fasilitas umum dengan berbagai cara, seperti pengaturan jarak antar toko, memberikan tanda khusus jaga jarak. 5. Menyediakan fasilitas cuci

tangan pakai sabun yang memadai dan mudah diakses oleh pedagang dan pengunjung.

6. Melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala (paling sedikit tiga kali sehari) pada area atau sarana yang digunakan bersama seperti pegangan tangga, tombol lift, pintu toilet dan fasilitas umum lainnya.

7. Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk area fasilitas umum. Jika terdapat AC lakukan pembersihan filter secara berkala.

8. Menyediakan ruangan khusus/pos kesehatan untuk penanganan pertama apabila ada warga yang mengalami

(10)

gangguan kesehatan di fasilitas umum.

9. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pekerja tentang pencegahan penularan COVID-19 yang dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan, pemasangan spanduk,

poster, banner,

whatsapp/sms blast, radioland dan lain sebagainya. Adapun materi yang diberikan meliputi pengetahuan tentang COVID-19 dan cara penularannya, wajib penggunaan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak dan etika batuk (bahan dapat diunduh

pada laman www.covid19.go.id dan www.promkes.kemkes.go.i d). 10. Memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis untuk mengingatkan pengunjung agar selalu mengikuti ketentuan jaga jarak minimal 1 meter, menjaga kebersihan tangan, dan kedisiplinan penggunaan masker di seluruh lokasi. 11. Pemberitahuan

informasi tentang larangan masuk ke area fasilitas umum bagi pekerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas.

12. Dalam hal fasilitas umum yang dilengkapi dengan alat mobilisasi vertikal, lakukan pengaturan sebagai berikut:

- Penggunaan lift: membatasi jumlah orang yang masuk dalam lift, membuat penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan posisi saling membelakangi. - Penggunaan tangga:

jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada orang yang berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk turun. 13. Melakukan

pemeriksaan suhu tubuh di semua pintu masuk fasilitas umum. Jika ditemukan pekerja atau pengunjung dengan suhu > 37,3 oC (2 kali pemeriksaan dengan jarak

5 menit) tidak

diperkenankan masuk. Petugas pemeriksa suhu menggunakan masker dan

pelindung wajah

(faceshield). Pelaksanaan pemeriksaan suhu agar didampingi oleh petugas keamanan.

(11)

14. Pekerja atau pengunjung yang tidak menggunakan masker tidak diperkenankan masuk.

15. Jika diperlukan, secara berkala dapat dilakukan pemeriksaan rapid test kepada para pekerja berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan. Agar lebih efektif dapat menggunakan skrining self assessment risiko COVID-19 terlebih dahulu.

b. Bagi Pekerja di Fasilitas Umum

1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat ke fasilitas umum. Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2. Saat perjalanan dan selama bekerja selalu menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan hindari menyentuh area wajah. Jika terpaksa akan menyentuh area wajah pastikan tangan bersih dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir

atau menggunakan handsanitizer.

3. Melakukan pembersihan area bekerja masing-masing sebelum dan sesudah bekerja (termasuk meja dagang, pintu/railing door kios, etalase, dll). 4. Melakukan upaya untuk

meminimalkan kontak dengan pelanggan, misalnya menggunakan pembatas/partisi (misal flexy glass/plastik), menyediakan wadah khusus serah terima uang, dan lain lain.

5. Pekerja harus selalu berpartisipasi aktif mengingatkan pengunjung dan sesama rekan

kerjanya untuk

menggunakan masker dan menjaga jarak minimal 1 meter.

6. Jika kondisi padat dan penerapan jaga jarak sulit diterapkan, maka penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan. 7. Saat tiba di rumah, segera

mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah, serta membersihkan

handphone, kacamata, tas, dan barang lainnya dengan cairan disinfektan. 8. Meningkatkan daya tahan

(12)

PHBS seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam, serta menghindari faktor risiko penyakit. c. Bagi Pengunjung di

Fasilitas Umum

1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah, jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2. Selalu menggunakan masker saat perjalanan dan selama berada di fasilitas umum.

3. Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer.

4. Hindari menyentuh area wajah seperti mata, hidung, dan mulut.

5. Tetap memperhatikan jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain.

6. Jika kondisi padat dan sulit menerapkan jaga jarak agar tidak memaksakan diri masuk ke fasilitas umum, namun apabila terpaksa tambahan

penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan. Isolasi, Penanganan Awal Kasus Rujukan Terhadap Kasus Suspek

A. Isolasi dan Penanganan Kasus Awal

Pelaku perjalanan yang sudah dilakukan wawancara dan anamnesa dan dinyatakan sebagai kasus suspek segera dilakukan isolasi di RS rujukan

untuk mendapatkan

tatalaksana lebih lanjut

1. Pelaku perjalanan ditempatkan dalam ruang isolasi sementara yang sudah ditetapkan di bandara, yakni:

- Kasus suspek menjaga jarak sedikitnya 1meter satu sama lain dalam ruangan yang sama.

- Terdapat kamar mandi khusus yang hanya digunakan oleh kasus suspek

2. Petugas di titik masuk menginstruksikan kasus suspek untuk melakukan halhal sebagai berikut:

- Menggunakan masker medis ketika menunggu untuk dipindahkan ke fasilitas kesehatan yang diganti secara berkala atau apabila telah kotor.

- Tidak menyentuh bagian depan masker dan apabila tersentuh wajib menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol atau sabun dan air.

(13)

- Apabila tidak menggunakan masker, tetap menjaga kebersihan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin dengan tisu atau lengan atas bagian dalam. Diikuti dengan membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol atau sabun dan air.

3. Petugas di titik masuk harus menghindari masuk ke ruang isolasi sementara. Apabila terpaksa harus masuk, maka wajib mengikuti prosedur sebagai berikut:

- Petugas menggunakan APD lengkap.

- Membersihkan tangan menggunakan pembersih berbahan dasar alkohol atau sabun dan air sebelum dan sesudah memasuki ruang isolasi.

4. Tisu, masker, dan sampah lain yang berasal dari dari ruang isolasi sementara harus ditempatkan dalam kontainer tertutup dan dibuang sesuai dengan ketentuan nasional untuk limbah infeksius.

5. Permukaan yang sering disentuh di ruang isolasi harus dibersihkan menggunakan desinfektan setelah ruangan selesai digunakan oleh petugas yang menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai.

6. Pembersihan dilakukan

dengan menggunakan

desinfektan yang mengandung 0.5% sodium hypochlorite

(yang setara dengan 5000 ppm atau perbandingan 1/9 dengan air).

B. Penyiapan Protokol Transportasi Untuk Kasus Suspek

Menghubungi RS rujukan untuk memberikan informasi kasus suspek yang akan dirujuk; Memastikan ketersediaan ambulans dan peralatan di dalamnya lengkap dan berfungsi dengan baik; Memastikan ketersediaan APD petugas kesehatan yang akan merujuk kasus suspek; Menerapkan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi dalam melakukan rujukan pasien; Melakukan disinfeksi pada mobil ambulans dan pengantar sesuai dengan SOP.

C. Pertimbangan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Ambulan dan Petugas Transportasi yang Bertugas di Ambulan

Petugas dan sopir yang akan merujuk kasus suspek menggunakan APD lengkap; APD sekali pakai harus dibuang sesuai dengan aturan terkait pembuangan limbah infeksius medis. APD yang dapat digunakan kembali dilakukan dekontaminasi terlebih dahulu sebelum digunakan kembali (desinfeksi dan sterilisasi); Pengemudi ambulan terpisah dari kasus suspek (dengan jarak aman lebih dari 1 meter). Pengemudi ambulans tidak perlu menggunakan APD jika jarak aman tersebut terpenuhi. Jika pengemudi ambulan juga harus membantu memasukkan kasus suspek ke ambulans, maka pengemudi ambulans harus

(14)

mengikuti rekomendasi yang ada di poin sebelumnya; Staf transportasi yang bertugas di ambulans harus secara rutin menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, atau hand sanitizer berbasis alkohol sebelum memakai APD dan setelah selesai memakai APD; Ambulans dan kendaraan angkut harus dibersihkan dan didesinfeksi, khususnya di area yang berhubungan dengan kasus suspek. Pembersihan dapat dilakukan, menggunakan desinfektan yang mengandung 0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm) dengan perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian air.

Penertiban dan Pengawasan Dalam Penerapan Protokol Kesehatan

Secara berkala atau jika dibutuhkan, aparat pengamanan melakukan penertiban dan pengawasan penerapan protokol kesehatan di tempat dan fasilitas umum. Penertiban dan pengawasan tersebut dilaksanakan secara berkoordinasi atau dengan mengikutsertakan

kementerian/lembaga/pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing(Kementrian Kesehatan Indonesia 2020). Sebagai contoh TNI-Polri yang ditugaskan mengawasi dan mendorong masyarakat untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan di 1.800 objek, yang umumnya merupakan pusat keramaian seperti pasar, mal hingga tempat wisata, mereka bukan untuk menegakkan hukum namun untuk mengedukasi

masyarakat agar lebih tertib dalam protokol kesehatan di tempat umum(Indonesia 2020).

Masyarakat harus melakukan perubahan pola hidup dengan tatanan dan adaptasi kebiasaan yang baru agar dapat hidup produktif dan terhindar dari penularan COVID-19. Protokol kesehatan berlaku bagi siapa saja yang terlibat atau berada di tempat dan fasilitas umum(KemenkesRI 2020). Pada prinsipnya peraturan tersebut berfungsi untuk menekan angka penyebaran virus sekaligus dalam rangka mengembalikan kestabilan ekonomi masyarakat di tatanan hidup baru ini(HukumOnline.com 2020).

Dalam penertipan dan pengawasan di tempat umum seperti wisata suatu daerah atau desa dapat dibantu oleh satgas covid desa, sehingga satgas covid tidak hanya bertugas menghimpun dan mengoordinasikan sumbangan dari berbagai donatur dalam rangka penanganan wabah Covid-19 hingga koordinasi penyaluran bantuan ke daerah-daerah(Indradi et al. 2020).

Dalam penertipan dan pengawasan penerapan protokol kesehatan ini bukan hanya tanggung jawab gugus tugas percepatan penanganan covid namun semua lapisan masyarakat. Sehingga setiap individu memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatannya, yang nantinya setiap individu dapat saling mengingatkan apabila melihat seseorang yang tidak tertib dalam protokol kesehatan seperti tidak memakai masker di tempat umum, saling berkerumun, dll.

(15)

Gugus tugas percepatan penanganan covid 19 memiliki banyak tugsa. Menurut Pasal 6 dalam Keppres Nomor 7 Tahun 2020, Gugus COVID-19 dibentuk dengan lima tujuan. Pertama, meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan. Kedua, mempercepat penanganan covid-19

melalui sinergi antar

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Ketiga, meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran covid-19. Keempat, meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional. Kelima, meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap covid-19(Wijaya 2020). Maka dari itu untuk meringankan tugas gugus tugas percepatan penanganan covid-19 adalah tanggu jawab semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat wajib menjaga ketertiban dalam protokol kesehatan utamanya ditempat umum. SIMPULAN

Setiap warga negara harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Dan diwajibkan juga turut berpartisipasi dan bertanggungjawab untuk mensukseskan peraturan yang telah dibuat, agar mekanisme berjalan dengan baik. Adanya pandemi Covid-19 telah menjadikan perubahan pada tatanan kehidupan, termasuk pada tata laku masyarakat, dan rekonstruksi struktur sosial yang ada. Semua warga negara harus mampu beradaptasi dari segala kondisi seperti pandemi Covid 19 ini. Setiap warga negara harus disiplin dalam mematuhi peraturan khususnya

protokol kesehatan yang telah ditetapkan didalam fasislitas umum, untuk menjaga kondisi diri sendiri dan orang lain. Sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran Covid 19 dan maasyarakat dapat beraktivitas dengan normal seperti semula. DAFTAR PUSTAKA

Asbari. M.,Nurhayati.

W.,Purwanto.A,. (2020). The effect

of parenting style and genetic personality on children character

development. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan : 23(2). DOI :

https://dx.doi.org/10.21831/pep.v23i2. 28151

HukumOnline.com. 2020. “Menkes Terbitkan Protokol Kesehatan di Tempat Umum.” Kementerian

Kesehatan RI.

https://www.kemkes.go.id/article/ view/20062000001/menkes- terbitkan-protokol-kesehatan-di-tempat-umum.html.

Indonesia, Media. 2020. “Keberadaan TNI-Polri Saat New Normal Bukan Untuk Penegakan Hukum.”

Indradi, Adelia Rachma Indriaswari Susanto Antonius Havik et al. 2020. “Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Pandemi Covid-19.” Universitas Gajah Mada: 1–44. demajusticia.org. KemenkesRI. 2020. “Menkes

Terbitkan Protokol Kesehatan di Tempat Umum.” Kementerian

Kesehatan RI.

https://www.kemkes.go.id/article/ view/20062000001/menkes- terbitkan-protokol-kesehatan-di-tempat-umum.html.

(16)

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2020. “Corona virus disease 2019.” Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9(Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019

(COVID-19)): 2–6.

http://jurnalrespirologi.org/index.p hp/jri/article/view/101.

Kumala, Ratih, dan Ahmad Junaidi. 2020. “Strategi Bisnis Dan Pemanfaatan Kebijakan Pajak Di Masa Pandemi COVID-19 Dan Era New Normal (Studi Kasus Pelaku UKM Marketplace).” 21(1): 1–9.

Mahardhani, Ardhana Januar. 2020. “JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan

http://journal.umpo.ac.id/index.ph p/JPK/index ISSN 2527-7057 (Online) ISSN 2549-2683 (Print) Menjadi Warga Negara yang Baik pada Masa Pandemi Covid-19: Persprektif Kenormalan Baru Ardhana.” JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan 5(2): 65– 76.

Mungkasa, O. (2020). Bekerja dari Rumah (Working From Home/WFH): Mnuju Tatanan Baru Era Pandemi Covid-19. The Indonesian Journal of Development Planning, 126-150. Okezone. 2020. “„Kenormalan Baru

Padanan New Normal, Istilah yang Dibakukan Badan Bahasa Kemendikbud.‟” 28 Mei. https://nasional.okezone.com/rea d/2020/05/28/337/2220886/kenor malan-baru-padanan-new- normal-istilah-yang-dibakukan-badan-bahasa-kemendikbud. Pasardana, 2020, Penjelasan Sri

Mulyani Terkait Sumber

Pendanaan Untuk Penanganan Covid--19 di Indonesia. https://pasardana.id/news/202 0/4/2/penjelasan-sri-mulyani- terkait-sumber-pendanaan- untuk-penanganan-covid-19-di-indonesia/[Online] Tersedia: [2 April 2020].

Pragholapti, A. (2020). New Normal "Indonesia" After Covid-19 Pandemic. Edukasi dan Kesehatan, 1-6.

Rudiatin, E., & Ramadhan, A. I. (2018). Kekuatan Moral Dan Budaya, Mendukung Perekonomian Indonesia: Sebuah Gambaran Usaha Kecil Dan Menengah. BASKARA Journal of Business & Entrepreneurship, 1(1), 21-34.

Widisuseno, Irianto, dan Sri Sudarsih. 2020. “EDUKASI MEMBANGUN

KESADARAN TANGGAP

DARURAT BENCANA COVID 19

SEBAGAI BUDAYA

GOTONGROYONG WARGA

PERUMAHAN KETILENG

INDAH SENDANG MULYO - SEMARANG.” 4.

Wijaya, Vunny. 2020. “Evaluasi Kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.” : 1–30.

(17)

Perubahan Interaksi Sosial Warga Kelurahan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Selama Masa Pandemi Covid-19

Agnes Aprilia Rahayu (2501417126) Pend. Seni Drama Tari dan Musik Fransisca Elvira H (7101417250) Pend. Ekonomi

Ardiana Dwi Hapsari (4201417070) Pend. Fisika

Wanda Hamidah S. P (3401417048) Pend. Sosiologi dan Antropologi Arwinda Yoke Fitrila (2311417034) Bahasa dan Sastra Asing

Universitas Negeri Semarang Abstrak

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Sejak kasus pertama ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020 hingga kini kenaikan angka pasien positif masih terus tinggi. Portal berita Kompas melansir bahwa penambahan kasus baru masih terjadi dalam jumlah tinggi, meskipun pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berjalan lebih dari lima bulan. Data pemerintah yang masuk hingga Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 12.00 WIB memperlihatkan ada 2.277 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 123.503 orang. Penambahan kasus pasien konfirmasi positif Covid-19 tersebar di 28 provinsi. Artikel ini akan berfokus pada dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya pandemi Covid-19. Banyak aspek sosial yang terdampak, salah satu aspek sosial terbesar yang terdampak yaitu interaksi sosial. Dimana interaksi sosial merupakan merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia.(Soerjono Soekanto, 1982; 55). Karena penularan virus yang sangat cepat dan mudah pada sesama manusia, untuk menekan keadaan supaya tidak semakin buruk maka kini masyarakat harus mulai menyadari bahwa interaksi sosial seperti pertemuan kelompok, kerumunan, atau kegiatan dalam bentuk apapun yang banyak melibatkan orang lain kini harus sangat dibatasi. Tentu saja ini akan membawa masyarakat kita pada sebuah kebiasaan baru yang menyebabkan perubahan sosial. Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. (Soerjono Soekanto, 1982, 259).

(18)

ABSTRACT

COVID-19 is a disease caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) virus. COVID-19 can cause respiratory system disorders, from mild symptoms such as flu to lung infections, such as pneumonia. COVID-19 was originally transmitted from animals to humans. After that, it is known that this infection can also be transmitted from human to human. Since the first case was discovered on March 2, 2020, until now the increase in the number of positive patients is still high. The news portal Kompas reported that the addition of new cases was still high, even though the Covid-19 pandemic in Indonesia had been going on for more than five months. Government data that entered until Saturday, August 8 2020 at 12.00 WIB showed that there were 2,277 new cases of Covid-19 in the last 24 hours. So that the total Covid-19 cases in Indonesia reached 123,503 people. The addition of positive cases of Covid-19 confirmed patients is spread across 28 provinces. This article will focus on the social impacts caused by the Covid-19 pandemic. Many social aspects are affected, one of the biggest social aspects affected is social interaction. Where social interaction is a dynamic social relationship that concerns the relationship between individuals, between groups of people (Soerjono Soekanto, 1982; 55). Due to the very fast and easy transmission of the virus to fellow humans, in order to suppress the situation so that it does not get worse, now people must start to realize that social interactions such as group meetings, crowds, or activities of any kind that involve a lot of other people must now be very limited. Of course this will lead our society to a new habit that causes social change. Social change itself is changes in society regarding social values, patterns of organizational behavior, the composition of social institutions, layers in society, power and authority, social interactions and so on. (Soerjono Soekanto, 1982, 259).

PENDAHULUAN

COVID-19 adalah penyakit

yang disebabkan oleh

virus severe acute respiratory syndr ome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

COVID-19 dapat menyebabkan

gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu,

hingga infeksi paru-paru,

seperti pneumonia. COVID-19

awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular

dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui cara-cara berikut: (1) Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 bersin atau batuk. (2) Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19. (3) Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan masker. Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu

(19)

demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan

sembuh atau malah

memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.

Kasus pertama penyakit ini bermula dari China daratan, diduga persisnya di kota Wuhan, provinsi Hubei, salah satu kawasan perniagaan di China. Dari sanalah virus tersebut merambah ke berbagai belahan negara dengan sangat cepat, sejalan dengan pergerakan manusia yang berinteraksi bebas, di alam “hidup tanpa batas” atau borderless. Mengerikan memang, karena sebaran virus tersebut bergerak seirama dengan pergerakan manusia, dan manusia telah menjadi carrier atau pembawa virus itu sendiri. Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan. Kasus pertama penyakit ini di Indonesia terjadi pada bulan Maret 2020 dengan jumlah pasien sebanyak dua orang yang dibawa melalui perjalanan dari luar negeri. Setelah ditemukan kasus pertama, untuk meminmalisir penambahan kasus maka pemerintah mulai menerapkan beberapa aturan baru seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana aturan ini membatasi sebagian besar aktivitas pada lingkup ekonomi dan sosial karena virus ini sangat mudah menular antar manusia.

Sejak kasus pertama ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020 hingga kini kenaikan angka pasien positif masih terus tinggi. Portal berita Kompas melansir bahwa penambahan kasus baru masih terjadi dalam jumlah tinggi, meskipun pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berjalan lebih dari lima bulan. Data pemerintah yang masuk hingga Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 12.00 WIB memperlihatkan ada 2.277 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 123.503 orang. Penambahan kasus pasien konfirmasi positif Covid-19 tersebar di 28 provinsi. Penambahan tertinggi terdapat di provinsi DKI Jakarta (686 kasus), disusul Jawa Timur (429), Jawa Barat (240), Sulawesi Selatan (107), dan Sumatera Utara (101). Adapun terdapat enam provinsi yang tidak tercapat kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir yaitu Aceh, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Penambahan kasus yang masih dan semakin masif membuat pemerintah harus kembali mengkaji kebijakan-kebijakan baru yang disesuaikan dengan seluruh aspek terkait seperti sosial dan ekonomi.

Penyakit yang berasal dari virus ini menyebar dengan sangat cepat dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari sosial, ekonomi, kesehata, serta budaya. Sehingga WHO menyebutkan bahwa Covid-19 ini menyebabkan pandemi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(20)

(KBBI) pandemi merupakan wabah penyakit yang berjangkit serempak meliputi daerah geografis yang luas. Hal ini berarti Covid-19 bukan lagi merupakan penyakit sepele seperti yang dikatakan pada awal kemunculannya diklaim bahwa Covid-19 ini mirip dengan flu biasa namun ternyata kenyataannya tidak seperti itu. Selama ini belum ditemukan vaksin untuk Covid-19 ini sehingga penyebaran dan penularannya memang akan masih sangat mudah. Namun, beberapa negara menerapkan masing-masing kebijakan untuk menekan angka pasien positif seperti memberlakukan pembatasan dan pengawasan wilayah (lockdown), membiarkan warganya beraktifitas seperti biasa dengan kedisiplinan mengenai protokol kesehatan, atau tidak memberlakukan lockdown tetapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pemerintah Indonesia yang sempat memberlakukan PSBB ternyata tidak cukup berhasil untuk menekan angka penyebaran Covid-19 ini. Kasus pertama yang ditemukan di Jakarta ternyata kini mampu menyebar hingga daerah. Jawa Tengah yang kini termasuk zona merah Covid-19 ini terus menunjukkan angka kenaikan pasien positif. Adanya hal ini tentu akan membawa banyak perubahan pada hampir seluruh aspek kehidupan, seperti kesehatan, sosial, ekonomi, bahkan budaya. Artikel ini akan berfokus pada dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya pandemi Covid-19. Banyak aspek sosial yang

terdampak, salah satu aspek sosial terbesar yang terdampak yaitu interaksi sosial. Dimana interaksi sosial merupakan merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia.(Soerjono Soekanto, 1982; 55). Karena penularan virus yang sangat cepat dan mudah pada sesama manusia, untuk menekan keadaan supaya tidak semakin buruk maka kini masyarakat harus mulai menyadari bahwa interaksi sosial seperti pertemuan kelompok, kerumunan, atau kegiatan dalam bentuk apapun yang banyak melibatkan orang lain kini harus sangat dibatasi. Tentu saja ini akan membawa masyarakat kita pada sebuah kebiasaan baru yang menyebabkan perubahan sosial. Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. (Soerjono Soekanto, 1982, 259). Perubahan yang terjadi kini akan banyak membawa perubahan lain dalam interaksi sosial masyarakat. Interaksi sosial kini akan sangat dibatasi dan minim terjadi padahal pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial dimana ia akan tetap membutuhkan orang lain untuk membantu aktivitas dalam kehidupannya maka dengan kata lain sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain maka interaksi sosial kini harus tetap ada

(21)

dengan bentuk yang berbeda sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi.

Artikel ini akan berfokus pada perubahan sosial yang terjadi di Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kartasura sendiri merupakan daerah urban yang masih termasuk dalam wilayah Soloraya. Daerah urban menurut KBBI, yaitu daerah yang berkenaan dengan kota. Kartasura merupakan wilayah strategis yang berada dekat dengan Kota Surakarta dimana Surakarta sendiri merupakan sebuah kawasan perkotaan. Masyarakat daerah urban seperti warga Kartasura tentu akan bersifat atau cenderung meniru perilaku dari masyarakat perkotaan. Banyak perubahan terjadi pada warga Kartasura selama pandemi ini berlangsung. Mulai dari munculnya kembali kegiatan gotong royong yang biasanya hanya terjadi menjelang Hari Kemerdekaan RI saja kini dilakukan sering untuk menjaga dan mengadaptasi kebiasaan baru karena perubahan sosial yang terjadi.

PEMBAHASAN

Pandemi akibat penyakit Covid-19 yang kini meluas hampir seluruh dunia membuat banyak aspek kehidupan berubah. Aspek kehidupan yang berubah tidak hanya pada segi kesehatan melainkan juga pada segi sosial, ekonomi, bahkan

budaya. Terhitung sejak sembilan bulan dari kasus pertama yang ditemukan di Wuhan daratan China hingga kini Covid-19 yang belum ditemukan vaksinnya ini masih menjadi ancaman bagi mayoritas penduduk dunia. Persebarannya yang cepat dan sangat mudah serta belum ditemukannya vaksin untuk Covid-19 membuat kasus ini sulit dikendalikan. Bagi beberapa negara terutama Indonesia yang belum bisa mengendalikan angka kenaikan pasien positif tentu saja Covid-19 ini masih sangat mengancam siapapun. Indonesia yang sudah pernah melewati masa PSBB dan kini sedang mengadaptasi kebiasaan baru atau new normal ternyata belum bisa dikatakan berhasil untuk menekan kenaikan angka pasien positif.

Pemerintah kini berada posisi dilematis untuk menghadapi keadaan sulit ini belum kunjung menemukan solusi tepat. Sebab jika diberlakukan lockdown pasti akan terjadi krisis ekonomi yang dampaknya akan sangat buruk namun jika diberlakukan new normal seperti saat ini nyatanya belum menjadi solusi tepat. Kebiasaan baru yang sedang diterapkan di Indonesia dimana aktivitas mulai kembali berjalan dengan normal tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO). Kedisiplinan warga untuk mematuhi seluruh protokol kesehatan, tidak berpergian, tidak menghadiri atau mengadakan kegiatan yang menyebabkan kerumunan, hingga usaha pemerintah untuk

(22)

menggalakan taggar berupa #dirumahaja nyatanya belum mampu untuk menekan kenaikan angka pasien positif penyakit ini. Namun, pemerintah masih terus berusaha mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru untuk menghadapi keadaan sulit pada hampir seluruh aspek agar pandemi ini segera berakhir dan seluruh kehidupan kembali seperti semula.

Karena Jawa Tengah merupakan zona merah dan per Sabtu (8/8/20) angka positif Covid-19 terdapat 10.865 kasus, sedangkan pasien dalam pengawasan (PDP) terdapat 12.435 kasus menunjukkan bahwa pandemi ini belum usai dan masih sangat mengancam. Karena hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru sebagai usaha menekan angka pasien positif. Tetapi, hal ini tentu akan berdampak pada beberapa perubahan dari sistem kebiasaan saat sebelum terjadi pandemi. Perubahan dimulai dari tidak adanya kegiatan yang melibatkan banyak orang sehingga menimbulkan kerumunan akan sangat mengurangi interaksi sosial dari warga sendiri. Tidak berpergian apabila bukan karena kepentingan mendesak juga mengurangi interaksi sosia, sebab saat sebelum terjadi pandemi berpergian ini digunakan sebagai waktu untuk bertemu dan berkumpul dengan saudara, teman, maupun sahabat tetapi kini hal tersebut harus dihindari sebab kita tetap berpotensi untuk tertular atau menularkan. Mengharuskan kita untuk tetap dirumah dan menimilasiri interaksi dengan orang lain tentu akan

membuat kita harus beradaptasi dengan perubahan signifikan yang kini terjadi.

Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan-perubahan masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. (Soerjono Soekanto, 1982, 259 dalam Itsna Fai‟zatun 2019:4). Perubahan sosial ini tidak hanya dirasakan sebagian warga saja, melainkan hampir seluruh warga Indonesia merasakan hal ini. Tentu bukan hal mudah untuk mengadaptasi kebiasaan baru dalam waktu yang singkat. Begitupun yang dirasakan warga Kelurahan Kartasura bahwa mengadaptasi kebiasaan baru bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Mengingat daerah Kartasura bukan sebuah perkotaan yang sangat diperhatikan maka edukasi yang diberikan pihak terkait mengenai perubahan-perubahan ini akan lebih lama dilakukan sebab tidak semua warga Kelurahan Kartasura mengerti mengenai pandemi akibat Covid-19 ini. Pada wilayah Kelurahan Kartasura perangkat teknologi dan informasi memang tidak sulit untuk didapatkan tetapi sebagian warga yang masih tradisional dan berpendidikan rendah memang sedikit sulit untuk mengerti informasi dan edukasi mengenai Covid-19.

Karena perubahan sosial ini tidak hanya meliputi satu aspek melainkan banyak aspek maka memang diperlukan adaptasi mengenai hal ini. Menurut Farley

(23)

(1990, dalam Sztompka (2004): 56), perubahan sosial adalah perubahan perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu. Seperti halnya yang terjadi di Kelurahan Kartasura dimana perubahan tidak hanya pada perubahan perilaku melainkan juga pada hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial. Pada wilayah Kelurahan Kartasura sendiri kini memiliki tenaga kesehatan yang bertugas untuk mengawasi warga yang terindikasi Covid-19, tentu saja tenaga kesehatan ini akan bekerjasama dengan ketua RT atau ketua RW untuk membantu memantau warga dan melaporkan apabila terjadi gejala Covid-19. Namun, perubahan ini tidak selalu disambut baik oleh warga Kelurahan Kartasura sebab pada satu kasus yang pernah terjadi seorang warga yang baru saja kembali dari Madura, Jawa Timur disarankan oleh warga dan RT setempat untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari tetapi warga ini menolak dengan alasan mereka sehat dan tidak memiliki gejala penyakit Covid-19. Tetapi warga yang paham mengenai hal ini terus memberikan pengertian pada warga ini untuk melakukan isolasi mandiri demi kebaikan mereka dan warga kampung setempat akhirnya warga tersebut berkenan untuk melakukan isolasi mandiri dirumah mereka. Hal ini membuktikan bahwa perubahan sosial yang kini terjadi dalam waktu singkat memang sulit untuk diterima oleh beberapa warga Kelurahan Kartasura. Tidak hanya itu, perubahan perilaku warga Kelurahan Kartasura yang kini sadar betapa

pentingnya menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan Covid-19 dibuktikan dengan warga mulai memasang tempat cuci tangan didepan rumah masing-masing, memasang tempat cuci tangan di depan warung atau pertokoan, memasang tempat cuci tangan di ujung gang kampung, dan penyemprotan disinfektan yang rutin dilakukan oleh swadaya warga Kelurahan Kartasura juga menujukan bahwa warga Kelurahan Kartasura mulai mengadaptasi perubahan perilaku yang termasuk pada perubahan sosial.

Perubahan sosial lain yang terjadi adalah hubungan sosial antar warga Kelurahan Kartasura, saat sebelum terjadi pandemi warga Kelurahan Kartasura setiap bulan rutin mengadakan pertemuan warga antar RT maupun Kelurahan namun kini pertemuan itu tidak lagi dilakukan mengingat keadaan yang masih membahayakan. Komunikasi antar warga yang biasanya rutin terjadi saat pertemuan warga kini beralih pada grup WhatsApp. Kemajuan teknologi dan informasi nyatanya membawa dampak positif untuk perubahan yang kini sedang terjadi. Kemudahan mengakses internet menjadi semakin mudahnya orang-orang untuk mengetahui perkembangan dunia (Wahyudi dan Sukmasari, 2018:6). Adanya grup WhatsApp ini memudahkan antar warga menyampaikan informasi yang sedang terjadi. Dengan adanya hal tersebut, komunikasi antar warga dan informasi yang perlu untuk diketahui warga tetap bisa tersampaikan walaupun tanpa berinteraksi

(24)

langsung. Perubahan sosial yang terjadi dalam lembaga warga Kelurahan Kartasura yaitu pada kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang rutin diadakan satu bulan sekali kini ditiadakan mengingat bayi dan anak-anak termasuk rentan tertular virus Covid-19 ini. Namun, kegiatan ini tidak semata-mata berhenti begitu saja, melainkan ada petugas dari Posyandu yang melakukan pemantauan door to door sehingga kegiatan ini tetap rutin berjalan dengan mengadaptasi perubahan sosial yang terjadi sesuai dengan keadaan saat ini.

Selain itu, banyak aspek perilaku dan hubungan sosial lain yang berubah seiring dengan adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan pemerintah. Dimana Kelurahan Kartasura yang masuk wilayah urban tetapi masih menganut sistem gotong royong juga terlihat perbedaannya. Sekarang apabila warga memiliki hajat hanya sedikit yang membantu, sebelum saat terjadi pandemi warga yang memiliki hajat akan banyak dibantu oleh tetangga ada yang membantu bagian dapur atau bagian depan atau sering disebut “sambatan”. Kini apabila ada warga yang memiliki hajat akan melibatkan orang lain seminimal mungkin sehingga tidak terjadi kerumunan dan tidak menciptakan klaster baru Covid-19. Perilaku lain yang berubah dari warga Kelurahan Kartasura adalah menyadari betapa penting menggunakan masker saat berada diluar rumah. Awal aturan ini diterapkan masih banyak warga yang belum terbiasa dan mengeluh untuk

menggunakan masker tetapi aturan kini semakin diperketat, misalnya untuk menghadiri kepentingan yang mendesak seperti pengurusan surat kependudukan, ke bank, atau ke tempat lain wajib memakai masker. Adanya edukasi yang dilakukan terus menerus ini membuat warga Kelurahan Kartasura kini sadar akan pentingnya menggunakan masker. Wajib untuk memakai masker saat keluar rumah dan mencuci tangan sesering mungkin kini menjadi perilaku baru yang diadaptasi dari pandemi yang kini sedang terjadi. Selain itu, aspek ekonomi yang memiliki dampak buruk dimana semakin banyak pengangguran dan warga yang pendapatannya berkurang selama pandemi ini membuat tingkat kriminalitas semakin meningkat, misalnya kasus pencurian dan perampokan dengan alasan terhimpit beban ekonomi. Untuk mengantisipasi hal ini, warga Kelurahan Kartasura mengadakan ronda malam setiap RT. Ronda malam yang sempat tidak dilakukan warga kini dengan adanya kasus pencurian dan perampokan tersebut kembali diadakan. Perubahan sosial yang terjadi saat ini tidak semata-mata berakibat pada sesuatu yang baru lalu buruk melainkan perubahan sosial yang kini terjadi memang warga sendiri perlu waktu untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru untuk kebaikan bersama. Edukasi terus dilakukan pemerintah kepada masyarakat untuk menghadapi kebiasaan baru ini. Menerima perubahan bukan berarti menghilangkan jati diri sebagai makhluk sosial yang melakukan

(25)

interaksi dengan orang lain melainkan membiasakan diri pada kebiasaan baru untuk meminimalisir kemungkinan terburuk tertular Covid-19 dengan tetap berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi yang ada. Mungkin hal ini akan memakan waktu bagi beberapa warga untuk bisa mengikuti kebiasaan baru ini tetapi kini sudah banyak warga Kelurahan Kartasura yang menyadari pentingnya menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru yang sesuai dengan protokol kesehatan ajuran pemerintah.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan sosial yang terjadi pada warga Kelurahan Kartasura tidak hanya berdampak negatif melainkan juga banyak membawa dampak positif. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. ((Soerjono Soekanto, 1982, 259 dalam Itsna Fai‟zatun 2019:4). Adanya pandemi akibat Covid-19 ini membawa banyak perubahan pada hampir seluruh aspek perubahan sosial. Warga Kelurahan Kartasura membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan

kebiasaan-kebiasaan baru yang kini sedang diterapkan.

Atas apa yang sudah dituliskan, kami berharap kepada pemerintah untuk melakukan langkah tegas untuk menekan angka pasien positif. Apabila hal ini tidak segera dilakukan dengan keputusan yang tepat maka pandemi ini akan terus terjadi dan akan semakin banyak mengubah aspek kehidupan warga. Perubahan yang terjadi tanpa aba-aba dan dalam waktu yang benar-benar singkat ini terkesan memaksa sebagian warga yang tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi. Apabila hal ini terus terjadi maka banyak warga yang semakin tidak peduli dengan adanya perubahan sosial yang sedang diadaptasi sehingga hal ini hanya akan memperburuk keadaan.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Anang Sugeng. “Pengaruh Media Sosial dalam Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia”. 2015.

Fai‟zatun, Itsna.

“PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL DI DESA PALAS JAYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG

(26)

SELATAN TAHUN 1997-2018”. 2019: Universitas Lampung.

Hernawan, Wawan. “Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial Budaya dan Modernisasi dalam Pembangunan”. Universitas Bandar Lampung.

Hatu, Rauf. “PERUBAHAN SOSIAL KULTURAL MASYARAKAT PEDESAAN (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik)”. 2011: Universitas Negeri Gorontalo.

Masuku, Jakaria S. “INTERAKSI SOSIAL: STUDI KASUS

PERUBAHAN SOSIAL DI

KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA”. 2017: Universitas Pattimura.

Nurrizka, Annisa Fitrah. “Peran Media Sosial di Era Globalisasi Pada Remaja di Surakarta Suatu Kajian Teoritis dan Praktis Terhadap Remaja dalam Perspektif Perubahan Sosial”. 2016: Universitas Tanjungpura.

https://www.alodokter.com/covi d-19 diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://nasional.kompas.com/r ead/2020/08/09/08450581/update-8- agustus-2277-kasus-baru-covid-19-

65-pasien-meninggal-hingga-1749?page=all diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://corona.jatengprov.go.id/ data diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://covid19.go.id/p/berita/s atgas-penanganan-covid-19-sebut-

zona-risiko-tinggi-di-33-kabupatenkota-menurun diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://covid19.go.id/p/berita/s atgas-penanganan-covid-19-minta- masyarakat-tetap-terapkan-protokol-kesehatan diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://lifestyle.kompas.com/re ad/2020/05/12/085714720/perhatikan

-3-dampak-pandemi-covid-19-terhadap-anak?page=all diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://pusbangasn.bkn.go.id/b erkah-covid-19/ diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://www.suara.com/healt h/2020/06/02/163000/peneliti- ungkap-dampak-media-sosial- pada-mental-selama-wabah-covid-19?page=a diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

https://www.unpad.ac.id/2020/ 05/melihat-pandemi-covid-19-dalam-kacamata-sosial-budaya/ diakses pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 17.00

(27)

Pembelajaran Online Sebagai Langkah dan Metode Baru Dunia

Pendidikan Siasati Pandemi

Rizky Nurmalasari¹, Olivia Syifa Safira², Yohana Setyani³, Kartika

Irma Lestari⁴ , Aulya Khairul Fatihin⁵

Universitas Negeri Semarang rizkynurmalasari@students.unnes.ac. id ¹, olivia.syfs@students.unnes.ac.id ², yohanasetyani@students.unnes.ac.id ³, kartikairma@students.unnes.ac.id ⁴ , irulauliya@students.unnes.ac.id ⁵ ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang Pembelajaran Online Sebagai Langkah dan Metode Baru Dunia Pendidikan Siasati Pandemi. Pembelajaran online atau daring (dalam jaringan) merupakan sebuah alternatif untuk mengatasi masalah proses pembelajaran yang terganggu akibat adanya pandemi Covid-19. Penulisan artikel menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data dari berbagai artikel jurnal mengenai

pembelajaran kelas daring. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran online dihadapkan dengan banyak hambatan yang muncul dari berbagai sisi. Banyak masyarakat yang masih tidak siap, dan masih bingung dengan penerapan sistem belajar daring yang ada. Alhasil banyak kekurangan dan masalah diperoleh dibandingkan hasil yang diharapkan.

ABSTRACT

This study aims to present about Online Learning as the New Steps and Methods in Education to Cope with the Pandemic. Online learning is an alternative to overcome the problem of disrupted learning process due to the Covid-19 pandemic. The article uses qualitative research by collecting data from various journal articles about online classroom learning. In its implementation, online learning is faced with obstacles that arise from various sides. Many people are still not ready and confused with the learning system. As a result, we ended up with errors and problems rather than expected. Keywords: Online Learning, Covid-19

PENDAHULUAN

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu

beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Pandemi yang berarti menyebarnya sebuah penyakit secara global ke seluruh negara di belahan dunia ini telah melumpuhkan beragai aspek dan sisi dari

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian Pasal 29 (3) UU Perdagang mengamanatkan ketentuan lebih lanjut mengenai penyimpanan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting diatur dengan atau

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan...

Penghimpunan Dana Infaq dan Shadaqoh Pada LAZISMU Kota Medan Dalam penerimaan dana infaq dan shadaqoh Lazismu rutin untuk melakukan survey dan sosialisai terhadap

Untuk mengatasi hal tersebut pimpinan perusahaan melakukan investasi IT dengan pembuatan aplikasi yang mampu memonitoring dan memberikan informasi secara realtime

Hasil pengolahan data dari data harga harian tepung terigu di 34 provinsi menunjukkan bahwa disparitas antar provinsi yang tertinggi selama tahun 2015 terjadi pada bulan Mei

Hal ini sejalan dengan Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas

Perkembangan ketersediaan beras bersumber dari produksi padi nasional yang ditanam oleh petani Indonesia, menurut data BPS memperlihatkan produksi padi mengalami kenaikan terus

Berdasarkan prosedur coding dan olah data distribusi frekuensi yang telah dilakukan sebagai rangkaian analisis isi, diketahui terdapat 5 jenis strategi komunikasi