• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI PENERAPAN NEW NORMAL DITINJAU DARI SUDUT PANDANG EKONOMI

Dalam dokumen HK.01.07/MENKES/382/2020 (Halaman 72-92)

Oleh

Lutfi Hakim Mahendra(1401417155), Adam Mujahid Al

Ishfahani(3301417030), Azis Al Rosyid(8111417035), Anisa Endah Dwi Safitri(811141247)

ABSTRAK

Pandemi covid-19 merupakan virus yang sampai sekarang belum ditemukan obat penawarnya. Negara hadir sebagai pelayan rakyat yangmana setiap kebijakannya haruslah berdasarkan pada Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB). Negara haruslah memberikan keamanan kenyamanan dan pemenuhan fasilitas kehidupan berbangsa dan bernegara untuk warga negara Indonesia. Sudah banyak kebijakan pemerintah untuk pencegahan penularan virus covid-19. Yaitu dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar tentunya semua aktifitas pekerjaan, sekolah dan perekonomian semua harus tiarap. Banyak sekali permasalahan yang terjadi ketika pandemi ini. Seperti tindak pidana, karena terjadi krisis perekonomian. Maka selanjutnya pemerintah mengeluarkan kebijakan New Normal sebagai upaya pemulihan keadaan perekonomian di negeri ini. Semua pihak haruslah ikut bekerjasama dan berpartisipasi didalam pelaksanaan New Normal yangmana tujuan salah satunya adalah membaiknya keadaan di negara Indonesia.

Kata Kunci: Covid-19, Ekonomi, New Normal

I. PENDAHULUAN

Pada tahun 2020 ini bagaikan suatu lampu yang tidak bernyala, semua terasa gelap dan membingungkan. Negara ini dilanda suatu virus yang berasal dari kota Wuhan China yaitu virus corona atau covid-19. Menurut beberapa media menyebutkan bahwa versi dari Pemerintah China asal mula wabah tersebut berasal pasar hewan laut di Wuhan, kemudian ada sumber lain yang mengatakan bahwa virus ini berasal dari kelelawar. Dan adapula yang menyebut bahwa virus ini merupakan golongan Virus SARS. Sampai sekarangobat penawarnyapun belum ditemukan, karena masih banyak diagnosa yang macam-macam terkait virus covid-19 ini.

Di Indonesia, virus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat pada awal maret 2020. Virus ini menular lewat lendir (droplet) manusia positif covid-19 yang meloncat ke manusia negatif covid-19, yangmana lendir tersebut saat manusia positif covid-19 bersin, batuk dan bicara ke manusia yang negatif covid-19. Melihat keadaan seperti ini, Pemerintah selaku pelayan masyarakat harus segera membuat kebijakan terkait penanganan dan pencegahan virus covid-19.

Dari kebijakan seperti upaya lockdown agar warga tidak keluar rumah dulu, kemudian kerja dari rumah atau work from home dan kemudian pembelajaran sekolah secara daring. Hal ini terbukti Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar, Keputusan Presiden (Keppres) Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.

Penetapan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan kewenangan Menteri Kesehatan, hal ini bertujuan agar setiap daerah di Indonesia tidak membuat kebijakan sendiri terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar ini. Namun pada praktiknya masih ada daerah yang melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar ini tanpa seizin pemerintah pusat. Tujuan-tujuan pemerintah terkait penangan dan pencegahan covid-19 tersebut memang baik namun jika kita melihat dari kacamata perekonomian tentunya bisa mengakibatkan paceklik, tidak ada pemasukan sama sekali bagi warga negara yang sedang tidak bekerja. Dengan kebijakan ini, banyak sekali pabrik-pabrik yang tutup mereka mem-phk karyawannya bagaimana tidak. Pemerintah melarang diadakannya perkumpulan banyak orang. Tentunya pihak pabrik harus mengurangi pekerjanya dan tingkat produksi juga menurun dan permintaan konsumenpun juga menurun, bagaimana hal ini harus dilakukan pihak pabrik sendiri tidak memiliki banyak dana untuk menggaji pekerjanya. Kemudian pada angkutan umum seperti pesawat, kereta api, kapal dan bis tentunya juga ikut terdampak. Bagaimana tidak, setiap masyarakat disuatu daerah tidak boleh berkunjung ke daerah lain yang bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus covid-19.

Dengan keadaan seperti ini Pemerintah mau tak mau harus bertanggungjawab untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Seperti pemberian subsidi pembayaran listrik, pemberian bantuan sosial tunai (BST), yangmana sampai saat ini sudah turun tiga kali untuk masyarakat terdampak covid-19 ini. Masyarakat sendiri dengan keadaan seperti sudah mulai bosan karena tidak berbuat apa-apa dan tidak mendapa-apatkan penghasilan, merekapun sudah tidak memikirkan kesehatan mereka, mereka berfikir urusan nyawa adalah urusan tuhan tetapi mereka tetap harus mengisi perut mereka dengan nasi. Bagaiamana caranya, caranya yaitu bekerja.

Pemerintah juga sudah melakukan upaya apapun namun kurang bisa mengcover permasalahan di negeri ini. Maka pemerintah melakukan kebijakan New Normal life atau adaptasi kebiasaan baru, lalu seberapa Urgent kah pelaksanaan New Normal life ini dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat ketika keadaan pandemi ini ?

II. PEMBAHASAN

Dua bulan pasca penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemerintah Indonesia kini bersiap untuk memutar kembali roda ekonomi yang lesu sebagai dampak dari penerapan PSBB tersebut. Gelagat Pemerintah Indonesia untuk kembali memutar roda ekonomi terlihat pertama kali saat Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia harus hidup berdamai dengan Covid-19 sampai ditemukannya vaksin yang efektif. Pernyataan tersebut kemudian diterjemahkan lebih lanjut menjadi sebuah istilah yang akhir-akhir ini sering menjadi pembicaraan banyak orang, yakni “New Normal” atau kenormalan baru.New Normal life merupakan suatu tatanan kehidupan baru yang mana mengharuskan diri untuk berdamai dengan pandemi virus corona dimana tingkat pertumbuhan jumlah kasus positif masih tinggi. Dalam artian yang lebih sempit bahwa masyarakat dapat melakukan aktivitas secara normal namun tetap melaksanakan protokol kesehatan yang telah diterapkan oleh pemerintah seperti memakai masker jika akan keluar rumah, selalu mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer, serta melakukan sosial distancing.

Skenario kenormalan baru telah disiapkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan direncanakan mulai berlaku sejak 1 Juni2020ditandai dengan keluarnya Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/335/2020 tentang Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha. Dengan adanya New Normal ini industri dan jasa sudah boleh beroperasi dengan mengikuti protokol kesehatan. Dalam rencana awal tersebut, terdapat lima fase kenormalan baru, yakni 1 Juni, 8 Juni, 15 Juni, 6 Juli, serta 20 Juli. Persiapan besar-besaran menuju era kenormalan baru ditandai dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke berbagai titik strategis untuk memantau persiapan kenormalan baru, satu hari pasca libur lebaran.

Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Prof. Widodo Muktiyo berpendapat bahwa Kenormalan baru (new normal) adalah membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan tetap menggunakan protokol kesehatan terkait covid-19

Kebijakan kenormalan baru ini, bagaikan buah simalakama. Di satu sisi, masyarakat akan rentan tertular virus jika protokol jaga jarak dilonggarkan. Di sisi lain, memaksa orang-orang untuk tetap tinggal di rumah juga akan berdampak berat pada ekonomi, sebagaimana data yang telah disampaikan di atas.Beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19 yaitu

adanya penyemprotan disinfektan diberbagai wilayah atau bangunan yang rentan akan terserang covid-19. Disinfektan sendiri merupakan proses dekonteminasi yang mana membunuh segala hal yang terkait dengan virus dan bakteri (mikroorganisme) pada benda mati. Perlu diketahui bahwa larutan disinfektan harus dipersiapkan dan digunakan sesuai dengan anjuran. Konsentrasi larutan yang tidak pas tentu akan mengurangi keefektifan disinfektan17.

Munculnya era new normal merupakan salah satu dampak dari tuntutan ekonomi masyarakat yang mulai tak terkendali. Dalam rangka mengkongkritkan fase kenormalan baru, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Covid-19 Di Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri. Surat Keputusan tersebut menjadi sebuah protokol di dalam menjalankan fase kenormalan baru, dimana pekerja diharapkan untuk menjaga jarak minimal dari rekan kerjanya ketika masuk kantor, para pekerja juga diimbau untuk mengenakan pakaian khusus kerja, pengukuran suhu menggunakan thermogun pada pintu masuk serta penggunaan masker sekarang merupakan sebuah kewajiban. Melengkapi aturan kenormalan baru tersebut, Pemerintah Indonesia juga akan menerjunkan ratusan ribu personel TNI-Polri ke sejumlah titik untuk memastikan bahwa masyarakat disiplin terhadap physical distancing.

Di atas kertas, segala daya upaya Pemerintah Indonesia dalam rangka menjalankan kenormalan baru terlihat meyakinkan. Akan tetapi pertanyaan kuncinya adalah apakah kita sudah siap menerapkan kenormalan baru ini?

Ketahanan masyarakat yang berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (pendidikan, maka dan minum,rasa aman dll) menjadi terancam sejak adanya covid-19. Dalam kondisi seperti inilah kerentanan sosial dapat terjadi. Pro kontra adanya new normal memang nyata adanya. Disatu sisi merupakan upaya dalam menanggulangi kerentanan sosial, disatu sisi merupakan anak panah yang siap kapan saja menyerang ketahanan tubuh masyarakat.

Di dalam memasuki kenormalan baru ini, maka kita harus menemukan titik tengah kepentingan antara kesehatan dan ekonomi. Kesiapan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan perspektif hukum, yang dalam hal ini berdasarkan teori sistem hukum yang dicetus oleh Friedman. Dimana agar tujuan hukum tersebut dapat tercapai adalah ketika sistem hukum yang terdiri dari struktur, substansi dan

17

https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/pembersihan-dan-disinfeksi-permukaan-lingkungan-dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=2842894b_2 diakses pada 13 Agustus 2020

budaya hukum berjalan dengan maksimal. Struktur hukum mengacu pada bagaimana Pemerintah dan penegak hukum di dalam mengatur masyarakatnya, adapun subtansi hukum merupakan kumpulan norma hukum yang ada, serta budaya hukum sebagai sikap dari masyarakat terhadap hukum dalam menghadapi pandemi ini. Oleh karena itu, apabila ingin sukses di dalam menjalankan kenormalan baru, maka seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat harus disiplin menjalankan protokol-protokol serta aturan yang telah dibuat.

Akan tetapi bila menimbang lebih jauh lagi, new normal memang harus diberlakukan demi kelangsungan perekonomian negara. Kebutuhan ekonomi masyarakat, terutama kebutuhan dasar seperti makanan dan kesehatan dalam keadaan seperti ini haruslah menjadi fokus utama bagi pemerintah. Bayangkan bilamana masa PSBB terus diterapkan tanpa adanya kegiatan ekonomi yang berlangsung, tentu akan terjadi kekacauan ekonomi bahkan kekacauan di segala aspek kehidupan negara. Ibarat dua sisi koin yang beriringan, dapat disandingkan dengan keadaan sosial-ekonomi. Bila satu sisi tertekan maka sisi lainnya pun terimbas tekanan tersebut18.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira memang penerapan new normal tidak langsung berdampak 100% pulih pada sektor ekonomi, dikarenakan permintaan ekspor yang masih rendah dan pelaku usaha pun kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Memang new normal diklaim bisa atasi perekonomian negara yang terpuruk namun harus diingat juga bahwa hal itu tidak langsung membuat perekonomian tersebut naik secara pesat19. Namun menurut Ekonom Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi new normal dirasa cukup efektif, bila beberapa sektor perekonomian dibuka di daerah zona hijau dengan tetap berkomitmen dengan menjalankan protokol kesehatan (pengendalian / pencegahan wabah), maka prinsip kehati-hatian sangatlah perlu di terapkan20

Dengan adanya kasus positif Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat sejalan dengan pemberlakukan Ne Normal hal ini perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat yang bersifat wajib untuk dipatuhi, pemerintah mengimbau kepada seluruh

18

Lestari, N. P. (2020). New Normal: Ekonomi Vs Kesehatan. Arsip Publikasi Ilmiah Biro Administrasi Akademik

19https://www.merdeka.com/uang/indef-new-normal-tak-langsung-pulihkan-ekonomi.html diakses pada 13 Agustus 2020

20

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200608/9/1249888/new-normal-pembukaan-9-sektor-dongkrak-pertumbuhan-ekonomi-di-tengah-pandemi diakses pada 13 Agustus 2020

masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan tujuan untuk mencegah dan mengurangi angka penyebaran. Jika ditilik dari sejarahnya, sebenarnya perilaku PHBS telah digaungkan sejak dulu, tetapi tidak diterapkan secara benar-benar, bahkan kebanyakan mengabaikan. Mencuci tangan terlupakan, terasa awam dan berlebihan menggunakan masker, hingga etika bersin dan batuk yang terlupakan. Perilaku tersebut merupakan hal yang normal dilakukan. Kondisi tersebut kini berubah. Masyarakat bergerak dengan cepat dan mengubah perilaku normal tersebut dalam menghadapi pandemi ini. Tidak hanya di Indonesia, masyarakat di seluruh dunia menjalankan protokol pencegahan Covid-19. Semua kalang-an tanpa terkecuali, dari kalangan pejabat hingga pedagang keliling, terdorong untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat.penerapkan PHBS merupakan new normal, normal yang baru, pola kehidupan yang baru di tengah pandemi ini. Semua lapisan masyarakat yang pasti pada awal pandemi merasa berat dan tidak biasa melakukan kebiasaan baru ini menjadi teredukasi dan tersadar akan pentingnya mencegah penyakit dan menjaga kondisi kesehatan. Mereka lebih well informed dan aware atas kesehatan diri mereka sendiri, mencari se-banyak mungkin informasi tentang kesehatan, menerapkan pola hidup yang sehat melalui olahraga, dan mengkonsumsi makanan bersih dan sehat. Ditambah, pembatasan jarak secara sadar dilakukan dan dialihkan dengan pertemuan secara daring.Semua ini dilakukan demi outcome yang sama yaitu menjaga kesehatan diri sendiri dan komunitas.

Pemerintah sebagai perencana kebijakan haruslah konsisten dalam menjalankan perannya seperti pemenuhan perlindungan sosial, pelayanan sosial, jaminan sosial merupakan hal yang mutlak diberikan kepada masyarakat. Dengan begitu masyarakat akan merasa terlindungi dan memiliki kepercayaan kepada pemerintah. Kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintahpun juga harus sejalan dengan kondisi masyarakat, bukan malah memberatkan hidup masyarakat yang mana membutuhkan bantuan bukan tambahan beban21. Seperti halnya yang dikatakakn oleh Brian Z Tamanaha dalam bukunya “On The Rule Of Law”, bahwa negara seharunya hadir dalam hal pemenuhan hak individual warga negara sejalan dengan tujuan dari new normal.

Kemudian, sampai kapan harus menjalankan kehidupan new normal ini? Kapan wabah ini berakhir? Pertanyaan itu merupakan retorika untuk saat ini. Siapa pun belum dapat memastikan. Dilihat dari tren yang

21

https://kolom.tempo.co/read/1351996/negara-masyarakat-dan-era-new-normalhttps://kolom.tempo.co/read/1351996/negara-masyarakat-dan-era-new-normal diakses pada 13 Agustus 2020

belum menunjukkan penurunan jumlah penyebaran dan masih fluktuatif, kita belum bisa meramalkan kondisi ini akan segera berakhir. Flattening curve yang menjadi target belum dapat terealisasi. Untuk itu, sebelum vaksin pencegahan SARSCoV-2 ditemukan, masyarakat harus mulai menerima kondisi baru ini, adaptasi terhadap beberapa hal baru merupakan ikhtiar terbaik yang bisa dilakukan.Tidak dimungkiri bahwa terdapat sisi negatif dari wabah ini. Ketidakstablian perekonomian, terbatasnya ruang gerak, hilangnya pekerjaan, hingga melonjaknya angka kriminalitas.

Namun, terdapat hal-hal yang dapat memberikan gambaran sebagai parameter “new normal”.Pedagang yang menjual produknya melalui sistem online, para guru yang berbagi ilmu dengan cara yang bervariatif, dan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang lebih luas melalui pertemuan-pertemuan daring. Semua ini kembali pada diri kita, menanamkan mindset tentang kondisi pandemi ini merupakan langkah awal yang dapat diterapkan. Tidak bisa tipungkiri Bentuk new normal membawa kita untuk menemukan pola baru dalam kehidupan sosial, beraktivitas, maupun bekerja. Masa pandemi saat ini dapat membawa perubahan ke hal positif asalkan semua pihak memiliki sudut pandang yang baik. Bersama-sama mencari solusi terhadap keterbatasan yang ditemui menjadi salah satu kunci supaya kehidupan terus bergerak. Segala aspek diupayakan untuk tetap berjalan, tetapi dengan tetap disiplin menjalankan koridor kebersihan dan kesehatan yang dianjurkan. Menemukan ritme yang tepat da-lam kehidupan baru untuk mencapai makna hidup di tengah segala keterbatasan. Pemerintah pun juga telah mengim-bau bahwa kita harus berdamai dengan keadaan ini. Masyarakat dituntut untuk menjalani kehidupan produktif dengan tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat sebagai langkah yang baik agar terhindar dari penularan.

Kebijakan new normal yang diambil pemerintah haruslah terencana dengan baik, bila perencanaan kebijakan kurang matang maka berpotensi memunculkan lonjakan jumlah kasus positif setiap harinya. Maka dari itu sinergi dari semua pihak sangatlah dibutuhkan agar pademi covid-19 cepat berlalu dan segera beraktivitas seperti biasanya.

III. KESIMPULAN

New Normal life merupakan suatu tatanan kehidupan baru yang mana mengharuskan diri untuk berdamai dengan pandemi virus corona dimana tingkat pertumbuhan jumlah kasus positif masih tinggi. Dalam artian yang lebih sempit bahwa masyarakat dapat melakukan aktivitas secara normal namun tetap melaksanakan protokol kesehatan yang telah diterapkan oleh pemerintah seperti memakai masker jika akan

keluar rumah, selalu mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer, serta melakukan sosial distancing.

Kenormalan baru (new normal) adalah membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan tetap menggunakan protokol kesehatan terkait covid-19 Semua ini kembali pada diri kita, menanamkan mindset tentang kondisi pandemi ini merupakan langkah awal yang dapat diterapkan. Tidak bisa tipungkiri Bentuk new normal membawa kita untuk menemukan pola baru dalam kehidupan sosial, beraktivitas, maupun bekerja.

Masa pandemi saat ini dapat membawa perubahan ke hal positif asalkan semua pihak memiliki sudut pandang yang baik. Bersama-sama mencari solusi terhadap keterbatasan yang ditemui menjadi salah satu kunci supaya kehidupan terus bergerak. Segala aspek diupayakan untuk tetap berjalan, tetapi dengan tetap disiplin menjalankan koridor kebersihan dan kesehatan yang dianjurkan. Menemukan ritme yang tepat da-lam kehidupan baru untuk mencapai makna hidup di tengah segala keterbatasan. Pemerintah pun juga telah mengim-bau bahwa kita harus berdamai dengan keadaan ini. Masyarakat dituntut untuk menjalani kehidupan produktif dengan tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat sebagai langkah yang baik agar terhindar dari penularan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

https://www.untan.ac.id/covid-19-indonesia-new-normal-dan-sebuah-pembelajaran/

https://www.itera.ac.id/siapkah-kita-dengan-new-normal/

Sudibyakto, H. A. Manajemen bencana di Indonesia ke mana?. UGM PRESS, 2018.

Bantuan Ekonomi Sebagai Wujud Kepedulian Pemerintah Kepada Masyarakat Terdampak Covid-19

Annisa Yunita Dwi Amalia1, Bunga Mellinda Febriarni2, Estu Rahayu3, Galuh Fisabilillah4

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang 1 anisayunitaamalia@gmail.com 2 bungamelinda121@gmail.com 3 esturahayu0903@gmail.com 4 Galuhfibilgaluh21@gmail.com ABSTRAK

Dimasa pandemi Covid-19 pada saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar kepada perekonomian. Pandemi ini berpengaruh buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia karena terjadi bersamaan dengan menurunnya harga komoditas dan gejolak pasar keuangan . Kondisi tersebut memaksa Pemerintah untuk menata ulang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baik dari sisi penerimaan maupun belanjanya. Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan sebagai payung hukum atas perubahan penggunaan APBN. Sebanyak 84% masyarakat Indonesia mengalami penurunan penghasilan (money.kompas.com) dan 1,7 juta karyawan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (Data Kementrian Ketenagakerjaan, 27 Mei 2020). Karenanya pemerintah menyediakan beberapa jenis program bantuan ekonomi yang akan didistribusikan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Diantaranya adalah Kebijakan mengenai penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, Kartu Prakerja, Pembebasan Tarif listrik 450 VA dan diskon tarif listrik bagi 900 VA.

ABSTACT

During the Covid-19 pandemic at this time it had a considerable impact on the economy. This pandemic had a negative impact on the world economy and Indonesia as it coincided with falling commodity prices and financial market turmoil. This condition forces the Government to rearrange the State Revenue and Expenditure Budget (APBN) both in terms of revenue and expenditure. The President issued a Government Regulation in Lieu of Law (Perppu) Number 1 of 2020 concerning State Finances and Financial System Stability as a legal

umbrella for changes in the use of the State Budget. As many as 84% of Indonesians experienced a decrease in income (money.kompas.com) and 1.7 million employees experienced layoffs (Data from the Ministry of Manpower, 27 May 2020). Therefore, the government provides several types of economic assistance programs that will be distributed to people affected by Covid-19. Among them are policies regarding beneficiaries of the Family Hope Program, Basic Food Cards, Pre-Employment Cards, 450 VA electricity rates exemptions and a discount on electricity rates for 900 VA.

Pendahuluan

Dampak Virus Corona atau Covid-19 nampaknya berimbas pada semua sektor terutama ekonomi. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan tertekan di level 2,1 persen. Hal ini disebabkan oleh terus meluasnya persebaran Covid-19 baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bank Indonesia (BI) pun telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi di Bawah 5 Persen atau hanya sekitar 2,5 persen saja yang biasanya mampu tumbuh mencapai 5,02 persen.

Hal ini diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen.

Pandemi Covid-19 akan berimplikasi buruk bagi perekonomian dunia dan Indonesia pada tahun ini, karena terjadi bersamaan dengan menurunnya harga komoditas dan gejolak pasar keuangan. Inflasi yang terjadi ditahun ini pun diproyeksi akan mengalami peningkatan ke level 3 persen, karena ketatnya

Dalam dokumen HK.01.07/MENKES/382/2020 (Halaman 72-92)