• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL TARI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN DI SD NEGERI 54 BANDA ACEH

Dalam dokumen serambi edukasi september 2015 (Halaman 41-43)

Putry Julia

Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Serambi Mekkah e-mail: putryjulia82@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimental dengan desain one shot case studi, yaitu dengan memberikan perlakuan model tari pendidikan pada pembelajaran tari di SD. Pembelajaran tari merupakan salah satu bagian dari pembelajaran seni budaya dan keterampilan yang sudah menjadi mata pelajaran wajib di SD. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana keterampilan siswa dalam pembelajaran tari dengan penerapan model tari pendidikan. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas 3 SD Negeri 54 Banda Aceh, yang berjumlah 28 siswa dan sampel penelitian berjumlah 14 orang siswa dengan pengambilan sampel secara purposive. Sampel diambil berdasarkan tujuan tertentu. Hasil penelitian dengan menggunakan tari pendidikan pada pembelajaran tari menunjukkan, bahwa keterampilan siswa sangat baik secara keseluruhan setelah diterapkannya model tari pendidikan, yang dilihat dari unsur ekspresif dan kreatif siswa. Pada unsur ekspresif siswa terlihat hasil yang sangat baik dengan indikator intuisi gerak yang menunjukkan hasil dengan persentase 75%, dan indikator kealamiahan ekspresi dengan persentase 66,10%.diperoleh hasil 75% dan kealamiahan ekspresi 66,10%. Sedangkan pada unsur kreatif, dapat dilihat hasil yang baik pada indikator spontanitas gerak dengan persentase 78,6%, pengembangan respon gerak mencapai 82,1%, dan kemampuan memadukan gerak dengan persentase 82,1%. Berdasarkan hasil yang didapat selama penelitian pada pembelajaran tari dengan menggunakan mode tari pendidikan, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model tari pendidikan sangat baik bagi pembelajaran tari sehingga tujuan dari pembelajaran tari tercapai.

Kata Kunci: Tari Pendidikan, Pembelajaran Tari

PENDAHULUAN

Seni telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan budaya manusia di berbagai belahan bumi dengan beraneka macam bentuk dan jenis. Pendidikan seni yang terprogram dalam kurikulum sekolah adalah sebuah bidang studi yang harus diberikan sejak dini. Bentuk pendidikan seni pada jenjang sekolah dasar

adalah bidang studi seni budaya dan

keterampilan. Muatan seni budaya dan

keterampilan sebagaimana yang diamanatkan

dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran, karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Oleh karena itu, mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis

budaya. Pendidikan Seni Budaya dan

Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta

didik, yang terletak pada pemberian

pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/ berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.(Depdiknas, 2007: 1).

Pembelajaran seni budaya dan keterampilan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

berkarya dan kreativitas siswa dalam

berkesenian baik seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni drama teater. Pembelajaran seni

khususnya seni tari telah mengalami

Sebagai contoh di SD jam mata pelajaran seni

budaya dan keterampilan, mengalami

perubahan yang tadinya dua jam menjadi empat jam, demikian pula mata pelajaran seni budaya saat ini sudah diikuti siswa SMU mulai dari kelas satu hingga kelas tiga. Tidak hanya itu, perubahan diikuti pula perkembangan tujuan dari pendidikan seni yang ingin dicapai yaitu sebagai pemberian pengalaman estetik kepada peserta didik (Gunara, 2008).

Sejalan dengan itu, dari kurikulum dan sistem pendidikan yang teru diperbaiki tersebut, tentunya disosialisasikan dengan baik hingga sampai kesemua jenjang pendidikan dan semua daerah di Indonesia. Walaupun sosialisasi telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa kendala dalam proses implementasi yang

membuat sistem dan tujuan kurikulum

pendidikan tersebut belum tercapai. Seperti contoh yang terjadi pada pembelajaran seni tari untuk SD Negeri 54 Banda Aceh dan mungkin juga terjadi di daerah lainnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, proses belajar Seni Budaya Dan Keterampilan (SBK) pada umumnya belum dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Setiap

masuk pembelajaran SBK, terkadang

pembelajarannya tidak sesuai dengan upaya pencapaian SK dan KD. Setiap kali mata pelajaran SBK, guru cenderung memberi siswa tugas yang tidak sesuai dengan pembelajaran dan guru pun meninggalkan kelas dengan berbagai alasan. Terlebih lagi, pelajaran SBK diganti dengan mata pelajaran lain. Hal ini bukan mangembangkan siswa, namun akan menyia-nyiakan siswa. Pembelajaran SBK seperti ini masih banyak dilaksanakan oleh para pendidik di beberapa sekolah dasar, dengan berbagai alasan seperti: pelajaran seni tidak begitu perlu, guru tidak memiliki bakat seni, panduan tidak ada, susah mengontrol

anak, dan alasan lainnya yang tidak

mendukung pembelajaran SBK. Bahkan

sebagian guru mengatakan bahwa untuk pembelajaran SBK di SD sebaiknya adalah guru bidang studi pada tiap-tiap sekolah seperti guru bidang studi agama dan olah raga, dengan alasan saat sekarang guru yang mengajarkan pembelajaran SBK tersebut hanyalah guru

kelas, dan merekapun memiliki beban

mangajar yang cukup banyak, karena di SD guru kelas disamping berperan konselor bagi siswanya juga harus dapat menguasai enam mata pelajaran wajib yaitu matematika, bahasa

Indonesia, IPS, IPA, Pkn, dan termasuk juga SBK.

Dalam Kurikulum Pendidikan Seni untuk SD, tidak menuntut agar siswanya menjadi seorang seniman ataupun pekerja seni. Namun tuntutan secara mendalam bahwa pembelajaran seni dapat membantu menumbuhkembangkan anak

didik menjadi lebih baik, kreatif dan

memperbaiki kepribadian siswa dalam

kehidupannya. Begitu pula dengan pendidikan seni tari di SD yang tidak menuntut siswanya untuk menjadi penari, sehingga kegiatan menari dapat dijadikan suatu pengalaman yang menyenangkan bagi siswa SD. Dalam hal ini siswa dapat mengekspresikan dirinya secara bebas, mengetahui bagaimana ia bergerak,

memanfaatkan gerak, dan menemukan

kekuatannya sebagai alat komunikasi dan dapat bermanfaat bagi si anak dalam memaknai hidupnya.

Proses belajar mengajar memiliki beberapa komponen yang mana bila salah satu dari elemen tersebut ditinggalkan maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Komponen tersebut yaitu peserta didik, guru (sebagai pendidik), tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, media dan evaluasi. Dari komponen tersebut, yang sangat berperan adalah guru, sebab dalam pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dan guru, dimana tugas guru adalah sebagai nara sumber, mediator, instruktur dalam suatu proses belajar mengajar. Sehingga sebagai pendidik ada empat aspek kompetensi yang dituntut untuk

dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Salah satunya

adalah memilih model dan metode

pembelajaran yang bermanfaat dan dapat menunjang kreativitas siswa, membuat siswa menjadi bergairah serta bersemangat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan daya imajinasinya, sehingga

mereka mewujudkan potensi kreatifnya

melalui gerakan–gerakan tari.

Sesuai kurikulum yang digunakan saat ini dengan nama kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), hal ini dapat memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan situasi belajar yang kondusif sesuai situasi daerahnya masing-masing. Sayangnya, masih

belum banyak pendidik seni tari tingkat SD yang memiliki model pembelajaran, sesuai kondisi yang ada, dan banyak SD yang belum mampu bahkan tidak mau untuk mengajarkan seni tari dalam pembelajaran SBK.

Pembelajaran tari berfungsi sebagai media pendidikan, dimana tujuannya setidaknya memiliki tiga tujuan, yaitu:

a. sebuah strategi atau cara memupuk,

mengembangkan sensitivitas dan

kreativitas;

b. memberi peluang seluas-luasnya pada

siswa untuk berekspresi; dan

c. mengembangkan pribadi anak ke arah

pembentukan pribadi yang utuh dan menyeluruh, baik secara individu, sosial, maupun budaya. (Rohidi (dalam Hidajat, R (2006:13)).

Selain itu, seni tari juga memiliki sejumlah

manfaat yaitu pengenalan tubuh dan

mekanisasinya, pembentukan tubuh, sosialisasi diri, pengenalan prinsip pengetahuan ilmu pasti-alam, menumbuhkan kepribadian, media

komunikasi (gagasan non verbal dan

mengkomunikasikan nilai-nilai estetik) dan pengenalan nilai budaya. (Hidrajat, R :2006) Namun dalam beberapa kenyataan yang

ditemukan, guru SD cenderung lebih

mengajarkan siswa bagaimana agar siswa pandai menari dengan mengajarkan tari bentuk pada siswa. Hal ini bisa jadi membuat siswa aktif bergerak dalam pembelajaran seni tari tapi tidak menumbuhkembangkan kreativitas siswa sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum. Karena pada dasarnya dalam pembelajaran seni tari materi yang diberikan bukan hanya keterampilan menari, tetapi pada proses kreativitas siswa dalam menari.

Salah satu alternatif untuk menjawab

problematika diatas adalah melalui pengenalan tari pendidikan, yaitu merupakan model pada pendidikan seni tari yang dipandang dapat mengakomodir semua kebutuhan dari jawaban permasalahan yang ada. Tari pendidikan yang merupakan materi atau bahan pembelajaran tari dapat dikatakan sebagai inovasi baru dalam pembelajaran seni dengan strategi pembelajarannya yang menekankan pada kegiatan kreatif. Kegiatan instruksionalnya

sangat memperhatikan perkembangan

kemampuan siswa yang mencakup

membangun kecerdasan intelektual, emosional,

dan spiritual. Dimana tugas guru dalam penyelenggaraan tari ini mencakup dua hal yaitu membimbing siswa untuk menumbuhkan spontanitas gerak, dan membimbing siswa

belajar memahami prinsip-prinsip untuk

melakukan dan menguasai geraknya. Dengan

tari pendidikan ini, diharapkan dapat

meningkatkan sensitivitas, kemampuan

mengekspresikan dan kemampuan

mengapresiasi keindahan dan harmoni

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

kurikulum pembelajaran SBK, sehingga

pembelajaran tari dalam SBK akan lebih efektif.

Dalam dokumen serambi edukasi september 2015 (Halaman 41-43)

Dokumen terkait