Putry Julia
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Serambi Mekkah e-mail: putryjulia82@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimental dengan desain one shot case studi, yaitu dengan memberikan perlakuan model tari pendidikan pada pembelajaran tari di SD. Pembelajaran tari merupakan salah satu bagian dari pembelajaran seni budaya dan keterampilan yang sudah menjadi mata pelajaran wajib di SD. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana keterampilan siswa dalam pembelajaran tari dengan penerapan model tari pendidikan. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas 3 SD Negeri 54 Banda Aceh, yang berjumlah 28 siswa dan sampel penelitian berjumlah 14 orang siswa dengan pengambilan sampel secara purposive. Sampel diambil berdasarkan tujuan tertentu. Hasil penelitian dengan menggunakan tari pendidikan pada pembelajaran tari menunjukkan, bahwa keterampilan siswa sangat baik secara keseluruhan setelah diterapkannya model tari pendidikan, yang dilihat dari unsur ekspresif dan kreatif siswa. Pada unsur ekspresif siswa terlihat hasil yang sangat baik dengan indikator intuisi gerak yang menunjukkan hasil dengan persentase 75%, dan indikator kealamiahan ekspresi dengan persentase 66,10%.diperoleh hasil 75% dan kealamiahan ekspresi 66,10%. Sedangkan pada unsur kreatif, dapat dilihat hasil yang baik pada indikator spontanitas gerak dengan persentase 78,6%, pengembangan respon gerak mencapai 82,1%, dan kemampuan memadukan gerak dengan persentase 82,1%. Berdasarkan hasil yang didapat selama penelitian pada pembelajaran tari dengan menggunakan mode tari pendidikan, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model tari pendidikan sangat baik bagi pembelajaran tari sehingga tujuan dari pembelajaran tari tercapai.
Kata Kunci: Tari Pendidikan, Pembelajaran Tari
PENDAHULUAN
Seni telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan budaya manusia di berbagai belahan bumi dengan beraneka macam bentuk dan jenis. Pendidikan seni yang terprogram dalam kurikulum sekolah adalah sebuah bidang studi yang harus diberikan sejak dini. Bentuk pendidikan seni pada jenjang sekolah dasar
adalah bidang studi seni budaya dan
keterampilan. Muatan seni budaya dan
keterampilan sebagaimana yang diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran, karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Oleh karena itu, mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis
budaya. Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta
didik, yang terletak pada pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/ berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.(Depdiknas, 2007: 1).
Pembelajaran seni budaya dan keterampilan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkarya dan kreativitas siswa dalam
berkesenian baik seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni drama teater. Pembelajaran seni
khususnya seni tari telah mengalami
Sebagai contoh di SD jam mata pelajaran seni
budaya dan keterampilan, mengalami
perubahan yang tadinya dua jam menjadi empat jam, demikian pula mata pelajaran seni budaya saat ini sudah diikuti siswa SMU mulai dari kelas satu hingga kelas tiga. Tidak hanya itu, perubahan diikuti pula perkembangan tujuan dari pendidikan seni yang ingin dicapai yaitu sebagai pemberian pengalaman estetik kepada peserta didik (Gunara, 2008).
Sejalan dengan itu, dari kurikulum dan sistem pendidikan yang teru diperbaiki tersebut, tentunya disosialisasikan dengan baik hingga sampai kesemua jenjang pendidikan dan semua daerah di Indonesia. Walaupun sosialisasi telah dilakukan, namun masih terdapat beberapa kendala dalam proses implementasi yang
membuat sistem dan tujuan kurikulum
pendidikan tersebut belum tercapai. Seperti contoh yang terjadi pada pembelajaran seni tari untuk SD Negeri 54 Banda Aceh dan mungkin juga terjadi di daerah lainnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, proses belajar Seni Budaya Dan Keterampilan (SBK) pada umumnya belum dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Setiap
masuk pembelajaran SBK, terkadang
pembelajarannya tidak sesuai dengan upaya pencapaian SK dan KD. Setiap kali mata pelajaran SBK, guru cenderung memberi siswa tugas yang tidak sesuai dengan pembelajaran dan guru pun meninggalkan kelas dengan berbagai alasan. Terlebih lagi, pelajaran SBK diganti dengan mata pelajaran lain. Hal ini bukan mangembangkan siswa, namun akan menyia-nyiakan siswa. Pembelajaran SBK seperti ini masih banyak dilaksanakan oleh para pendidik di beberapa sekolah dasar, dengan berbagai alasan seperti: pelajaran seni tidak begitu perlu, guru tidak memiliki bakat seni, panduan tidak ada, susah mengontrol
anak, dan alasan lainnya yang tidak
mendukung pembelajaran SBK. Bahkan
sebagian guru mengatakan bahwa untuk pembelajaran SBK di SD sebaiknya adalah guru bidang studi pada tiap-tiap sekolah seperti guru bidang studi agama dan olah raga, dengan alasan saat sekarang guru yang mengajarkan pembelajaran SBK tersebut hanyalah guru
kelas, dan merekapun memiliki beban
mangajar yang cukup banyak, karena di SD guru kelas disamping berperan konselor bagi siswanya juga harus dapat menguasai enam mata pelajaran wajib yaitu matematika, bahasa
Indonesia, IPS, IPA, Pkn, dan termasuk juga SBK.
Dalam Kurikulum Pendidikan Seni untuk SD, tidak menuntut agar siswanya menjadi seorang seniman ataupun pekerja seni. Namun tuntutan secara mendalam bahwa pembelajaran seni dapat membantu menumbuhkembangkan anak
didik menjadi lebih baik, kreatif dan
memperbaiki kepribadian siswa dalam
kehidupannya. Begitu pula dengan pendidikan seni tari di SD yang tidak menuntut siswanya untuk menjadi penari, sehingga kegiatan menari dapat dijadikan suatu pengalaman yang menyenangkan bagi siswa SD. Dalam hal ini siswa dapat mengekspresikan dirinya secara bebas, mengetahui bagaimana ia bergerak,
memanfaatkan gerak, dan menemukan
kekuatannya sebagai alat komunikasi dan dapat bermanfaat bagi si anak dalam memaknai hidupnya.
Proses belajar mengajar memiliki beberapa komponen yang mana bila salah satu dari elemen tersebut ditinggalkan maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Komponen tersebut yaitu peserta didik, guru (sebagai pendidik), tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, media dan evaluasi. Dari komponen tersebut, yang sangat berperan adalah guru, sebab dalam pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dan guru, dimana tugas guru adalah sebagai nara sumber, mediator, instruktur dalam suatu proses belajar mengajar. Sehingga sebagai pendidik ada empat aspek kompetensi yang dituntut untuk
dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru. Salah satunya
adalah memilih model dan metode
pembelajaran yang bermanfaat dan dapat menunjang kreativitas siswa, membuat siswa menjadi bergairah serta bersemangat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan daya imajinasinya, sehingga
mereka mewujudkan potensi kreatifnya
melalui gerakan–gerakan tari.
Sesuai kurikulum yang digunakan saat ini dengan nama kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), hal ini dapat memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan situasi belajar yang kondusif sesuai situasi daerahnya masing-masing. Sayangnya, masih
belum banyak pendidik seni tari tingkat SD yang memiliki model pembelajaran, sesuai kondisi yang ada, dan banyak SD yang belum mampu bahkan tidak mau untuk mengajarkan seni tari dalam pembelajaran SBK.
Pembelajaran tari berfungsi sebagai media pendidikan, dimana tujuannya setidaknya memiliki tiga tujuan, yaitu:
a. sebuah strategi atau cara memupuk,
mengembangkan sensitivitas dan
kreativitas;
b. memberi peluang seluas-luasnya pada
siswa untuk berekspresi; dan
c. mengembangkan pribadi anak ke arah
pembentukan pribadi yang utuh dan menyeluruh, baik secara individu, sosial, maupun budaya. (Rohidi (dalam Hidajat, R (2006:13)).
Selain itu, seni tari juga memiliki sejumlah
manfaat yaitu pengenalan tubuh dan
mekanisasinya, pembentukan tubuh, sosialisasi diri, pengenalan prinsip pengetahuan ilmu pasti-alam, menumbuhkan kepribadian, media
komunikasi (gagasan non verbal dan
mengkomunikasikan nilai-nilai estetik) dan pengenalan nilai budaya. (Hidrajat, R :2006) Namun dalam beberapa kenyataan yang
ditemukan, guru SD cenderung lebih
mengajarkan siswa bagaimana agar siswa pandai menari dengan mengajarkan tari bentuk pada siswa. Hal ini bisa jadi membuat siswa aktif bergerak dalam pembelajaran seni tari tapi tidak menumbuhkembangkan kreativitas siswa sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum. Karena pada dasarnya dalam pembelajaran seni tari materi yang diberikan bukan hanya keterampilan menari, tetapi pada proses kreativitas siswa dalam menari.
Salah satu alternatif untuk menjawab
problematika diatas adalah melalui pengenalan tari pendidikan, yaitu merupakan model pada pendidikan seni tari yang dipandang dapat mengakomodir semua kebutuhan dari jawaban permasalahan yang ada. Tari pendidikan yang merupakan materi atau bahan pembelajaran tari dapat dikatakan sebagai inovasi baru dalam pembelajaran seni dengan strategi pembelajarannya yang menekankan pada kegiatan kreatif. Kegiatan instruksionalnya
sangat memperhatikan perkembangan
kemampuan siswa yang mencakup
membangun kecerdasan intelektual, emosional,
dan spiritual. Dimana tugas guru dalam penyelenggaraan tari ini mencakup dua hal yaitu membimbing siswa untuk menumbuhkan spontanitas gerak, dan membimbing siswa
belajar memahami prinsip-prinsip untuk
melakukan dan menguasai geraknya. Dengan
tari pendidikan ini, diharapkan dapat
meningkatkan sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan harmoni
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
kurikulum pembelajaran SBK, sehingga
pembelajaran tari dalam SBK akan lebih efektif.