Volume 3 Nomor 2, September 2015
I SSN 2338- 9397
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar
Nana Suraiya
1-14
Karakteristik Perilaku Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi Pendidikan
Nurasmah
15-22
Pembangunan Moralitas Bangsa Indonesia di Era Global
Maimun
23-28
Kompetensi Profesional Guru dalam Mengintegrasikan Pendidikan Karakter di
Sekolah
Siraj
29-34
Penerapan Model Tari Pendidikan dalam Pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan di SD Negeri 54 Banda Aceh
Putry Julia
35-43
Jurnal
Serambi Edukasi Volume 3 Nomor 2 Halaman 1-43
Banda Aceh
Jurnal Serambi Edukasi merupakan media informasi dan referensi ilmiah dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Jurnal ini memuat artikel dan hasil penelitian para akademisi, praktisi dan masyarakat yang menaruh minat terhadap permasalahan pendidikan. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September)
Penanggung Jawab
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Pemimpin Redaksi Martahadi
Wakil Pemimpin Redaksi Khairul Aswadi
Redaktur Pelaksana Azhari Marlina Zakaria Yenni Agustina
Mitra Bestari
Sanusi (Universitas Syiah Kuala) Bustamam (Universitas Syiah Kuala) Abubakar (Universitas Serambi Mekkah)
Murtala (Universitas Malikussaleh) Anwar (Universitas Serambi Mekkah) Budi Azhari (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)
Tata Usaha Khairul Rizal
Alamat Redaksi:
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Jl. Tgk. Imum Lueng Bata, Bathoh-Banda Aceh 23245 Telp. (0651) 26160, Faks. (0651) 22471 http://jurnal.serambimekkah.ac.id/
e-mail: redaksi.serambiedukasi@gmail.com
Jurnal Serambi Edukasi diterbitkan sejak September 2013 oleh Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh.
Redaksi menerima sumbangan naskah ilmiah populer yang belum pernah dimuat dalam media lain. Naskah diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan diketik spasi ganda dengan panjang naskah 10-20 halaman, dengan format seperti tercantum pada panduan penulisan.
SALAM REDAKSI
Jurnal Serambi Edukasi Volume 3 Nomor 2 September 2015 di penghujung tahun ini hadir dengan lima artikel. Kelima karya tersebut merupakan sumbangan tulisan dari para dosen, guru dan mahasiswa.
Penelitian pertama ditulis oleh Nana Suraiya
mengenai Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar. Hasil penelitian ini menunjukan kesiapan sekolah MAN Darussalam Aceh Besar dalam pengimplementasian manajemen berbasis sekolah dilihat dari ke empat komponen, hal ini dapat dilihat dari telah di
implementasikannya manajemen berbasis
sekolah oleh kepala sekolah MAN Darussalam Aceh Besar, dilihat dari penerapan kurikulum, waka kurikulum dan sekolah telah penerapan kurikulum 2013. Dilihat dari manajemen peserta didik, semakin meningkatnya jumlah calon siswa yang mendaftar untuk menjadi siswa MAN Darussalam Aceh Besar dan meningkatnya nilai siswa setiap tahunnya. Dan dilihat dari manajemen sarana dan prasarana
adanya saran sebagai pendukung guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Tulisan kedua ditulis oleh Nurasmah
mengenai isu Karakteristik Perilaku
Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi Pendidikan. Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain, karena itu intinya adalah hubungan antar manusia. Gaya kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai efektivitas kerja. Jika seorang pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, maka para anggota organisasi pun akan dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi.
Tulisan ketiga ditulis oleh Maimun mengenai Pembangunan Moralitas Bangsa Indonesia di Era Global. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh suatu bangsa di era global dalam upaya membangun moralitas bangsa, baik
tantangan yang terdapat dalam internal
maupun eksternal. Tantangan internal berupa
prinsip-prinsip lokal yang hidup dan
berkembang dalam suatu masyarakat yang
berbeda dengan prinsip-prinsip yang
ditawarkan oleh globalisasi, sedangkan
tantangan dari segi eskternal yaitu adanya pola komunikasi dan arus informasi yang terlalu cepat berkembang serta tuntutan akan daya saing yang kuat, sehingga menyebabkan lunturnya nilai-nilai lokal dan bahkan nasional yang seyogiayanya sebagai karakter atau ciri khas dari suatu bangsa.
Masih terkait dengan kajian di atas, tulisan
keempat ditulis oleh Siraj tentang
Kompetensi Profesional Guru dalam Mengintegrasikan Pendidikan Karakter di Sekolah. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pendidikan karakter yang dilaksanakan adalah dalam rangka transformasi dan pembudayaan nilai-nilai moral dasar. Tiga pilar utama yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter seseorang, yaitu pendidikan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan
masyarakat. Pendidikan karakter lebih
menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham
(kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
Terkait dengan Penerapan Model Tari
Pendidikan dalam Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD Negeri 54 Banda Aceh, diulas dalam tulisan kelima oleh Putry Julia. Hasil penelitian dengan
menggunakan tari pendidikan pada
pembelajaran tari menunjukkan, bahwa
keterampilan siswa sangat baik secara
keseluruhan setelah diterapkannya model tari pendidikan, yang dilihat dari unsur ekspresif dan kreatif siswa. Pada unsur ekspresif siswa terlihat hasil yang sangat baik dengan indikator intuisi gerak yang menunjukkan hasil dengan persentase 75%, dan indikator kealamiahan ekspresi dengan persentase 66,10%.diperoleh hasil 75% dan kealamiahan ekspresi 66,10%. Sedangkan pada unsur kreatif, dapat dilihat hasil yang baik pada indikator spontanitas
pengembangan respon gerak mencapai 82,1%, dan kemampuan memadukan gerak dengan persentase 82,1%. Berdasarkan hasil yang didapat selama penelitian pada pembelajaran
tari dengan menggunakan mode tari
pendidikan, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model tari pendidikan sangat baik bagi pembelajaran tari sehingga tujuan dari pembelajaran tari tercapai.
Demikian ulasan singkat redaksi pada edisi September 2015 ini. Semoga hasil kajian yang dimuat di edisi penghujung tahun ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.
DAFTAR ISI
SALAM REDAKSI i DAFTAR ISI iii
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar
Nana Suraiya 1-14
Karakteristik Perilaku Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi Pendidikan
Nurasmah 15-22
Pembangunan Moralitas Bangsa Indonesia di Era Global
Maimun 23-28
Kompetensi Profesional Guru dalam Mengintegrasikan Pendidikan Karakter di Sekolah
Siraj 29-34
Penerapan Model Tari Pendidikan dalam Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD Negeri 54 Banda Aceh
Putry Julia 35-43
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI MAN DARUSSALAM ACEH BESAR
Nana Suraiya
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Syiah Kuala e-mail: nana_suraiya@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini mengangkat masalah kesiapan sekolah dalam penerapan manajemen bebasis sekolah pada empat komponennya yaitu manajemen berbasis kurikulum, manajemen peserta didik, manajemen tenaga kerja, dan manajemen sarana dan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan kepala sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, kesiapan sekolah dalam menerima perubahan kurikulum yang ada, pelayanan terhadap calon siswa dan juga siswa, kesiapan guru dalam proses belajar mengajar dan saran yang ada disekolah MAN Darussalam Aceh Besar dan kendala dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar. Data penelitian diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru dan waka saran dan prasarana sekolah MAN Darussalam Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan kesiapan sekolah MAN Darussalam Aceh Besar dalam pengimplementasian manajemen berbasis sekolah dilihat dari ke empat komponen, hal ini dapat dilihat dari telah di implementasikannya manajemen berbasis sekolah oleh kepala sekolah MAN Darussalam Aceh Besar, dilihat dari penerapan kurikulum, waka kurikulum dan sekolah telah penerapan kurikulum 2013. Dilihat dari manajemen peserta didik, semakin meningkatnya jumlah calon siswa yang mendaftar untuk menjadi siswa MAN Darussalam Aceh Besar dan meningkatnya nilai siswa setiap tahunnya. Dan dilihat dari manajemen sarana dan prasarana adanya saran sebagai pendukung guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Kata Kunci: Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
PENDAHULUAN
Penelitian ini berkenaan mengenai
implementasi manajemen berbasis sekolah di MAN Darussalama Aceh Besar. Pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik secara individu maupun secara kolektif, sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Namun faktanya pada saat ini pendidikan di Indonesia belum biasa sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu di tandai dengan semakin rendahnya tingkat kelulusan, penyelesain
masalah pendidikan yang tidak tuntas.
Akibatnya seringkali hasil pendidikan
mengecewakan masyarakat. Otonomisasi
sektor pendidikan kemudian di dorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru
memiliki tanggung jawab besar dalam
peningkatkan kualiatas pada proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya hasil belajar
siswa menjadi tangung jawab guru dan kepala sekolah karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana, prasarana, ketenagaan maupun
berbagai program pembelajaran yang
direncanakan sekolah.
Dalam hal inilah MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) tampil sebagai alternatif baru
paradigma manajemen pendidikan yang
ditawarkan. Untuk menimbulkan harapan baru terhadap pendidikan di Indonesia. MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka peningkatan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan,
agar dapat mengakomodasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Menurut Miarso (2004:728), Manajemen
wewenang pada lapis sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan
pemanfaatan sumber-sumber berdasarkan
aturan akuntabilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut.
Dalam manajemen berbasis sekolah,
kompenen-kompenen dasar yang harus
diperhatikan adalah tenaga kerja baik itu kepala sekolah, guru-guru dan staf yang bekerja disekolah tersebut, peserta didik,
kurikulum dan sarana sekolah. Karen
komponen inilah yang menjadi kompen utama dalam menjalankan aktivitas disekolah.
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah secara efektif dan efisien menuntu seorang kepala sekolah yang memiliki pandangan luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh kembangkan
dengan meningkatkan sikap kepedulian,
semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsi sebagai manjer sekolah dalam meningkatkan
proses pembelajaran, dengan melakukan
supervise kelas, membina, dan memberikan sarana-sarana positif kepada guru. Disamping itu kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari sekolah lain.
Implementasi manajemen barbasis sekolah juga menuntut guru untuk berkreasi dalam meningkatkan manajemen sekolah. Guru adalah teladan dan penutan langsung peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban baik manajemen maupun persiapan isi materi pelajaran. Guru
juga harus mengorganisasikan kelasnya
dengan baik mulai jadwal pelajaran,
pembagian tugas peserta didik, kebersihan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk
peserta didik dan penempatan media
pembelajaran pada temptanya.
Implementasi manajemen berbasis sekolah yang efektif dan efesien tidak hanya dapat menjadikan peserta didik menguasai materi
ajar yang disampaikan dalam proses
pembelajaran, tetapi juga dapat membentuk karkter baik dari seorang peserta didik. Dalam proses pembelajaran disekolah peserta didik merupakan sasaran utama. Peserta didik adalah
kompenen utama dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik tidak akan terjadi proses belajar mengajar. Guru hanya berusaha
memenuhi kebutuhan peserta didik,
selanjutnya peserta didik itulah yang belajar, oleh karena itulah peserta didik yang memerlukan bimbingan. Tanpa adanya peserta didik maka guru tidak dapat mengajar. Untuk itulah kompenen peserta didik yang terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar (Hamalik, 2001:99).
Dalam penerapan manajemen berbasis sekolah kurikulum merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan, tentang bagaimana
kesiapan pihak sekolah dalam menerima dan mensosialisasikan kurikulum yang sifatnya
berubah-ubah sesuai ketentuan dinas
pendidikan pusat. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) kepada siswa.
Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikulum disusun
tersebut, sekolah/lembaga pendidikan
menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu sebabnya kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan berabagai ragam kegiatan belajar (Hamalik, 2001:64).
Komponen lain yang sangat penting dalam implementasi manajemen berbasisi sekolah adalah sarana dan prasarna. Meskipun sifatnya hanya sebagai pendukung proses belajar mengajar tetapi sarana dan prasarana sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Oleh karena, itu tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai,
dapat dikatakan akan mempengaruhi
pencapaian tujuan program yang telah
ditetapkan secara utuk (Mahidin, 2008:37).
yang mulia. Dalam hal ini MAN Darussalam adalah salah satu sekolah yang ada di Aceh besar yang selalu berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik terhadap peserta didik maupun masyarakat. Meskipun dalam aktivitas disekolah masih banyak masalah yang harus segera disikapi dan dibenahi. Misalnya, kurang disiplinnya peserta didik, kurang disiplinnya guru, kurang kreatifnya guru dalam prosem belajar dan mengajar, kurangnya pengetahuan guru dalam
menggunkan tekhnologi sebagai alat
pendukung proses belajar mengajar,
kurangnnya minat belajar peserta didik, dan lain-lain.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar. Apa saja kendala dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah di MAN
Darussalam Aceh Besaar.
Menurut Mulyasa (2004:13) manajemen
berbasisi sekolah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisispasi langsung kepada kelompok-kelompok yang bersangkutan.
Dikembangkan dan diimplementasikannya
manajemen berbasis sekolah bukanlah tanpa adanya tujan. Adapun tujuan dari manajemen berbasis sekolah menurut Yusuf Hadi Miarso (2009) antara lain (1) Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber. (2) Meningkatkan efektivitas sekolah melalui berbaikan mutu belajar. (3) Lebih respon terhadap kebutuhan dan kondisi peserta didik. (4) Menambahkan kesempatan bagi siapa saja yang untuk mengikuti pendidikan. (5) Memberikan kesempatan kepada masyarakat termasuk
keluarga untuk berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Prinsisp umum yang menjadi pedoman
pelaksanaan model Manajemen Berbasis
Sekolah sebagaimana dikemukakan Sagala (2009:89) adalah: (1) Memiliki visi, misi dan strategi kearah pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu peserta didik dan strategi
kearah pencapaian mutu pendidikan,
khususnya mutu peserta didik sesuai dengan jenjang masing-masing. (2) Berpijak kepada
power sharing (berbagai kewenangan,
pengelolaan pendidikan sepatutnya
berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan menerima berbagai kekuasaan/kewenangan sesuai fungsi dan
peran masing-masing. (3) Adanya
profesionalisme disemua bidang dan pada
berbagai komponen baik para praktisi
pendidikan, pengelola, dan manejer pendidikan lainnya termaksud profesionalisme Dewan Pendidikan di kabupaten/kota maupun Komite Sekolah disuatu pendidikan. (4) Meningkatkan partisipasi mayarakat yang termasuk orang tua peserta didik. (5) Komite sekolah sebagai konstitusi dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah. (6) Adanya transparansi dan akuntabilitai manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilita manajemen maupun dari akuntabilitas finansial.
Pada dasarnya manajemen lokasi dilaksanakan
dengan meletakan semua urursan
penyelenggaraan pendidikan disekolah.
Pengurangan administrasi pusat adalah
konsekuensi dari yang pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang dan urusan pada sekolah.
Salah satu cara untuk mengembangkan manajemen berbasis sekolah adalah dengan
menggunakan pendekatan sistem, yang
memberikan gambaran menyeluruh terhadap semua komponen serta lingkungan yang
mempengaruhi sistem sekolah yang
bersangkutan. Sistem sekolah secara
menyeluruh meliputi:
1. Manajemen peserta didik.
Peserta didik merupakan konsumen utama setiap program pendidikan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (UUSPN No. 20 Pasal 5 Ayat1), “setiap waraga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu penerimaan siswa baru harusnya tidak dibatasi pada kriteria keunggulan atau jenis kelamin atau suku
tertentu., melainkan diterima dengan
kriteria yang berlaku secara umum atau yang disepakati bersama dengan komite sekolah.
2. Manjemen Kurikulum
mengacu pada kurikulum 2013. Hal ini tidak harus berarti bahwa seluruh materi pelajaran yang ditentukan dalam kurikulum tersebut harus diliputi atau diajarkan. Yang lebih penting adalah bahwa siswa mampu menguasai kemampuan dasar dari tiap mata pelajaran, yang mengarah kepada kualifikasi akademik.
3. Manajemen tenaga
Pengembangan kapabiliats dan kompetensi tenaga merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam setiap usaha pembaruan, meskipun disadari bahwa tenaga yang kapabel dan kompeten saja tidak akan cukup untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Keseluruhan organisasi perlu dikembangkan secara serentak. Tenaga yang perlu dikembangkan meliputi guru dan tenaga kependidikan lainnya, baik yang bertugas didalam sekolah dan berinterasi langsung dengan sisiwa seperti guru, pustakawan dan konselor, maupun mereka yang bertugas diluar sekolah dan tidak berinteraksi langsung dengan siswa seperti supervesior/pengawas, kapal skolah, orang tua siswa, pengurus yayasan, dan pengelola program pendidikan di daerah (Provinsi, kabupaten, dan kota) dan dipusat, para pengelola ini berperan dalam memfasilitasi dan membina pengembangan persekolahan secara keseluruhan.
4. Manajemen Sarana
Sarana yang dikembangkan di sekolah meliputi ruang kelas, dengan perabotnya, laboratorium (matematik, kimia, fisika, biologi, bahasa dan komputer) dan
kelengkapannya, perpustakaan dengan
koleksi buku serta bahan belajar lainnya, ruang keterampilan dengan peralatannya, ruang perkantoran, ruang serbaguna, dan
sarana pengunjung lainnya, seperti
mushalah, kamar kecil, dan lain-lain.
Semua sarana ini harus dapat
didayagunakan secara optimal, dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi program pembelajaran. Sarana ini harus diusahakan sebagai tempat yg menyenangkan dan menarik untuk belajar.
Mengingat bahwa pengadaan sarana
tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka pengadaan sarana tersebut
perlu diusahakan untuk memperoleh
bantuan dari msyarakat dan atau dengan menggunakan sarana yang telah ada dalam lingkungan seperti misalnya lapangan olahraga.
5. Manajemen Uang
Pendidikan yang berkualitas biasnya
memerlukan uang yang tidak sedikit, baik untuk keperluan investasi maupun untuk
keperluan oprsional. Sementara itu
anggaran yang tersedia sangat terbatas. UUD memang telah menentukan bahwa pemerintah harus manyediakan anggaran sebesar 20% dari APBN, namun pada kenyataannya hak itu belum terlaksana. Oleh karena itu pemimpin sekolah harus pandai-pandai mengelola keuangan dengan prinsip entrepreneur. Pemimpin sekolah harus mampu mengusahakan biaya dan
menggali dana dari sumber dengan
berbagai cara. Sumber dana termasuk orang tua siswa, alumni, lembaga sekolah , pemerintah daerah, dunia usaha dan industri.
6. Manajemen Proses pembelajaran
Proses pembelajaran harus berfokus kepada para siswa, yaitu agar dimungkinkan berkembangnya potensi setiap siswa secara optimal sesuai dengan kondisi objektif dan karakteristik mereka. Proses itu harus memungkinkan terjadinya perubahan yang positif secara menyeluruh, meliputi aspek nilai dan sikap, aspek inteligensi dan aspek motorik. Perubahan ini antara lain perlu dilakukan dengan pendekatan belajar aktif, belajar kolaboratif, dan belajar tuntas.
Meskipun diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan indikator nilai ujian yang lebih baik dan lulus saringan SPBM yang lebih banyak, namun sangat
tidak dibenarkan bahwa proses
pembelajaran ditekankan pada keterampilan siswa dalam menjawab atau mengerjakan soal ujian. Proses dengan pendekatan berbasis kompetensi dengan penguassaan
perlu dijadikan pedoman dalam
pembelajaran.
7. Manajemen Hasil
Hasil pendidikan adalah wujud kerja
sekolah. Kinerja sekolah merupakan
atas kinerja sekolah, meliputi mutu lulusan yang dihasilkan, produktifitas prosesnya,
efektivitas dan efesiensi programnya,
temuan atau pembaruan yang
dikembangkannya, semangat kerjanya, dan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Mutu lulusan yang dihasilkan tidak hanya diukur dari hasil tes kemampuan akademik saja sepaerti UAS dan UAN, melainkan prestasi dibidang lain pula. Misalnya dalam
kegiatan ilmiah, olahraga, kesenian,
keagamaan, keterampilan, dan kegiatan sosial.
8. Manajemen Konteks/lingkungan
Lembaga pendidikan termasuk sekolah, dapat dipandang sebagai organisme yang berinteraksi dengan lingkungan nirfisik, lingkungan masyarakat, dan lingkungan fisik dan lingkungan organisasi atau kelembagaan.
Lingkungan fisik seperti lokasi dan kondisi geografis perlu dikenalkan dengan baik dan dimanfaatkan sebagai masukan untuk menyusun program pendidikan dan untuk
mendukung proses penyelanggaran
pendidikan. Lingkungan nirfisik adalah lingkungn yang ada tapi tidak tampak separti misalnya waktu dan jaringan maya. Lingkungan masyarakar yang terdidiri dari orang-orang atau anggota masyarakat,
organisasi masyarakat, lembaga
keagamaan, kebudayaan, dan adat istiadat merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh dan sekaligus berpotensi untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan.
9. Manajemen Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah hasil pendidikan jangka panjang, baik bagi
individu yang bersangkutan maupun
masyarakat luas. Manajemen dampak ini bukan hanya semata-mata tanggung jawab sekolah, namun sekolah mempunyai peran yang sangat penting Karen menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan dirinya dan berkarya. Indikator umum dalam manjemen dampak ini adalah
keberhasilan lulusan sekolah dalam
kehidupannya pada masa depan.
Dalam urusan mengetahui dampak
pendidikan ini sangat penting sekali
peranan alumni. Oleh karena itu
pimpinanan sekolah diharapkan dapat mendukung prakarsa untuk membentuk atau meningkatkan organisasi alumni.
Bilamana sumber daya dana
memungkinkan, akan lebih baik lagi bila
dapat dilakukan studi penulusuran
mengenai lulusan.
10.Manjemen sistem
Manajemen sstem ini meliputi semua kompenen secara keseluruhan. Pembaruan pendidikan banyak tergantung kepada kemampuan manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan pengertian manajemen berbasis sekolah yang telah
dirumuskan di atas tujuan penting
diselenggarakannya manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatnya mutu pendidikan .
Karakteristik bermutu dinyatakan dengan
diperhatikan dan diusahakannya
pengembangan indikator kualitas
sekomperhensif mungkin, meliputi:
1. Konteks pendidikan atau lingkungan
dimana sekolah tersebut beralokasi.
2. Masukan yang terdiri atas rencana,
sumber daya manusia, fasilitas belajar dan sarana.
3. Proses pengelolahan organisasi, belajar-pembelajaran, dan penilaian.
4. Hasil yang berupa pencapaian
akademik, peningkatan keterampilan serta perubahan sikap dan prilaku.
5. Dampak yang meliputi keberhasilan
studi lanjut, kesiapan kerja, perolehan pendapatan, dan meningkatnya citra sekolah sebagai komponen integral sistem pendidikan nasional.
(Miarso, 2004: 727).
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan kualitatif. Penelitian deskritif
adalah jenis penelitian yang berusaha
menggambarkan dan meninterprestasi objek dengan apa adanya (Supardi, 2003:157). Dalam penelitian ini penulis mencari dan memberikan gambaran umum mengenai hasil penelitian yang didapat dari lapangan dan
menghubungkannya dengan teori atau
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah kepala sekolah MAN Darussalam dan bagian kurikulum, sedangkan yang menjadi
Objeknya adalahkomponen-komponen
manajemen berbasis sekolah yang telah dibatasi yaitu, manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen tenaga
kerja dan manajemen sarana. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) penelitian pustaka
(library research), dengan mempelajari buku-buku dan bahan lainnya yang relevan dengan pokok pembahasan dan akan dijadikan landasan teori. (2) penelitian lapangan (field research) yaitu melakukan penelitian guna
mendapatkan data-data primer yang
berhubungan dengan penelitian yang
dilakuakan. (3) observasi merupakan teknik interaktif dari “keikutsertaan” penelti dalam tingkatan tertentu dalam situasi yang alamiah dalam berbagai kegiatan dimana penelitian
dilakukan dalam waktu tertentu. (4)
dokumentasi merupakan tknik pengumpulan data dengan cara mencari menganai berbagai variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prestasi, notulen, rapat, legger, agenda dan sebaginya. (5) wawancara merupakan teknik yang dipakai sebagai sarana untuk
mengumpulkan data percakapan dengan
sebuah tujuan, penelitian ini menggunakan dua teknik wawancara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Teknik analisis data yang digunakan adalah anilisis non statistika, dimana peneliti langsung kelapangan mulai dari pengumpulan data hingga penafsiran terhadap data tersebut. Data
yang dikumpulkan dilapangan melalui
pengamatan langsung (observasi) dan
wawancara dengan responden, yang kemudian dapat diambil kesimpulannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum MAN Darussalam Aceh Besar
Lokasi penelitian ini berada pada MAN Darussalam, Tungkob, kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang beralamat di Jln. Tengku Glee Imuem Tungkob Darussalam, Kabupaten Aceh Besar. Sekolah ini didirikan pada tahun 1995 dengan luas tanah keseluruhan sekitar 14.983 m2 serta luas bangunan sekolah yaitu 2.587 m2. Sekolah Madrasah Aliyah Negeri
Darussalam ini memiliki gedung sendiri dengan bangunan yang sudah permanen. Masing-masing ruang yang dijadikan sebagai tempat kegiatan belajar-mengajar berukuran 9m x 8m. Adapun batasan-batasan MAN Darussalam berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan yaitu sebelah kanan berbatasan dengan sekolah MTsN Darussalam, sebelah kiri berbatasan dengan pertokoan, belakang berbatasan dengan sekolah MIN Darussalam, dan bagian depan berbatasan dengan rumah penduduk.
Siswa dan siswi MAN Darussalam berjumlah 441 orang Siswa dan siswi MAN Darussalam berjumlah 441 orang. Sedangkan guru, tenaga kerja dan pegawai administrasi di MAN Darussalam berjumlah 48 orang, yang terdiri dari 33 orang guru PNS, 9 orang guru honorer dan 6 orang pegawai tatausaha. Sebelum menganalisis data hasil penelitian, terlebih dahulu peneliti menjelasskan secara umum hasil penelitian ini. Data yang diperoleh dari hasil wawancar dengan kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka saran dan prasarana dan guru MAN Darussalam Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa semua yang bersifat manajemen dimanapun pasti diperlukan terlebih disekolah, dalam konteks manajemen berbasis sekolah
sebagai terobosan baru dalam dunia
pendidikan yang tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang lebih maksimal saya kira sekolah harus menerapkan, terkhusus disini
sekolah MAN Darussalam yang telah
menerapkan manajemen berbasis sekolah dan juga mengembangkannya. Dimana pada proses manajemennya melihat perkembangan siswa
terlebih dahulu, agar manajemen yang
terapkan ini menyentuh langsung kesiswa, artinya kalau dari guru dapat dilihat apakah
RPP yang dibuat sudah ada nilai
pengembangan karakter siswa atau belum. Sedangkan untuk siswa, dilihat dari bakat dan minat siswa masing-masing, dengan dua hal itulah yang harus di topang, karena mengingat kembali kepada tuntutan dari kurikulum 2013.
Dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di MAN Darussalam Aceh Besar, ada beberapa
langkah-langkah yang dilakukan kepala
kurikulum, waka kesiswaaan, waka sarana dan prasarana serta waka humas. Selanjutnya memperdayakan ke empat waka tersebut untuk
mengurus masalahnya masing-masing,
misalkan waka kurikulum mengurus masalah kurikulum dan penerapannya, waka kesiswaan mengurus semua yang berkaitan dengan siswa, waka sarana dan prasarana mengurus dan mengatur sarana yang ada disekolah, dan waka humus mengurus dan membangun hubungan sekolah ke masyarakat dalam hal ini wali murid. Tetapi dengan catatan, walaupun setiap permasalahan sudah dibagi kesetiap pengurusnya, para waka harus tetap ada musyawarah atas suatau permasalahan yang akan selesaikan baik itu dengan kepala sekolah, guru, wali murid, dan juga siswanya sendiri, karena di MAN Darussalam memakai azas kekeluargaan.
Dengan membuat struktur kepengurusan
sekolah yang terdiri dari waka kurikulum, waka kesiswaan, waka humas dan waka sarana dan prasarana adalah kebijakan yang sangat baik. Karena dengan melibatkan beberapa guru untuk mengurus berbagai bidang secara langsung akan membagi tanggung jawab kepada guru lainnya. Tentu dengan kebijakan ini hasil yang akan dicapai juga lebih efektif dan efisien. Jadi kepala sekolah tidak lagi perlu susah payah untuk mengatur semuanya karena telah dibagi kebeberapa bidang, hanya perlu pengawasan terhadap masing-masing bidang.
Dalam penerapannya, kepala sekolah haruslah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang transparan, tidak boleh hanya mengetahui dan menjalankan manajemen berbasis sekolah
sendiri, harus ada sosialisasi atau
pemberitahuaan tentang apa-apa kebijakan yang akan dilakukan. Untuk itu kepala sekolah haruslah bersifat transparan kepada semua warga sekolah agar tidak adanya kekeliruan atau kesalah pahaman dalam suatu masalah atau kebijakan.
Dalam hal ini kepala sekolah selalu
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang trnasfaran. karena sikap transfaransi dalam melakukan kebijakan adalah hal yang paling utama agar semuanya bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya dalam masalah keuangan, dalam pembuatan RAPBN sekolah, penyusunananya RAPBN juga dilakukan guru-guru dan pihak koite sekolah. Dengan melihat program-program apa yang
ditawarkan masing-masing bagian, misalkan
bagian kesiswaan menawarkan program
menari, rapai geleng, ekstrakulikuler dalam bidang olah raga, takhsin dan lainnya, sebagai pemimpin selain mendukung juga harus memfasilitasi apa saja kebutuhan dan apa saja
yang diperluan program yang telah
direncanakan tersebut. Memang seorang
pemimpin tidak mengetahui secara umum permasalahan tersebut hanya mereka yang dilapangan lah yang lebih mengerti, tetapi sebagai pemimpin wajib ikut serta mengawasi
program-program yang akan dijalankan
tersebut.
Sekolah harus menyusun RPS secara
konsultatif dan memajangnya secara
transparan. RPS itu sendiri berisikan rencana strategi dan rencana operasional sekolah.
rencana strategi memberi arahan bagi
pengembangan sekolah dalam jangka panjang
(beberapa tahun). Rencana operasinal
menerjemahkan rencana strategi kedalam rencana jangka pendek. Rencana ini bersifat lebih spesifik dan dapat diukur dalam kegiatan dan tingkat penerapan yang dijabarkan. Dalam penyusunan RPS kepala sekolah MAN Darussalam memang tidak membuat RPS
secara komplit, tetapi hanya membuat
profilnya dan juga membuat satuan kerja (SAKER), dimana satuan kerja ini dikelola sendiri oleh pihak sekolah. Satuan kerja dibuat secara partisitatif antar pihak sekolah (kepala sekolah dan guru). Partisipasi dan keterlibatan guru dalam membuat aturan kerja akan memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Guru dituntut lebih aktif dalam membuat satuan kerja.
Dalam penyusunan visi dan misi sekolah, kepala sekolah MAN Darussalam Aceh Besar tidak lagi menyusun visi dan misi sekolah, tetapi hanya menggunakan dan menjalankan visi dan misi yang sudah ada, alasanya karena visi dan misi yang ada sudah sangat bagus, tetapi tetap berprinsip bahwa yang diutamakan adalah membentuk akhlaq yang baik bagi siswa. Pintarnya siswa dapat diperoleh dari rajinnya dia dalam mengikuti pelajaran, akan tetapi untuk pembentukan akhlaq yang bagus itu agak sulit, karena setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, untuk itu di MAN
Darussalah sangat mengutamakan
pembentukan akhlaq yang baik bagi siswa.
Disetiap sekolah wajib dilakukannya
berjalan sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini kepala sekolah sangat bertanggung jawab,
oleh karena itu kepala sekolah harus
melakukan pengawasan setiap saat agar aktivitas sekolah tetap berjalan kondusif sesuai
yang ditentukan. Selain memberikan
pengawasan, kepala sekolah juga wajib memberikan bimbingan kepada guru dan
tenaga kependidikan serta administrator.
Dalam hal pengawasan kepala sekolah MAN Darussalam Aceh Besar bersama supervisi
melakukan langkah-langkah antar lain:
melaksanakan program supervise supervisi kelas dan kegiatan ekstrakulikuler. Artinya kepala sekolah bersama supervisi selalu
mengawasi siswa dengan cara melihat
langsung ke kelas masing-masing, apakah siswa masih ikut dalam proses belajar mengajar atau siswa malah sudah bermain-main diluar. Pengawasan juga dilakukan terhadap guru-guru, apakah guru-guru sudah ada di dalam kelas ketika jam pelajaranya sudah dimulai atau masih duduk didalam ruang guru. Dengan program ini dapat dilihat kemampuan guru dalam mengajar dan proses belajar-mengajar disekolah seperti apa.
Melakukan pengawasan siswa langsung ke kelas-kelas merupakan sistem pengawasan yang sangat baik. Jadi kepala sekolah dapat mengetahui secara langsung keadaan dikelas tidak hanya menerima laporan saja. Dan sistem ini juga biasa menimbulkan sikap keakraban antar kepala sekolah dan siswa.
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah secara wajar. Norma-norma
pengawasan ini juga sudah disosialisasikan terlebih dahulu kepada guru, staf kependidikan dan juga siswa agar dapat dilaksanakan.
Adanya kontak langsung dari guru kesiswa pada proses pembelajaran mengakibatkan kualitas seorang guru sangat mempengaruhi siswa. Guru yang memiliki kemampuan standar akan sulit dalam meningkatkan
program pembelajaran, dampaknya pasti
kesiswa yang pada proses pembelajaran adalah sebagai sasaran utama. Untuk itu kepala
sekolah harus membantu guru-guru
meningkatkan kualitas diri dan membantu
guru-guru dalam meningkatkan program
pembelajaran. Dalam hal ini kepala sekolah
MAN Darussalam Aceh Besar selalu
membantu guru dalam pengembangan kualitas
dirinya, selain memberikan bantuan berupa motivasi, kepala sekolah juga mengusahakan
setiap guru untuk mengikuti pelatihan
kependidikan, baik yang dibuat oleh dinas
maupun yang dibuat oleh
universitas-universitas contohnya: seperti mengikuti
workshop, seminar pendidikan dan lain-lain yang menyangkut pelatihan pendidikan. Beliau menyadari bahwasanya ilmu pengetahuan itu sifatnya berkembang terus menerus, jadi beliau mendorong guru-guru untuk berusaha juga mengembangkan diri mereka dalam konten kualitas ilmu pengetahuan dan wawasan. Pihak sekolah juga memberikan kebebasan kepada sitiap guru untuk mengembangkan diri mereka sebisa mungkin.
Penetapan evaluasi merupakan program yang harus dilakukan karena untuk mengetahui hasil selama proses pembelajaran berlangsung,
dengan evaluasi sekolah juga dapat
mengetahui apa-apa saja kekurangan yang
dimiliki sekolah saat kegiatan sekolah
berlangsung, dan dengan harapan kedepannya kita bisa menutupi kekurangan tersebut atau menjadikannya bahan koreksi.. Hasil dari evaluasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melakukan kegiatan sekolah kedepannya. Dengan melakukan evaluasi sekolah juga dapat memonitoring segala sesuatu yang terjadi
selama kegiatan berlangsung. Untuk
mengetahui hal ini maka dapat dilihat dari hasil wawancara dengan kepala sekolah MAN Darusslam Aceh Besar. Menurut kepala
sekolah MAN Darussalam evaluasi itu
cendrung kepenilaian, jadi untuk melihat penilaian disekolah MAN Darussalam, pihak sekolah mengadakan ujian yang berpijak
kepada kalender pendidikan. Walaupun
terkadang pelaksanaan evaluasi ini tidak sesuai atau sejalan dengan kalender pendidikan karena pihak sekolah melihat situasi dan kondisi yang ada disekolah. Di sekolah MAN Darussalam Aceh Besar mengadakan evaluasi berupa ujian harian, ujian tengah semester dan ujian semester. Dimana ujian harian dilakukan guru guna mengevaluasi pelajaran pada hari itu, ujian tengah semester dilakukan untuk mengevaluasi pelajaran selama tiga bulan
kebelakang, dan ujian semester untuk
mengevaluasi pelajaran selam enam bulan
kebelakang. Selain melakukan evaluasi
pembelajaran, sekolah juga melakukan
evaluasi keuangan dilakukan pada bulan 12 akhir dimana akan tutub buku. Cara evaluasi
anggaran dilakukan dengan memanggil
bendahara untuk menjelaskan setiap rincian pengeluaran yang dilakukan selama setahun ini, dan jika anggaran yang ditetapkan itu lebih maka akan dikembalikan kenegara.
Peraturan sangatlah penting dibuat, bukan hanya untuk disekolah bahkan organisasi sekecil apapun perlu adanya aturan, aturan juga bukan hanya sekedar dibuat atau hanya sekedar pajangan saja, tetapi peraturan juga wajib diindahkan, dalam artian tidak dilanggar. Berbicara masalah peraturan, kepala sekolah MAN Darussalam mengakui memang masih banyak yang melanggar peraturan sekolah. Apalagi di sekolah MAN Darussalam ini yang dihadapi adalah siswa yang sedang mencari jati diri dan dengan ego yang sangat tinggi. Tetapi dengan usaha semaksimal mungkin, siswa siswa akan patuh terhadap peraturan. Contohnya seperti memberikan kebijakan terhadap warga sekolah yang membuang sampah sembarangan dikenakan denda Rp 500, tetapi memang cukup sulit karena masih banyak juga siswa yang masih membuang
sampah sembarangan walaupun telah
disediakan beberapa tong sampah di
lingkungan sekolah ini. Untuk itu perlu sikap sabar dalam kebijakan ini dan juga diperlukan pengawasan yang lebih baik lagi. Tetapi secara umum mereka semua patuh, karena yang disekolah sangat dituntut dua hal yaitu siswa harus rajin dan patuh karen itu merupakan kata kunci untuk mencapai keberhasilan. Tidak hanya siswa, sebagian guru juga masih ada yang melanggar peraturan, seperti tingkat kedisiplinan maupun lainnya.
Untuk mengetahui penerapan kurikulum di sekolah MAN Darussalam Aceh besar dapat dilihat dari hasil wawancara dengan waka
kurikulum MAN Darussalam Aceh
besar.Wawancara dengan waka kurikulum MAN Darussalam Aceh Besar ibu Zuhra S.Pd.
Dalam penerapannya, sekolah MAN
Darussalam baru saja menerapkan kurikulum 2013 tepatnya pada tahun ajaran 2014-2015. Dimana dalam penerapannya pihak sekolah tidak mau terlalu terburu-buru, karena dilihat bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dari kurikulum 2013 dan pemerintah sendiri belum ada kejelasan untuk meresmikan kurikulum 2013. Seharusnya kurikulum 2013 ini jangan terlalu cepat di terapakan, lebih baik
disempurnakan terlebih dahulu baru
disosialisasikan kesekolah-sekolah untuk
penerapannya, agar pihak sekolah tidak merasa kebingungan menerapkan kurikulum 2013. Faktanya sekarang banyak pihak sekolah kebingungan dalam mengganti kurikulum KTSP dangan kurikulum 2013, karena pihak sekolah juga masih banyak yang belum memahami konsep dan tujuan dari kurikulum 2013 itu sendiri.
Dalam praktek pendidikan, guru adalah pemeran utama yang selalu dijadikan ujung tombak untuk mewujudkan tujuan pendidikan, karena guru lah yang melakukan kontak langsung terhadap siswa dalam kegiatan pendidikan. Atas dasar inilah apapun kebijakan yang dilakukan haruslah melihat kembali kepada tanggapan guru, sebagai evaluasi kembali terhadap kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan. Contohnya dalam penerapan kurikulum 2013, guru adalah pemeran utama dalam pembentukan karakter siswa yang menjadi acuan dalam kurikulum 2013.
Pendapat guru-guru di sekolah MAN
Darussalam masing-masing berbeda, ada yang
mengatakan tidak ada masalah dengan
kurikulum 2013 karena tidak jauh berbeda dengan KTSP. Ada juga sebagian guru sangat kewalahan untuk memakai kurikulum 2013, terutam dalam penyusunan RPP yang masih banyak guru beranggapan tidak sesuai dengan ketentuan di kurikulum 2013. Tetapi menurut wak kurikulun MAN Darussalam, di dalam ketentuan kurikulum 2013 ini sedikit sulit atau rumit adalah saat pengisian raport siswa karena terlalu rinci, secara umum memang sama, tetapi mungkin redaksi bahasanya saja yang berbeda. Ini yang membuat guru-guru sedikit kebingungan dala pengisisan raport siswa. Tapi pada dasarnya mau atau tidak guru harus tetap mengikuti ketentuan kurikulum 2013 dan bisa atau tidak guru harus mengikuti ketentuan kurikulum 2013. Dan didalam kurikulum 2013
ini yang sangat sulit adalah pada
Berbicara masalah kesiapan sekolah dalam perubahan kurikulum yang sering terjadi kita rasa tidak hanya MAN Darusslam saja yang belum siapa, tetapi masih banyak sekolah-sekolah lain yang belum siap juga untuk
menerapkan kurikulum 2013. Karena
kurikulum 2013 sendiri masih diperdebatkan kesempurnaannya. Tetapi apapun yang terjadi,
siap atau tidak sekolah harus tetap
menerapkannya. Jadi pada khasus sering berubah-ubahnya kurikulum kami selaku guru yang menjadi korban, begitu ketentuan dari pemerintah tentang perubahan kurikulum datang para guru harus memacu diri segera mungkin, belum kelar dengan kurikulum satu sudah ada lagi kurikulum yang baru, itu yang
membuat para guru menjadi kesulitan.
Contohnya dalam khasus KTSP, belum lagi ada dampak dan manfaat yang jelas sudah diganti dengan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 bukanlah hal yang mudah, perlunya pemahaman yang dalam terhadap kurikulum itu sendiri baik dari segi
konsepnya maupun fungsinya. Sebelum
diterapkan kurikulum itu sendiri harus
disempurnakan terlebih dahulu agar tidak ada kekeliruan yang akan dialamai pihak sekolah yang mana dapat menjadi kerugian tersendiri.
Dalam hal ini kendala yang paling utama
yang di alami sekolah MAN Darussalam Aceh Besar dalam penerapan kurikulum adalah
prasarana yang kurang memadai untuk
pengembangan karakter. Contohnya pelajaran biologi, sebenarnya dalam pelajaran biologi harus banyak belajar diluar atau dialam bebas, tetapi dengan waktu hanya 2X45 menit itu tidak mungkin dilakukan. Apa lagi dengan sarana pendukung yang kurang memadai, sangat sulit untuk dilakukan. Kendala yang lain juga sumber pelajaran (buku) yang masih menggunakan buku KTSP. Contohnya buku bahasa indonesia dan biologi yang memiliki cover bukur kurikulum 2013 tetapi isi materinya masih menggunakan KTSP.
Peserta didik adalah sasaran utama dalam kegiata sekolah, bagus atau tidaknya sekolah dapat dilihat juga dari kualitas lulusan sekolah tersebut. Untuk itu sekolah dalam menciptakan lulusan yang baik harus memiliki pelayanan dan juga manajemen yang baik juga terhada peserta didik, karena dengan manajemen peserta didik yang baik pula kita dapat mengontrol setiap siswa untuk mengikuti segala kegiatan yang telah ditentukan sekolah
guna menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dalam penerimaan siswa baru, sekolah juga harus membuat manajemen yang baik, dimana sekolah dapat menawarkan sistem baru dalam penerimaan siswa baru sebagai daya tarik siswa untuk mendaftarkan diri disekolah tersebut dan juga sebagai nilai tambah bagi siswa yang akan lulus di sekolah tersebut.
Untuk mengetahui hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan waka kesiswaan MAN Darussalah Aceh Besar Ibu Sri Mulyanur S.Pd.I.
Sistem penerimaan siswa baru diaceh besar di mulai dari:
1. Pendaftaran oleh siswa baru, calon siswa
mengambil formulir pendaftaran
disekolah secara gratis dan mengisi formulir tersebut dan mengembalikannya kembali sesuai jadwal ketentuan dan
melengkapi semua
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
2. Seleksi, sebelum menjadi calon siswa
terlebih dahulu diseleksi oleh sekolah dengan cara memberikan ujian tulis dan ujian wawancara serta memberi ujian kemampuan mengaji kepada calon siswa.
Ada beberapa kriteria khusus dalam
penerimaan siswa baru di MAN Darussalam yaitu salah satunya adalah siswa harus beragama islam, itu hal yang paling utama, karena sekolah ini sifatnya adalah madrasah aliyah yang lebih mengacu kepada ajaran islam. Selanjutnya siswa harus mampu mengaji, walaupun tidak begitu bagus dalam mengaji tetapi minimal dia bisa membaca
alqur’an, karena disekolah ini sangat
memperhatikan masalah pengembangan nilai
agama khususnya membaca alqur’an.
Selanjutnya melihat bakat dan talenta yang
dimiliki setiap calon siswa dengan
memberikan kolom minat dan bakat yang ada di formulir. Dengan harapan memudahkan dalam pengembangan karakter siswa. Apa lagi sekarang sudah menggunakan kurikulum 2013
yang menekankan pada pengembangan
nilainya tidak mencukupi, maka tidak biasa terima. Dalam penerimaan siswa baru sekolah MAN Darussalam tidak pernah membeda-bedakan atau memilih suku tertentu, sebisa mungkin pihak sekolah menerima semua suku yang mendaftar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk memudahkan proses belajar-mengajar sekolah harus membagi kelas terhadap siswa. Pembagian kelas juga biasanya mengikuti aturan yang ditentukan pihak sekolah dan melihat kembali keadaan sekolah tersebut. Tetapi Saat ini pihak sekolah tidak bisa memaksa siswa untuk masuk kekelas sesuai yang ditentukan pihak sekolah. Pihak sekolah harus memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilih kelas sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Karena dengan memberikan kebebasaan kepada siswa untuk memilih kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing sisawa dapat memberikan kemudahan kepada
siswa untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Dalam pembagian kelas untuk siswa
di MAN Darussalam, pihak sekolah
memberikan kebebasan memilih kepada siswa
untuk memilih jurusan sesuai dengan
keinginananya masing-masing yang sudah disediakan didalam formulir pendaftaran. Dimana pilihan terbagi menjadi kelas tiga kelas yaitu; IAG (ilmu agama), IPA (ilmu pengetahuan alam) dan IPS (ilmu pengetahuan sosial). Selanjutnya pihak sekolah memberikan tes kepada siswa berupa ujian agar mengetahui apakah siswa pantas masuk kekelas yang dia inginkan.
Sekolah harus berusaha semaksimal mungkin
dalam menghasilkanm lulusan yang
berkualitas baik ilmu pengetahuannya maupun
karakternya. Sekolah harus menerapkan
manajemen yang sebaik mungkin, memberikan pelayanan sebagus mungkin, menciptakan suasan belajar-mengajar senyaman mungkin. Kenyamanan dalam proses belajar-mengajar juga sangat mempengaruhi hasil ilmu yang didapat siswa. Dengan suasana yang nyaman maka siswa juga lebih mudah menerima pelajaran yang telah diberikan. Kenyamanan proses belajar-mengajar dapat juga dilihat dari jumlah siswa yang ada di kelas. Kelas yang terlalu ramai akan menggangu kenyaman proses belajar mengajar. Untuk pembagian siswa ke setiap kelas, sekolah MAN Darussalam memiliki tiga jurusan yaitu jurusan IAG, IPA dan IPS, di mana jumlah siswa
tergantung dari jurusan masing-masing.
Masing-masing jurusan terbagi menjadi dua kelas, jadi total setiap jurusan dibagi rata ke kelas masing-masing jurusan. Maksimalnya dalam satu kelas ditentukan maksimal hanya 32 orang saja, akan tetapi ada juga yang di bawah 30 orang sesuai dengan jurusan masing-masing.
Dalam proses belajar mengajar berlangsung tentulah perbedaan kemampuan siswa pasti ada. Untuk itu pihak sekolah harus sangat memperhatikan hal ini. Tidak cukup hanya mengandalkan proses belajar mengajar saja, tetapi pihak sekolah harus membuat suatu program yang dapat memberikan bimbingan lebih, guna dapat memberikan tambahan ilmu bagi siswa yang tidak didapat pada saat proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki daya tangkap yang lemah dalam proses belajar mengajar dan memiliki nilai yang kurang bagus, tidaklah harus dibiarkan begitu saja, tetapi harus ada bimbingan lebih yang dilakukan pihak sekolah lewat program-program pendukung kemampuan siswa. Jadi siswa yang memiliki daya tangkap kurang baik dalam proses belajar mengajar dan nilai
pelajarannya kurang bagus, memiliki
kesempatan untuk memperbaikinya.
Untuk memberikan bimbingan terhadap siswa yang kurang bagus nilai pelajarannya sekolah MAN Darussalam Aceh Besar membuat beberapa program diantaranya;
1. Program tahsin al-qur’an, program ini
untuk siswa yang kurang bagus dalam membaca alqur’an, program ini dibuat dengan tujuan agar seluruh siswa MAN Darussalam dapat membaca al-qur’an dengan baik dan benar.
2. Program remedial, pihak sekolaj
memberikan program remedial terhadap siswa yang nilai bidang studinya tidak memenuhi KKM. Program remedial diberikan sepenuhnya kepada guru bidang studi masing-masing. Karena guru-guru bidang studi masing-masinglah yang lebih mengetahuinya.
Guru sebagai penanggung jawab utama perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Karena disadari bahwa penentuan keberhasilan praktek pendidikan disekolah lebih banyak bertumpu pada manajemen guru, sehingga
kesiapan seorang guru haruslah sangat
salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dalam menempatkan kedudukanya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Oleh sebab itu untuk menunjang usahnya seorang guru memerlukan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan yang sering disebut dengan kompetensi guru. Kompetensi guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki guru atau kemampuan yang di isyaratkan untuk memangku profesi guru.
Untuk mengetahui apakah guru di MAN
Darussalam mengalami kesulitan dalam
membuat pokok bahasan, hal ini dapat diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru MAN Darussalam Aceh Besar ibu Dra. Khairina. Dalam membuat pokok bahasan guru MAN Darussalam pada umumnya tidak menemukan kesulitan sama sekali, Karena pokok bahasaan yang akan diajarkan dapat lihat pada standar kompetensi dan kompeteni dasar yang ada dibuku pelajaran. Jadi guru-guru tinggal menguasai materi yang memang telah ditentukan oleh SK dan KD nya saja. Dalam proses belajar mengajar seringkali guru kesulitan dengan membuat pokok bahasan, tetapi dengan hanya melihat SK dan KD saja sudah membantu guru dalam membuat dan
menentukan pokok bahasan yang akan
diajarkan. SK dan KD di buat untuk mempermudah guru pada saat mengajar karena pokok bahasan sudah diatur sedemikan rupa dan sesistimatasi mungkiin. Menganalisa proses belajar pada intinya tertumpu pada
suatu persoalan, yaitu bagaimana guru
memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses pembelajaran atau mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Kompetensi utama sebagai seorang guru harus menguasai materi pembelajaran.
Dalam memberikan materi pembelajaran
kepada siswa, guru harus mengacu kepada indikator dan tujuan pembelajaran. Contohnya dalam pelajaran ekonomi, yang salah satu
indikatornya adalah “siswa mampu
mendefinisikan fungsi-fungsi pajak”, jadi guru harus memberikan materi pelajaran berupa pajak dan fungsinya, yang mana materi itu sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan sesuainya materi pembelajaran
terhadap tujuan pembelajaran pastilah siswa sangat mudah memahami apa-apa yang disampaikan oleh guru. Jadi hubungan intinya adalah semakin tingginya penguasaan materi
pengajaran oleh seorang guru itu, maka semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya tidak ketinggalan zaman.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang
berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga kemampuan
menggunakan teknologi pendukung proses
belajar mengajar, contohnya seperti
penggunaan laptop dan infokus pada saat proses belajar mengajar. Penggunaan teknologi informasi memang sangat penting, begitu pula penggunaan teknologi informasi pada proses pembelajaran. Memang belakangan ini guru-guru dianjurkan untuk setidaknya dapat mamakai teknologi informasi baik itu laptop,
infokus atau lainnya. Agar dapat
mempermudah guru pada saat proses belajar-mengajar. Di MAN Darussalam memang ada sebahagian guru yang sudah menggunkan laptop dan infokus pada saat pembelajaran, tetapi masih banyak juga yang belum
menggunakan. Dengan alas an kurang
memahami teknologi komunikasi.
Penggunan metode saat proses belajar
mengajar memang sangat penting, karena dapat menimbulkan kreatifitas baik dari guru itu sendiri maupun siswa sabagai sasaran proses belajar mengajar. Tetapi pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran tergantung dari materi pelajarnnya masing-masing. Ada materi ajar yang menuntut guru berinovasi dalam metode pembeljaran. Contohnya dalam
pelajaran ekonomi, guru lebih cocok
menerapkan metode diskusi yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mendiskusikan bahan ajaran dan memberi argumen. Ada juga materi ajar yang menuntut guru untuk
memakai metode ceramah, contohnya
pelajaran sejarah, guru hanya bisa menjelaskan tentang materi ajarnya saja karena materi ajar ini memiliki sifat ilmu yang pasti.
Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan sekolah siswa adalah sasaran utama. Semua kegiatan yang dilakukan disekolah bertujuan untuk mengembangkan kualitas siswa baik
karakter yang positif maupun ilmu
ataupun yang dilakukan langsung oleh guru
tentunya dengan harapan mampu
meningkinkan perkembangan siswa baik dari
kognektif, pisikomterik dan afektif.
Meningkatnya nilai baik itu dari segi kognektif, psikomotorik dan afektif siswa itu tergantung dari siswanya masing. Setelah guru selasai memberikan semua pelajaran terhadap siswa tentulah guru mengharapkan siswa mendapatkan nilai yang baik. Memang sebahagian siswa di sekolah MAN Darussalam mengalami peningkatan terhadap nilainya, tetapi ada juga siswa yang tidak mengalami peningkatan terhadap nilainya. Sadar dengan kemampuan dan kreatifitas siswa yang berbeda-beda itu lah guru MAN Darussalam harus berusaha lebih keras lagi dalam meningkatkan nilai siswa yang menjadi salah satu tujuan utama sekolah.
Kendala yang sering dialami guru MAN Darussalam saat mengajar antara lain yaitu:
1. Motivasi, keinginan dam keaktifan siswa yang masih kurang, siswa yang cendrung masih bersikap pasif dalam pembelajaran itu sangat menjadi kendala tersendiri. Tetapi ada juga siswa yang sudah memilik keaktifan yang baik.
2. Karakter yang siswa yang berbeda-beda,
membentuk karakter jadi sangat sulit karena siswa memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda-beda.
3. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan
belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
4. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan
belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
5. Siswa yang sering tidak mengikuti proses
belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang
cukup lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan belajarnya.
Perubahan strategi/metode belajar juga perlu dilakukan, metode pembelajaran sebaiknya sesuai dengan kondisi real siswa. Saat ini, metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat
siswanya berpikir bahwa belajar itu
menyenangkan, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggang waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu.
Dalam keberlangsungan belajar mengajar, tidak hanya bertumpu pada adanya siswa dan guru, tetapi juga pada ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar demi kelancaran proses belajar mengajar. Tanpa adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai maka kegiatan belajar mengajar akan terhambat, karena keberadaan sarana dan prasarana ini dimaksudkan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun sarana dan prasarna pendukung proses belajar di MAN Darussalam Aceh besar yaitu, 1 ruangan kepala sekolah, 1 ruangan guru, 15 kelas, 1
Adapun kendala-kendala yang dialami dalam penerapan manajemen berbasis sekolah di MAN Darussalam adalah masalah keuangan, artinya dalam melaksanakan program-program
sekolah terkendala masalah anggaran.
Misalnya sekolah ingin mengadakan even pengembangan wawasan peserta didik atau
program-program lainnya yang sifatnya
membutuhkan biaya yang besar, pihak sekolah selalu kekurangan dana. Selanjutnya adalah
masalah siswa yang memang belum
memahami konsep manajemen berbasis
sekolah dan tujuan dari manajemen berbasis sekolah itu sendiri.
PENUTUP
Besar dalam pengimplementasian manajemen berbasis sekolah dilihat dari ke empat
komponen, telah di implementasikannya
manajemen berbasis sekolah oleh kepala sekolah MAN Darussalam Aceh Besar, dilihat dari penerapan kurikulum, waka kurikulum dan sekolah telah penerapan kurikulum 2013. Dilihat dari manajemen peserta didik, semakin meningkatnya jumlah calon siswa yang
mendaftar untuk menjadi siswa MAN
Darussalam Aceh Besar, dan meningkatnya nilai siswa setiap tahunny. Dan dilihat dari manajemen sarana dan prasarana adanya saran
sebagai pendukung guna meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Kendala utama yang dialami dalam penerapan
manajemen berbasis sekolah di MAN
Darussalam adalah masalah keuangan, artinya
dalam melaksanakan program-program
sekolah terkendala masalah anggaran.
REFERENSI
Fakhrurazzi,. 2006. Implementasi
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA N I Suka Makmur kab. Aceh Besar
Fatah, Nanang. 2003. Konsep Manjemen
Berbasis Sekolah Dan Dewan Sekolah.
Bandung: pustaka Bani Quraisy.
Hamlik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mahiddin. 2006. Manajemen Pengawasan
Pendidikan. Ciputat : Quantum Teaching (Ciputat press group)
Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Depdiknas.
Mulyasa, Enco. 2004. Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: Rosda.
Rosyada, Dede. 2007. Paradigma Pendidikan
Demokrasi. Jakarta: Prenada Media Group
Supardi. 2003. Metodologi Penelitian.
Yayasan Cerdas Press.
Sujanto, Bejo. 2004. Mensiasati Manajemen
Berbasis Sekolah Di era Kritis Yang Berkepanjangan. Jakarta : ICW
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
KARAKTERISTIK PERILAKU KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN
Nurasmah
Kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe e-mail: nurasmah5678@gmail.com
Abstrak
Karakteristik kepemimpinan yang efektif dalam organisasi penidikan didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif. Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin yang handal. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain, karena itu intinya adalah hubungan antar manusia. Gaya kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai efektivitas kerja. Jika seorang pemimpin mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, maka para anggota organisasi pun akan dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi. Faktor keberhasilan sorang pemimpin dalam memimpin organisasinya tidak hanya dia mampu mengerahkan bawahannya tetapi pemimpin tersebut harus lebih mempunyai sikap bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta mempunyai kecakapan, dengan demikian pemimpin akan berhasil membawa kemajuan untuk organisasinya. Tanpa itu semua pemimpin tidak akan dapat membuat kemajuan untuk organisasinya.
Kata kunci: Perilaku Kepemimpinan, Organisasi Pendidikan.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pada suatu organisasi
kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk
memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Kepemimpinan sangat diperlukan jika
organisasi tersebut ingin sukses dan
berkembang. Terlebih jika ada anggota-anggota organisasi tersebut yang selalu ingin
tahu bagaimana mereka dapat
menyumbangkan pemikiran dan melaksanakan tugasnya dengan baik dalam pencapaian tujuan organisasi.
Anggota organisasi memerlukan kepemim-pinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan organisasi. Ambarita dan Purba (2014:59) mengemukakan bahwa organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu diperlukan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi. Kepemimpinan yang
efektif merupakan kemampuan seseorang
pemimpin untuk mempengaruhi atau
memotivasi anggota organisasi untuk bisa bekerja dengan baik dan benar, sehingga tujuan bisa dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Pemimpin merupakan sosok seseorang yang bijaksana, berani mengambil keputusan dan berwibawa sehingga bisa memimpin untuk
mencapai tujuan bersama dalam suatu
organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka kegiatan
kepemimpinan itu telah dimulai. Pengaruh dan kekuasaan dari seseorang pemimpin mulai
nampak relevansinya. Oleh karena itu
membicarakan kepemimpinan dapat dimulai dari mana saja. Mulai dari sudut pandangan ilmu perilaku organisasi, oleh karena itu seringkali kepemimpinan dipertautkan dengan manajemen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Davis dan Newstrom (1985:152)