BAB V PEMBAHASAN
A. Variabel Penelitian dan Hasil Penelitian
2. Penerima Jamkesmas di Kecamatan Bongan
Peserta JAMKESMAS adalah Setiap Orang yang baik terdaftar
maupun tidak terdaftar oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
yang segala macam bentuk pelayanan kesehatannya akan dibayarkan oleh
Pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 903/menkes/per/v/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur hal tersebut di dalamnya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
903/menkes/per/v/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat menjelaskan bahwa Terdapat peserta yang terdaftar
dan tidak terdaftar pada sensus BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial). Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu yang
tidak termasuk dalam keputusan Bupati/Walikota maka jaminan
kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda)
setempat. Cara penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah seyogyanya
mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan JAMKESMAS.
Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu sebagai identitas peserta
a. Peserta yang memiliki kartu
Peserta yang memiliki kartu adalah peserta yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan data
PPLS 2011. Berdasarkan dari data yang diperoleh melalui BPS
Kutai Barat bahwa Peserta JAMKESMAS yang ada di
Kecamatan Bongan berjumlah 1.626 jiwa dan Pendataan ini
diambil pada tahun 2011 sedangkan untuk keterangan dari
Puskesmas Muara Kedang bahwa peserta yang benar-benar
menggunakan haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
di Puskesmas ini berjumlah 1.584 jiwa yang pendataannya
diambil dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan
Desember 2012. (Sumber : Data Primer, 2012)
Sedangkan Peserta Jamkesmas di delapan Kampung yang
masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Muara Kedang adalah
sebagai berikut : Kampung Muara Kedang : 447 jiwa,
Kampung Penawai : 302 jiwa, Kampung Tanjung Sari : 134
jiwa, Kampung Jambuk Makmur : 532 jiwa, Kampung Bukit
Harapan : 33 jiwa, Kampung Jambuk : 145 jiwa, Kampung
b. Peserta yang tidak memiliki kartu
Bagi yang tidak terdata harus menunjukkan SKTM,
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dialihkan ke
Jamkesda adalah program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu disuatu
daerah program ini diselenggarakan secara nasional namun
pelaksanaannya hanya bisa dilakukan didaerah yang berlaku
saja.
Yang dapat menjadi peserta Jamkesmas adalah sasaran program
Jamkesmas ialah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh Indonesia
yang tidak mempunyai jaminan kesehatan lainnya.
Hingga tahun 2012, peserta yang dijamin dalam Program Jamkesmas
tersebut meliputi :
a. Masyarakat miskin dan tidak mampu, yang telah ditetapkan oleh
Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota tahun 2008 berdasarkan
kuota kabupaten/kota (BPS) yang dijadikan basis data
(database)nasional.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, serta
masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas (atau kerap
c. Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) (baik yang
sudah atau yang belum mempunyai kartu Jamkesmas).
d. Semua penderita penyakit Thalasemia mayor
e. Semua pasien yang menerima Jaminan Persalinan (Jampersal)
Kepesertaan Jamkesmas memiliki masa berlaku, yaitu bermula
semenjak ditetapkannya penggunaan kartu Jamkesmas (oleh Kementerian
Kesehatan) hingga ditetapkannya penggunaan kartu yang baru, yang
berarti kartu yang lama tidak lagi berlaku.
Tujuan penggunaan kartu adalah untuk mempermudah dan
mempercepat proses administrasi peserta Jamkesmas di tempat pelayanan
kesehatan. Ia berfungsi sebagai tanda bukti kepesertaan. Namun
sesungguhnya data peserta Jamkesmas telah tersusun dalam basis data
yang dapat diakses oleh petugas di tempat pelayanan kesehatan
Gambar 2. Bagan alur kepesertaan Jamkesmas
Akan tetapi, terkadang basis data tidak dapat langsung diakses
karena berbagai kendala teknis (listrik padam, petugas tidak di tempat,
dsb.). Oleh karena itu, ketiadaan kartu sebagai tanda kepesertaan akan
menghambat proses administrasi, dan hal ini dapat merugikan peserta itu
sendiri.
Sedangkan, peserta non-kartu memiliki proses administrasi yang
berbeda dari peserta yang telah terdaftar dalam basis data. Kelompok
peserta ini ditentukan oleh masing-masing instansi yang terkait (misalnya,
Kementerian Sosial/Dinas Sosial untuk anak atau orang terlantar,
Penentuan peserta Jamkesmas adalah data kepesertaan yang
digunakan hingga tahun 2012 mengacu pada data kepesertaan tahun 2008.
Pada periode tersebut, penentuan kepesertaan dilakukan melalui
pendekatan bawah-ke-atas (pendekatan bottom-up). Aparat Pemerintah
Daerah dan jajarannya, beserta masyarakat, melakukan pengumpulan
daftar nama dan alamat keluarga miskin yang menjadi peserta. Daftar
penerima bantuan yang terkumpul akan disusun dalam sebuah Surat
Keputusan Bupati/Walikota. SK Bupati/Walikota tersebut selanjutnya
diserahkan ke PT. Askes. PT Askes bertugas dalam penerbitan dan
pendistribusian kartu Jamkesmas.
Untuk kepesertaan Jamkesmas tahun 2013 menggunakan sumber
data dengan pendekatan lain, yaitu menggunakan BDT (Basis Data
Terpadu).
BDT disusun dari hasil pendataan penerima program perlindungan
sosial oleh BPS pada tahun 2011 (dikenal sebagai PPLS 11). Hasil PPLS
11 kemudian diurutkan menjadi ranking menurut tingkat kesejahteraan
oleh TNP2K menjadi BDT tersebut.
Kementerian Kesehatan telah memutuskan untuk menggunakan
BDT sebagai dasar penentuan peserta Jamkesmas mulai tahun 2013.
Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan akan menerbitkan kartu
baru untuk kepesertaan Jamkesmas mulai 2013. Dengan diterbitkannya
kartu yang baru, maka masa berlaku kartu yang lama akan habis.
PT Askeslah yang bertugas dalam penerbitan dan pendistribusian
kartu Jamkesmas, dan Kementerian Kesehatan menggunakan BDT
sebagai dasar penentuan peserta Jamkesmas, mengacu pada data
kepesertaan tahun 2008 dan juga data BPS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan petugas
kecamatan pendataan yang dilakukan melalui observasi langsung/kasat
mata dan didasarkan pada persepsi pribadi dari petugas pendataan
dilapangan tidak melalui survei langsung kerumah untuk mengklarifikasi
lebih lanjut, karena metode ini dianggap cukup mewakili dan tidak
memakan banyak waktu sehingga dalam melakukan pendataan bisa selesai
lebih cepat. Dan tidak ada musyawarah di tingkat kampung/desa untuk
menentukan rumah tangga penerima Jamkesmas oleh petugas sehingga
informasi yang diterima warga hanya sedikit.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, sebagian besar
masyarakat tidak mengetahui bahwa ada pendataan dari petugas BPS.
Hasil data entri rumah tangga yang diduga miskin menurut petugas
dan BPS Pusat, BPS Pusat mengolah dan menentukan jumlah dan siapa
rumah tangga miskin yang layak, daftar rumah tangga miskin yang akan
menerima kartu Jamkesmas.
Pendataan yang di dasarkan pada observasi langsung/kasat mata dan
persepsi pribadi saja sebenarnya tidak cukup mencerminkan kondisi
perekonomian masyarakat/desa Kecamatan Bongan. Pendataan seringkali
tidak tepat sasaran karena banyak warga yang seharusnya layak untuk
menerima Jamkesmas tetapi malah tidak terdaftar sebagai penerima
Jamkesmas dan warga yang seharusnya tidak berhak menerima
Jamkesmas tetapi malah terdaftar sebagai penerima Jamkesmas.