BAB II................................................................................................................... 10
E. Hipotesis
Ada hubungan positif antara pemaafan dan penerimaan diri pada ODHA.
Semakin tinggi nilai pemaafan, maka semakin tinggi pula penerimaan diri pada
ODHA. Begitupula sebaliknya, jika semakin rendah nilai pemaafan, maka semakin rendah pula penerimaan diri pada ODHA.
29
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel Tergantung : Penerimaan Diri 2. Variabel Bebas : Forgiveness (Pemaafan)
B. Definisi Operasional 1. Penerimaan Diri
Penerimaan diri individu merupakan skor responden yang diperoleh dari hasil mengisi skala penerimaan diri. Skala penerimaan diri yang digunakan pada penelitian ini adalah skala yang mengacu pada aspek penerimaan diri dari Sheerer (Cronbach, 1963). Skala ini terdiri dari 24 aitem, yang meliputi 7 aspek yakni memiliki keyakinan dalam menjalani kehidupan, adanya anggapan berharga pada diri individu yang sederajat dengan orang lain, berani memikul tanggung jawab, dapat menerimana pujian atau kritikan secara objektif, tidak menyalahkan diri sendiri atas keterbatasan yang dimilikinya maupun mengingkari kelebihannya, tidak menganggap dirinya aneh dan tidak merasa ditolak orang lain serta tidak merasa malu akan keadaan dirinya. Tujuan dari skala ini untuk melihat tingkat penerimaan diri yang dimiliki oleh responden penelitian. Semakin tinggi skor yang dimiliki responden penelitian maka semakin tinggi penerimaan diri yang dimiliki,
begitu pula sebaliknya semakin rendah skor responden maka semakin rendah penerimaan diri yang dimiliki oleh responden penelitian.
2. Forgiveness (Pemaafan)
Forgiveness (Pemaafan) merupakan skor responden yang diperoleh dari skala pemaafan Rahmandani tentang pengaruh terapi pemaafan dalam meningkatkan penerimaan diri penderita kanker payudara (2010) yang dimodifikasi dari The Heartland Forgiveness Scale/HFS (Thompson dkk, 2005). Skala Pemaafan ini terdiri dari 15 aitem, yang meliputi beberapa aspek forgiveness (pemaafan) yakni, pemaafan pada diri sendiri, pemaafan pada orang lain, dan pemaafan pada situasi. Tujuan dari alat ukur ini untuk mengetahui tingkat pemaafan yang dimiliki oleh subjek penelitian. Semakin tinggi skor yang dimiliki subjek maka semakin tinggi pemaafan yang dimiliki subjek dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor subjek maka semakin rendah pemaafan yang dimiliki oleh subjek penelitian.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang tergabung dalam sebuah KDS di Manokwari, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan total 62 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh responden. Teknik pengumpulan data
menggunakan skala Likert. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala penerimaan diri dan skala pemaafan yang dimodifikasi dari The Heartland Forgiveness Scale/ HFS. Berikut skala yang digunakan:
1. Skala Penerimaan Diri
Skala penerimaan yang digunakan diadaptasi dari skala milik Djalaluddin (2018) yang diadaptasi dari Masyitah (2012). Skala penerimaan diri terdiri dari 24 aitem dengan koefisien reliabilitas (α = 0,912), digunakan untuk mengungkapkan penerimaan diri yang dimiliki responden terkait keyakinan akan kemampuan menjalani kehidupan (3 aitem), adanya anggapan berharga pada diri individu sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain (3 aitem), berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya (4 aitem), individu dapat menerima pujian atau kritikan secara objektif (3 aitem), individu tidak menyalahkan dirinya sendiri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya (3 aitem), individu tidak merasa dirinya aneh dan tidak merasa ditolak orang lain (3 aitem), tidak merasa malu akan dirinya (5 aitem). Aitem dari skala ini terdiri dari 11 aitem favorable dan 11 aitem unfavorable. Jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan akan dibuat berdasarkan frekuensi yang dirasakan responden. Jawaban favorable akan bergerak dari angka nol (sangat tidak yakin), angka satu (tidak yakin), angka dua (kadang-kadang), angka tiga (yakin), angka empat (sangat yakin). Sedangkan untuk jawaban unfavorable akan bergerak dari angka empat (sangat tidak yakin), angka tiga (tidak yakin), angka dua (kadang-kadang), angka satu (yakin), angka nol (sangat yakin). Selanjutnya penilaian dalam skala ini berdasarkan rating scale yang terdiri dari lima jenjang penilaian dengan besar 1
sampai dengan 5 untuk keseluruhan aitem. Berikut ini merupakan blue print skala (Rahmandani, 2010) yang dimodifikasi dari The Heartland Forgiveness Scale/HFS (Thompson dkk, 2005). Skala ini terdiri dari 15 aitem dengan koefisien reliabilitas (α = 0.855) digunakan untuk mengungkapkan pemaafan yang dimiliki responden penelitian terkait diri sendiri (5 aitem), orang lain (5 aitem), situasi (5 aitem). Aitem
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable pujian atau kritikan secara objektif.
dari skala ini terdiri dari 8 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable. Jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan akan dibuat berdasarkan frekuensi yang dirasakan responden. Jawaban favorable akan bergerak dari angka satu (sangat jarang terjadi), angka dua (jarang), angka tiga (kadang-kadang), angka empat (sering), angka lima (sangat sering terjadi). Sedangkan untuk jawaban unfavorable akan bergerak dari angka lima (sangat jarang terjadi), angka empat (jarang), angka tiga (kadang-kadang), angka dua (sering), angka satu (sangat sering terjadi).
Selanjutnya penilaian dalam skala ini berdasarkan rating scale yang terdiri dari lima jenjang penilaian dengan besar 1 sampai dengan 5 untuk keseluruhan aitem. Berikut ini merupakan blue print skala pemaafan:
Tabel 2.
Blue Print Skala Pemaafan
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
Diri sendiri 4, 10, 13 1, 7 5
Orang lain 2, 8, 14 5, 11 5
Situasi 6, 12 3, 9, 15 5
Total 8 7 15
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas alat ukur
Validitas alat ukur mengacu kepada sejauh mana interpretasi skor alat ukur didukung oleh bukti-bukti empiris yang relevan dengan apa yang seharusnya diukur. Untuk mengevaluasi alat ukur dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pendapat Cook, Brisme dan Sizer (2006) bahwa untuk mengevaluasi alat ukur, (a) alat ukur harus reliabel, (b) isi dan konstrak dari alat ukur harus menggambarkan
apa yang harus diukur. Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah content validity. Content validity digunakan untuk memvalidasi skala penerimaan diri dan skala pemaafan.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan validitas alat ukur penelitian:
a. Meminta professional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi untuk mengidentifikasi aitem-aitem yang ada di alat ukur berisi aitem-aitem yang benar-benar berhubungan dengan tujuan pengukuran dan sudah mewakili semua aspek teoritis yang mendasari konstrak alat ukur.
b. Melakukan uji coba terhadap alat ukur.
2. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas alat ukur mengacu pada konsistensi atau keajegan dari hasil pengukuran. Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur ditunjukan oleh koefisien cronbach α, yang bergerak dari 0 sampai 1. Koefisien reliabilitas cronbach α akan dihitung dengan menggunakan program SPSS 25.0 for windows.
F. Metode Analisis Data
Setelah data dari kuisioner terkumpul, peneliti kemudian melakukan analisis data penelitian menggunakan statistik deskriptif dan statistic inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi sederhana mengenai variable dan responden penelitian. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menunjukan hasil dari hipotesis yang telah di ajukan. Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service
Solution (SPSS) version 25.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini berupa uji normalitas, uji linearitas, dan uji hipotesis. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu, Product Moment Pearson dan Spearman-rho. Product Moment Pearson digunakan untuk menguji hipotesis, apabila hasil uji normalitas dan linearitasnya signifikan atau telah memenuhi syarat parametik.
Sedangkan Spearman-rho digunakan untuk menguji hipotesis apabila uji normalitas dan uji linearitasnya tidak signifikan, dengan kata lain apabila syarat parametik tidak terpenuhi.
36
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah
Penelitian tentang pemaafan dengan penerimaan diri pada ODHA dilakukan di sebuah Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) di kota Manokwari. Jumlah anggota yang tergabung didalamnya berjumlah total 73 orang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, dengan responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Anggota yang tergabung didalam KDS ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari pasangan suami istri, pekerja seks, pekerja kantoran, mahasiswa, maupun LGBT. Selain itu, peneliti juga menemukan beberapa kasus yang diketahui menyebabkan ODHA di KDS ini terinfeksi diantaranya adalah terjadi kasus pemerkosaan yang dilakukan kepada salah satu responden ketika berumur 15 tahun, yang kemudian baru diketahui beberapa tahun kemudian bahwa responden mengidap HIV/AIDS ketika dilakukan pemeriksaan di puskesmas.
Selain itu, kasus lain yang cukup banyak terjadi adalah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV melalui suaminya, kasus ini cukup banyak didapati di KDS.
Peneliti memilih responden karena mereka telah tergabung dalam satu komunitas, sehingga memudahkan dalam melakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Selain itu, di KDS pada khususnya dan Kabupaten Manokwari pada umumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Sedangkan, jumlah kasus HIV/AIDS di daerah ini cukup tinggi.
2. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti melakukan persiapan administrasi dan alat ukur.
a) Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian diawali dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang telah disetujui oleh dosen pembimbing kepada Kantor Badan KESBANGPOL (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kabupaten Manokwari sebagai syarat untuk melakukan pengambilan data penelitian di Manokwari., dengan nomor 38/Dek/70/Div.Um.RT/1/2020 tertanggal 23 januari 2020. Kemudian, menindak lanjuti surat ijin yang peneliti berikan, KESBANGPOL mengeluarkan surat ijin untuk melakukan penelitian di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) di kota Manokwari.
b) Persiapan alat ukur
Tingkat reliabilitas alat ukur dapat diketahui dengan mengikuti pedoman klasifikasi yang dinyatakan oleh Koestoro, Budi, dan Basrowi (2006) sebagai berikut:
Tabel 3
Kriteria Validitas
0.8 – 1.000 Sangat Tinggi 0.6 – 0.799 Tinggi
0.4 – 0.599 Cukup Tinggi 0.2 – 0.399 Rendah
< 0.200 Sangat Rendah
Pada tabel diatas diketahui bahwa kriteria validitas terbagi menjadi lima kategori yaitu, sangat tinggi (0.8-1.000), tinggi (0.6-0.799), cukup tinggi (0.4-0.599), rendah (0.2-0.399) dan sangat rendah (<0.200).
Pada penelitian ini, peneliti mengunakan tryout terpakai. Metode ini merupakan metode yang tidak menggunakan uji coba skala. Metode ini memungkinkan kuisioner hanya disebar satu kali. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena keterbatasan responden yang bergabung dalam penelitian ini.
Alhasil, data pada tryout terpakai akan sama dengan data primer. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan diri dan skala forgiveness (pemaafan). Skala penerimaan diri yang digunakan merupakan adaptasi dari skala milik Amaliyah (2018) berdasarkan aspek-aspek dari aspek penerimaan diri dari Sheerer (Cronbach, 1963). Skala ini terdiri dari 11 aitem favorable dan 11 aitem unfavorable. Sementara itu, skala forgiveness (pemaafan) yang digunakan adalah skala yang disusun oleh (Rahmandani, 2010) yang dimodifikasi dari The Heartland Forgiveness Scale/HFS berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Thompson dkk (2005). Skala ini terdiri 8 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable.
c) Hasil uji coba alat ukur
Setelah memperoleh data dari tryout terpakai, maka proses selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap aitem-aitem, uji validitas dan uji reliabilitas pada skala penerimaan diri dan skala forgiveness (pemaafan). Seleksi aitem bertujuan untuk menyaring aitem-aitem yang berkualitas agar alat ukur yang digunakan dalam penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Tahapan
proses ini dilakukan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 25.0 for windows.
1) Skala penerimaan diri
Berikut adalah Tabel sebaran aitem skala penerimaan diri setelah uji coba:
Tabel 4.
Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri setelah uji coba:
Berdasarkan hasil analisis terhadap 24 aitem skala penerimaan diri, diketahui bahwa 4 aitem yang gugur yaitu aitem 2 dengan indeks diskriminasi -1.61, aitem 6 dengan indeks diskriminasi 0.45, aitem 14 dengan indeks diskriminasi 0,84 dan aitem 17 dengan indeks diskriminasi -0.25. Sementara 20 aitem lainnya
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable pujian atau kritikan secara objektif.
layak digunakan dengan indeks diskriminasi bergerak antara 0.113-0.625.
Selanjutnya, hasil analisis menunjukan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha (α) sebesar 0.769. Hal tersebut menunjukan kepercayaan terhadap skala penerimaan diri sebesar 76.9%.
Berikut adalah Tabel sebaran aitem penerimaan diri setelah dilakukan pengguran aitem:
Tabel 5.
Distribusi Aitem Skala Penerimaan Diri setelah gugur
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
Total 12 8 20 Setelah aitem nomor 2, 6, 14, dan 17 digugurkan, diketahui skor indeks diskriminasi bergerak dari angka 0.102 – 0.648. Selanjutnya, hasil analisis menunjukan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha (α) sebesar 0.813. Hal tersebut menunjukan kepercayaan terhadap skala penerimaan diri sebesar 81.3%.
2) Skala Forgiveness (Pemaafan)
Berikut sebaran aitem forgiveness (pemaafan) setelah uji coba:
Tabel 6
Distribusi Aitem Skala Pemaafan setelah uji coba
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
Diri sendiri 4, 10, 13 1, 7 5
Orang lain (2), (8), (14) 5, 11 5
Situasi 6, 12 3, (9), 15 5
Total 8 7 15
Berdasarkan hasil analisis terhadap 15 aitem skala Forgiveness (Pemaafan), diketahui bahwa aitem nomor 2, 8, 9, dan 14 dimana masing-masing aitem tersebut memiliki index diskriminasi sebesar -0.176, 0.021, -0.102 dan -0.075 sehingga aitem tersebut dinyatakan gugur. Sementara 11 aitem lainnya layak digunakan, dengan indeks diskriminasi bergerak antara 0.111-0.413. Selanjutnya, hasil analisis menunjukan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha (α) sebesar 0.498.
Berikut Tabel sebaran aitem Forgiveness (Pemaafan) setelah pengguguran:
Tabel 7.
Distribusi Aitem Skala Pemaafan setelah setelah gugur
Aspek Butir Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Diri sendiri 4, 10, 13 1, 7 5
Setelah aitem nomor 2, 8, 9 dan 14 digugurkan, diketahui skor indeks diskriminasi bergerak dari angka 0.226-0.454. Selanjutnya, hasil analisis menunjukan koefisien reliabilitas Cronbach Alpha (α) sebesar 0.683.
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dari tanggal 6 Februari 2020 sampai tanggal 20 Februari 2020. Penelitian ini menggunakan metode tryout terpakai dengan alasan jumlah responden yang terbatas. Responden dalam penelitian ini adalah ODHA berjumlah 62 orang.
Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner secara langsung kepada responden di rumah salah satu pengurus KDS dan dengan mendatangi rumah masing-masing responden.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Gambaran mengenai responden penelitian berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagi berikut.
a) Jenis Kelamin
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:
Orang lain - 5, 11 2
Situasi 6, 12 3, 15 4
Total 5 6 11
Tabel 8.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 36 orang dengan persentase 58.1%. Sementara responden perempuan berjumlah 26 orang dengan persentase 41.9%.
b) Umur
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 9.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden terbanyak berada pada kelompok umur 25-49 tahun dengan jumlah 47 orang (75.8%). Sedangkan, responden paling sedikit berada pada kelompok umur 15-19 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 1.6%.
c) Lama Diagnosa
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan lama diagnosa dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 36 58.1%
Tabel 10.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Diagnosa
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden dengan lama diagnosa < 5 tahun berjumlah 47 orang dengan persetase sebanyak 75.8%, sedangkan ≥ 5 tahun berjumlah 15 orang dengan persentase sebanyak 24.2%.
d) Penyebab Terinfeksi
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan penyebab terinfeksi, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 11.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Penyebab Terinfeksi
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penyebab terinfeksi HIV/AIDS paling banyak adalah hubungan seksual dengan jumlah 56 orang (90.3%), dikuti oleh tranfusi darah sebanyak 2 orang (3,2%) dan lain-lain dengan jumlah 4 orang (6.5%).
e) Status
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan Status, dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Lama Diagnosa Jumlah Persentase
< 5 tahun 47 75.8%
≥ 5 tahun 15 24.2%
Total 62 100%
Penyebab Terinfeksi Jumlah Persentase
Hubungan Seksual 56 90.3%
Transfusi Darah 2 3.2%
Lain-lain 4 6.5%
Total 62 100%
Tabel 12.
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Status
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa status terbanyak adalah menikah dengan jumlah 27 orang (43.5%) diikuti status single sebanyak 24 orang (38.7%), status janda 8 orang (12.9%), status duda 1 orang (1.6%) dan lain-lain sebanyk 2 orang (3.2%).
2. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh, maka skor skala penerimaan diri dan skala forgiveness (pemaafan) diklasifikasikan untuk mengetahui tinggi dan rendahnya skor yang dimiliki oleh subjek. Klasifikasi tersebut terdiri dari lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hal ini berguna untuk melihat norma deskripsi data penelitian. Rumus yang digunakan mengacu dari Azwar (2003). Berikut rumus penormaan untuk kategorisasi:
Tabel 13.
Rumus Penormaan untuk Kategorisasi
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh kategorisasi atau pengklasifikasian kedua variabel yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Status Jumlah Persentase
Tabel 14.
Penormaan untuk Kategorisasi
Kategorisasi Penerimaan diri Pemaafan Sangat Rendah X < 38.67 X < 37.11
Rendah 38.67 ≤ X < 51.64 37.11 ≤ X < 42.03 Sedang 51.64 ≤ X < 64.62 42.03 ≤ X < 56.81 Tinggi 64.62 ≤ X ≤ 77.59 56.81 ≤ X ≤ 61.73 Sangat Tinggi X > 77.59 X > 61.73
Berdasarkan rumus penormaan, terdapat lima norma kategori yang dihasilkan, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Tabel 15.
Kategorisasi Data Penelitian
Kategori Penerimaan Diri Pemaafan
(f) (%) (f) (%) penerimaan diri terdapat 2 responden yang berada pada kategori sangat rendah, yaitu 3.23%, dalam kategori rendah sebanyak 14 responden dengan persentase 22.58%, 26 responden yang menempati kategori sedang dengan persentase 41.94%, dan untuk kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing terdapat 17 responden dan 3 responden dengan persentase sebanyak 27.42% dan 4.84%. Kemudian, pada skala forgiveness (pemaafan) terdapat 1 responden yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 1.61%, kategori rendah terdapat 4 responden dengan persentase 6.45%, yang terbanyak berada di kategori sedang dengan jumlah responden 47 dan persentase 75.81%. Sedangkan \, kategori tinggi dan sangat tinggi
masing-masing terdapat 8 dan 2 responden dengan persentase 12.90% dan 3.23%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan subjek pada penerimaan diri dan forgiveness (pemaafan) berada pada kategori yang sama, yaitu kategori sedang.
3. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan suatu proses analisis data yang harus dilakukan sebagai syarat dilaksanakannya uji hipotesis. Uji asumsi digunakan untuk menentukan uji hipotesis akan menggunakan statistic parametik atau non-parametik. Uji analisis pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan proses analisis data yang bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran data terdistribusi secara normal atau tidak. Sebaran data dikatakan normal apabila koefisien signifikansi p>0.05. Sedangkan, jika koefisien signifikansi p<0.05 maka data dikatakan tidak normal. Berikut hasil uji normalitas yang telah dilakukan terhadap masing-masing varibel:
Tabel 16
Hasil Uji Normalitas
Variabel Statistik Taraf Signifikansi (p)
Keterangan
Penerimaan diri 0.074 0.200 Normal
Pemaafan 0.082 0.200 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan dengan Test of Normality Kolgomorov-Smirnov, dapat disimpulkan bahwa data dari skala penerimaan diri memiliki nilai p = 0.200 (p>0.05) dan skala pemaafan memiliki nilai p = 0.200 (p>0.05) yang berarti bahwa kedua skala tersebut tersebar secara normal.
b) Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen memiliki kolerasi yang linear atau tidak. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Compare Means. Kedua variabel dikatakan memiliki korelasi yang linear apabila signifikasi p<0.05 pada linearity.
Berikut hasil uji coba linearitas yang telah dilakukan:
Tabel 17
Berdasarkan hasil uji linearitas dapat diketahui bahwa korelasi antara penerimaan diri dan pemaafan pada Linearity diperoleh nilai F=40.510 dengan p=0.000 (p<0.05) dan Deviation from Linearity dengan F=1.949 dengan p=0.035 (p<0.05). Hal ini berarti kedua skala linear tetapi menyimpang dari garis lurus.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan hasil uji asumsi diketahui bahwa data bersifat normal dan linear. Oleh sebab itu, syarat untuk melakukan uji korelasi menggunakan teknik paramatik terpenuhi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson one-tailed karena sebaran data variabel normal.
Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa ada hubungan positif antara pemaafan dan penerimaan diri pada ODHA Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)
“Fatma Lara” Puskesmas Wosi Kabupaten Manokwari. Semakin tinggi pemaafan, berarti semakin tinggi penerimaan diri, sebaliknya semakin rendah pemaafan maka semakin rendah juga tingkat penerimaan diri pada ODHA yang tergabung dalam KDS “Fatma Lara” Puskesmas Wosi Kabupaten Manokwari. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 18
Hasil Uji Hipotesis Variabel
Koefisien
Korelasi (r) r² p Keterangan Pemaafan dan
penerimaan diri
0.578 0.334 0.000 Berkorelasi
Hasil uji hipotesis antara pemaafan dan penerimaan menunjukan bahwa nilai koefisien r = 0.578 dengan p = 0.000 (p<0.01). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemaafan dan penerimaan diri pada ODHA Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) “Fatma Lara” Puskesmas Wosi Kabupaten Manokwari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.
5. Analisis Tambahan
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai aspek yang memiliki koefisien korelasi paling tinggi terhadap penerimaan diri. Analisis tambahan berdasarkan aspek dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 19
Korelasi Aspek-aspek pemaafan dan penerimaan diri
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa aspek situasi memiliki hubungan yang paling kuat terhadap penerimaan diri, yaitu dengan nilai koefisien korelasi atau r = 0.603 dan p = 0.000. Selanjutnya, diketahui bahwa aspek diri sendiri memiliki nilai r = 0.464 dan signifikansi p = 0.000. Terakhir, diketahui bahwa aspek orang lain nilai koefisien korelasi r = 0.361 dan signifikansi p = 0.002 atau dengan kata lain, aspek orang lain memiliki hubungan paling lemah terhadap penerimaan diri dibanding kedua aspek yang lain.
Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis kelamin yang memiliki korelasi lebih besar terhadap penerimaan diri dan pemaafan.
Analisis tambahan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 20
Korelasi Jenis Kelamin Terhadap Pemaafan dan Penerimaan diri
Pada Tabel 21 menunjukan hasil analisis statistik korelasi pemaafan dan penerimaan diri berdasarkan jenis kelamin. Terdapat korelasi antara pemaafan dan penerimaan diri pada subjek berjenis kelamin laki-laki, dengan nilai koefisiennya adalah r = 0.503 dan nilai p = 0.001. Sedangkan pada subjek berjenis kelamin
0.464 0.000 Berkorelasi dan signifikan Orang Lain*Penerimaan
Diri
0.361 0.002 Berkorelasi dan signifikan Situasi*Penerimaan Diri 0.603 0.000 Berkorelasi dan signifikan
Laki-laki Perempuan
perempuan nilai koefisiennya adalah r = 0.676 dan nilai p = 0.000. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan pemaafan dan penerimaan diri lebih dominan berada pada jenis kelamin perempuan dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara pemaafan dengan penerimaan diri pada ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) “Fatma Lara” Puskesmas Wosi Kabupaten Manokwari. Berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara pemaafan dengan penerimaan diri pada ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) “Fatma Lara” Puskesmas Wosi Kabupaten Manokwari. Berdasarkan