• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. PENERIMAAN SOSIAL REMAJA

2. Penerimaan Sosial Remaja

Siswa kelas II SMA adalah remaja yang berada pada rentang usia 15 sampai dengan 18 tahun. Pada usia ini remaja sudah mulai belajar untuk bermasyarakat dan remaja juga mulai mengembangkan minat dan sikap sosialnya. Mappiare (1982 : 58) mengatakan bahwa pada masa remaja awal sikap remaja yang lebih berkembang adalah sikap sosial, lebih-lebih sikap sosial yang berhubungan dengan teman sebaya.

Berkaitan dengan hubungan sosial pada masa remaja, hampir seluruh waktu yang digunakan remaja adalah berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di luar rumah khususnya dengan kelompok teman sebaya. Kondisi ini sejalan dengan salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh

remaja yaitu menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin (Mappiare, 1982 : 99).

Agar dapat berhasil dalam menjalani tugas perkembangan ini remaja sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di mana ia tinggal khususnya teman sebayanya. Penerimaan oleh semua pihak terlebih teman sebaya menyebabkan remaja merasa aman dan bahagia. Rasa aman dan bahagia ini karena adanya dukungan dan perhatian terhadap dirinya. Penerimaan dari orang lain merupakan motivasi yang baik bagi remaja untuk lebih puas dalam menghadapi kehidupannya.

Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Kebutuhan akan penerimaan dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, dan teman sebaya merupakan faktor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang kegagalan remaja dalam pelajaran disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial. Menurut Saputro bahwa dalam penelitian Koch (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22 Desember 2008) menemukan remaja yang disukai oleh teman-teman sekelasnya lebih baik kemampuannya untuk menyelesaikan rutinitas dan tugas-tugas sekolah daripada remaja yang tidak disukai di kalangan teman-temannya.

Hetherington & Parke (Desmita, 2008 : 145) mendefinisikan teman sebaya sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang

memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Lewis & Rosenblum (Desmita, 2008: 145) mengatakan bahwa teman sebaya lebih menekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Menurut Ali (http://digilib.unnes.ac.id diakses tangga 25 Agustus 2009) kelompok teman sebaya (peer friendship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolescent).

Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003) remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Gunarsa & Gunarsa (1984 : 95) mengatakan bahwa kelompok teman sebaya sulit ditiadakan karena para remaja membutuhkan rasa aman dan perlindungan yang diperolehnya dalam kelompok.

Remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya teman sebaya. Dalam kelompok teman sebaya remaja membutuhkan penerimaan dari teman-teman kelompok sehingga bisa tercipta rasa aman. Teman sebaya sangat berperan dalam pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial remaja. Hubungan dengan teman sebaya mempunyai berbagai macam fungsi antara lain dapat memfasilitasi proses belajar dan perkembangan remaja.

Menurut Saputro bahwa dalam teori Asher (http://www.my life spring. com diakses pada tgl 22 Desember 2008) mengatakan bahwa melalui hubungan teman sebaya, remaja memperoleh kesempatan untuk belajar keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya terutama keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk memecahkan konflik sosial yang mencakup keterampilan berkomunikasi, berkompromi, dan berdiplomasi.

Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. Id diakses tanggal 25 Agustus 2009) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok sebayanya.

Hurlock (1992) mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada orangtua. Bagi remaja, kelompok atau teman-teman adalah sumber inspirasi dan identitas diri. Remaja cenderung menjadi apa yang diharapkan atau dikatakan oleh orang lain tentang dirinya sehingga remaja membutuhkan kelompok untuk berinteraksi. Remaja menganggap bahwa dengan diterimanya dalam kelompok, akan membuatnya merasa dihargai oleh kelompok. Secara tidak langsung remaja merasa diterima dan dibutuhkan dalam kelompok. Menurut Saputro bahwa dalam penelitiannya, Burton menemukan remaja yang melibatkan dirinya dengan teman sebayanya juga

dapat memperoleh kesempatan untuk membangun rasa percaya diri sosial ’social self-confidence’. (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22 Desember 2008)

Mappiare (1982 : 171) berpendapat bahwa remaja yang diterima atau ditolak dalam kelompok teman sebaya disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan aspek pribadi remaja itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan remaja diterima dalam kelompok teman sebaya adalah tampang yang baik, atau paling rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok, mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok, bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar, suka menyumbangkan pengetahuannya pada orang lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab, menaati peraturan-peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial. Remaja yang ditolak oleh teman sebayanya karena sering menantang, malu-malu, melanggar norma-norma kelompok, suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan sendiri dan faktor rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok.

Remaja yang tidak mampu membina pertemanan yang memuaskan juga akan merasa terpencil dan tidak bahagia. Demikian halnya dengan anak remaja yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan mempengaruhinya dalam menjalin relasi dengan teman sebaya. Remaja akan mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan teman dalam pergaulan, sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi diri remaja.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya sangat dibutuhkan oleh remaja. Penerimaan dari orang lain khususnya teman sebaya sangat mempengaruhi perkembangan pribadi remaja tersebut. Dengan diterimanya dalam suatu kelompok, remaja akan merasa dihargai, nyaman dan aman dalam menjalin suatu hubungan dengan orang lain. Penerimaan akan berpengaruh pada pengembangan konsep diri remaja.

Dokumen terkait