• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI IPS SMA BRUDERAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Rosalina Ina Rianghepat

NIM : 041114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Rosalina Ina Rianghepat

NIM : 041114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO:

Untuk mendapat sesuatu yang terbaik dalam hidup itu butuh perjuangan dan

pengorbanan

(penulis)

(6)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 04 Mei 2010

Peneliti

(7)

vi

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Rosalina Ina Rianghepat

NIM: 041114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Persepsi terhadap Penerimaan Sosial pada Siswa Kelas XI IPS SMA

BRUDERAN Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010 dan Implikasinya

Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan beserta perangkat yang diperlukan (bila

ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 4 Juni 2010

Yang menyatakan,

(8)

vii

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Rosalina Ina Rianghepat

Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi

terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo Tahun

Pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimanakah deskripsi

persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo

Tahun Pelajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan

apa sajakah yang tepat untuk mengembangkan penerimaan sosial siswa XI SMA

Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI

SMA Bruderan Purworejo yang berjumlah 79 siswa. Alat pengumpul data yang

digunakan adalah kuesioner Penerimaan sosial. Kuesioner ini disusun berdasarkan

tiga aspek dalam penerimaan sosial. Jumlah seluruh item yang digunakan sebanyak

55 butir item.

Teknik analisis data yang ditempuh adalah dengan membuat tabulasi

skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing item,

menghitung mean kelompok secara keseluruhan dan mean masing-masing aspek,

selanjutnya mengkategorisasikan penerimaan sosial menjadi dua yaitu: tinggi atau

rendah.

(9)

viii

GUIDANCE TOPICS

Rosalina Ina Rianghepat

Sanata Dharma University

2010

This research intends to get perception of social acceptance to the 11

th

grade

social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010. First

problem about description of perception social acceptance to the 11

th

grade social

program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010 and second

problem is what guidance topics for developing social acceptance to the 11

th

grade

social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010.

This research used descriptive research with survey method. The research

subject is all students 11

th

grade social program of SMA Bruderan Purworejo. They

are 79 person. The tool for collecting files is questionnaire social acceptance. This

questionnaire based on three aspets in social acceptance. The total items used are 55.

the analitycal data technique used in this research is by making the tabulation score

from each, counting the total score of each items, counting the group

“mean”thoroughly and “mean” of each aspects, and then categorizing of social

acceptance become high or low.

(10)

ix

dan kekuatan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti

menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adnya dukungan

dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

2.

Dra. M. J. Retno Priyani, M Si, sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

3.

Kepala Sekolah SMA St. Mikhael yang telah memberikan ijin pada peneliti

untuk melakukan ujicoba penelitian. .

4.

Dra. Th. Rini Purwani, sebagai Kepala Sekolah SMA Bruderan Purworejo

yang telah memberikan ijin dan kemudahan bagi peneliti untuk melakukan

penelitian.

5.

Siswa-siswi kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo yang telah bersedia

membantu peneliti untuk mengisi kuesioner.

6.

Kedua orang tua saya Bapak Vitalis Rianghepat dan Ibu Anna Hingi,

kakak-kakak saya: Kakak Suster, Kakak Romo, Kakak Tulit, Abang Carlo, Abang

Julio, Kakak Moniq, Amick, Awe yang telah memberikan dukungan moril

dan material.

(11)

x

9.

Alexander Mario Wara Mbuu. Terima kasih atas cinta dan kesabaranmu.

10.

Teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan masukan yang

berguna dan semangat bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.

Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu

per satu.

Disadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai. Diharapkan semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan berminat dalam

pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta, 04 Mei 2010

Peneliti

(12)

xi

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..…... vi

ABSTRAK……….... vii

ABSTRACT………...………….... viii

KATA PENGANTAR………..…....……..….. ix

DAFTAR ISI………..…....….……….. x

DAFTAR TABEL………...…....……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………….……….…..……..…..……..…... xiii

BAB I PENDAHULUAN………..…….…..……….... 1

A.

Latar Belakang………..….…..………….…….. 1

B.

Perumusan Masalah………...…………..……... 7

C.

Tujuan Penelitian……….…..………... 7

D.

Manfaat Penelitian………..………..…... 8

(13)

xii

2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari...……. 11

B.

PENERIMAAN SOSIAL REMAJA………....……… 12

1.

Pengertian Penerimaan Sosial.…...…..…... 12

2.

Penerimaan Sosial Remaja………..………...…... 13

3.

Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan

Tingkat Penerimaan Sosial ... 18

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Sosial... 20

5.

Manfaat Penerimaan Sosial ... 27

6.

Aspek-aspek Penerimaan Sosial………….……... 29

C.

Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa... 34

1.

Pengertian Bimbingan…….………....…....…... 34

2.

Tujuan Bimbingan ………...….…………... 36

3.

Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa.…... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...…...…... 44

A.

Jenis Penelitian………..………..…... 44

B.

Subyek Penelitian……….……… 44

C.

Instrumen Penelitian………..….………..………... 45

D.

Validitas dan Reliabilitas………...………..…... 48

1.

Validitas………...………..……... 48

(14)

xiii

A.

Hasil Penelitian………...…………... 57

B.

Pembahasan Hasil Penelitian………...…...………... 60

BAB V USULAN TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN

PENERIMAAN SOSIAL………...………... 70

BAB VI PENUTUP………..………...………... 94

A.

Kesimpulan……….……...………….………... 94

B.

Keterbatasan penelitian……...…...………... 95

C.

Saran………..…..……….……... 95

(15)

xiv

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Sosial Siswa

Kelas XI SMA Bruderan Tahun Pelajaran 2009/2010... 47

Tabel 3. Kuesioner Penerimaan Sosial setelah Ujicoba... 51

Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur... 52

Tabel 5. Kelas dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian

di SMA Bruderan Purworejo... 54

Tabel 6.

Kategorisasi Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA

Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010... 58

Tabel 7. Kategorisasi Penerimaan Sosial Berdasarkan

Masing-masing Aspek... 59

Tabel 8. Usulan Topik Bimbingan Untuk Mengembangkan dan

meningkatkan Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA

(16)

xv

Lampiran 1: Kuesioner Penerimaan Sosial Sebelum Ujicoba... 100

Lampiran 2: Validitas dan Realibilitas…………...……... 106

Lampiran 3: Kuesioner Penelitian Penerimaan Sosial .……….... 113

Lampiran 4: Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 117

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia

membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain (Gerungan, 2002 : 24).

Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu mencari kasih sayang dan

penerimaan orang lain, oleh karena itu manusia tidak bisa hidup seorang diri,

ia butuh orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Individu perlu

bergaul dan berhubungan dengan orang lain sejak masih kecil hingga individu

berhasil menjadi manusia yang mampu hidup bermasyarakat.

Hasil dari hubungan dan interaksi dengan orang lain dapat mempengaruhi

tingkah laku dan cara pandang orang lain juga. Lewat interaksi dengan orang

lain individu akan membentuk persepsinya. Menurut Rani Persepsi merupakan

suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang

terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam

lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya (http://id.shvoong.com

diakses tanggal 1 Mei 2010).

Dalam kehidupan sosial sebagian individu cenderung mengandalkan

persepsinya. Hal ini juga akan terjadi dalam perkembangan sosial remaja. Saat

(18)

dalam memandang suatu pengalaman atau peristiwa. Demikian halnya dalam

penerimaan sosial. Melalui persepsi remaja dapat mengukur seberapa jauh

mereka diterima maupun ditolak oleh orang lain.

Desmita (2008: 219) mengatakan bahwa perkembangan kehidupan sosial

remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya

dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk

berhubungan dan bergaul dengan teman sebaya mereka. Kebutuhan untuk

berelasi pada remaja khususnya remaja yang duduk di kelas XI SMA

cenderung meningkat baik itu kebutuhan untuk bergabung dengan teman

sebaya di sekolah maupun dengan kelompok teman sebaya di luar lingkungan

sekolah. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mulai belajar melepaskan

diri dari pengaruh orang tua. Mereka mulai terjun ke dalam masyarakat.

Bahkan remaja suka membuat kelompok atau gank tersendiri. Remaja ingin

membentuk kelompok sosial tertentu sesuai dengan norma-norma yang

mereka tetapkan dalam kelompok tersebut. Pembentukan sikap, tingkah laku,

dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan

ataupun teman-teman sebaya.

Soesilowindradini (1982: 117) menegaskan kembali bahwa kelompok

teman sebaya ini lebih berpengaruh terhadap anak dalam hal sikap-sikapnya,

minat-minatnya, nilai-nilai yang dianutnya, dan tingkah lakunya daripada

norma dalam keluarganya. Hal ini mendorong remaja untuk terus menjalin

relasi dengan teman sebayanya. Mappiare (1982 : 153) mengatakan bahwa

(19)

yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penerimaan kelompok teman sebaya dan

kebutuhan untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya.

Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi perkembangan remaja. Kebutuhan untuk dapat diterima oleh

lingkungan bagi setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak

sebagai makhluk sosial. Demikian juga bagi remaja yang juga akan

mengalami perkembangan secara sosial. Pengertian dan penerimaan dari

teman sebaya dalam kelompok akan membantu dirinya dalam penerimaan

keadaan dirinya sendiri dan juga sangat membantu remaja dalam memahami

pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.

Desmita (2008: 222) mengatakan bahwa remaja lebih suka berbicara tentang

pengalaman dan minat-minat yang lebih bersifat pribadi kepada teman

sebayanya. Dalam masalah yang lebih bersifat pribadi ini remaja lebih enak

berbicara dengan teman-temannya. Mereka percaya bahwa teman sebaya

akan memahami perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan

orang dewasa. Melalui teman sebaya remaja mencurahkan apa yang tersimpan

di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Remaja

mengungkapkan secara bebas tentang rencana, cita-cita dan

dorongan-dorongan dalam dirinya.

Setiap remaja memiliki kemampuan yang berbeda dalam usahanya

mendapatkan penerimaan dari orang lain. Ada remaja yang berhasil

mendapatkan penerimaan sosial tetapi ada juga yang kurang berhasil

(20)

mendapat penerimaan sosial bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain

baik dan suka menolong teman-temannya, mengikuti norma-norma dalam

kelompok, bisa diajak kerjasama dan mampu menunjukan kesetiaan dalam

kelompok. Remaja yang kurang mendapat penerimaan sosial bisa saja

disebabkan karena remaja ini suka ribut di kelas, usil, dan suka memeras

teman-temannya. Soesilowindradini (1982: 178-179) menjelaskan bahwa

hal-hal yang menyebabkan bahwa anak remaja disenangi oleh

teman-temannya karena dia aktif, suka bekerjasama dan membantu, bersikap sopan

dan memperhatikan orang lain, jujur dan dapat dipercaya, tidak pelit/kikir,

mempunyai inisiatif, mempunyai tampang yang baik setidaknya cukup rapi,

mampu menyesuaikan diri secara tepat. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan

anak remaja tidak disenangi adalah sombong, suka menguasai anak-anak lain,

suka menentang, malu-malu, selalu mengikuti kemauan sendiri, suka rebut,

tidak sopan pada teman-temannya dan orang lain.

Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat sejauh mana

seseorang diterima orang lain atau kelompok. Remaja yang diterima oleh

kelompok teman sebaya akan merasa senang, gembira, puas, dan

meningkatkan rasa percaya diri yang tinggi sehingga bisa menimbulkan

konsep diri yang positif pada diri remaja tersebut. Sebaliknya jika siswa atau

remaja tersebut tidak diterima dalam kelompok teman sebaya maka remaja

tersebut akan mengalami ketidakpuasan dalam diri dan siswa tersebut

cenderung menyendiri sehingga bisa membentuk konsep diri yang negatif

(21)

yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada

peningkatkan konsep diri positif, sedangkan penerimaan sosial yang rendah

menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial,

dan menjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada

pengembangan konsep diri negatif.

Sindrom penerimaan dalam kelompok sosial dilukiskan seperti kesan

pertama yang positif karena penampilan yang menarik (sesuai dengan gaya

saat itu), mudah bergaul, atau mudah diajak kerjasama. Bila remaja berhasil

diterima maka tidak ada masalah. Namun, apabila ia gagal maka ia akan

merasa minder atau tertolak. Lingkungan dan kelompok sosial (peer) seperti

apa yang menerima mereka menentukan kepribadian remaja di masa yang

akan datang. Jadi kesuksesan dalam perkembangan sosial sangat penting bagi

seorang remaja.

Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa penerimaan yang dialami oleh

siswa mengakibatkan siswa merasa bahagia dalam hidupnya serta semakin

aktif dalam pergaulannya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di

lingkungan sekolah misalnya dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,

dalam kelompok belajar dan kegiatan ekstrakurikuler. Di luar lingkungan

sekolah misalnya belajar kelompok di luar jam sekolah, kegiatan di luar jam

sekolah dan lain-lain.

Menurut Winkel (1987), siswa yang mengalami penerimaan sosial akan

merasa dirinya berharga, aman, nyaman dan cenderung lebih percaya diri

(22)

dalam belajar di kelas, sehingga siswa dapat memperoleh keberhasilan

akademik. Sunaryati (1999) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

penerimaan sosial memotivasi siswa untuk berprestasi dalam bidang studi

tertentu khususnya bidang studi bahasa Inggris.

Penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya dapat membantu

pengembangan konsep diri individu yang semakin positif. Hal ini semakin

dikuatkan dengan pendapat Medinnus (1969) yang mengatakan bahwa

penerimaan sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri, rasa aman, dan

keberhargaan.

Siswa yang mengalami penolakan dalam kelompok teman sebaya akan

mengakibatkan siswa merasa kesepian, tidak bahagia, tidak percaya diri,

minder, sedih dan menimbulkan konsep diri yang negatif. Hal ini akan

menghambat siswa dalam menjalin relasi sosial dengan orang lain baik di

sekolah maupun di luar sekolah. Siswa juga menjadi tidak semangat dalam

belajar sehingga cenderung bermasalah dalam bidang akademik. Prestasi

belajar siswa menjadi menurun.

Realitas di SMA Bruderan menunjukan bahwa banyak siswa kelas XI

yang cenderung membentuk gang atau kelompok sendiri. Ada yang memilih

teman dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok. Mereka cenderung memilih

sendiri teman-temannya tidak berdasarkan kelompok yang berikan oleh guru

mata pelajaran. Dari kondisi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi

(23)

juga, peneliti ingin menyusun usulan topik bimbingan untuk meningkatkan

penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya.

Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa penerimaan sosial siswa

dalam kelompok teman sebaya sangatlah penting untuk mencapai

perkembangan pribadi yang optimal dan memotivasi siswa untuk memperoleh

prestasi belajar yang lebih memuaskan. Mengingat pentingnya penerimaan

sosial dalam kelompok teman sebaya ini, maka peneliti perlu memperoleh

gambaran mengenai sejauh mana tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI

IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI

IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?

2. Topik-topik bimbingan apakah yang tepat bagi siswa kelas XI IPS SMA

Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan persepsi penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA

Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.

2. Dapat menyusun topik bimbingan yang tepat bagi siswa kelas XI IPS

(24)

D. Manfaat Penelitian

1. Konselor Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan oleh konselor sekolah

sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan

di sekolah, khususnya dalam merancang topik-topik bimbingan

pribadi-sosial.

2. Guru Bidang Studi

Guru bidang studi mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk turut serta meningkatkan penerimaan sosial di

kalangan siswa di kelas.

3. Peneliti

Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bagian dari proses

belajar dan berlatih menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat

mengembangkan pengetahuan peneliti.

4. Siswa

Siswa mampu meningkatkan penerimaan sosialnya terhadap teman–teman

sebayanya baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

E. Definisi Operasional

1. Persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari

lingkungan yang bersifat individual, meskipun stimulus ynag diterima itu

sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda,

kemampuan berpikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkin

(25)

2. Tingkat penerimaan sosial adalah: sejauhmana individu merasa diterima

oleh orang lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan

mendapatkan pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai,

didukung, diteguhkan serta puas dengan relasinya tersebut (tingkat

penerimaan sosial ini terungkap sejauh kuesioner yang dibuat).

3. Kelompok teman sebaya (peer friendship group) adalah kelompok

anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan

mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan

anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolescent).

4. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu di dalam ataupun

diluar kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar

dapat menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal

mungkin sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun

keadaan sekitar. Bimbingan yang berkaitan dengan masalah penerimaan

(26)

10 BAB II

KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini akan diuraikan pengertian persepsi, pengertian penerimaan

sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial remaja,

tanda-tanda penerimaan sosial, penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan

peran bimbingan di sekolah.

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi memiliki berbagai macam definisi yang satu sama lain

saling melengkapi. Morgan, King & Robinson mengatakan bahwa persepsi

adalah bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,mengecap, dan

mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain persepsi adalah segala sesuatu

yang dialami oleh manusia (Adi, 1994: 105). Rakhmat juga menjelaskan

persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, dan

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan (2004: 51). Menurut Rani bahwa dalam teori Bower dijelaskan bahwa

peersepsi merupakan interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan

individu (http://id.shvoog.com akses tanggal 1 Juni 2010). Menurut Martin,

dalam teori Walgito dijelaskan bahwa persepsi sebagai stimulus yang

diinderakan oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan

sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera

(27)

Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa persepsi adalah

interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan yang bersifat

individual, meskipun stimulus ynag diterima itu sama, tetapi karena setiap

orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berpikir yang berbeda,

maka hal tersebut sangat memungkin terjadi perbedaan persepsi pada setiap

individu. Demikian halnya dalam penerimaan sosial setiap orang juga akan

memiliki persepsi yang berbeda. Dengan pengalaman yang berbeda maka

akan mempengaruhi persepsi kita dalam menerima dan menolak orang lain.

2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari

Persepsi sangat berperan penting dalam pergaulan dengan orang

lain. Dimana kita berada, kita akan berhadapan dengan orang lain yang

berbeda sehingga akan mempengaruhi persepsi kita. Persepsi juga berperan

dalam kehidupan remaja. Dengan pengalaman yang berbeda akan

mempengaruhi persepsi mereka dalam menerima dan menolak temannya.

Karena persepsi sangat berperan penting dalam kehidupan

sehari-hari maka Adi ( 1994: 114-116) menjelaskan beberapa hal penting yang

berperan dalam persepsi yaitu:

a. Impression Formation

Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan/

pemikiran yang relatif menetap tentang orang tersebut. Misalnya:jenis

kelamin, ciri-ciri fisik, kelas sosial, sedangkan impression formation ini

terbentuk melalui klasifikasi kepribadian yang implisit dan

(28)

b. Attribution

Atribusi adalah proses dimana kita menjelaskan dan menginterpretasikan

kejadian yang kita temukan baik dari dunia fisik maupun dunia sosial.

c. Social Influence

Bagaimana kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Misalnya hubungan kakak-adik. Berkaitan dengan pengaruh sosial (social

Influence) ini bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena imitasi, konformitas,

dan kepatuhan.

d. Social Relationship

Suatu perepsi sosial banyak dipengaruhi oleh keakrabannya dengan orang

lain. ketertarikan interpersonal dapat dipengaruhi melalui kedekatan fisik,

kesamaan sikap, penampilan yang menarik.

B. Penerimaan Sosial Remaja

1. Pengertian Penerimaan Sosial

Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat

sejauhmana seseorang merasa diterima oleh orang lain. Hurlock (1978)

mengatakan bahwa penerimaan sosial adalah suatu tanggapan positif dari

orang lain terhadap seluruh kepribadian seseorang remaja sehingga remaja

tersebut merasa diterima. Melalui rasa diterima orang tersebut akan

mendapatkan kesenangan, keuntungan, manfaat, dan akibat positif lainnya

dalam interaksi sosialnya.

Sunaryati (1999) berpendapat bahwa penerimaan sosial adalah suatu

(29)

ini membuat individu merasa aman dan bahagia dalam kelompoknya.

Sementara New Comb,Turner & Coverse (1965) mendefinisikan penerimaan

sosial sebagai suatu sikap saling tertarik terhadap ciri kepribadian positif yang

menghasilkan pengalaman positif dalam suatu relasi. Penerimaan sosial

menurut Sutanto (1992) adalah keadaan individu yang dapat diterima oleh

teman-temannya dalam interaksi kelompok.

Dari uraian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

penerimaan sosial adalah tingkat sejauhmana individu diterima oleh orang

lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan mendapatkan

pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai, didukung, diteguhkan

serta puas dengan relasinya tersebut.

2. Penerimaan Sosial Remaja

Siswa kelas II SMA adalah remaja yang berada pada rentang usia 15

sampai dengan 18 tahun. Pada usia ini remaja sudah mulai belajar untuk

bermasyarakat dan remaja juga mulai mengembangkan minat dan sikap

sosialnya. Mappiare (1982 : 58) mengatakan bahwa pada masa remaja awal

sikap remaja yang lebih berkembang adalah sikap sosial, lebih-lebih sikap

sosial yang berhubungan dengan teman sebaya.

Berkaitan dengan hubungan sosial pada masa remaja, hampir seluruh

waktu yang digunakan remaja adalah berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya di luar rumah khususnya dengan kelompok teman sebaya. Kondisi

(30)

remaja yaitu menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya

baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin (Mappiare, 1982 : 99).

Agar dapat berhasil dalam menjalani tugas perkembangan ini remaja

sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada

dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di

mana ia tinggal khususnya teman sebayanya. Penerimaan oleh semua pihak

terlebih teman sebaya menyebabkan remaja merasa aman dan bahagia. Rasa

aman dan bahagia ini karena adanya dukungan dan perhatian terhadap

dirinya. Penerimaan dari orang lain merupakan motivasi yang baik bagi

remaja untuk lebih puas dalam menghadapi kehidupannya.

Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Kebutuhan akan penerimaan

dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, dan teman sebaya

merupakan faktor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat.

Kadang-kadang kegagalan remaja dalam pelajaran disebabkan oleh tidak

terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial. Menurut Saputro bahwa

dalam penelitian Koch (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22

Desember 2008) menemukan remaja yang disukai oleh teman-teman

sekelasnya lebih baik kemampuannya untuk menyelesaikan rutinitas dan

tugas-tugas sekolah daripada remaja yang tidak disukai di kalangan

teman-temannya.

Hetherington & Parke (Desmita, 2008 : 145) mendefinisikan teman

(31)

memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Lewis &

Rosenblum (Desmita, 2008: 145) mengatakan bahwa teman sebaya lebih

menekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Menurut Ali

(http://digilib.unnes.ac.id diakses tangga 25 Agustus 2009) kelompok teman

sebaya (peer friendship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda

yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan

umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai

dengan masa remaja (adolescent).

Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial

remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan

merupakan anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003) remaja dalam

kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga

tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan kelompoknya

dinomorsatukan. Gunarsa & Gunarsa (1984 : 95) mengatakan bahwa

kelompok teman sebaya sulit ditiadakan karena para remaja membutuhkan

rasa aman dan perlindungan yang diperolehnya dalam kelompok.

Remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya teman

sebaya. Dalam kelompok teman sebaya remaja membutuhkan penerimaan

dari teman-teman kelompok sehingga bisa tercipta rasa aman. Teman sebaya

sangat berperan dalam pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial

remaja. Hubungan dengan teman sebaya mempunyai berbagai macam fungsi

(32)

Menurut Saputro bahwa dalam teori Asher (http://www.my life spring.

com diakses pada tgl 22 Desember 2008) mengatakan bahwa melalui

hubungan teman sebaya, remaja memperoleh kesempatan untuk belajar

keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya terutama keterampilan

yang dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk

memecahkan konflik sosial yang mencakup keterampilan berkomunikasi,

berkompromi, dan berdiplomasi.

Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. Id diakses tanggal 25 Agustus

2009) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan

remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota

kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh

karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok

sebayanya.

Hurlock (1992) mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya pada

sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada

orangtua. Bagi remaja, kelompok atau teman-teman adalah sumber inspirasi

dan identitas diri. Remaja cenderung menjadi apa yang diharapkan atau

dikatakan oleh orang lain tentang dirinya sehingga remaja membutuhkan

kelompok untuk berinteraksi. Remaja menganggap bahwa dengan

diterimanya dalam kelompok, akan membuatnya merasa dihargai oleh

kelompok. Secara tidak langsung remaja merasa diterima dan dibutuhkan

dalam kelompok. Menurut Saputro bahwa dalam penelitiannya, Burton

(33)

dapat memperoleh kesempatan untuk membangun rasa percaya diri sosial

’social self-confidence’. (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22

Desember 2008)

Mappiare (1982 : 171) berpendapat bahwa remaja yang diterima atau

ditolak dalam kelompok teman sebaya disebabkan oleh beberapa faktor yang

berkaitan dengan aspek pribadi remaja itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan

remaja diterima dalam kelompok teman sebaya adalah tampang yang baik,

atau paling rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok, mempunyai

inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok, bersikap sopan,

memperhatikan orang lain, penyabar, suka menyumbangkan pengetahuannya

pada orang lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab, menaati

peraturan-peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai

situasi dan pergaulan sosial. Remaja yang ditolak oleh teman sebayanya

karena sering menantang, malu-malu, melanggar norma-norma kelompok,

suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan

sendiri dan faktor rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok.

Remaja yang tidak mampu membina pertemanan yang memuaskan

juga akan merasa terpencil dan tidak bahagia. Demikian halnya dengan anak

remaja yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan

mempengaruhinya dalam menjalin relasi dengan teman sebaya. Remaja akan

mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan teman dalam pergaulan,

(34)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penerimaan

sosial dalam kelompok teman sebaya sangat dibutuhkan oleh remaja.

Penerimaan dari orang lain khususnya teman sebaya sangat mempengaruhi

perkembangan pribadi remaja tersebut. Dengan diterimanya dalam suatu

kelompok, remaja akan merasa dihargai, nyaman dan aman dalam menjalin

suatu hubungan dengan orang lain. Penerimaan akan berpengaruh pada

pengembangan konsep diri remaja.

3. Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan Tingkat Penerimaan

Sosial

Hurlock (1978:294) membuat klasifikasi anggota kelompok

berdasarkan tingkat penerimaan sosial adalah sebagai berikut:

a. Stars (kelompok yang Jadi bintang)

Remaja yang bisa diterima oleh kebanyakan orang atau

keberadaannya bisa bisa diterima di berbagai kalangan. “Star” adalah

istilah yang dikenakan pada pada remaja yang memperoleh tingkat

tertinggi dalam penerimaan sosial.

b. Accepted (kelompok yang diterima)

Remaja yang “accepted” disukai sebagian besar anggota kelompok

baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil. Mereka ini memiliki

beberapa teman yang tergolong dalam kelompok besar maupun kecil.

c. .Isolates (kelompok yang tersingkirkan)

Isolate adalah remaja yang terisolasi dari lingkungan. Orang yang

(35)

sedikit sekali remaja yang tergolong dalam kategori ini. Ada dua jenis

isolate. Pertama remaja yang menarik dirinya dari kelompok karena

kurang memiliki minat untuk menjadi anggota untuk mengikuti aktivitas

kelompok disebut dengan “voluntary isolate”. Kedua, remaja yang ditolak

oleh kelompok meskipun dia ingin menjadi anggota kelompok tersebut

dan disebut “involuntary isolate”.

d. Fringers (kelompok yang tersisikan)

Fringers adalah remaja yang tergolong dalam kelompok yang

tersisikan. Posisi fringers tidak aman karena remaja yang berada pada

posisi ini bisa kehilangan kepercayaan dari teman-temannya untuk

sementara karena mereka melakukan perbuatan yang negatif dalam

kelompok.

e. Climbers (kelompok remaja yang ingin dihargai)

Climbers adalah posisi remaja yang ingin dihargai. Remaja ini

sebenarnya sudah diterima tetapi belum puas dengan penerimaan tersebut.

Ingin diterima dalam suatu kelompok dan ingin memperoleh penerimaan

sosial lebih dari yang dialami saat ini.

f. Neglectees (kelompok yang tidak diterima)

Neglectees adalah remaja yang tidak disukai tetapi juga tidak

dibenci. Remaja ini diabaikan karena pemalu, pendiam, dan tidak termasuk

dalam golongan tertentu. Remaja ini memiliki ciri kepribadian yang

(36)

memberikan sumbangan apapun sehingga anggota kelompok lain

mengabaikannya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial

Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial seseorang

antara lain ciri-ciri kepribadian seseorang, kesehatan, jenis dan nilai

kelompok, status ekonomi keluarga dan kebudayaan.

a. Ciri-ciri Kepribadian

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 788) mendefinisikan

kepribadian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang.

Allport (Inge Hutagalung, 2007: 1) mengatakan bahwa kepribadian adalah

organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang

menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan. Ciri kepribadian merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi penerimaan sosial seseorang. Ciri-ciri kepribadian setiap

orang itu berbeda. Ada ciri-ciri kepribadian yang diterima oleh orang lain

dan ada juga ciri kepribadian yang tidak diterima oleh orang lain. Inge

Hutagalung (2007: 5) ciri kepribadian ini tampak dalam pola-pola

terorganisasi yang dikenal dalam istilah sifat.

Penerimaan sosial seseorang dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian

yang disukai. Remaja yang diterima oleh teman sebaya tidak berarti

memiliki pola kepribadian yang sempurna, tetapi memiliki sifat-sifat yang

(37)

kurang diterima oleh kelompok teman sebaya memiliki sifat-sifat yang

buruk lebih banyak daripada sifat-sifat yang baik.

Menurut Hurlock (1978 : 296) hampir semua anak yang diterima

dalam kelompoknya adalah anak remaja yang ramah dan kooperatif.

Mereka yang dapat menyesuaikan diri tanpa menimbulkan kekacauan,

mengikuti peraturan, menerima dengan senang apa yang terjadi, baik,

sedangkan remaja yang mendapat penolakan adalah anak yang memiliki

kepribadian yang egosentris, terpaku pada diri sendiri, tidak dapat

menyesuaikan diri di kelompok dengan baik. Cole (1959) berpendapat

bahwa gadis yang periang, tenang, ramah, tulus hati, dan penuh

pengertian, potensial untuk mendapat penerimaan.

Selain sifat yang mendukung penerimaan, ada juga sifat pribadi

yang mendapat penolakan, misalnya sifat kasar, suka bertengkar, mudah

marah, sombong, dan keras kepala. Sifat-sifat inilah yang kurang diterima.

Rice (1996) mengatakan bahwa ada beberapa sifat kepribadian yang

mengakibatkan remaja kurang diterima adalah kasar, acuh tak acuh,

bermusuhan, tidak dapat menguasai diri, suka menguasai, mudah marah,

egois, pesimistis, suka mengeluh, tidak bisa diandalkan, pembohong,

kurang sportif, tidak bisa humor, berpikiran kotor dan sombong. Menurut

Cole (1959) sifat pribadi yang kurang diterima adalah agresif, mudah

tersinggung, malu, pasif, dan terlalu cerewet.

Ciri kepribadian juga tercermin dalam perilaku seseorang. Inge

(38)

sikap seseorang. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1994: 755) perilaku

adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. Perilaku yang berhubungan dengan orang lain disebut

perilaku sosial. Definisi perilaku sosial menurut Bruno (1989) adalah

perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih.

Perilaku sosial diklasifikasikan menjadi dua yaitu perilaku prososial dan

perilaku anti sosial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun

dan membantu dalam pencapaian tujuan kelompok. Perilaku anti sosial

adalah perilaku yang cenderung merusak dan mengganggu kelancaran

pencapaian tujuan kelompok.

Hurlock (1992) berpendapat bahwa perilaku sosial mendukung

penerimaan sosial adalah perilaku sportif, bersedia untuk bekerjasama,

kreatif, mampu bertanggung jawab, bersikap bijaksana dan sopan.

Medinnus (1969) mengatakan bahwa individu yang penuh empati, dan

individu yang merasa aman, berpeluang besar untuk mendapatkan

penerimaan sosial dari teman sebayanya.

Perilaku sosial yang menyebabkan individu kurang diterima antara

lain karena individu sulit untuk diajak bekerjasama dalam menyelesaikan

tugas, tidak sopan, malas bergaul. Menurut Hurlock (1992: 217) perilaku

sosial yang mengakibatkan penolakan sosial adalah perilaku yang suka

menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang

(39)

b. Penampilan Diri

Orang cenderung menerima baik buruknya seseorang berdasarkan

kesan pertama terhadap penampilannya. Orang yang penampilan fisiknya

menarik cenderung lebih disukai daripada yang penampilan fisiknya

kurang menarik. Karen Dion dan E. Berseherd (Hamachek, 1982)

menemukan bahwa anak-anak lebih responsif terhadap teman-temannya

yang secara fisik berpenampilan menarik, dan sebaliknya menganggap

anak-anak yang secara fisik berpenampilan tidak menarik sebagai anak

yang agresif dan menakutkan. Hutagalung (2007: 81) Mengatakan bahwa

orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri

yang enak dipandang mata.

Cross dan Cross (Hurlock, 1992: 219) menjelaskan pentingnya

penampilan bagi remaja sebagai berikut: “kecantikan dan daya tarik fisik

sangat penting bagi umat manusia. Matthew (1996: 136) menegaskan

bahwa “jika anda ingin mendapatkan banyak teman, pandai-pandailah

mengatur cara berpenampilan.” Menurut Matthew (1996) terdapat tiga

aturan dalam berpakaian yaitu berpakaian rapi, sederhana, dan sesuai

dengan kondisinya. Remaja yang berpenampilan seperti ini berpeluang

untuk mendapatkan penerimaan.

c. Kesehatan

Hurlock (1978 : 96) mengatakan bahwa kebanyakan remaja yang

populer tampaknya memiliki kesehatan yang baik. Mereka penuh

(40)

yang kondisi kesehatannya buruk kurang berpartisipasi dalam kegiatan

kelompok bersama teman sebaya. Akibatnya remaja yang kondisi

kesehatannya buruk akan mendapat penolakan atau diabaikan dalam

kelompok teman sebayanya. Selain faktor kesehatan, cacat fisik juga dapat

mengakibatkan remaja sulit untuk ikut berpartisipasi dalam suatu

kelompok bersama teman sebaya. Menurut Hurlock (1978 : 97) orang

yang cacat fisik sulit melakukan peran serta sosial. Dengan peran serta

sosial yang kurang akan mengakibatkan remaja kurang di terima dalam

kelompok teman sebaya.

d. Jenis dan Nilai Kelompok

Santrock (2003 : 231) mengatakan bahwa remaja bergabung dalam

suatu kelompok dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu

kelompok akan sangat menyenangkan, menarik, dan memenuhi kebutuhan

mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Kelompok memenuhi

kebutuhan pribadi remaja, menghargai mereka, menyediakan informasi,

meningkatkan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Oleh karena

itu remaja sangat membutuhkan penerimaan dalam kelompok teman

sebaya.

Hurlock (1978) berpendapat bahwa penerimaan tergantung pada

besar kecilnya kelompok dan sifat-sifat dalam kelompok. Kriteria

penerimaan dalam kelompok kecil bersifat personal. Seseorang akan

diterima dan ditolak dalam kelompok berdasarkan siapa dirinya, apa yang

(41)

dalam kelompok besar lebih berhubungan dengan hal-hal yang dapat

disumbangkan bagi kelompok.

Sifat kelompok akan menentukan penerimaan kelompok. Orang

yang memiliki keterampilan sosial yang sesuai dengan kelompok, besar

kemungkinan memperoleh penerimaan. Olahraga merupakan salah satu

keterampilan yang mendukung untuk mendapatkan penerimaan. Hal ini

dikuatkan oleh pendapat Rice (1996) yang mengatakan bahwa remaja

laki-laki yang berprestasi dalam bidang olah raga mudah memperoleh

penerimaan daripada remaja yang hanya berprestasi dalam bidang

akademik.

Menurut Hurlock (1978) remaja melakukan hal-hal yang sesuai

dengan nilai-nilai kelompok akan memperoleh penerimaan sosial lebih

besar. Prioritas nilai kelompok remaja putera dan kelompok remaja putri

cenderung berbeda. Kelompok remaja puteri sangat mengutamakan

penampilan dan kelompok remaja putera lebih menekankan nilai

keberanian. Remaja puteri yang berpenampilan menarik lebih mudah

mendapatkan penerimaan daripada remaja putri yang berpenampilan

buruk. Sedangkan dalam kelompok remaja putera, remaja putera yang

sangat baik hati dan sopan cenderung kurang diterima karena remaja ini

menolak tindakan yang mengandung resiko, misalnya kebut-kebutan,

mabuk-mabukan, berkelahi. Remaja ini dinilai kurang berani menghadapi

tantangan.

(42)

e. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga ikut berpengaruh dalam penerimaan dan

penolakan dalam kelompok teman sebaya. Tinggi rendahnya status sosial

orang tua ikut menentukan penerimaan remaja dalam kelompoknya. Lulf

(Hurlock, 1978: 98) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu

ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana seseorang memandang

orang lain. Orang cenderung menghargai mereka yang berpenghasilan

tinggi dan kurang menghargai yang berpenghasilan rendah.

Remaja yang kurang diterima dalam kelompok biasanya yang

memiliki status sosial ekonomi orangtua yang rendah. sehingga mereka

cenderung bersikap minder, menutup diri, kurang percaya diri karena

merasa tidak disenangi kelompok. Sebaliknya remaja yang status sosial

ekonominya orang tuanya tinggi akan lebih mudah diterima dalam

kelompok.

f. Budaya

Faktor budaya ikut mempengaruhi penerimaan seseorang.

Perbedaan budaya akan sangat berpengaruhi pada penerimaan maupun

penolakan seseorang. Orang perlu memahami dan menyesuaikan diri

dengan budaya lain sebelum orang tersebut tinggal bersama dengan

masyarakat yang berbeda budaya dengan dirinya. Misalnya seorang remaja

Flores yang mau bergabung dengan remaja Jawa perlu mempelajari

(43)

5. Manfaat Penerimaan Sosial

Remaja yang duduk di bangku kelas XI SMA adalah remaja yang

berusia antara 15-18 tahun. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja

harus dapat menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan yang ada

selama masa remaja.

Penerimaan sosial memiliki arti yang sangat penting bagi pembentukan

kepribadian siswa untuk dapat berkembang secara optimal. Berikut ini peneliti

akan menjelaskan lebih rinci tentang pentingnya penerimaan sosial dalam

kelompok teman sebaya.

a. Pembentukan Konsep Diri Remaja

Sarlito & Meinarmo (2009: 53) mengatakan bahwa Konsep diri (

self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut

Deaux, Dane & Wrightsman (Sarlito & Meinarmo, 2009: 53 ) konsep diri

adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya.

Sinurat (2003: 16 ) mengatakan bahwa konsep diri adalah keseluruhan

gambaran/pandangan/keyakinan dan penghargaan/perasaan seseorang

tentang dirinya sendiri.

Sinurat (2003) berpendapat bahwa orang-orang yang signifikan

berpengaruh penting dalam pembentukan konsep diri. Orang tua yang

menerima, menghargai, mencintai, dan memberikan rasa aman pada

anaknya akan berpengaruh positif pada pembentukan konsep diri anaknya.

Mappiare (1982) yang mengatakan bahwa akibat langsung adanya

(44)

bagi kelompok. Perasaan ini memberikan rasa percaya diri yang semakin

besar. Pengalaman diterima oleh orang lain semakin mengembangkan

konsep diri remaja yang positif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa peranan

orang-orang terdekat sangat menentukan pembentukan konsep diri remaja.

Orang-orang terdekat di keluarga meliputi ayah, ibu, kakek, nenek, dan

saudara sekandungnya. Orang-orang terdekat di lingkungan sekolah yaitu

guru-guru, dan teman sekolah. Jika remaja mendapat penerimaan dari

orang-orang terdekat dan penting, maka konsep diri remaja akan semakin

positif. Sebaliknya jika orang-orang yang terdekatnya kurang menerima

remaja, maka konsep diri remaja cenderung negatif. Penolakan yang dialami

remaja akan membentuk konsep diri yang negatif. Konsep diri ini akan terus

mempengaruhi konsep diri pada masa selanjutnya. Remaja menjadi tidak

aman, ragu-ragu dan tidak nyaman dalam menjalin relasi dengan orang lain.

Remaja cenderung menarik diri dari pergaulan. Hal ini kurang

menguntungkan remaja dalam pergaulan sosialnya.

Remaja yang mengalami penolakan menurut Mappiare (1982) dapat

mengalami frustrasi. Remaja yang cenderung menyendiri, melamun, dan

menutup diri. Remaja merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain dan kurang

percaya diri. Remaja sering murung, tertekan, dan menampakan gejala

ketidakamanan dalam pergaulan, misalnya mudah tersinggung, curiga, dan

(45)

Penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dapat

meningkatkan konsep diri yang positif karena individu merasa diterima dan

dimiliki oleh kelompok, sehingga individu lebih aktif dan ekspresif dalam

mengembangkan dirinya.

b. Peningkatan Harga Diri (self Esteem) Remaja

Penerimaan dari orang lain merupakan potensi yang mendukung

remaja untuk semakin berhasil dalam pengembangan penghargaan diri (

self-esteem) remaja. Desmita (2008: 221) mengatakan bahwa menjadi orang

yang disukai oleh sejumlah besar teman sebayanya membuat remaja merasa

enak atau senang tentang dirinya.

c. Memperoleh Dorongan Sosial dan Menjadi Lebih Mandiri

Kelly & Hansen (Desmita, 2008: 220) menyebutkan bahwa salah

satu manfaat diterimanya seorang remaja dalam kelompok teman sebaya

adalah memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih

independen. Penerimaan teman-teman dalam kelompok sebaya memberikan

dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru

bagi mereka. Penerimaan dari teman sebaya ini akan membuat remaja

semakin belajar hidup madiri.

6. Aspek-aspek Penerimaan Sosial

a. Perlakuan yang diterima dari teman lain

Perlakuan dari teman lain terhadap kita dapat menunjukan

(46)

perlakuan teman-temannya remaja bisa mengetahui seberapa besar

penerimaan teman-teman terhadap dirinya.

Remaja dapat mengetahui dia diterima, ditolak atau diabaikan oleh

kelompoknya melalui perlakuan dari teman-teman kelompoknya. Pendapat

peneliti ini diperkuat oleh pendapat Hurlock (1978 : 296) bahwa perlakuan

yang diterima individu dari orang lain mengungkapkan dengan cukup

akurat apakah individu disukai atau tidak.

Perlakuan yang diterima oleh remaja dari teman bisa bersifat

positif dan bisa juga bersifat negatif. Perlakuan yang yang bersifat positif

misalnya dilibatkan dalam berbagai kegiatan, ditegur dan disapa, dipilih

dalam satu tim saat ada tugas kelompok, dihargai, didengarkan saat

berbicara, diterima apa adanya, dibantu saat ada kesulitan, dijenguk saat

sakit, diajak bergurau, diperlakukan adil. Perlakuan yang dierima oleh

remaja yang bersifat negatif misalnya dihina, diejek, diperlakukan kasar,

dijauhi saat remaja mengalami masalah dan lain-lain. Jika perlakuan yang

diterima remaja dari teman itu bersifat positif maka bisa dikatakan

penerimaan sosial remaja tersebut baik. Jika perlakuan yang diterima

remaja dari temannya itu bersifat negatif berarti siswa ini mendapat

penerimaan sosial yang tidak baik atau rendah.

b. Umpan balik dari teman

Pengertian umpan balik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah tanggapan langsung dari seseorang terhadap orang lain.

(47)

proses dimana seseorang memberikan tanggapan terhadap orang lain

berdasarkan pengamatan dan perasaannya. Menurut Rahmat (2005 : 191)

umpan balik dapat diartikan sebagai respon dan peneguhan. Berdasarkan

beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa umpan balik

adalah tanggapan atau respon berupa ungkapan yang diberikan oleh

seseorang terhadap orang lain berdasarkan pengamatan dan perasaannya.

Individu dapat mengetahui dengan mudah bagaimana perasaan orang lain

terhadap dirinya yaitu berdasarkan ungkapan-ungkapan orang lain

terhadap dirinya.

Umpan balik dari orang lain bisa dijadikan sebagai suatu tanda

untuk mengetahui seberapa jauh orang lain menerima kehadiran kita.

Dengan umpan balik dari teman lain, remaja tersebut dapat mengetahui

seberapa jauh kehadirannya atau keberadaannya diterima atau kurang

diterima. Hurlock (1978 : 296) mengatakan bahwa anak bisa mengetahui

dengan mudah bagaimana respon orang lain terhadap mereka melalui apa

yang dikatakan orang lain kepada mereka. Demikian halnya remaja

mengetahui dirinya diterima atau kurang diterima berdasarkan hal-hal

yang diungkapkan remaja lain terhadap dirinya.

Umpan balik dari teman lain ini bisa bersifat positif atau negatif.

Umpan balik dari teman yang bersifat positif misalnya pujian, sanjungan,

peneguhan, dukungan atau bantuan, memahami dengan penuh empati.

Umpan balik yang negatif misalnya kritik, celaan, protes, ejekan, dan

(48)

pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian orang tersebut, terlebih

terhadap konsep dirinya.

Orang yang banyak mendapat umpan balik positif berkaitan dengan

pola kepribadiannya dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan

sosialnya baik. Sebaliknya, orang yang banyak mendapat umpan balik

yang negatif dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan

sosialnya rendah atau kurang baik.

c. Popularitas

Keberhasilan remaja dalam hubungan sosialnya dapat dilihat dari

penerimaan dan penolakan oleh teman sebayanya. Walgito ( 1990: 43)

menjelaskan bahwa baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya

dapat dilihat dari tiga segi dan salah satunya adalah segi popularitas. Segi

popularitas menunjukkan banyak sedikitnya teman dalam pergaulan.

Banyak sedikitnya teman dalam hubungan sosial dapat dijadikan sebagai

salah satu tolak ukur baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya.

Makin banyak teman, dapat dikatakan bahwa orang yang bersangkutan

makin baik dalam hubungan sosialnya dalam arti bahwa individu tersebut

diterima dalam hubungan sosialnya, demikian sebaliknya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 782) kata populer

memiliki arti dikenal dan disukai orang banyak, sesuai dengan kebutuhan

masyarakat pada umumnya, mudah dipahami oleh banyak orang, disukai

(49)

Menurut Ali bahwa dalam penelitian Roosianti (http://

digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) dijelaskan bahwa

popularitas menunjukan kemampuan seseorang dalam menjalin

hubungan sosialnya, yaitu keberhasilan dalam membina hubungan

dengan teman sebagai tanda adanya penerimaan dan penolakan dari

temannya atau kelompoknya. Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. id

diakses pada tgl 25 Agustus 2009) popularitas adalah kemudahan

mendapatkan teman yang dapat meningkatkan pengaruh seseorang di

dalam kelompok teman sebayanya. Popularitas menunjukkan

keberhasilan dimana seorang remaja dapat diterima oleh teman

sebayanya dan dapat dengan mudah membina hubungan berteman yang

akan memperkuat kedudukkannya dalam kelompok teman sebaya.

Popularitas adalah ukuran untuk melihat baik tidaknya seseorang

dalam hubungan sosialnya yang ditandai dengan banyak sedikitnya

teman bergaul. Popularitas remaja dalam kelompoknya merupakan

petunjuk bahwa remaja disukai/diterima ataupun ditolak oleh teman

sebayanya. Ali mengatakan bahwa dalam penelitian Handayani, remaja

yang populer cenderung memiliki pengaruh dalam arti memiliki

karakteristik yang lebih dibandingkan dengan teman sebayanya (http://

digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009).

Hurlock (1978: 296) mengatakan bahwa remaja yang populer

memiliki hubungan yang erat dengan teman sebayanya dan karenanya

(50)

memiliki banyak teman atau sahabat mengetahui bahwa mereka diterima

dengan lebih baik daripada individu yang memiliki sedikit teman.

Popularitas seorang remaja ditentukan oleh berbagai kualitas

pribadi yang dimiliki. Hartup dan Asher (Desmita, 2008: 186) mencatat

bahwa remaja yang populer adalah ramah, suka bergaul, bersahabat,

sangat peka secara sosial, dan mudah bekerjasama dengan orang lain.

Menurut Scarr (Desmita, 2008: 187) indikator popularitas adalah nama,

daya tarik fisik, ras, dan kepribadian. Menurut Ali (http://

digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) bahwa anak yang

populer adalah anak yang disukai oleh banyak teman. Dengan ciri-ciri

tersebut remaja akan disukai oleh banyak teman, dipilih oleh banyak

teman, mudah mencari teman, sering menjadi pusat perhatian, dipilih

oleh teman-temannya untuk menduduki posisi terhormat di dalam

kelompok.

Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa remaja yang

populer cenderung memiliki tingkat penerimaan sosial yang lebih baik

ketimbang remaja yang kurang populer. Mereka yang kurang populer

akan cenderung mendapat penolakan dari teman sebayanya.

B.Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unit yang terdapat di

sekolah yang dilakukan untuk pengembangan kepribadian tiap siswa.

(51)

dan lingkungan dimana ia tinggal. Hal ini senada dengan yang diungkapkan

oleh Shertzer dan Stone (1981) bahwa bimbingan merupakan “the process

of helping individuals to understand themselves and their world” (Shertzer

dan Stone, 1981 : 40). Nawawi (1982) mendefinisikan bimbingan sebagai

usaha menolong orang lain atau siswa untuk mengembangkan pandangan

positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat sekitarnya, agar

siswa mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan menetapkan sendiri

keputusan yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Sukardi (1983) mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan

yang diberikan kepada seseorang yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi-potensi yang dimiliki, mengenali diri sendiri, mengatasi

persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menemukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggung jawab kepada orang lain. Menurut Winkel & Hastuti (2004)

bimbingan adalah pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada

sekelompok orang dalam membantu menentukan pilihan-pilihan secara

bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap

tuntutan-tuntutan hidup. Djumhur & Surya (1975 : 26) menjelaskan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan individu yang memerlukan dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

merupakan suatu proses membantu individu di dalam ataupun di luar

kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar dapat

(52)

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun keadaan

sekitar.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah menurut Djumhur & Surya

(1975 : 30) adalah mencapai tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap

individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan. Winkel & Hastuti (2004 : 103) menyebutkan bahwa

tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya siswa dan mahasiswa

berkembang seoptimal mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin

dari pengalamannya selama bersekolah dengan mengindahkan ciri-ciri

kepribadiannya dan tuntutan kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di

masa yang akan datang.

Menurut Hamrin & Clifford (Prayitno, 1999: 112) bimbingan

adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian, dan

interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Sifat

bimbingan menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan

bimbingan, mendampingi individu yang sedang dalam proses sehingga

dapat berlangsung seoptimal mungkin, membantu dalam mengoreksi atau

membetulkan proses perkembangan yang tidak sesuai harapan supaya

kemudian berlangsung lebih baik, supaya siap menghadapi

tantangan-tantangan yang akan datang di masa depan dan kemudian dapat mencegah

akan timbulnya masalah serius di kemudian hari (Winkel dan Hastuti,

(53)

Perkembangan siswa yang utuh dan optimal merupakan mungkin

itulah tujuan pelayanan bimbingan. Dalam mendapatkan penerimaan sosial

dari teman sebaya dalam kelompoknya seseorang siswa harus mengenal

dirinya sendiri, harus mengenal lingkungan kehidupannya di sekitar, harus

mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh teman-teman kelompoknya,

memiliki ciri-ciri kepribadian yang positif mampu memahami diri sendiri

adan lingkungannya secara obyektif, menerima lingkungan dan diri sendiri

dan orang lain secara obyektif. Agar dapat diterima oleh teman-teman

sebayanya, siswa harus mampu memahami diri sendiri, lingkungan dna

ornag lain secara obyektif.

Pelayanan bimbingan ini mempunyai tujuan supaya orang yang

dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, mampu

mengembangkan sifat-sifat positif dalam dirinya sehingga mampu diterima

oleh siswa lain. Bantuan yang diberikan kepada siswa bersifat psikis atau

psikologis karena berperan langsung dalam diri siswa itu sendiri agar siswa

mampu melihat dan mengenal dirinya sendiri sehingga dapat diterima oleh

teman sebayanya. Melalui pelayanan bimbingan siswa diharap dapat

menerima diri sendiri dan orang lain secara positif. Siswa mampu

memberikan umpan balik yang positif pada teman-temannya sehingga dapat

diterima dalam kelompok sebayanya.

Melihat tujuan tersebut, bimbingan dapat membantu untuk mengenal

(54)

mampu menyesuaikan diri dengan baik. Melalui bimbingan siswa akan

dibantu untuk berkembang secara optimal dan utuh.

3. Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa

Juntika dan Sudiarto (2005: 9) menjabarkan bahwa bimbingan di

SMA sebagai upaya pemberi bantuan kepada individu (peserta didik) yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami

dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan

Masalah yang berkaitan dengan penerimaan sosial merupakan

masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan pribadi siswa. Siswa

yang tidak mendapat penerimaan dalam kelompok sebayanya maka akan

menimbulkan masalah pribadi maupun sosial bagi siswa tersebut baik di

sekolah,.masyarakat, serta kehidupan pada umumnya.

Demi meningkatkan penerimaan sosial siswa dalam kelompok

teman sebayanya, maka diperlukan bimbingan yang pada hakekatnya

membantu individu untuk berkembang secara optimal dan utuh. Bimbingan

membantu siswa untuk memahami dirinya dan juga masalah baik pribadi

maupun sosial, persoalan, tantangan, yang sedang dihadapinya demi

perkembangan pribadi yang menjadi semakin lebih baik. Hal ini dapat

dilihat dari kaitannya antara beberapa hal yang mempengaruhi penerimaan

sosial seseorang siswa.

Bimbingan membantu seorang siswa untuk melihat dan mengenal

(55)

Hal-hal positif dan negatif, potensi dan bakat dalam dirinya sehingga siswa

bisa mensyukurinnya dan mengembangkannya dengan baik. Dengan

mengenal dirinya siswa mampu berpikir, berperasaan, berperilaku, dan

berelasi dengan teman-teman yang lain maupun dengan orang lain dengan

baik. Setelah mengenal dirinya siswa diharapkan mampu membawa dirinya

dengan baik dalam menjalin relasi dengan teman ataupun orang lain.

Melalui bimbingan siswa dibantu dan disadarkan tentang

perilaku-perilaku sosialnya. Bruno (1989) mendefinisikan perilaku-perilaku sosial sebagai

perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih. Dalam

berelasi pasti setiap kita akan dihadapkan dengan orang lain oleh karena ini

siswa butuh memahami cara-cara yang tepat dalam berperilaku. Agar dapat

diterima oleh teman-temannya siswa harus berperilaku yang sesuai dengan

norma-norma yang berlaku. Siswa dituntun untuk lebih memperhatikan

perilaku sosialnya. Perilaku yang dapat diterima adalah perilaku yang

prososial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun dan

membantu dalam pencapaian tujuan kelompok.

Siswa yang dapat berpartisipasi sosial mempunyai keterampilan

sosial. Keterampilan sosial merupakan perilaku sosial yang dipelajari

berulang-ulang sehingga menjadi milik seseorang. Meyers dan Nelson

(Rice, 1996) yang mengatakan bahwa keterampilan sosial merupakan salah

satu faktor yang sangat membantu seorang siswa dalam mendapat

penerimaan sosial dari teman-temannya. Oleh karena itu pelayanan

(56)

keterampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam pergaulan. Dengan memahami

keterampilan tersebut siswa diharapkan mampu memberikan kesan yang

baik sehingga bisa mendapat penerimaan dari teman sebayanya.

Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya untuk membantu

individu dalam mengoptimalkan perkembangannya. Optimal perkembangan

itu dapat dicapai melalui pemahaman diri, pengarahan diri, dan penyesuaian

diri baik terhadap dirinya maupun lingkunganya (Syaodih, 2007: 9). Siswa

yang dapat diterima adalah siswa yang mampu menyesuaikan dirinya

dengan kelompok maupun lingkungan setempat. Inilah peran bimbingan

bagi siswa yang belum bisa menyesuaikan dirinya dengan baik dengan

dirinya, dengan orang lain khususnya teman sebaya maupun lingkungan

setempat sehingga dapat diterima oleh temannya ataupun orang lain. Hal ini

sesuai dengan pendapat Frank W. Miller (Syaodih, 2007: 9) yang

mendefinisikan bimbingan sebagai proses membantu individu agar memiliki

pemahaman diri dan pengarahan diri, agar dapat menyesuaikan diri secara

maksimal dalam kehidupan di sekolah, rumah, dan masyarakat. Dalam

peran ini bimbingan ini, bentuk layanan yang bisa diberikan adalah layanan

penyesuaian diri.

Demi mendapat penerimaan dari teman sebaya siswa perlu

mengenal jenis kelompoknya dan nilai-nilai apa saja yang berlaku dalam

kelompok tersebut. Setiap kelompok biasanya memiliki aturan yang

berbeda-beda. Siswa yang diterima dalam suatu kelompok biasanya

(57)

peran bimbingan yang sangat penting. Bimbingan membantu mengarahkan

siswa untuk memilih kelompok-kelompok yang sesuai dengan minat dan

kemampuan siswa. Sehingga dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri.

Siswa yang tidak menjaga penampilan fisiknya kemungkinan akan

mendapat penolakan dari temannya. Siswa yang kondisi fisiknya tidak sehat

cenderung tidak berpartisipasi dalam kelompok sehingga kurang mendapat

penerimaan dari teman-temannya. Siswa yang memiliki kesehatan yang baik

lebih cenderung mendapat penerimaan

Gambar

Tabel 1 Rincian Subyek  Penelitian
Tabel 2Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Sosial siswa kelas XI SMA
Tabel 3  Kuesioner Penerimaan Sosial setelah Uji coba
Tabel 4 Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam meneruskan kajian kita dalam bidang keusahawanan, adalah penting untuk dicatatkan pembangunan dalam penyelidikan dan pendidikan yang berlaku beberapa tahun yang lepas..

informasi yang digunakan untuk memberikan informasi bagi manajemen..  Sistem informasi dibutuhkan oleh manajemen dalam

Variabel Opini Audit memiliki probabilitas 0.3962 > 0.05, sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa H0 diterima yang berarti Opini Audit secara parsial

Penentuan shio dalam program sederhana ini dilakukan dengan pertama kali dengan menginput tanggal, bulan dan tahun kelahiran kemudian dilakuakn perhitungan dengan cara

Morphological observations cassava, for the varieties of Adira-1 and Cabak macao from three areas of research with different altitudes of 50 m asl, 300 m above sea level,

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Strategi guru PAI dalam mengembangkan aspek jasmani siswa di SMP Islam Al-Azhaar Tulungagung yaitu dengan metode

Hasil penelitian ini adalah bahwa ada muatan radikal dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI, bab "Tokoh-tokoh Pembaharuan Dunia Islam

Melihat realitas yang terjadi saat ini, hampir semua negara di dunia mengalami proses.. globalisasi, hanya saja dalam tahapan yang berbeda, ada yang lebih cepat dan ada