Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rosalina Ina Rianghepat
NIM : 041114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Rosalina Ina Rianghepat
NIM : 041114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO:
Untuk mendapat sesuatu yang terbaik dalam hidup itu butuh perjuangan dan
pengorbanan
(penulis)
v
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Peneliti
vi
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Rosalina Ina Rianghepat
NIM: 041114002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Persepsi terhadap Penerimaan Sosial pada Siswa Kelas XI IPS SMA
BRUDERAN Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 4 Juni 2010
Yang menyatakan,
vii
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Rosalina Ina Rianghepat
Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi
terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo Tahun
Pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimanakah deskripsi
persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo
Tahun Pelajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan
apa sajakah yang tepat untuk mengembangkan penerimaan sosial siswa XI SMA
Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010?”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI
SMA Bruderan Purworejo yang berjumlah 79 siswa. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah kuesioner Penerimaan sosial. Kuesioner ini disusun berdasarkan
tiga aspek dalam penerimaan sosial. Jumlah seluruh item yang digunakan sebanyak
55 butir item.
Teknik analisis data yang ditempuh adalah dengan membuat tabulasi
skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing item,
menghitung mean kelompok secara keseluruhan dan mean masing-masing aspek,
selanjutnya mengkategorisasikan penerimaan sosial menjadi dua yaitu: tinggi atau
rendah.
viii
GUIDANCE TOPICS
Rosalina Ina Rianghepat
Sanata Dharma University
2010
This research intends to get perception of social acceptance to the 11
thgrade
social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010. First
problem about description of perception social acceptance to the 11
thgrade social
program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010 and second
problem is what guidance topics for developing social acceptance to the 11
thgrade
social program students of Bruderan Purworejo academic year 2009/2010.
This research used descriptive research with survey method. The research
subject is all students 11
thgrade social program of SMA Bruderan Purworejo. They
are 79 person. The tool for collecting files is questionnaire social acceptance. This
questionnaire based on three aspets in social acceptance. The total items used are 55.
the analitycal data technique used in this research is by making the tabulation score
from each, counting the total score of each items, counting the group
“mean”thoroughly and “mean” of each aspects, and then categorizing of social
acceptance become high or low.
ix
dan kekuatan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adnya dukungan
dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2.
Dra. M. J. Retno Priyani, M Si, sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.
3.
Kepala Sekolah SMA St. Mikhael yang telah memberikan ijin pada peneliti
untuk melakukan ujicoba penelitian. .
4.
Dra. Th. Rini Purwani, sebagai Kepala Sekolah SMA Bruderan Purworejo
yang telah memberikan ijin dan kemudahan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian.
5.
Siswa-siswi kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo yang telah bersedia
membantu peneliti untuk mengisi kuesioner.
6.
Kedua orang tua saya Bapak Vitalis Rianghepat dan Ibu Anna Hingi,
kakak-kakak saya: Kakak Suster, Kakak Romo, Kakak Tulit, Abang Carlo, Abang
Julio, Kakak Moniq, Amick, Awe yang telah memberikan dukungan moril
dan material.
x
9.
Alexander Mario Wara Mbuu. Terima kasih atas cinta dan kesabaranmu.
10.
Teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan masukan yang
berguna dan semangat bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11.
Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Disadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai. Diharapkan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan berminat dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, 04 Mei 2010
Peneliti
xi
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN MOTTO………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..…... vi
ABSTRAK……….... vii
ABSTRACT………...………….... viii
KATA PENGANTAR………..…....……..….. ix
DAFTAR ISI………..…....….……….. x
DAFTAR TABEL………...…....……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………….……….…..……..…..……..…... xiii
BAB I PENDAHULUAN………..…….…..……….... 1
A.
Latar Belakang………..….…..………….…….. 1
B.
Perumusan Masalah………...…………..……... 7
C.
Tujuan Penelitian……….…..………... 7
D.
Manfaat Penelitian………..………..…... 8
xii
2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari...……. 11
B.
PENERIMAAN SOSIAL REMAJA………....……… 12
1.
Pengertian Penerimaan Sosial.…...…..…... 12
2.
Penerimaan Sosial Remaja………..………...…... 13
3.
Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan
Tingkat Penerimaan Sosial ... 18
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Sosial... 20
5.
Manfaat Penerimaan Sosial ... 27
6.
Aspek-aspek Penerimaan Sosial………….……... 29
C.
Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa... 34
1.
Pengertian Bimbingan…….………....…....…... 34
2.
Tujuan Bimbingan ………...….…………... 36
3.
Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa.…... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...…...…... 44
A.
Jenis Penelitian………..………..…... 44
B.
Subyek Penelitian……….……… 44
C.
Instrumen Penelitian………..….………..………... 45
D.
Validitas dan Reliabilitas………...………..…... 48
1.
Validitas………...………..……... 48
xiii
A.
Hasil Penelitian………...…………... 57
B.
Pembahasan Hasil Penelitian………...…...………... 60
BAB V USULAN TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENGEMBANGKAN
PENERIMAAN SOSIAL………...………... 70
BAB VI PENUTUP………..………...………... 94
A.
Kesimpulan……….……...………….………... 94
B.
Keterbatasan penelitian……...…...………... 95
C.
Saran………..…..……….……... 95
xiv
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Sosial Siswa
Kelas XI SMA Bruderan Tahun Pelajaran 2009/2010... 47
Tabel 3. Kuesioner Penerimaan Sosial setelah Ujicoba... 51
Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Alat Ukur... 52
Tabel 5. Kelas dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian
di SMA Bruderan Purworejo... 54
Tabel 6.
Kategorisasi Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA
Bruderan Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010... 58
Tabel 7. Kategorisasi Penerimaan Sosial Berdasarkan
Masing-masing Aspek... 59
Tabel 8. Usulan Topik Bimbingan Untuk Mengembangkan dan
meningkatkan Penerimaan Sosial Siswa Kelas XI SMA
xv
Lampiran 1: Kuesioner Penerimaan Sosial Sebelum Ujicoba... 100
Lampiran 2: Validitas dan Realibilitas…………...……... 106
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian Penerimaan Sosial .……….... 113
Lampiran 4: Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 117
1 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia secara hakiki adalah makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan ia
membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain (Gerungan, 2002 : 24).
Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu mencari kasih sayang dan
penerimaan orang lain, oleh karena itu manusia tidak bisa hidup seorang diri,
ia butuh orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Individu perlu
bergaul dan berhubungan dengan orang lain sejak masih kecil hingga individu
berhasil menjadi manusia yang mampu hidup bermasyarakat.
Hasil dari hubungan dan interaksi dengan orang lain dapat mempengaruhi
tingkah laku dan cara pandang orang lain juga. Lewat interaksi dengan orang
lain individu akan membentuk persepsinya. Menurut Rani Persepsi merupakan
suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang
terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya (http://id.shvoong.com
diakses tanggal 1 Mei 2010).
Dalam kehidupan sosial sebagian individu cenderung mengandalkan
persepsinya. Hal ini juga akan terjadi dalam perkembangan sosial remaja. Saat
dalam memandang suatu pengalaman atau peristiwa. Demikian halnya dalam
penerimaan sosial. Melalui persepsi remaja dapat mengukur seberapa jauh
mereka diterima maupun ditolak oleh orang lain.
Desmita (2008: 219) mengatakan bahwa perkembangan kehidupan sosial
remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya
dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
berhubungan dan bergaul dengan teman sebaya mereka. Kebutuhan untuk
berelasi pada remaja khususnya remaja yang duduk di kelas XI SMA
cenderung meningkat baik itu kebutuhan untuk bergabung dengan teman
sebaya di sekolah maupun dengan kelompok teman sebaya di luar lingkungan
sekolah. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mulai belajar melepaskan
diri dari pengaruh orang tua. Mereka mulai terjun ke dalam masyarakat.
Bahkan remaja suka membuat kelompok atau gank tersendiri. Remaja ingin
membentuk kelompok sosial tertentu sesuai dengan norma-norma yang
mereka tetapkan dalam kelompok tersebut. Pembentukan sikap, tingkah laku,
dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan
ataupun teman-teman sebaya.
Soesilowindradini (1982: 117) menegaskan kembali bahwa kelompok
teman sebaya ini lebih berpengaruh terhadap anak dalam hal sikap-sikapnya,
minat-minatnya, nilai-nilai yang dianutnya, dan tingkah lakunya daripada
norma dalam keluarganya. Hal ini mendorong remaja untuk terus menjalin
relasi dengan teman sebayanya. Mappiare (1982 : 153) mengatakan bahwa
yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penerimaan kelompok teman sebaya dan
kebutuhan untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya.
Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi perkembangan remaja. Kebutuhan untuk dapat diterima oleh
lingkungan bagi setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak
sebagai makhluk sosial. Demikian juga bagi remaja yang juga akan
mengalami perkembangan secara sosial. Pengertian dan penerimaan dari
teman sebaya dalam kelompok akan membantu dirinya dalam penerimaan
keadaan dirinya sendiri dan juga sangat membantu remaja dalam memahami
pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.
Desmita (2008: 222) mengatakan bahwa remaja lebih suka berbicara tentang
pengalaman dan minat-minat yang lebih bersifat pribadi kepada teman
sebayanya. Dalam masalah yang lebih bersifat pribadi ini remaja lebih enak
berbicara dengan teman-temannya. Mereka percaya bahwa teman sebaya
akan memahami perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan dengan
orang dewasa. Melalui teman sebaya remaja mencurahkan apa yang tersimpan
di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Remaja
mengungkapkan secara bebas tentang rencana, cita-cita dan
dorongan-dorongan dalam dirinya.
Setiap remaja memiliki kemampuan yang berbeda dalam usahanya
mendapatkan penerimaan dari orang lain. Ada remaja yang berhasil
mendapatkan penerimaan sosial tetapi ada juga yang kurang berhasil
mendapat penerimaan sosial bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
baik dan suka menolong teman-temannya, mengikuti norma-norma dalam
kelompok, bisa diajak kerjasama dan mampu menunjukan kesetiaan dalam
kelompok. Remaja yang kurang mendapat penerimaan sosial bisa saja
disebabkan karena remaja ini suka ribut di kelas, usil, dan suka memeras
teman-temannya. Soesilowindradini (1982: 178-179) menjelaskan bahwa
hal-hal yang menyebabkan bahwa anak remaja disenangi oleh
teman-temannya karena dia aktif, suka bekerjasama dan membantu, bersikap sopan
dan memperhatikan orang lain, jujur dan dapat dipercaya, tidak pelit/kikir,
mempunyai inisiatif, mempunyai tampang yang baik setidaknya cukup rapi,
mampu menyesuaikan diri secara tepat. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan
anak remaja tidak disenangi adalah sombong, suka menguasai anak-anak lain,
suka menentang, malu-malu, selalu mengikuti kemauan sendiri, suka rebut,
tidak sopan pada teman-temannya dan orang lain.
Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat sejauh mana
seseorang diterima orang lain atau kelompok. Remaja yang diterima oleh
kelompok teman sebaya akan merasa senang, gembira, puas, dan
meningkatkan rasa percaya diri yang tinggi sehingga bisa menimbulkan
konsep diri yang positif pada diri remaja tersebut. Sebaliknya jika siswa atau
remaja tersebut tidak diterima dalam kelompok teman sebaya maka remaja
tersebut akan mengalami ketidakpuasan dalam diri dan siswa tersebut
cenderung menyendiri sehingga bisa membentuk konsep diri yang negatif
yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang berpengaruh pada
peningkatkan konsep diri positif, sedangkan penerimaan sosial yang rendah
menjadikan seseorang menjadi rendah diri, menarik diri dari kontak sosial,
dan menjadi kecenderungan menutup diri yang akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri negatif.
Sindrom penerimaan dalam kelompok sosial dilukiskan seperti kesan
pertama yang positif karena penampilan yang menarik (sesuai dengan gaya
saat itu), mudah bergaul, atau mudah diajak kerjasama. Bila remaja berhasil
diterima maka tidak ada masalah. Namun, apabila ia gagal maka ia akan
merasa minder atau tertolak. Lingkungan dan kelompok sosial (peer) seperti
apa yang menerima mereka menentukan kepribadian remaja di masa yang
akan datang. Jadi kesuksesan dalam perkembangan sosial sangat penting bagi
seorang remaja.
Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa penerimaan yang dialami oleh
siswa mengakibatkan siswa merasa bahagia dalam hidupnya serta semakin
aktif dalam pergaulannya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di
lingkungan sekolah misalnya dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
dalam kelompok belajar dan kegiatan ekstrakurikuler. Di luar lingkungan
sekolah misalnya belajar kelompok di luar jam sekolah, kegiatan di luar jam
sekolah dan lain-lain.
Menurut Winkel (1987), siswa yang mengalami penerimaan sosial akan
merasa dirinya berharga, aman, nyaman dan cenderung lebih percaya diri
dalam belajar di kelas, sehingga siswa dapat memperoleh keberhasilan
akademik. Sunaryati (1999) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
penerimaan sosial memotivasi siswa untuk berprestasi dalam bidang studi
tertentu khususnya bidang studi bahasa Inggris.
Penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya dapat membantu
pengembangan konsep diri individu yang semakin positif. Hal ini semakin
dikuatkan dengan pendapat Medinnus (1969) yang mengatakan bahwa
penerimaan sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri, rasa aman, dan
keberhargaan.
Siswa yang mengalami penolakan dalam kelompok teman sebaya akan
mengakibatkan siswa merasa kesepian, tidak bahagia, tidak percaya diri,
minder, sedih dan menimbulkan konsep diri yang negatif. Hal ini akan
menghambat siswa dalam menjalin relasi sosial dengan orang lain baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Siswa juga menjadi tidak semangat dalam
belajar sehingga cenderung bermasalah dalam bidang akademik. Prestasi
belajar siswa menjadi menurun.
Realitas di SMA Bruderan menunjukan bahwa banyak siswa kelas XI
yang cenderung membentuk gang atau kelompok sendiri. Ada yang memilih
teman dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok. Mereka cenderung memilih
sendiri teman-temannya tidak berdasarkan kelompok yang berikan oleh guru
mata pelajaran. Dari kondisi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi
juga, peneliti ingin menyusun usulan topik bimbingan untuk meningkatkan
penerimaan sosial siswa dalam kelompok teman sebaya.
Dari uraian diatas peneliti berpendapat bahwa penerimaan sosial siswa
dalam kelompok teman sebaya sangatlah penting untuk mencapai
perkembangan pribadi yang optimal dan memotivasi siswa untuk memperoleh
prestasi belajar yang lebih memuaskan. Mengingat pentingnya penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya ini, maka peneliti perlu memperoleh
gambaran mengenai sejauh mana tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI
IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah persepsi terhadap penerimaan sosial pada siswa kelas XI
IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?
2. Topik-topik bimbingan apakah yang tepat bagi siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan persepsi penerimaan sosial siswa kelas XI IPS SMA
Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010.
2. Dapat menyusun topik bimbingan yang tepat bagi siswa kelas XI IPS
D. Manfaat Penelitian
1. Konselor Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan oleh konselor sekolah
sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan program bimbingan
di sekolah, khususnya dalam merancang topik-topik bimbingan
pribadi-sosial.
2. Guru Bidang Studi
Guru bidang studi mendapatkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk turut serta meningkatkan penerimaan sosial di
kalangan siswa di kelas.
3. Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bagian dari proses
belajar dan berlatih menulis, khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat
mengembangkan pengetahuan peneliti.
4. Siswa
Siswa mampu meningkatkan penerimaan sosialnya terhadap teman–teman
sebayanya baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
E. Definisi Operasional
1. Persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari
lingkungan yang bersifat individual, meskipun stimulus ynag diterima itu
sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda,
kemampuan berpikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkin
2. Tingkat penerimaan sosial adalah: sejauhmana individu merasa diterima
oleh orang lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan
mendapatkan pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai,
didukung, diteguhkan serta puas dengan relasinya tersebut (tingkat
penerimaan sosial ini terungkap sejauh kuesioner yang dibuat).
3. Kelompok teman sebaya (peer friendship group) adalah kelompok
anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan
mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan
anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolescent).
4. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu di dalam ataupun
diluar kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar
dapat menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal
mungkin sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun
keadaan sekitar. Bimbingan yang berkaitan dengan masalah penerimaan
10 BAB II
KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini akan diuraikan pengertian persepsi, pengertian penerimaan
sosial remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial remaja,
tanda-tanda penerimaan sosial, penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dan
peran bimbingan di sekolah.
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi memiliki berbagai macam definisi yang satu sama lain
saling melengkapi. Morgan, King & Robinson mengatakan bahwa persepsi
adalah bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,mengecap, dan
mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain persepsi adalah segala sesuatu
yang dialami oleh manusia (Adi, 1994: 105). Rakhmat juga menjelaskan
persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, dan
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan (2004: 51). Menurut Rani bahwa dalam teori Bower dijelaskan bahwa
peersepsi merupakan interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan
individu (http://id.shvoog.com akses tanggal 1 Juni 2010). Menurut Martin,
dalam teori Walgito dijelaskan bahwa persepsi sebagai stimulus yang
diinderakan oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera
Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa persepsi adalah
interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan yang bersifat
individual, meskipun stimulus ynag diterima itu sama, tetapi karena setiap
orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berpikir yang berbeda,
maka hal tersebut sangat memungkin terjadi perbedaan persepsi pada setiap
individu. Demikian halnya dalam penerimaan sosial setiap orang juga akan
memiliki persepsi yang berbeda. Dengan pengalaman yang berbeda maka
akan mempengaruhi persepsi kita dalam menerima dan menolak orang lain.
2. Aplikasi Persepsi dalam Kehidupan Sehari-hari
Persepsi sangat berperan penting dalam pergaulan dengan orang
lain. Dimana kita berada, kita akan berhadapan dengan orang lain yang
berbeda sehingga akan mempengaruhi persepsi kita. Persepsi juga berperan
dalam kehidupan remaja. Dengan pengalaman yang berbeda akan
mempengaruhi persepsi mereka dalam menerima dan menolak temannya.
Karena persepsi sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-hari maka Adi ( 1994: 114-116) menjelaskan beberapa hal penting yang
berperan dalam persepsi yaitu:
a. Impression Formation
Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan/
pemikiran yang relatif menetap tentang orang tersebut. Misalnya:jenis
kelamin, ciri-ciri fisik, kelas sosial, sedangkan impression formation ini
terbentuk melalui klasifikasi kepribadian yang implisit dan
b. Attribution
Atribusi adalah proses dimana kita menjelaskan dan menginterpretasikan
kejadian yang kita temukan baik dari dunia fisik maupun dunia sosial.
c. Social Influence
Bagaimana kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Misalnya hubungan kakak-adik. Berkaitan dengan pengaruh sosial (social
Influence) ini bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena imitasi, konformitas,
dan kepatuhan.
d. Social Relationship
Suatu perepsi sosial banyak dipengaruhi oleh keakrabannya dengan orang
lain. ketertarikan interpersonal dapat dipengaruhi melalui kedekatan fisik,
kesamaan sikap, penampilan yang menarik.
B. Penerimaan Sosial Remaja
1. Pengertian Penerimaan Sosial
Menurut Chaplin (1989) penerimaan sosial adalah tingkat
sejauhmana seseorang merasa diterima oleh orang lain. Hurlock (1978)
mengatakan bahwa penerimaan sosial adalah suatu tanggapan positif dari
orang lain terhadap seluruh kepribadian seseorang remaja sehingga remaja
tersebut merasa diterima. Melalui rasa diterima orang tersebut akan
mendapatkan kesenangan, keuntungan, manfaat, dan akibat positif lainnya
dalam interaksi sosialnya.
Sunaryati (1999) berpendapat bahwa penerimaan sosial adalah suatu
ini membuat individu merasa aman dan bahagia dalam kelompoknya.
Sementara New Comb,Turner & Coverse (1965) mendefinisikan penerimaan
sosial sebagai suatu sikap saling tertarik terhadap ciri kepribadian positif yang
menghasilkan pengalaman positif dalam suatu relasi. Penerimaan sosial
menurut Sutanto (1992) adalah keadaan individu yang dapat diterima oleh
teman-temannya dalam interaksi kelompok.
Dari uraian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penerimaan sosial adalah tingkat sejauhmana individu diterima oleh orang
lain dalam suatu relasi sehingga individu tersebut akan mendapatkan
pengalaman yang positif seperti merasa aman, dihargai, didukung, diteguhkan
serta puas dengan relasinya tersebut.
2. Penerimaan Sosial Remaja
Siswa kelas II SMA adalah remaja yang berada pada rentang usia 15
sampai dengan 18 tahun. Pada usia ini remaja sudah mulai belajar untuk
bermasyarakat dan remaja juga mulai mengembangkan minat dan sikap
sosialnya. Mappiare (1982 : 58) mengatakan bahwa pada masa remaja awal
sikap remaja yang lebih berkembang adalah sikap sosial, lebih-lebih sikap
sosial yang berhubungan dengan teman sebaya.
Berkaitan dengan hubungan sosial pada masa remaja, hampir seluruh
waktu yang digunakan remaja adalah berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya di luar rumah khususnya dengan kelompok teman sebaya. Kondisi
remaja yaitu menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya
baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin (Mappiare, 1982 : 99).
Agar dapat berhasil dalam menjalani tugas perkembangan ini remaja
sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada
dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di
mana ia tinggal khususnya teman sebayanya. Penerimaan oleh semua pihak
terlebih teman sebaya menyebabkan remaja merasa aman dan bahagia. Rasa
aman dan bahagia ini karena adanya dukungan dan perhatian terhadap
dirinya. Penerimaan dari orang lain merupakan motivasi yang baik bagi
remaja untuk lebih puas dalam menghadapi kehidupannya.
Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosial remaja. Kebutuhan akan penerimaan
dari orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, dan teman sebaya
merupakan faktor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat.
Kadang-kadang kegagalan remaja dalam pelajaran disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial. Menurut Saputro bahwa
dalam penelitian Koch (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22
Desember 2008) menemukan remaja yang disukai oleh teman-teman
sekelasnya lebih baik kemampuannya untuk menyelesaikan rutinitas dan
tugas-tugas sekolah daripada remaja yang tidak disukai di kalangan
teman-temannya.
Hetherington & Parke (Desmita, 2008 : 145) mendefinisikan teman
memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia. Lewis &
Rosenblum (Desmita, 2008: 145) mengatakan bahwa teman sebaya lebih
menekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Menurut Ali
(http://digilib.unnes.ac.id diakses tangga 25 Agustus 2009) kelompok teman
sebaya (peer friendship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda
yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan
umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai
dengan masa remaja (adolescent).
Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial
remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan
merupakan anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003) remaja dalam
kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga
tidak jarang orangtua dinomorduakan sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan. Gunarsa & Gunarsa (1984 : 95) mengatakan bahwa
kelompok teman sebaya sulit ditiadakan karena para remaja membutuhkan
rasa aman dan perlindungan yang diperolehnya dalam kelompok.
Remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya teman
sebaya. Dalam kelompok teman sebaya remaja membutuhkan penerimaan
dari teman-teman kelompok sehingga bisa tercipta rasa aman. Teman sebaya
sangat berperan dalam pembentukan sikap, tingkah laku, dan perilaku sosial
remaja. Hubungan dengan teman sebaya mempunyai berbagai macam fungsi
Menurut Saputro bahwa dalam teori Asher (http://www.my life spring.
com diakses pada tgl 22 Desember 2008) mengatakan bahwa melalui
hubungan teman sebaya, remaja memperoleh kesempatan untuk belajar
keterampilan sosial yang penting untuk kehidupannya terutama keterampilan
yang dibutuhkan untuk memulai dan memelihara hubungan sosial dan untuk
memecahkan konflik sosial yang mencakup keterampilan berkomunikasi,
berkompromi, dan berdiplomasi.
Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. Id diakses tanggal 25 Agustus
2009) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan
remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota
kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh
karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok
sebayanya.
Hurlock (1992) mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
orangtua. Bagi remaja, kelompok atau teman-teman adalah sumber inspirasi
dan identitas diri. Remaja cenderung menjadi apa yang diharapkan atau
dikatakan oleh orang lain tentang dirinya sehingga remaja membutuhkan
kelompok untuk berinteraksi. Remaja menganggap bahwa dengan
diterimanya dalam kelompok, akan membuatnya merasa dihargai oleh
kelompok. Secara tidak langsung remaja merasa diterima dan dibutuhkan
dalam kelompok. Menurut Saputro bahwa dalam penelitiannya, Burton
dapat memperoleh kesempatan untuk membangun rasa percaya diri sosial
’social self-confidence’. (http://www.my life spring.com diakses pada tgl 22
Desember 2008)
Mappiare (1982 : 171) berpendapat bahwa remaja yang diterima atau
ditolak dalam kelompok teman sebaya disebabkan oleh beberapa faktor yang
berkaitan dengan aspek pribadi remaja itu sendiri. Hal-hal yang menyebabkan
remaja diterima dalam kelompok teman sebaya adalah tampang yang baik,
atau paling rapi serta aktif dalam urusan-urusan kelompok, mempunyai
inisiatif, banyak memikirkan kepentingan kelompok, bersikap sopan,
memperhatikan orang lain, penyabar, suka menyumbangkan pengetahuannya
pada orang lain, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab, menaati
peraturan-peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai
situasi dan pergaulan sosial. Remaja yang ditolak oleh teman sebayanya
karena sering menantang, malu-malu, melanggar norma-norma kelompok,
suka menguasai anak lain, suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan
sendiri dan faktor rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok.
Remaja yang tidak mampu membina pertemanan yang memuaskan
juga akan merasa terpencil dan tidak bahagia. Demikian halnya dengan anak
remaja yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan
mempengaruhinya dalam menjalin relasi dengan teman sebaya. Remaja akan
mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan teman dalam pergaulan,
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya sangat dibutuhkan oleh remaja.
Penerimaan dari orang lain khususnya teman sebaya sangat mempengaruhi
perkembangan pribadi remaja tersebut. Dengan diterimanya dalam suatu
kelompok, remaja akan merasa dihargai, nyaman dan aman dalam menjalin
suatu hubungan dengan orang lain. Penerimaan akan berpengaruh pada
pengembangan konsep diri remaja.
3. Klasifikasi Anggota Kelompok Berdasarkan Tingkat Penerimaan
Sosial
Hurlock (1978:294) membuat klasifikasi anggota kelompok
berdasarkan tingkat penerimaan sosial adalah sebagai berikut:
a. Stars (kelompok yang Jadi bintang)
Remaja yang bisa diterima oleh kebanyakan orang atau
keberadaannya bisa bisa diterima di berbagai kalangan. “Star” adalah
istilah yang dikenakan pada pada remaja yang memperoleh tingkat
tertinggi dalam penerimaan sosial.
b. Accepted (kelompok yang diterima)
Remaja yang “accepted” disukai sebagian besar anggota kelompok
baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil. Mereka ini memiliki
beberapa teman yang tergolong dalam kelompok besar maupun kecil.
c. .Isolates (kelompok yang tersingkirkan)
Isolate adalah remaja yang terisolasi dari lingkungan. Orang yang
sedikit sekali remaja yang tergolong dalam kategori ini. Ada dua jenis
isolate. Pertama remaja yang menarik dirinya dari kelompok karena
kurang memiliki minat untuk menjadi anggota untuk mengikuti aktivitas
kelompok disebut dengan “voluntary isolate”. Kedua, remaja yang ditolak
oleh kelompok meskipun dia ingin menjadi anggota kelompok tersebut
dan disebut “involuntary isolate”.
d. Fringers (kelompok yang tersisikan)
Fringers adalah remaja yang tergolong dalam kelompok yang
tersisikan. Posisi fringers tidak aman karena remaja yang berada pada
posisi ini bisa kehilangan kepercayaan dari teman-temannya untuk
sementara karena mereka melakukan perbuatan yang negatif dalam
kelompok.
e. Climbers (kelompok remaja yang ingin dihargai)
Climbers adalah posisi remaja yang ingin dihargai. Remaja ini
sebenarnya sudah diterima tetapi belum puas dengan penerimaan tersebut.
Ingin diterima dalam suatu kelompok dan ingin memperoleh penerimaan
sosial lebih dari yang dialami saat ini.
f. Neglectees (kelompok yang tidak diterima)
Neglectees adalah remaja yang tidak disukai tetapi juga tidak
dibenci. Remaja ini diabaikan karena pemalu, pendiam, dan tidak termasuk
dalam golongan tertentu. Remaja ini memiliki ciri kepribadian yang
memberikan sumbangan apapun sehingga anggota kelompok lain
mengabaikannya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial
Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan sosial seseorang
antara lain ciri-ciri kepribadian seseorang, kesehatan, jenis dan nilai
kelompok, status ekonomi keluarga dan kebudayaan.
a. Ciri-ciri Kepribadian
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 788) mendefinisikan
kepribadian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang.
Allport (Inge Hutagalung, 2007: 1) mengatakan bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Ciri kepribadian merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan sosial seseorang. Ciri-ciri kepribadian setiap
orang itu berbeda. Ada ciri-ciri kepribadian yang diterima oleh orang lain
dan ada juga ciri kepribadian yang tidak diterima oleh orang lain. Inge
Hutagalung (2007: 5) ciri kepribadian ini tampak dalam pola-pola
terorganisasi yang dikenal dalam istilah sifat.
Penerimaan sosial seseorang dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian
yang disukai. Remaja yang diterima oleh teman sebaya tidak berarti
memiliki pola kepribadian yang sempurna, tetapi memiliki sifat-sifat yang
kurang diterima oleh kelompok teman sebaya memiliki sifat-sifat yang
buruk lebih banyak daripada sifat-sifat yang baik.
Menurut Hurlock (1978 : 296) hampir semua anak yang diterima
dalam kelompoknya adalah anak remaja yang ramah dan kooperatif.
Mereka yang dapat menyesuaikan diri tanpa menimbulkan kekacauan,
mengikuti peraturan, menerima dengan senang apa yang terjadi, baik,
sedangkan remaja yang mendapat penolakan adalah anak yang memiliki
kepribadian yang egosentris, terpaku pada diri sendiri, tidak dapat
menyesuaikan diri di kelompok dengan baik. Cole (1959) berpendapat
bahwa gadis yang periang, tenang, ramah, tulus hati, dan penuh
pengertian, potensial untuk mendapat penerimaan.
Selain sifat yang mendukung penerimaan, ada juga sifat pribadi
yang mendapat penolakan, misalnya sifat kasar, suka bertengkar, mudah
marah, sombong, dan keras kepala. Sifat-sifat inilah yang kurang diterima.
Rice (1996) mengatakan bahwa ada beberapa sifat kepribadian yang
mengakibatkan remaja kurang diterima adalah kasar, acuh tak acuh,
bermusuhan, tidak dapat menguasai diri, suka menguasai, mudah marah,
egois, pesimistis, suka mengeluh, tidak bisa diandalkan, pembohong,
kurang sportif, tidak bisa humor, berpikiran kotor dan sombong. Menurut
Cole (1959) sifat pribadi yang kurang diterima adalah agresif, mudah
tersinggung, malu, pasif, dan terlalu cerewet.
Ciri kepribadian juga tercermin dalam perilaku seseorang. Inge
sikap seseorang. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1994: 755) perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan. Perilaku yang berhubungan dengan orang lain disebut
perilaku sosial. Definisi perilaku sosial menurut Bruno (1989) adalah
perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih.
Perilaku sosial diklasifikasikan menjadi dua yaitu perilaku prososial dan
perilaku anti sosial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun
dan membantu dalam pencapaian tujuan kelompok. Perilaku anti sosial
adalah perilaku yang cenderung merusak dan mengganggu kelancaran
pencapaian tujuan kelompok.
Hurlock (1992) berpendapat bahwa perilaku sosial mendukung
penerimaan sosial adalah perilaku sportif, bersedia untuk bekerjasama,
kreatif, mampu bertanggung jawab, bersikap bijaksana dan sopan.
Medinnus (1969) mengatakan bahwa individu yang penuh empati, dan
individu yang merasa aman, berpeluang besar untuk mendapatkan
penerimaan sosial dari teman sebayanya.
Perilaku sosial yang menyebabkan individu kurang diterima antara
lain karena individu sulit untuk diajak bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas, tidak sopan, malas bergaul. Menurut Hurlock (1992: 217) perilaku
sosial yang mengakibatkan penolakan sosial adalah perilaku yang suka
menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang
b. Penampilan Diri
Orang cenderung menerima baik buruknya seseorang berdasarkan
kesan pertama terhadap penampilannya. Orang yang penampilan fisiknya
menarik cenderung lebih disukai daripada yang penampilan fisiknya
kurang menarik. Karen Dion dan E. Berseherd (Hamachek, 1982)
menemukan bahwa anak-anak lebih responsif terhadap teman-temannya
yang secara fisik berpenampilan menarik, dan sebaliknya menganggap
anak-anak yang secara fisik berpenampilan tidak menarik sebagai anak
yang agresif dan menakutkan. Hutagalung (2007: 81) Mengatakan bahwa
orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri
yang enak dipandang mata.
Cross dan Cross (Hurlock, 1992: 219) menjelaskan pentingnya
penampilan bagi remaja sebagai berikut: “kecantikan dan daya tarik fisik
sangat penting bagi umat manusia. Matthew (1996: 136) menegaskan
bahwa “jika anda ingin mendapatkan banyak teman, pandai-pandailah
mengatur cara berpenampilan.” Menurut Matthew (1996) terdapat tiga
aturan dalam berpakaian yaitu berpakaian rapi, sederhana, dan sesuai
dengan kondisinya. Remaja yang berpenampilan seperti ini berpeluang
untuk mendapatkan penerimaan.
c. Kesehatan
Hurlock (1978 : 96) mengatakan bahwa kebanyakan remaja yang
populer tampaknya memiliki kesehatan yang baik. Mereka penuh
yang kondisi kesehatannya buruk kurang berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok bersama teman sebaya. Akibatnya remaja yang kondisi
kesehatannya buruk akan mendapat penolakan atau diabaikan dalam
kelompok teman sebayanya. Selain faktor kesehatan, cacat fisik juga dapat
mengakibatkan remaja sulit untuk ikut berpartisipasi dalam suatu
kelompok bersama teman sebaya. Menurut Hurlock (1978 : 97) orang
yang cacat fisik sulit melakukan peran serta sosial. Dengan peran serta
sosial yang kurang akan mengakibatkan remaja kurang di terima dalam
kelompok teman sebaya.
d. Jenis dan Nilai Kelompok
Santrock (2003 : 231) mengatakan bahwa remaja bergabung dalam
suatu kelompok dikarenakan mereka beranggapan keanggotaan suatu
kelompok akan sangat menyenangkan, menarik, dan memenuhi kebutuhan
mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Kelompok memenuhi
kebutuhan pribadi remaja, menghargai mereka, menyediakan informasi,
meningkatkan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Oleh karena
itu remaja sangat membutuhkan penerimaan dalam kelompok teman
sebaya.
Hurlock (1978) berpendapat bahwa penerimaan tergantung pada
besar kecilnya kelompok dan sifat-sifat dalam kelompok. Kriteria
penerimaan dalam kelompok kecil bersifat personal. Seseorang akan
diterima dan ditolak dalam kelompok berdasarkan siapa dirinya, apa yang
dalam kelompok besar lebih berhubungan dengan hal-hal yang dapat
disumbangkan bagi kelompok.
Sifat kelompok akan menentukan penerimaan kelompok. Orang
yang memiliki keterampilan sosial yang sesuai dengan kelompok, besar
kemungkinan memperoleh penerimaan. Olahraga merupakan salah satu
keterampilan yang mendukung untuk mendapatkan penerimaan. Hal ini
dikuatkan oleh pendapat Rice (1996) yang mengatakan bahwa remaja
laki-laki yang berprestasi dalam bidang olah raga mudah memperoleh
penerimaan daripada remaja yang hanya berprestasi dalam bidang
akademik.
Menurut Hurlock (1978) remaja melakukan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai kelompok akan memperoleh penerimaan sosial lebih
besar. Prioritas nilai kelompok remaja putera dan kelompok remaja putri
cenderung berbeda. Kelompok remaja puteri sangat mengutamakan
penampilan dan kelompok remaja putera lebih menekankan nilai
keberanian. Remaja puteri yang berpenampilan menarik lebih mudah
mendapatkan penerimaan daripada remaja putri yang berpenampilan
buruk. Sedangkan dalam kelompok remaja putera, remaja putera yang
sangat baik hati dan sopan cenderung kurang diterima karena remaja ini
menolak tindakan yang mengandung resiko, misalnya kebut-kebutan,
mabuk-mabukan, berkelahi. Remaja ini dinilai kurang berani menghadapi
tantangan.
e. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga ikut berpengaruh dalam penerimaan dan
penolakan dalam kelompok teman sebaya. Tinggi rendahnya status sosial
orang tua ikut menentukan penerimaan remaja dalam kelompoknya. Lulf
(Hurlock, 1978: 98) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu
ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana seseorang memandang
orang lain. Orang cenderung menghargai mereka yang berpenghasilan
tinggi dan kurang menghargai yang berpenghasilan rendah.
Remaja yang kurang diterima dalam kelompok biasanya yang
memiliki status sosial ekonomi orangtua yang rendah. sehingga mereka
cenderung bersikap minder, menutup diri, kurang percaya diri karena
merasa tidak disenangi kelompok. Sebaliknya remaja yang status sosial
ekonominya orang tuanya tinggi akan lebih mudah diterima dalam
kelompok.
f. Budaya
Faktor budaya ikut mempengaruhi penerimaan seseorang.
Perbedaan budaya akan sangat berpengaruhi pada penerimaan maupun
penolakan seseorang. Orang perlu memahami dan menyesuaikan diri
dengan budaya lain sebelum orang tersebut tinggal bersama dengan
masyarakat yang berbeda budaya dengan dirinya. Misalnya seorang remaja
Flores yang mau bergabung dengan remaja Jawa perlu mempelajari
5. Manfaat Penerimaan Sosial
Remaja yang duduk di bangku kelas XI SMA adalah remaja yang
berusia antara 15-18 tahun. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja
harus dapat menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan yang ada
selama masa remaja.
Penerimaan sosial memiliki arti yang sangat penting bagi pembentukan
kepribadian siswa untuk dapat berkembang secara optimal. Berikut ini peneliti
akan menjelaskan lebih rinci tentang pentingnya penerimaan sosial dalam
kelompok teman sebaya.
a. Pembentukan Konsep Diri Remaja
Sarlito & Meinarmo (2009: 53) mengatakan bahwa Konsep diri (
self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut
Deaux, Dane & Wrightsman (Sarlito & Meinarmo, 2009: 53 ) konsep diri
adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya.
Sinurat (2003: 16 ) mengatakan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
gambaran/pandangan/keyakinan dan penghargaan/perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri.
Sinurat (2003) berpendapat bahwa orang-orang yang signifikan
berpengaruh penting dalam pembentukan konsep diri. Orang tua yang
menerima, menghargai, mencintai, dan memberikan rasa aman pada
anaknya akan berpengaruh positif pada pembentukan konsep diri anaknya.
Mappiare (1982) yang mengatakan bahwa akibat langsung adanya
bagi kelompok. Perasaan ini memberikan rasa percaya diri yang semakin
besar. Pengalaman diterima oleh orang lain semakin mengembangkan
konsep diri remaja yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa peranan
orang-orang terdekat sangat menentukan pembentukan konsep diri remaja.
Orang-orang terdekat di keluarga meliputi ayah, ibu, kakek, nenek, dan
saudara sekandungnya. Orang-orang terdekat di lingkungan sekolah yaitu
guru-guru, dan teman sekolah. Jika remaja mendapat penerimaan dari
orang-orang terdekat dan penting, maka konsep diri remaja akan semakin
positif. Sebaliknya jika orang-orang yang terdekatnya kurang menerima
remaja, maka konsep diri remaja cenderung negatif. Penolakan yang dialami
remaja akan membentuk konsep diri yang negatif. Konsep diri ini akan terus
mempengaruhi konsep diri pada masa selanjutnya. Remaja menjadi tidak
aman, ragu-ragu dan tidak nyaman dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Remaja cenderung menarik diri dari pergaulan. Hal ini kurang
menguntungkan remaja dalam pergaulan sosialnya.
Remaja yang mengalami penolakan menurut Mappiare (1982) dapat
mengalami frustrasi. Remaja yang cenderung menyendiri, melamun, dan
menutup diri. Remaja merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain dan kurang
percaya diri. Remaja sering murung, tertekan, dan menampakan gejala
ketidakamanan dalam pergaulan, misalnya mudah tersinggung, curiga, dan
Penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dapat
meningkatkan konsep diri yang positif karena individu merasa diterima dan
dimiliki oleh kelompok, sehingga individu lebih aktif dan ekspresif dalam
mengembangkan dirinya.
b. Peningkatan Harga Diri (self Esteem) Remaja
Penerimaan dari orang lain merupakan potensi yang mendukung
remaja untuk semakin berhasil dalam pengembangan penghargaan diri (
self-esteem) remaja. Desmita (2008: 221) mengatakan bahwa menjadi orang
yang disukai oleh sejumlah besar teman sebayanya membuat remaja merasa
enak atau senang tentang dirinya.
c. Memperoleh Dorongan Sosial dan Menjadi Lebih Mandiri
Kelly & Hansen (Desmita, 2008: 220) menyebutkan bahwa salah
satu manfaat diterimanya seorang remaja dalam kelompok teman sebaya
adalah memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen. Penerimaan teman-teman dalam kelompok sebaya memberikan
dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru
bagi mereka. Penerimaan dari teman sebaya ini akan membuat remaja
semakin belajar hidup madiri.
6. Aspek-aspek Penerimaan Sosial
a. Perlakuan yang diterima dari teman lain
Perlakuan dari teman lain terhadap kita dapat menunjukan
perlakuan teman-temannya remaja bisa mengetahui seberapa besar
penerimaan teman-teman terhadap dirinya.
Remaja dapat mengetahui dia diterima, ditolak atau diabaikan oleh
kelompoknya melalui perlakuan dari teman-teman kelompoknya. Pendapat
peneliti ini diperkuat oleh pendapat Hurlock (1978 : 296) bahwa perlakuan
yang diterima individu dari orang lain mengungkapkan dengan cukup
akurat apakah individu disukai atau tidak.
Perlakuan yang diterima oleh remaja dari teman bisa bersifat
positif dan bisa juga bersifat negatif. Perlakuan yang yang bersifat positif
misalnya dilibatkan dalam berbagai kegiatan, ditegur dan disapa, dipilih
dalam satu tim saat ada tugas kelompok, dihargai, didengarkan saat
berbicara, diterima apa adanya, dibantu saat ada kesulitan, dijenguk saat
sakit, diajak bergurau, diperlakukan adil. Perlakuan yang dierima oleh
remaja yang bersifat negatif misalnya dihina, diejek, diperlakukan kasar,
dijauhi saat remaja mengalami masalah dan lain-lain. Jika perlakuan yang
diterima remaja dari teman itu bersifat positif maka bisa dikatakan
penerimaan sosial remaja tersebut baik. Jika perlakuan yang diterima
remaja dari temannya itu bersifat negatif berarti siswa ini mendapat
penerimaan sosial yang tidak baik atau rendah.
b. Umpan balik dari teman
Pengertian umpan balik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tanggapan langsung dari seseorang terhadap orang lain.
proses dimana seseorang memberikan tanggapan terhadap orang lain
berdasarkan pengamatan dan perasaannya. Menurut Rahmat (2005 : 191)
umpan balik dapat diartikan sebagai respon dan peneguhan. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa umpan balik
adalah tanggapan atau respon berupa ungkapan yang diberikan oleh
seseorang terhadap orang lain berdasarkan pengamatan dan perasaannya.
Individu dapat mengetahui dengan mudah bagaimana perasaan orang lain
terhadap dirinya yaitu berdasarkan ungkapan-ungkapan orang lain
terhadap dirinya.
Umpan balik dari orang lain bisa dijadikan sebagai suatu tanda
untuk mengetahui seberapa jauh orang lain menerima kehadiran kita.
Dengan umpan balik dari teman lain, remaja tersebut dapat mengetahui
seberapa jauh kehadirannya atau keberadaannya diterima atau kurang
diterima. Hurlock (1978 : 296) mengatakan bahwa anak bisa mengetahui
dengan mudah bagaimana respon orang lain terhadap mereka melalui apa
yang dikatakan orang lain kepada mereka. Demikian halnya remaja
mengetahui dirinya diterima atau kurang diterima berdasarkan hal-hal
yang diungkapkan remaja lain terhadap dirinya.
Umpan balik dari teman lain ini bisa bersifat positif atau negatif.
Umpan balik dari teman yang bersifat positif misalnya pujian, sanjungan,
peneguhan, dukungan atau bantuan, memahami dengan penuh empati.
Umpan balik yang negatif misalnya kritik, celaan, protes, ejekan, dan
pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian orang tersebut, terlebih
terhadap konsep dirinya.
Orang yang banyak mendapat umpan balik positif berkaitan dengan
pola kepribadiannya dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan
sosialnya baik. Sebaliknya, orang yang banyak mendapat umpan balik
yang negatif dapat dikategorikan sebagai orang yang penerimaan
sosialnya rendah atau kurang baik.
c. Popularitas
Keberhasilan remaja dalam hubungan sosialnya dapat dilihat dari
penerimaan dan penolakan oleh teman sebayanya. Walgito ( 1990: 43)
menjelaskan bahwa baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya
dapat dilihat dari tiga segi dan salah satunya adalah segi popularitas. Segi
popularitas menunjukkan banyak sedikitnya teman dalam pergaulan.
Banyak sedikitnya teman dalam hubungan sosial dapat dijadikan sebagai
salah satu tolak ukur baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya.
Makin banyak teman, dapat dikatakan bahwa orang yang bersangkutan
makin baik dalam hubungan sosialnya dalam arti bahwa individu tersebut
diterima dalam hubungan sosialnya, demikian sebaliknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 782) kata populer
memiliki arti dikenal dan disukai orang banyak, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya, mudah dipahami oleh banyak orang, disukai
Menurut Ali bahwa dalam penelitian Roosianti (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) dijelaskan bahwa
popularitas menunjukan kemampuan seseorang dalam menjalin
hubungan sosialnya, yaitu keberhasilan dalam membina hubungan
dengan teman sebagai tanda adanya penerimaan dan penolakan dari
temannya atau kelompoknya. Menurut Ali (http:// digilib.unnes. ac. id
diakses pada tgl 25 Agustus 2009) popularitas adalah kemudahan
mendapatkan teman yang dapat meningkatkan pengaruh seseorang di
dalam kelompok teman sebayanya. Popularitas menunjukkan
keberhasilan dimana seorang remaja dapat diterima oleh teman
sebayanya dan dapat dengan mudah membina hubungan berteman yang
akan memperkuat kedudukkannya dalam kelompok teman sebaya.
Popularitas adalah ukuran untuk melihat baik tidaknya seseorang
dalam hubungan sosialnya yang ditandai dengan banyak sedikitnya
teman bergaul. Popularitas remaja dalam kelompoknya merupakan
petunjuk bahwa remaja disukai/diterima ataupun ditolak oleh teman
sebayanya. Ali mengatakan bahwa dalam penelitian Handayani, remaja
yang populer cenderung memiliki pengaruh dalam arti memiliki
karakteristik yang lebih dibandingkan dengan teman sebayanya (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009).
Hurlock (1978: 296) mengatakan bahwa remaja yang populer
memiliki hubungan yang erat dengan teman sebayanya dan karenanya
memiliki banyak teman atau sahabat mengetahui bahwa mereka diterima
dengan lebih baik daripada individu yang memiliki sedikit teman.
Popularitas seorang remaja ditentukan oleh berbagai kualitas
pribadi yang dimiliki. Hartup dan Asher (Desmita, 2008: 186) mencatat
bahwa remaja yang populer adalah ramah, suka bergaul, bersahabat,
sangat peka secara sosial, dan mudah bekerjasama dengan orang lain.
Menurut Scarr (Desmita, 2008: 187) indikator popularitas adalah nama,
daya tarik fisik, ras, dan kepribadian. Menurut Ali (http://
digilib.unnes.ac.id diakses pada tgl 25 Agustus 2009) bahwa anak yang
populer adalah anak yang disukai oleh banyak teman. Dengan ciri-ciri
tersebut remaja akan disukai oleh banyak teman, dipilih oleh banyak
teman, mudah mencari teman, sering menjadi pusat perhatian, dipilih
oleh teman-temannya untuk menduduki posisi terhormat di dalam
kelompok.
Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa remaja yang
populer cenderung memiliki tingkat penerimaan sosial yang lebih baik
ketimbang remaja yang kurang populer. Mereka yang kurang populer
akan cenderung mendapat penolakan dari teman sebayanya.
B.Peranan Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unit yang terdapat di
sekolah yang dilakukan untuk pengembangan kepribadian tiap siswa.
dan lingkungan dimana ia tinggal. Hal ini senada dengan yang diungkapkan
oleh Shertzer dan Stone (1981) bahwa bimbingan merupakan “the process
of helping individuals to understand themselves and their world” (Shertzer
dan Stone, 1981 : 40). Nawawi (1982) mendefinisikan bimbingan sebagai
usaha menolong orang lain atau siswa untuk mengembangkan pandangan
positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat sekitarnya, agar
siswa mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan menetapkan sendiri
keputusan yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Sukardi (1983) mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan
yang diberikan kepada seseorang yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki, mengenali diri sendiri, mengatasi
persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menemukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab kepada orang lain. Menurut Winkel & Hastuti (2004)
bimbingan adalah pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada
sekelompok orang dalam membantu menentukan pilihan-pilihan secara
bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup. Djumhur & Surya (1975 : 26) menjelaskan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan individu yang memerlukan dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
merupakan suatu proses membantu individu di dalam ataupun di luar
kelompok yang bermasalah ataupun yang tidak bermasalah agar dapat
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun keadaan
sekitar.
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah menurut Djumhur & Surya
(1975 : 30) adalah mencapai tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Winkel & Hastuti (2004 : 103) menyebutkan bahwa
tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya siswa dan mahasiswa
berkembang seoptimal mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin
dari pengalamannya selama bersekolah dengan mengindahkan ciri-ciri
kepribadiannya dan tuntutan kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di
masa yang akan datang.
Menurut Hamrin & Clifford (Prayitno, 1999: 112) bimbingan
adalah untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian, dan
interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi tertentu. Sifat
bimbingan menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
bimbingan, mendampingi individu yang sedang dalam proses sehingga
dapat berlangsung seoptimal mungkin, membantu dalam mengoreksi atau
membetulkan proses perkembangan yang tidak sesuai harapan supaya
kemudian berlangsung lebih baik, supaya siap menghadapi
tantangan-tantangan yang akan datang di masa depan dan kemudian dapat mencegah
akan timbulnya masalah serius di kemudian hari (Winkel dan Hastuti,
Perkembangan siswa yang utuh dan optimal merupakan mungkin
itulah tujuan pelayanan bimbingan. Dalam mendapatkan penerimaan sosial
dari teman sebaya dalam kelompoknya seseorang siswa harus mengenal
dirinya sendiri, harus mengenal lingkungan kehidupannya di sekitar, harus
mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh teman-teman kelompoknya,
memiliki ciri-ciri kepribadian yang positif mampu memahami diri sendiri
adan lingkungannya secara obyektif, menerima lingkungan dan diri sendiri
dan orang lain secara obyektif. Agar dapat diterima oleh teman-teman
sebayanya, siswa harus mampu memahami diri sendiri, lingkungan dna
ornag lain secara obyektif.
Pelayanan bimbingan ini mempunyai tujuan supaya orang yang
dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, mampu
mengembangkan sifat-sifat positif dalam dirinya sehingga mampu diterima
oleh siswa lain. Bantuan yang diberikan kepada siswa bersifat psikis atau
psikologis karena berperan langsung dalam diri siswa itu sendiri agar siswa
mampu melihat dan mengenal dirinya sendiri sehingga dapat diterima oleh
teman sebayanya. Melalui pelayanan bimbingan siswa diharap dapat
menerima diri sendiri dan orang lain secara positif. Siswa mampu
memberikan umpan balik yang positif pada teman-temannya sehingga dapat
diterima dalam kelompok sebayanya.
Melihat tujuan tersebut, bimbingan dapat membantu untuk mengenal
mampu menyesuaikan diri dengan baik. Melalui bimbingan siswa akan
dibantu untuk berkembang secara optimal dan utuh.
3. Peran Bimbingan dalam Penerimaan Sosial Siswa
Juntika dan Sudiarto (2005: 9) menjabarkan bahwa bimbingan di
SMA sebagai upaya pemberi bantuan kepada individu (peserta didik) yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami
dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
Masalah yang berkaitan dengan penerimaan sosial merupakan
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan pribadi siswa. Siswa
yang tidak mendapat penerimaan dalam kelompok sebayanya maka akan
menimbulkan masalah pribadi maupun sosial bagi siswa tersebut baik di
sekolah,.masyarakat, serta kehidupan pada umumnya.
Demi meningkatkan penerimaan sosial siswa dalam kelompok
teman sebayanya, maka diperlukan bimbingan yang pada hakekatnya
membantu individu untuk berkembang secara optimal dan utuh. Bimbingan
membantu siswa untuk memahami dirinya dan juga masalah baik pribadi
maupun sosial, persoalan, tantangan, yang sedang dihadapinya demi
perkembangan pribadi yang menjadi semakin lebih baik. Hal ini dapat
dilihat dari kaitannya antara beberapa hal yang mempengaruhi penerimaan
sosial seseorang siswa.
Bimbingan membantu seorang siswa untuk melihat dan mengenal
Hal-hal positif dan negatif, potensi dan bakat dalam dirinya sehingga siswa
bisa mensyukurinnya dan mengembangkannya dengan baik. Dengan
mengenal dirinya siswa mampu berpikir, berperasaan, berperilaku, dan
berelasi dengan teman-teman yang lain maupun dengan orang lain dengan
baik. Setelah mengenal dirinya siswa diharapkan mampu membawa dirinya
dengan baik dalam menjalin relasi dengan teman ataupun orang lain.
Melalui bimbingan siswa dibantu dan disadarkan tentang
perilaku-perilaku sosialnya. Bruno (1989) mendefinisikan perilaku-perilaku sosial sebagai
perilaku yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih. Dalam
berelasi pasti setiap kita akan dihadapkan dengan orang lain oleh karena ini
siswa butuh memahami cara-cara yang tepat dalam berperilaku. Agar dapat
diterima oleh teman-temannya siswa harus berperilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang berlaku. Siswa dituntun untuk lebih memperhatikan
perilaku sosialnya. Perilaku yang dapat diterima adalah perilaku yang
prososial. Prososial adalah perilaku yang cenderung membangun dan
membantu dalam pencapaian tujuan kelompok.
Siswa yang dapat berpartisipasi sosial mempunyai keterampilan
sosial. Keterampilan sosial merupakan perilaku sosial yang dipelajari
berulang-ulang sehingga menjadi milik seseorang. Meyers dan Nelson
(Rice, 1996) yang mengatakan bahwa keterampilan sosial merupakan salah
satu faktor yang sangat membantu seorang siswa dalam mendapat
penerimaan sosial dari teman-temannya. Oleh karena itu pelayanan
keterampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam pergaulan. Dengan memahami
keterampilan tersebut siswa diharapkan mampu memberikan kesan yang
baik sehingga bisa mendapat penerimaan dari teman sebayanya.
Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya untuk membantu
individu dalam mengoptimalkan perkembangannya. Optimal perkembangan
itu dapat dicapai melalui pemahaman diri, pengarahan diri, dan penyesuaian
diri baik terhadap dirinya maupun lingkunganya (Syaodih, 2007: 9). Siswa
yang dapat diterima adalah siswa yang mampu menyesuaikan dirinya
dengan kelompok maupun lingkungan setempat. Inilah peran bimbingan
bagi siswa yang belum bisa menyesuaikan dirinya dengan baik dengan
dirinya, dengan orang lain khususnya teman sebaya maupun lingkungan
setempat sehingga dapat diterima oleh temannya ataupun orang lain. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frank W. Miller (Syaodih, 2007: 9) yang
mendefinisikan bimbingan sebagai proses membantu individu agar memiliki
pemahaman diri dan pengarahan diri, agar dapat menyesuaikan diri secara
maksimal dalam kehidupan di sekolah, rumah, dan masyarakat. Dalam
peran ini bimbingan ini, bentuk layanan yang bisa diberikan adalah layanan
penyesuaian diri.
Demi mendapat penerimaan dari teman sebaya siswa perlu
mengenal jenis kelompoknya dan nilai-nilai apa saja yang berlaku dalam
kelompok tersebut. Setiap kelompok biasanya memiliki aturan yang
berbeda-beda. Siswa yang diterima dalam suatu kelompok biasanya
peran bimbingan yang sangat penting. Bimbingan membantu mengarahkan
siswa untuk memilih kelompok-kelompok yang sesuai dengan minat dan
kemampuan siswa. Sehingga dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri.
Siswa yang tidak menjaga penampilan fisiknya kemungkinan akan
mendapat penolakan dari temannya. Siswa yang kondisi fisiknya tidak sehat
cenderung tidak berpartisipasi dalam kelompok sehingga kurang mendapat
penerimaan dari teman-temannya. Siswa yang memiliki kesehatan yang baik
lebih cenderung mendapat penerimaan