• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Prioritas Strategi Peningkatan Kualitas

RUMUSAN STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS SUSU PASTEURISASI

2. Program diversifikasi produk

8.4 Penetapan Prioritas Strategi Peningkatan Kualitas

Bagian ini merupakan tahap akhir sekaligus tahap tujuan bagi keseluruhan penelitian ini. Dari hasil pembobotan yang didapatkan maka diketahui kriteria mana dengan prioritas tertinggi yang harus menjadi pertimbangan utama pihak manajemen. Penetapan prioritas terhadap kriteria dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya perusahaan.

Peningkatan kualitas susu pasteurisasi harus didukung oleh sistem kualitas yang memadai sebagai acuan pelaksanaan proses produksi susu pasteurisasi. Oleh karena itu perusahaan menetapkan perbaikan sistem kualitas sebagai prioritas pertama sistem ini, yang meliputi sistem jaminan kualitas dengan melakukan pengawasan mutu mulai dari bahan mentah sampai dengan barang jadi, penerapan program sanitasi. Perusahaan sebaiknya menetapkan teknik pemecahan masalah dan teknik penganalisaan statistik (Statistical Process Control) untuk mempermudah dilakukannya tindakan perbaikan atas penyimpangan proses yang terjadi. Selain itu, perusahaan juga sebaiknya melakukan berbagai tindakan perbaikan berkelanjutan seperti misalnya benchmarking, survey pelanggan, ikut dalam komunitas lokal dan internasional.

Perbaikan kualitas segi fisikokimia-organoleptik merupakan prioritas kedua dalam melakukan peningkatan kualitas susu pasteurisasi yang dilakukan dengan meningkatkan standar mutu fisikokimia-organoleptik susu segar yang diterima

perusahaan seperti parameter kualitas kadar lemak dari pemasok dan meningkatkan standar mutu fisikokimia-organoleptik susu pasteurisasi yang dihasilkan.

Prioritas ketiga adalah melakukan diversifikasi produk ke produk lain merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kejenuhan terhadap produk dan menghadapi persaingan produk sejenis yang beredar di pasaran. Bahan baku yang tidak memenuhi kriteria susu segar dapat diolah menjadi produk lain yang bersifat tidak mudah mengalami kerusakan (perisable), seperti misalnya krupuk susu atau dodol susu.

Peningkatan proses produksi melalui penggunaan teknologi dengan melakukan otomatisasi mesin pasteurisasi merupakan prioritas keempat dalam melakukan peningkatan kualitas susu pasteurisasi. Hal ini dilakukan untuk mengatasi human error dalam melakukan pencatatan data di titik kritis secara kontinyu sehingga memudahkan pemantauan penyimpangan proses yang terjadi sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas yang berlaku terutama dalam keamanan susu untuk dikonsumsi. Kalibrasi terhadap mesin pasteurisasi yang dilakukan secara kontinyu juga dapat mempengaruhi proses produksi.

Penerapan sistem informasi manajemen sebagai prioritas kelima bertujuan untuk memudahkan penyebaran informasi dalam tubuh organisasi perusahaan sehingga keberadaan kualitas susu pasteurisasi beserta segala apeknya dapat diketahui dengan lebih mudah. Salah hal yang dapat dilakukan adalah menerapkan teknologi komputer dalam kegiatan pengendalian kualitas mulai dari bahan baku sampai dengan penyimpanan produk jadi sehingga ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan dapat menjadi lebih baik.

Peningkatan kualitas susu pasteurisasi tidak akan terlaksana tanpa ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Perusahaan menetapkan prioritas keenam perbaikan adalah memperbaiki sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Perbaikan sumber daya manusia dilakukan dengan cara pendidikan dan pelatihan serta pengembangan quality work life dengan memberi penghargaan berdasarkan kinerja pekerja. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pekerja sehingga mampu menghasilkan produk secara lebih baik dan lebih murah daripada pesaingnya. Selain itu juga pekerja mampu menghadapi segala perubahan yang berlangsung terus menerus. Hal lain

yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah menata ulang sistem kerja yang memuaskan para pekerja dan menerapkan sistem reward bagi pekerja yang memiliki performansi tinggi.

Alternatif perbaikan yang direncanakan dalam suatu perencanaan sebaiknya untuk dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh perusahaan. Rincian secara lengkap perencanaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 51.

Tabel 53. Penjabaran Perencanaan Peningkatan Kualitas Susu Pasteurisasi Ke dalam Program

Sasaran Keluaran Performance Driven Kriteria/Usaha Program

Perspekif Keuangan

Meningkatkan pendapatan melalui penjualan total

Revenue Growth Persentase pendapatan dari konsumen baru Pembenahan sistem pemasaran Perspektif Konsumen Meningkatkan kepuasan konsumen Customer satisfaction

Customer Satisfaction Survey

Peningkatan kualitas produk

Program perbaikan kualitas segi fisikokimia-organoleptik dan kemasan susu pasteurisasi

Program Diversifikasi produk ke produk lain karena tindakan reject

bahan baku

Perspektif Proses Bisnis/Intern

Meningkatkan kualitas proses produksi

Cycle effectiveness Penurunan non value added activities Perbaikan sistem kualitas Peningkatan penggunaan teknologi Pengembangan jaringan organisasi Program peningkatan jaminan kualitas Program penerapan sanitasi Program penerapan analisis statistik (SPC) Program perbaikan SOP pendokumentasian

Tabel 53. Penjabaran Perencanaan Peningkatan Kualitas Susu Pasteurisasi Ke dalam Program (Lanjutan)

Sasaran Keluaran Performance Driven Kriteria/Usaha Program

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Meningkatkan produktivitas dan komitmen personel Persentase karyawan yang dididik atau dilatih

Jumlah karyawan yang dididik atau dilatih

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Program pendidikan dan pelatihan

Program pengembangan

quality work life

Program perbaikan penggajian

SIM yang direncanakan

Jumlah aplikasi yang diinstal Pengembangan SIM Program pengembangan SIM

BAB 9

KESIMPULAN & SARAN

9.1. Kesimpulan

Jaringan syaraf tiruan dan sistem pakar dapat digunakan dalam membangun suatu prototipe sistem intelijen untuk menilai dan memprediksi kualitas susu pasteurisasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana prototipe sistem yang dikembangkan dengan menggunakan sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan secara umum dapat dikatakan mampu menilai dan memprediksi kualitas susu pasteurisasi. Pola keragaman proses suhu dan lama pasteurisasi satu bulan yang akan datang dengan menggunakan bagan kendali Shewhart dapat diprediksi melalui jaringan syaraf tiruan dengan algoritma back propagation untuk proses belajar jaringan.

Hasil pengujian sistem yang dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan aktual PT. Industri Susu Alam Murni (ISAM) Bandung dapat diketahui bahwa sistem dapat menilai dan memprediksi kualitas susu pasteurisasi, baik pada status penilaian kualitas bahan baku diterima maupun ditolak. Keakuratan sistem penilaian kualitas proses susu pasteurisasi dengan status penilaian bahan baku diterima dengan grade A memberikan nilai keakuratan sebesar 90,41 - 98,72%, keakuratan tersebut telah diuji dengan uji kebaikan suai. Sedangkan pada status penilaian kualitas bahan baku diterima dengan grade B memberikan nilai keakuratan 90,11 - 98,9%, keakuratan tersebut telah diuji dengan uji kebaikan suai.

Implementasi SINKUAL-SP di PT. Industri Susu Alam Murni dengan menggunakan data aktual pada bulan April 2005 menunjukan bahwa sistem dapat membantu pihak manajemen dalam mempercepat proses penilaian dan pengambilan keputusan berkaitan dengan kontrol kualitas susu pasteurisasi. Hasil penilaian SINKUAL-SP dengan menggunakan data aktual perusahaan tersebut secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Bahan Baku : diterima dengan grade B

2. Kualitas proses pengolahan : diterima dengan grade A 3. Kualitas pengemasan & penyimpanan : diterima dengan grade B

Pada kasus ini, sistem memberikan saran untuk melakukan peningkatan kualitas susu pasteurisasi. Secara umum, kualitas susu pasteurisasi yang dilakukan

PT. ISAM mulai dari bahan baku sampai dengan penyimpanan sudah cukup baik, akan tetapi proses pengendalian dan peningkatan kualitas harus terus dilakukan.

Strategi peningkatan kualitas susu pasteurisasi dibuat berdasarkan output sistem yang ditentukan oleh Analytical Hierarchy Process (AHP). Strategi peningkatan kualitas susu pasteurisasi adalah fokus dalam penyusunan hirarki strategi. Faktor yang mempengaruhinya adalah kualitas bahan baku, kualitas proses pengolahan, kualitas pengemasan dan penyimpanan. Prioritas aktor dalam strategi ini adalah kasie QC. Tujuan utama penerapan strategi berdasarkan bobot tertinggi adalah peningkatan kualitas produk dan proses produksi dengan strategi yang menjadi prioritas adalah program perbaikan sistem kualitas yang meliputi sistem jaminan kualitas susu pasteurisasi dengan melakukan pengawasan mutu mulai dari bahan mentah sampai bahan jadi, penerapan program sanitasi dan penerapan sistem pengendalian kualitas dengan analisis statistik (SPC) dengan nilai bobot 0,236.

9.2. Saran

Agar sistem dapat digunakan dalam menilai dan memprediksi kualitas susu pasteurisasi dengan lebih akurat maka untuk pengembangan SINKUAL-SP lebih lanjut penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Atribut penilaian dan prediksi kualitas susu pasteurisasi yang digunakan perlu diperdalam sehingga hasil penilaian yang dihasilkan dapat lebih optimal dan akurat.

2. Sistem dapat dikembangkan untuk berbagai jenis susu pasteurisasi melalui satu sistem yang sama dalam bentuk pilihan sehingga dapat memperluas jangkauan pengguna sistem.

3. Sistem penilaian dan prediksi kualitas susu pasteurisasi dengan perumusan strategi peningkatan kualitas susu pasteurisasi perlu dikembangkan dalam satu sistem yang utuh sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik dan mempersingkat proses pengambilan keputusan berkaitan pengendalian kualitas yang berkesinambungan.

4. Jaringan syaraf tiruan dapat dikembangkan dengan menghasilkan output

menggunakan beberapa variabel yang mempengaruhi suhu dan lama pasteurisasi. Suhu dan lama pasteurisasi yang optimal dihasilkan sesuai dengan input yang diberikan ke dalam sistem. Variabel-variabel yang akan digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi suhu dan lama pasteurisasi dapat dikaji dan diidentifikasi terlebih dahulu secara seksama sehingga memberikan hasil prediksi yang lebih akurat.

5. Pengembangan jaringan syaraf tiruan dalam sistem dapat dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda misalnya dua bulan atau tiga bulan, dengan demikian sistem dapat memperoleh lebih banyak informasi pola keragaman proses.

6. Pengembangan sistem dapat dilakukan dengan klasifikasi penilaian yang berbeda, misalnya dengan menggunakan lima klasifikasi penilaian (sangat baik, baik, normal, buruk dan sangat buruk) untuk memberikan hasil penilaian yang lebih akurat.