AKURASI BAHASA INDONESIA DALAM MENTRANSFER KONSEP ILMU EKONOM
DIKEMBANGKAN berdasarkan hasil analisis
D. Penilaian dalam Buku Ajar
5. Pengajaran bahasa berdasarkan Jenis teks.
Untuk mengajarkan genre ini diperlukan metode pembelajaran yang interaktif, dekontruktif dan rekonstruktif. Di dalam kurikulum ini disebut empat tahap: membangun konteks, pemodelan, membangun teks bersama-sama,dan membangun teks mandiri. Tahapan ini mengadopsi metode pembelajaran berdasarkan genre yang telah dilaksanakan di Sydney Schools, yang disebut ‘teaching-learning cycle’ (MEDSP, 1989; Bawarshi & Reiff, 2010). Metode ini meliputi building knowledge of the field (BKOF), modeling, joint construction of texts, dan independent construction of text. Metode ini diketahui sangat bagus untuk membangun siswa aktif untuk membangun pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Hal ini dikarenakan anak diajak secara aktif untuk mengenal konteks melalui membangun konteks,kemudian mereka diajak untuk mendekonstruk teks beserta nilai dan cirri kebahasaannya melaui kegiatan-kegiatan dekonstruktif dalam tahap pemodelan. Berikutnya, siswa diajak merekonstruksi teks bersama-sama dengan teman dan bantunan guru melaluikegiata-kegiatan rekonstruktif dalam tahap membangun teks
Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28
– 31 Oktober 2013 Page 12
bersama-sama. Setelah mereka, menguasai tahap ketiga ini, siswa diberi tugas untuk membuat teks dengan genre yang sama tetapi dengan topik yang berbeda secara mandiri di dalam tahapan membangun teks secara mandiri (lihat Tabel 6).
Tabel 6 : Proses dalam metode pembelajaran
Membangun konteks Pemodelan Membangun teks bersama Membangun teksmandiri Kegiatan persiapan pengenalan konteks dari teks yang akan diajarkan Kegiatan dekonstruksi teks berdasarkan nilai, tujuan sosial, serta ciri kebahasaan
Kegiatan rekonstruktif membangun teks(nilai, tujuan sosial, dan ciri kebahasaan) bersama teman dan bantuan guru Kegiatan rekonstruktif membangun teks(nilai, tujuan sosial, dan ciri kebahasaan) secara mandiri berdasarkan observasi dan belajar mandiri 5.1 Membangun Konteks
Tahap membangun konteks ini digunakan guru dan siswa untuk mempersiapkan siswa untuk masuk ke pelajaran yang akan diberikan. Tahap ini dapat dimulai dengan kegiatan mereview pelajaran minggu lalu atau mengajak siswa untuk menyelami ranah pelajaran yang akan diberikan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui tanya-jawab, cerita ulang, atau diskusi.
5.2 Pemodelan
Pemodelan merupakan tahap awal pengenalan model teks yang diberikan. Biasanya, tahap ini guru memberikan model genre atau tipe teks tertentu yang ideal, lengkap dengan tujuan sosial (termasuk nilai dan norma sosialnya), tahapan, dan ciri-ciri kebahasaan. Di dalam tahap ini pemodelan dilaksanakan dalam sejumlah kegiatan dekonstruksi tujuan sosial, tahapan, dan ciri kebahasaan untuk teks ini. Kegiatan dekonstruktif
Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28
– 31 Oktober 2013 Page 13
ini bersifat top-down dari level teks, semantik wacana, gramatika, leksis, dan fonologi/grafologi. Kegiatan pembelajaran pada tahap pemodelan ini umumnya bersifat less productive (kurang produktif). Artinya belum menghasilkan sebuah teks. Hal ini karena pemodelan bersifat pengenalan nilai, norma, tujuan sosial serta realisasinya di dalam ciri-ciri kebahasaan pada level semantik wacana, gramatika, leksis, dan fonologi atau grafologi. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini bisa meliputi: membaca cepat (skimming) dan membaca detil (scanning), tanya jawab, memasangkan, melabeli, pilihan ganda, memparafrase, drilling dan sebagainya.
5.3 Membangun teks bersama
Pada tahap ini siswa diajak merekonstruksi nilai-nilai sosial, tujuan sosial, tahapan, dan ciri-ciri kebahasaan dari level semantik wacana sampai dengan fonologi/grafologi. Siswa diajak membuat teks dengan genre, tujuan sosial, tahapan, dan ciri-ciri kebahasaannya. Yang tidak kalah pentingnya ialah siswa diajak menentukan sikapnya di dalam teks tersebut. Kegiatan ini sangat sulit terutama untuk menangkap struktur teks dan ciri-ciri kebahasaan yang sesuai (lihat Su-Hie, & Pei-Feng, 2008). Oleh karena itu, untuk membangun teks bersama ini, siswa perlu dibantu melalui kelompok-kelompok siswa yang disupervisi guru. Kegiatan pembelajarannya melalui kegiatan pembelajaran yang lebih produktif. Kegiatan-kegiatan melengkapi dialog, bagan, meringkas, dan kegiatan membangun teks (jumbled reading, sets of questions, sets of situations) akan sangat membantu siswa untuk membangun teks secara bersama-sama. Yang paling penting di dalam kegiatan ini adalah proses bagaimana siswa membangun teks secara bersama-sama dengan teman dan gurunya. Pastikan di dalam kegiatan ini terdapat kegiatan ‘learning how to learn’ atau belajar strategi belajar agar siswa nantinya dapat membangun teks secara mandiri. Oleh karena itu, kegiatan membangun teks bersama ini harus dikerjakan secara berulang mencari sumber di perpustakaan, media, internet, observasi lapangan, dan interview narasumber secara kelompok (lihat juga Chaisiri, 2010). Kemudian, siswa akan mempunyai catatan kepustakaan, catatan lapangan, dan hasil
Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28
– 31 Oktober 2013 Page 14
interview yang akan ditulis menjadi sebuah teks dengan genre yang utuh secara bersama.
5.3 Membangun teks mandiri
Membangun teks mandiri ini merupakan puncak dari seluruh kegiatan yang mengakumulasikan antara kegiatan-kegiatan membangun teks dengan segala isinya. Secara prosedural ini merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan membangun teks bersama, hanya kali ini siswa diminta untuk bekerja secara mandiri. Siswa akan bekerja secara mandiri mulai mencari sumber di perpustakaan, media, internet, observasi di lapangan, interview nara sumber untuk memperoleh data yang akurat untuk membangun teks secara mandiri ini. Kemudian, siswa akan mempunyai catatan kepustakaan, catatan lapangan, dan hasil interview yang akan ditulis menjadi sebuah teks dengan genre yang utuh secara mandiri. Demikian pula siswa juga diminta untuk mempunyai sikap terhadap lingkungan sebelum dituangkan ke dalam bentuk teks.
Keseluruhan proses pembelajaran secara keseluruhan akan digambarkan ke dalam Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7: Metode Pembelajaran berbasis Genre
Metode Isi Kegiatan Kegiatan
Pembelajaran Produktifitas kegiatan Membangun Konteks mereview pelajaran lalu atau mengenalkan ranah pelajaran yang akan diberikan tanya-jawab, cerita ulang, atau diskusi.
Kurang produktif
Pemodelan Mengenalkan nilai,
tujuan sosial, tahapan, ciri kebahasaan membaca cepat, tanya jawab, memasangkan, melabeli, pilihan ganda, diskusi kelompok, parafrase, dan sebagainya Kurang produktif Membangun Teks Bersama Membangun nilai, sikap, ketrampilan melalui teks yang
melengkapi dialog, bagan, meringkas, dan kegiatan
Lebih produktif
Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa X di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 28 – 31 Oktober 2013 Page 15 utuh secara bersama-sama membangun teks (jumbled reading, sets of questions, sets of situations) observasi bersama Membangun teks Mandiri Membangun nilai, sikap, ketrampilan melalui teks yang utuh secara mandiri
Membuat laporan Paling
produktif
6. Penutup
Makalah ini sudah berusaha menggambarkan konsep kebahasaan serta implikasi metodologi pembelajarannya yang dipakai untuk melandasi Kurikulum Bahasa 2013. Yang jelas kurikulum ini menunut semua pihak yang terkait memahami konsep kebahasaan serta implikasi metodologisnya, jika semuanya menginginkan siswa mempunyai pengetahuan, ketrampilan sekaligus sikap. Oleh karena itu, kita perlu usaha keras dan kesabaran yang terus menerus mengingat fokus kurikulum ini lebih menekankan proses dengan produk (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang lebih baik. Yang jelas bahwa bahasa tetap bisa diajarkan di sekolah, tidak hanya diperoleh melalui pengalaman praktis saja (Purcell-Gates, Duke, & Martineau, 2007) .