• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.8 Pengalaman Lapangan

Selasa pagi yang cerah dengan penuh semangat dan kepercayaan diri,pergi ketempat penelitian yang akan menjadi bahan skripsi saya. Dengan pengalaman saya selama mengikuti perkuliahan dan tugas - tugas di lapangan menjadi bekal saya untuk melakukan penelitian sesuai dengan metode yang saya pahami. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1,5 jam dari rumah saya, akhirnya saya pun tiba di Kecamatan Hamparan Perak.

Saya memilih lokasi ini karena Kecamatan Hamparan Perak adalah kecamatan yang paling luas teritorialnya dan jumlah penduduk yang paling banyak diantara wilayah lainnya. Kondisi jalan yang buruk menjadikan mobilitas warga sekitar menjadi sulit ditambah lagi dengan banyaknya truk - truk yang

berukuran besar melintasi lokasi ini.

Tidak berapa lama saat memasuki lokasi ini saya langsung menuju kantor Kepala Desa Slemak untuk mengutarakan apa yang menjadi tujuan saya ke desa ini. Saya berbicara langsung dengan Kepala Urusan Umum, Ibu Hayani (45 tahun). Beliau menilai keputusan yang tepat menjadikan Desa Slemak sebagai lokasi penelitian karena desa ini adalah desa dimana jumlah penduduk mayoritas suku Melayu, terbesar diantara desa-desa yang berada di Kecamatan Hamparan Perak. Menurut saya penduduk disini adalah penduduk yang ramah. Saya mendapatkan sambutan yang hangat ditempat ini. Bahkan Ibu Hayani pun berniat untuk menunjukkan dan mengantarkan saya langsung ke tempat dimana saya dapat menemukan informan yang tepat untuk saya. Niat baik beliau sangat saya apresiasi, namun saya memahami bahwa kedudukan beliau sebagai aparatur desa cukup vital peranannya. Saya pun hanya meminta beliau untuk menjelaskan lokasi rumah informan saya agar dapat saya temukan. Ibu Hayani dengan keramahtamahannya pun menjelaskan kepada saya lokasi, nama, dan karakter calon informan saya ini. Beliau juga bersedia jika saya memerlukan data apapun tentang Desa Slemak siap untuk membantu. Ibu Hayani juga mempermudah saya dengan tidak melibatkan saya ke dalam urusan birokrasi yang mengharuskan saya membawa surat penelitian dari kampus. Dari informasi dan penjelasan yang diberikan oleh Ibu Hayani, saya pun menuju alamat yang menjadi informan saya.

Tidak jauh dari kantor kepala desa, saya tiba dirumah Ibu Hj. Rubiah (77 tahun). Rumah yang berbentuk rumah panggung ini menurut saya adalah rumah sederhana namun memiliki ciri khas dengan corak dan arsitektur Melayu yang

cukup kuat. Di rumah itu saya di sambut oleh 5 orang, diantaranya Ibu Hj. Rubiah (77 tahun), Bapak Ramlan (51 tahun) anak Ibu Rubiah, Ibu Liza (46 tahun) menantu Ibu Rubiah, Ibu Hasnah (26 tahun) cucu Ibu Rubiah, dan Rafa (1 tahun) cicit Ibu Rubiah. Rumah Ibu Rubiah ditempati juga oleh anak dan cucunya. Setelah berkenalan dengan seluruh penghuni rumah, saya pun mengutarakan maksud dan kedatangan saya kerumah ini. Seluruh penghuni rumah Ibu Hj. Rubiah menyambut dengan hangat serta menunjukkan sikap yang sangat antusias setelah saya mengutarakan maksud dan tujuan saya, terlebih lagi maksud dan tujuan saya untuk mengangkat tentang kuliner khas Melayu yang tentunya menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari yang menjalankan adat dan istiadat Melayu. Saya mulai mewawancarai Ibu Rubiah dengan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan skripsi saya. Karena pendengaran Ibu Rubiah sedikit terganggu, saya pun dibantu oleh kedua anak Ibu Rubiah untuk menjelaskan beberapa pertanyaan yang saya maksud dengan bahasa yang berlogat Melayu agar Ibu Rubiah lebih mudah untuk mengerti. Saya juga dibantu oleh anak-anak beliau menafsirkan maksud kata demi kata Ibu Rubiah. Di umur Ibu Rubiah yang tergolong lanjut usia ini, menurut saya Ibu Rubiah masih cukul baik dalam menuangkan isi pikiran beliau lewat kata-kata dan masih banyak pengalaman hidup beliau yang masih diingat meski telah terjadi pada puluhan tahun silam. Saat asik berbincang dengan Ibu Rubiah, cucu beliau menghidangkan secangkir teh hangat kepada saya sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu dan sebagai tuan rumah yang baik. Saya berterimakasih karena disambut dengan baik di rumah ini. Pertanyaan demi pertanyaan yang saya ajukan dijawab dengan

antusias, baik oleh Ibu Rubiah sendiri maupun anak-anak dari Ibu Rubiah. Pertanyaan demi pertanyaan berlalu, waktu pun tak terasa begitu cepat bergulir. Kertas yang menjadi catatan hasil wawancara saya sudah tertulis penuh 4 halaman. Saya merasa informasi yang saya dapatkan untuk hari pertama turun ke lapangan ini sudah cukup. Saya mengakhiri wawancara ini dengan ucapan terimakasih kepada Ibu Rubiah dan keluarga serta memohon maaf apabila ada kata-kata yang salah serta ucapan yang menyinggung perasaan mereka. Ditengah terik matahari saya pun memutuskan untuk pulang dan kembali kerumah saya.

Pada kamis siang saya kembali berangkat ke Hamparan Perak untuk melakukan penelitian. Saya berniat untuk berangkat di pagi hari, namun karena saya tidur larut malam, saya pun terbangun kesiangan di keesokan harinya. Perjalanan hari kedua saya menuju Hamparan Perak kali ini saya tidak sendiri.

Saya di temani oleh senior sekaligus teman dekat saya di kampus. Saya biasa memanggilnya Bang Tatak. Kami bertemu di Simpang Tiga Marelan kemudian kami bersama menuju Hamparan Perak. Rute perjalanan yang kami tempuh kali ini berbeda dengan rute kepergian saya sebelumnya. Kami melewati rute perkebunan tebu milik PTPN II. Di perjalanan ditengah luasnya hamparan kebun tebu milik PTPN II ini, kondisi jalan sangat buruk. Jalan hanya berupa pasir dan batu. Kondisi jalan sangat sepi, tidak seperti halnya jalanan seperti biasanya dimana kendaraan dari kedua arah sibuk berlalu lalang. Di pertengahan kebun terlihat beberapa pekerja sedang mengarahkan mesin penggiling tebu yang siap untuk di panen. Kondisi jalan yang buruk serta tidak adanya tiang listrik dan penerangan lampu jalan, saya tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan jalan

ini saat malam hari.

35 menit perjalanan akhirnya kami pun sampai di Hamparan Perak. Menurut saya rute perjalanan ini lebih hemat waktu dan jarak. Hanya saja kondisi jalan sangat buruk. Kami langsung menuju kantor kepala desa Slemak guna mengambil data tentang desa ini. Saya bertemu dengan Ibu Idharani (38 tahun) Kepala Urusan Pemerintahan. Saya mengutarakan maksud kedatangan saya dan Ibu Idharani pun memberikan kepada saya beberapa data terbaru yang saya butuhkan. Ibu Idharani menurut saya memiliki karakter yang berjiwa muda, ramah, dan cepat beradaptasi dalam memahami seseorang. Asik berbincang dengan Ibu Idharani, seorang bapak pun datang menghampiri kami dan ikut berbincang bersama kami. Saya memperkenalkan diri dan menjelaskan kedatangan saya di Desa Slemak ini. Ternyata beliau adalah Kepala Dusun III, Bapak Abu Yahman. Beliau menjelaskan beberapa data mengenai kondisi masyarakat yang ada di Desa Slemak ini. Beliau juga memberikan informasi kepada saya bahwa pada hari Minggu ada warga Dusun III yang akan melangsungkan upacara pernikahan. Beliau juga mengatakan bahwa pada upacara pernikahan tersebut menggunakan adat Melayu karena kedua mempelai suku Melayu. Saya berniat untuk datang ke acara pernikahan tersebut agar dapat memperhatikan dan memahami penggunaan pulut kuning pada upacara tersebut. Kami berbincang dan saya mencatat beberapa informasi yang penting.

Bapak Abu Yahman dengan kebaikan hatinya menunjukkan rumah yang akan membuat pulut kuning yang akan di hidangkan pada acara pernikahan tersebut. Saya pun dengan senang hati menuju rumah yang dimaksud Bapak Abu

Yahman. Tidak jauh dari kantor kepala desa, saya pun tiba di rumah Ibu Aisyah (44 tahun).

Ibu Aisyah dikenal sebagai orang yang sering menerima pesanan pembuatan pulut kuning untuk upacara-upacara, baik upacara pernikahan, pemberian nama anak, khitan, dan melepas anak mengaji kepada tuan guru. Ibu Aisyah juga sangat memahami cara pembuatan, bahan, makna-makna, serta fungsi yang ada di dalam pembuatan pulut kuning yang di sajikan. Saya pun melakukan wawancara kepada Ibu Aisyah. Pada saat saya melakukan wawancara, Ibu Aisyah di temani anak perempuannya yang duduk di bangku kelas II SMA. Dedek (18 tahun) yang duduk di bangku kelas II SMA ini sering membantu Ibu Aisyah dalam pembuatan pulut kuning. Pesanan cukup banyak disetiap minggunya karena selain menyediakan untuk acara-acara perkawinan, warga juga sering memesan untuk acara perwiritan. Ibu Aisyah mengakui bahwa warga lebih terbantu dengan menempah pulut kuning kepadanya karena menghemat waktu dan rasa yang enak. Ibu Aisyah juga kebanjiran orderan pulut kuning saat mendekati hari-haru besar Islam. Ibu Aisyah juga sempat menunjukkan kepada saya bahan-bahan pembuatan pulut kuning dengan beragam bentuk sajian. Saya sangat terbantu dengan keterangan yang diberikan Ibu Aisyah karena sangat padat dan jelas. Terlebih lagi penjelasan ini saya dapatkan langsung dari orang yang benar-benar memahami serta sudah lama menetap di Hamparan Perak ini. Setelah berbincang cukup lama, saya pun mengakhiri wawancara dan pamit untuk pulang. Saya berencana untuk kembali lagi di hari minggu saat upacara pernikahan di laksanakan agar dapat melihat langsung penggunaan pulut kuning di acara tersebut.

Minggu pagi saya sudah tiba di rumah dimana akan di langsung kan pernikahan. Saya pun meminta izin kepada tuan rumah pemilik hajatan untuk melakukan beberapa dokumentasi. Mereka pun mengizinkan saya. Bapak Sulaiman (55 tahun) sebagai perwakilan keluarga pihak laki-laki dengan antusias menjelaskan beberapa tahapan-tahapan penggunaan pulut kuning. Menurut Bapak Sulaiman, peran pulut kuning tidak dapat tergantikan sebagai bagian dari berbagai upacara-upacara pada tradisi Melayu. Bapak Sulaiman tidak dapat terlalu lama berbincang kepada saya karena peran sebagai wali keluarga pada upacara pernikahan ini. Upacara pernikahan tidak berlangsung lama. Setelah saya memperhatikan beberapa tahapan-tahapan pada upacara pernikahan saya pun pulang kerumah karena saya sudah merasa cukup dengan beberapa informasi yang telah saya dapatkan baik di hari itu, maupun di hari-hari sebelumnya. Saya sangat berterimakasih atas kerjasama dan bantuan serta kemudahan yang diberikan kepada saya saat melakukan penelitian di desa ini. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa menurut saya karena tulisan hasil penelitian saya ini nantinya akan menjadi skripsi sekaligus sebagai pengetahuan bagi yang membutuhkannya.

Dokumen terkait