• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PULUT KUNING

3.4 Upacara Menggunakan Pulut Kuning

Adapun upacara yang menggunakan penyajian pulut kuning dalam kehidupan masyarakat Melayu Hamparan Perak, meliputi :

3.4.1 Upacara Perkawinan

Pada upacara perkawinan, penyajian pulut kuning memiliki perbedaan tersendiri, dimana pada tepak atau bale penyajian pulut kuning disertai dengan adanya bunga telur yang turut menghiasi tepak pulut kuning, hal ini menandakan bahwa pada saat pelaksanaan upacara diberikan kehormatan yang besar kepada pemilik acara sebagai raja sehari. Pulut kuning dalam upacara perkawinan juga menjadi simbol semangat baru bagi pasangan pengantin yang akan menghadapi hari baru mereka secara bersama-sama.

Seperti yang dikatakan oleh informan peneliti yakni bapak Taufan (37 tahun, petani) bahwa :

“untuk acara pesta pernikahan pulut kuning itu wajib hukumnya disajikan untuk keluarga pengantin baik pria maupun perempuan. Biasanya yang menyajikan pulut kuning untuk pesta pernikahan adalah keluarga mempelai perempuan. Untuk menghormati saudara baru mereka yakni keluarga dari mempelai laki-laki”

Fungsi dari pulut kuning memang bermacam-macam dalam setiap jenis acara. Bahkan pihak yang membuatnya pun harus diperhatikan dan tidak boleh sembarang.

Konsep Makanan

Dalam upacara perkawinan, pulut kuning dihadirkan sebagai bagian dari penyajian kuliner tradisi Melayu untuk dikonsumsi, juga bermakna sebagai pemberian dan penganugerahan kebesaran terhadap yang memiliki acara perkawinan.

Warna kuning yang dipergunakan sebagai simbol kebangsawanan dimana dalam kehidupan sehari-hari, bagi yang melaksanakan acara dianggap sebagai “raja sehari” sehingga diberikan atribut raja atau bangsawan yang bernuansa kuning dan juga diberikan sajian dan layanan layaknya kepada raja atau kaum bangsawan, hal ini menyimbolkan bahwa proses perkawinan merupakan suatu proses kehidupan yang menyatukan dua insan dan juga sebagai proses meneruskan keturunan.

Bahan Makanan

Seperti halnya penyajian pulut kuning secara umum, dalam penyajian pulut kuning dalam upacara perkawinan memiliki bahan yang sama dengan pembuatan pulut kuning umumnya. Bahan makanan yang dipergunakan adalah pulut atau beras pulut dengan kualitas tinggi dikarenakan proses perkawinan adalah suatu ritus hidup yang dijalani hanya sekali dalam kehidupan.

Pulut kuning yang dimasak dengan bahan-bahan dasar berupa pulut dan kunyit dengan pilihan berupa bahan yang terbaik dikarenakan acara perkawinan adalah suatu acara yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan masyarakat

Melayu Hamparan Perak dan disajikan kepada tamu serta handai-taulan. Wak Awa (65 Tahun) :

“... kawin itu sekali seumur hidup, dipisahkan oleh kematian jadi acara perkawinan itu harus yang istimewa karena kita menjamu orang sehingga kita memberikan yang terbaik yang kita miliki ... jadi pulut kuning itu dibuat oleh keluarga yang punya acara, bahan- bahannya pilihan kalau bisa yang terbaik tapi itupun tergantung yang punya kenduri ... selain itu kan karena dia raja sehari jadi

pakeklah warna kuning kek raja-raja sama kek pulut kuning tu.

Perbedaan mendasar penyajian dan bahan pembuatan pulut kuning pada upacara perkawinan dengan upacara lainnya adalah penggunaan tepak atau bale

yang dipergunakan adalah bale dengan tiga tingkat dan diberi ornamentasi telur yang dirangkai pada batang bambu serta potongan ayam utuh tanpa kepala yang telah diungkep dan telah diberi bumbu, selain itu sebagai pendamping penyajian pulut kuning disertakan juga sekerat daging lembu atau kambing yang telah dimasak rendang.

Pada dahulunya bahan pembuatan pulut kuning didapatkan dari hasil tamanan yang terdapat pada halaman rumah, namun pada saat sekarang ini bahan- bahan pembuatan dibeli di pajak tradisional.

Pulut kuning pada acara perkawinan memiliki fungsi sebagai makanan simbol acara yang erat kaitannya dengan kehidupan kebudayaan etnis Melayu Hamparan Perak, selain itu juga berfungsi sebagai simbol silaturahim dengan para kerabat serta handai-taulan yang bertujuan memperkuat ukhuwah antar sesama sebagaiman terdapat dalam Al-quran surat An-Nisa ayat 1 :

nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

3.4.2 Upacara Masuk Ke Rumah Baru

Masyarakat Melayu memang sudah lama dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh adat dan budayanya. Berbagai macam tradisi bahkan sampai sekarang masih dijalankan walaupun perkembangan zaman pada saat ini telah menggerus budaya lama kearah budaya modern yang relatif baru. Dalam hal ini “upacara masuk ke rumah baru" merupakan salah satu upacara yang masih selalu dijalankan oleh sebagian masyarakat Melayu hingga saat ini.

Walaupun upacara ini sudah jarang diperbincangkan, apa lagi dipraktikkan, namun pada saat ini masih saja ada sebagian orang yang mencoba untuk meneruskan tradisi ini agar terus diingat dan dijalankan terutamanya di daerah-daerah pinggiran seperti daerah Hamparan Perak yang memang didominasi masyarakat Melayu.

Upacara ini dilakukan oleh sebuah keluarga yang akan menduduki rumah baru. Misalkan, rumah yang baru didirikan ataupun rumah sewa. Begitu juga dengan rumah yang dimiliki tetapi telah lama ditinggalkan dan ingin menempati rumah tersebut kembali. Bahan-bahan yang digunakan dalam upacara ini seluruhnya disediakan oleh tuan rumah penyelenggara. Antarannya adalah tepung tawar, sirih pinang, daun sirih, pulut kuning, daun pisang, dian, air, bertih, dan kemenyan. Lazimnya upacara ini akan dilakukan pada waktu malam pertama ketika menduduki rumah tersebut.

Orang yang bertanggungjawab dalam mengendalikan upacara ini atau pemimpin ritual terlebih dahulu akan mencari tempat yang sesuai untuk ritual pemujaan. Tempat yang dipilih nanti biasanya adalah ibu tiang rumah atau biasa disebut sebagai "tiang seri" yang terdapat di dalam rumah. Setelah itu, pemimpin tersebut akan mengadap tiang seri tersebut. Kendi yang penuh berisi air akan diletakkan di atas daun pisang di hadapannya. Kemenyan dibakar dan bahan- bahan yang lain diletakkan di sisinya. Dua batang lilin dinyalakan. Salah satunya akan dilekatkan pada tiang seri sementara yang satu lagi akan dilekatkan di pinggir mulut kendi. Pemimpin ritual biasanya lebih suka menggunakan dian, kerana lebih mudah melekat atau kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dahulu mereka yang tidak pernah mengenal pemakaian lilin.

Ketika doa-doa sudah dipanjatkan, bau kemenyan yang semerbak menusuk hidung akan menambah suasana baru di dalam rumah tersebut. Beberapa saat kemudian dian yang diletakkan di pinggir mulut kendi tadi diambil dan cairannya diteteskan ke atas air yang ada di dalam kendi tersebut sebanyak beberapa tetes. Setelah dian itu diletakkan pada tempatnya semula, pemimpin ritual akan menepuk tiang seri dengan sekuat tenaga sebanyak dua kali berturut-turut. Tindakan ini menandakan upacara berdoa sudah berakhir. Namun, keseluruhan upacara ini masih belum selesai.

Setelah upacara pemujaan selesai dijalankan, pemimpin ritual akan memercikkan tepung tawar yang telah disiapkan kepada tuan rumah dengan menggunakan daun-daun sirih yang telah disusun sebagai alat pemerciknya. Kemudian tepung tawar dipercikkan pada keseluruh penjuru rumah

termasuk pinggan-mangkuk dan perabot yang ada di dalam rumah tersebut. Kemudian tepung tawar tadi juga dipercikkan di halaman rumah hingga sampai ke pintu pagar. Setelah itu, akan dibacakan doa selamat secara bersama-sama yang dipimpin oleh pemimpin ritual. Selesai doa dipanjatkan, makanan pun dihidangkan untuk disantap oleh orang-orang yang hadir dalam upacara tersebut.

Pulut kuning yang dibawa dari tempat pemujaan tadi turut dihidangkan. Dengan itu berakhirlah "upacara masuk ke rumah baru" warisan nenek moyang itu. Tuan rumah juga akan merasa puas karena kewajibannya selama ini sudah dilaksanakan. Menurut kepercayaan, adat ini tidak boleh diabaikan kerana konon bencana akan menimpa keluarga yang tidak melaksanakannya. Segala harta benda orang yang tidak mengamalkannya akan cepat binasa, hilang ataupun nasib baik tidak mau datang kepada keluarga tersebut. Menurut cerita yang ada, tempat yang dipercikkan tepung tawar itu akan terjamin keselamatannya, sementara yang tidak melakukannya akan ditimpa kesialan terus menerus.

Sejauh mana kebenarannya memang tidak dapat dipastikan. Walaupun ritual ini ternyata bertentangan dengan akidah Islam namun, bagi sebagian masyarakat Melayu ritual ini tetap saja penting untuk dilaksanakan dan tidak ada hubungannya dengan menistakan ajaran agama Islam. Hal ini masih berlaku karena kebanyakan mereka yang tinggal di tempat yang agak terpencil dan masyarakatnya masih bersikap ortodoks. maka ritual yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya ini akan diwariskan kepada cucunya kelak.

keagamaan kerana pada saat selesai prosesi pemujaannya akan diadakan bacaan doa selamat yang diketuai oleh pemimpin ritual di kampong tersebut. Apa yang menjadi realitas saat ini adalah, bahwa adat ini masih dapat ditemui pada kawasan-kawasan yang terpencil. Mereka masih mau mempertahankan tradisi yang diberikan nenek moyang mereka.

Seperti yang dikatakan oleh informan peneliti yang bernama bapak Muhammad Syukur (37 tahun, pegawai negeri sipil) :

“. . . ritual pemujaan itu bukan untuk memanggil setan atau roh-roh jahat. Pemujaan itu dilakukan untuk meminta kepada para penunggu di tempat tersebut agar mendapat keselamatan. Tapi bukan berarti untuk melakukan ajaran sesat. Karena kan habis pemujaan pemimpin ritual melakukan do’a untuk Allah....”

Keterangan warga bahwa tempat yang dipercikkan tepung tawar itu akan terjamin keselamatannya memang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sejauh mana kebenarannya tidak dapat dipastikan. Masyarakat Melayu modern pada saat ini sudah mulai meninggalkan tradisi lama yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Hal ini terjadi ketika kita melihat masyarakat Melayu yang sudah berbaur dengan suku lain akan cenderung mengurangi upacara-upacara yang melambangkan identitas budayanya.

Seperti yang dikatakan oleh informan peneliti yang bernama bapak Muhammad Syukur (37 tahun, pegawai negeri sipil) :

“....orang Melayu sekarang sudah banyak yang meninggalkan tradisi lama, bahkan sampe enggak tahu lagi orang lain kalau orang itu adalah orang Melayu. Malahan banyak yang berpikir kalau ada tetangganya orang Melayu, itu bukan orang Melayu tapi orang Jawa....”

terkadang membuat masyakarakat yang berasal dari suku Melayu ini tenggelam karena tidak mampu mempertahankan tradisi yang dimiliki sebagai lambing dan cirri khas kesukuannya.

Fungsi dari pulut kuning di sini juga menjadi titik sentral, karena tamu yang hadir pada saat upacara akan diberikan pulut kuning sebagai menu utama, yang artinya tuan rumah begitu menghargai kehadiran dari semua tamu yang hadir pada saat itu.

Konsep Makanan

Upacara memasuki rumah baru dalam kehidupan kebudayaan masyarakat Melayu pada umumnya merupakan suatu bentuk “kenduri kecil” atau juga sebagai penanda bahwa suatu keluarga telah berhasil membangun rumah untuk bernaung bagi kehidupan keluarganya.

Upacara memasuki rumah baru juga turut mempergunakan pulut kuning sebagai bagian dari acara kenduri yang dimaksudkan sebagai pemberitahuan kepada tetangga, sanak-saudara, kerabat dan handai-taulan bahwasanya seseorang telah mendirikan dan memiliki tempat naungan.

Pulut kuning dalam upacara memasuki rumah baru merupakan makanan yang memiliki simbol membuka pintu rezeki bagi pemilik rumah, memberikan ketenangan batin dan juga memberikan keberkahan bagi rumah berserta individu pengisi rumah tersebut.

Bahan pembuatan pulut kuning pada upacara memasuki rumah baru adalah sama dengan bahan pembuatan pulut kuning pada umumnya, namun perbedaan sedikit terdapat ornamentasi dan bahan makanan lainnya yang menjadi pelengkap penyajian pulut kuning, seperti penggunaan telur dan ketidakharusan menyajikan daging.

Proses pembuatan pulut kuning pada acara memasuki rumah baru pada umumnya dilakukan secara bersama-sama oleh para tetangga, kerabat dan handai- taulan atau juga oleh serikat tolong-menolong maupun perkumpulan ibu-ibu. Kegiatan ini juga difungsikan sebagai sarana berinteraksi antar tetangga dan mencairkan suasana diantara sesama tetangga.

Pada saat sekarang ini bahan pembuatan dan tata cara memperoleh bahan makanan pembuatan pulut kuning terutama pada kegiatan upacara memasuki rumah baru juga mempergunakan bahan baku pulut kuning yang telah tersedia dan siap saji di pasar, dikarenakan sifat acara memasuki rumah baru sebagai upacara atau kenduri yang bersifat kecil dan tidak mengikat.

Penyajian Makanan

Upacara memasuki rumah baru yang mempergunakan pulut kuning biasanya disajikan pada tempat berupa bale yang memiliki dua tingkat dan memiliki ornamen berupa ayam yang diletakkan diatas pulut kuning.

Kesederhanaan penyajian pada umumnya tampak pada penyajian pulut kuning pada upacara-upacara yang bersifat kecil atau kenduri kecil seperti : memasuki rumah baru, khatam Al-quran, pembuatan rumah, hari besar dan

melahirkan.

Fungsi Makanan

Penyajian pulut kuning dalam upacara memasuki rumah baru merupakan sebagai bagian dari memperkuat tali silaturahim antara sesama (tetangga, rekan, kerabat dan handai-taulan) juga berfungsi sebagai sarana pemberitahuan kepada khalayak umum. Fungsi utama penyajian pulut kuning dalam upacara memasuki rumah baru adalah sebagai keberkahan bagi seisi rumah.

3.4.3 Upacara Mendirikan Rumah

Upacara mendirikan rumah bagi masyarakat Melayu mempunyai arti yang sangat penting, karena keluarga yang akan menempati rumah diharuskan membuat upacara karena menurut kepercayaan adat bahwa rumah tersebut akan dapat membawa kebaikan dan keburukan bagi penghuninya. Kepercayaan ini masih berlaku sampai sekarang ini bahkan berbagai upacara dilakukan menurut kenyakinan mereka, seperti syarat mendirikan rumah dan pindah rumah maupun lain sebagainya.

Mendirikan rumah memerlukan beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu :

1. Memilih hari baik dan bulan baik menurut perhitungan tetua yang ada dilingkungan mereka

2. Membabat (jika masih semak belukar) 3. Membersikan lahan

4. Membuat petak tanah yang disesuaikan dengan ukuran denah rumah 5. Sholat mangrib yang dilanjutkan dengan membaca surat Yaasin dilokasi rumah secara berjamaah dengan hidangan ketupat

6. Penancapan tongkat tiang pertama oleh pemilik rumah. Tahapan- tahapan ini nyaris tak pernah dilewati pada setiap mendirikan rumah oleh orang Melayu, dimanapun ia berada.

Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk dimasukan kedalam satu lubang yang telah digali sebelumnya antara lain:

1. Paku 2. Keminting 3. Sirih 4. Rokok sebantang 5. Nasi sekepal 6. Pisang 1 buah

7. Uang logam lempengan 8. Bertih beras kuning

Rumah yang telah selesai dikerjakan, maka tuan rumah mencari hari baik bulan baik untuk melaksanakan pindah rumah baru. Apabila sesuatunya telah rampung maka dimulai dengan membawa barang-barang atau peralatan rumah tangga kerumah yang baru dibuat, pada waktu yang ditentukan pemilik rumah pindah dengan memangil sanak keluarga, tetangga lingkungan yang ada disekitarnya.

surat yasin bersama-sama disertai doa. Rumah yang baru ditempati biasanya keluarga terdekat yang menemani tinggal sementara, membantu mempersiapkan makanan bagi undangan.

Konsep Makanan

Pada saat memberikan undangan ini pulut kuning juga akan disajikan kepada para tamu undangan sebagai lambang penghargaan tuan rumah kepada para tamu karena sudah bersedia mau datang. Pulut kuning disini juga menjadi simbol pelekat penghuni baru kepada para tetangga yang telah lebih dahulu tinggal di lingkungan rumah tersebut.

Penyajian Makanan

Pulut kuning biasanya akan disajikan pada nampan besar yang terbuat dari anyaman bambu yang telah dilapisi oleh daun pisang. Pada prosesi ini pulut kuning akan dipotong oleh tuan rumah dan akan dibagi-bagikan kepada para tetangga bersamaan dengan jajanan pasar lainnya.

3.4.4 Upacara Melahirkan

Pada saat seorang perempuan selesai melahirkan juga melewati proses ritual yang berkaitan dengan kehadiran pulut kuning sebagai pelengkap jamuan. Hidangan berupa pulut kuning yang ditambah dengan inti yaitu gula merah dimasak dengan parutan kelapa atau bisa juga gula merah yang dimasak dengan santan sebagai simbol upacara dan dihidangkan kepada para sanak saudara.

Perbedaannya disini adalah pulut kuning biasanya dimasak untuk dibagi- bagikan kepada tetangga dengan cara menaruhnya didalam daun pisang dan dibagikan kepada para tetangga. Tujuan dari pemberian pulut kuning kepada para tetangga adalah untuk memberitahukan mengenai berita kelahiran anak tersebut.

3.4.5 Upah-upah

Pulut kuning hampir digunakan dalam setiap tradisi upacara Melayu. Tentu saja memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap masyarakat Melayu dari berbagai tempat. Namun, umumnya pulut kuning hadir dalam upah-upah atau tepung tawar sebagai salah satu bagian dari upacara Melayu. Ada begitu banyak kegiatan ritual dalam budaya Melayu yang sifatnya seremonial, tetapi secara konkrit dalam upah- upah atau tepung tawar keberadaan pulut kuning merupakan bagian dari upacara yang sangat penting.

Upah-upah atau tepung tawar merupakan kegiatan yang sering terdengar pada saat kegiatan ritual upacara Melayu, seperti pernikahan, khitanan, melakukan ibadah ke Mekah, ataupun selesai membaca Al-qur'an. Upah-upah atau tepung tawar seperti simbol rasa syukur kepada Allah.

Upah-upah atau tepung tawar sebenarnya dua kegiatan yang berbeda. Masyarakat yang melakukan tepung tawar menganggap bahwa segala sesuatu hal yang buruk harus dihilangkan agar mendapatkan ketenangan.niat buruk, sifat dengki, ataupun energi jahat diharapkan hilang pada saat melakukan ritual tepung tawar dan kesemua sifat jahat tersebut diharapkan hilang dan menjadi tawar.

Semua bahan-bahan untuk kegiatan tepung tawar ditempatkan di atas mangkuk besar (piring tinggi) yang di dalamnya terdapat isian seperti nasi putih, nasi kuning, nasi goreng, bunga rampai, ayam bakar, dan tepung beras. Semua bahan tersebut memiliki arti dimana beras putih adalah simbol kesuburan, nasi kuning berarti harapan akan kemajuan yang baik, bunga rampai sebagai pengharum nama orang yang melakukan ritual dan tepung beras memiliki makna kejujuran.

Mangkuk besar untuk tepung tawar terdiri dari semangkuk air, segenggam nasi putih dicampur dengan kapur yang telah diiris. Juga terdapat bahan tepung tawar lainnya yang terdiri dari 7 jenis bahan yaitu: daun bunga kantil (simbol kekuatan magis atau kekuatan gaib), pulut (simbol keabadian karena teksturnya yang lengket), daun ganada rusa (simbol perisai gangguan alam), daun jejeruan (simbol kelangsungan hidup karena hard dicabut), daun utuh (simbol keberuntungan), daun-dingin (simbol sejuk, tenang, kesehatan), rumput sambau dan akar (simbol pertahanan karena akarnya yang sulit untuk dicabut).

Acara tepung tawar juga memerlukan dupa sebagai pemantik aroma wewangian selama proses ritual, dalam ritual ini dupa memang dibakar hanya untuk memunculkan aromanya saja.

Mereka yang ingin melakukan ritual tepung tawar biasanya di atas pahanya terlebih dahulu diletakkan kain panjang agar pada saat prosesi tepung tawar orang yang di tepung tawari tidak kotor atau basah oleh air dan tepung tawar. Kemudian, keluarga akan mengambil tepung tawar dan dicelupkan ke dalam air dan membasuh air itu pada kedua tangannya. Setelah itu, orang (jika

masih muda) yang menjalankan ritual tepung tawar tersebut akan mengangkat tangannya menghadap keluarga yang akan memberikan tepung tawar tersebut. Tetapi jika yang melakukan ritual tepung tawar adalah orang tua, maka pihak yang memberikan tepung tawar yang harus mengangkat tangannya sebagai tanda hormat atau rasa syukur. Jumlah orang yang melakukan tepung tawar maksimal 7 orang dan tepung tawar dilakukan dari orang yang lebih tua dulu.

Penyajian Makanan

Bale3

Pada acara upah-upah bale yang dipergunakan dapat disesuaikan oleh keinginan individu yang memiliki acara, sehingga bale dengan dua tingkat, tiga maupun tujuh tingkat dapat dipergunakan walaupun terkadang disesuaikan dengan kemampuan pemilik acara.

adalah tempat untuk memberikan persembahan pulut kuning kepada tetangga. Balai ini terbuat dari kayu dengan empat kaki dan memiliki 3 tingkat atau 7 dan setiap tingkat berisi pulut kuning sebagai simbol kesuburan dan kemuliaan. Pada tingkat atas balai biasanya ditempatkan ayam panggang sebagai simbol pengorbanan dan juga inti (kelapa parut yang dimasak dengan gula aren). Setiap tingkat balai diletakkan telur.

Setelah itu balai akan ditempatkan di tengah tempat acara sehingga mempercantik pemandangan. Biasanya dalam acara seremonial seperti perkawinan, telur akan dibagikan untuk tamu undangan yang khusus diundang untuk hadir, contohnya seperti peserta Marhaban.

Tujuan dari dilakukannya upah-upah ada bermacam-macam diantaranya untuk kebanggaan, mengambil semangat, memberi motivasi, menunjukan rasa syukur dan lain-lain. Diantara sekian banyak itu beberapa diantaranya adalah :

Upah-upah pernikahan: pernikahan yang memiliki semangat untuk membangun hidup baru. Upah-upah untuk sunat: sebagai ucapan syukur karena telah melewati prosesi sekali seumur hidup tersebut. Upah-upah terkejut: dilakukan kepada orang yang baru saja terkena bencana, kecelakaan, sakit, dan sebagainya. Upah-upah memanggil roh: biasanya untuk mengobati orang-orang yang sakit, sehingga gairahnya akan kembali dan memiliki semangat untuk sembuh lagi.

Upah-upah biasanya dilakukan dengan menggunakan Balai, adalah tempat yang terbuat dari kayu memiliki kaki 4 buah dan tempat yang bertingkat. di mana ada berbagai jenis makanan dari mulai pulut kuning, ikan bakar/ayam panggang, dan telur ayam kemudian pada bagiani atas terpasang kepala Balai.

Fungsi Makanan

Pada upacara upah-upah, pulut kuning disajikan sebagai simbol

Dokumen terkait