• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman penelitian saya ini bermula dari saya mengikuti kegiatan-kegiatan dari Komunitas Turun Tangan ini. banyak kegiatan Turun

26 Tangan ini yang berfokus pada sekolah-sekolah tingkat sekolah dasar, dari banyak sekolahnyang sudah saya dan teman-teman datangi kami merasa SD Impres 97/98 di Binjai Selatan ini sangat memprihatinkan. Mulai dari jumlah siswanya, lokasi yang jauh dari pusat Kota Binjai dan banyak hal lain lagi, ini yang membuat saya tertarik dengan penelitian ini.

Awal dari penelitian ini saya melakukan pendekatan dengan guru-guru yang ada di seolah tersebut. Saya berttemu dengan seorang guru-guru yang bernama Ibu Desti. Dia bercerita banyak tentang kondisi sekolah tersebut yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena letaknya yang berada jauh dari kota.

Rasa tertarik saya semakin besar untuk mengangkat tema ini dan melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan harapan semakin banyak pihak yang mengetahui kondisi di sekolah ini agar kedepannya sekolah ini bisa lebih baik lagi dan juga sekolah ini bisa terperhatikan.

Untuk bisa sampai di sekolah tersebut harus melewati jalan yang masih belum diaspal yang cukup jauh, dan apabila hujan jalanan ini sangat becek dan jika hari terik akan sangat berabu. Untuk sampai ke sekolah ini murid-murid harus berjalan kaki cukup jauh karena rumah mereka juga tidak berada dekat dengan sekolah.

Saya mulai rutin mengikuti kegiatan Turun Tangan ini setiap minggunya yang dilakukan disetiap hari sabtu. Ketika saya dating dengan teman-teman yang lain, murid-murid di sekolah tersebut menyambut kami dengan senyuman mereka yang terlihat senang melihat kedatangan kami.

27 Kemudian murid-murid dikumpulkan kedalam sebuah ruang kelas.

Di sekolah ini hanya memiliki murid dengan jumlah tidak lebih dari 60 siswa. Setelah di kumpulkan disebuah ruangan kelas, kemudian mereka dibagi kedalam beberapa kelas yang sudah dibentuk diantaranya ada kelas tari, kelas puisi, kelas vocal dan kelas musik.

Peneliti mengikuti kegiatan yang ada selama peneliti berada di sekolah tersebut, masuk kesetiap kelas dan melihatkegiatan apa saja yang dilakukan anak-anak dan bagaimana cara influenser mengajar didalam kelas.

Kelas yang pertama peneliti masuki setelah anak-anak dikumpulkan diruangan sebelumnya adalah kelas tari. Dikelas ini anak-anak diajari gerakan-gerakan dasar dalam menari. Kelas tari ini diasuh oleh influenser bernama Cut Dara Yuninda dan dengan jumlah anak 6 orang. Sebelum melakukan latihan, anak-anak biasanya diajak untuk berdoa terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan latihan. Anak-anak diajarkan bagaimana cara melakukan tarian dengan baik dan benar dengan memberikan gerakan-gerakan dasar yang mudah dihapal untuk mereka. Ada beberapa jenis tarian yang diajarkan kepada mereka seperti diantaranya Tari Persembahan, Tari, Tari Karo, Tari Jawa dan Tari Melayu.

Peneliti melihat dikelas ini anak-anak terlihat senang dan gembira melakukan gerakan-gerakan yang ajarkan oleh influenser. Tidak jarang mereka melakukan kesalahn dalam melakukan gerakan tari sehingga influenser yang mengajar harus sabar dan tetap harus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan.

28 Selanjutnya peneliti berpindah ke ruangan yang lain yaitu ke kelas puisi.

Kelas puisi ini mengajarkan bagaimana membaca puisi yang baik, bagaimana bereksptesi sesuai dengan kata-kata yang ada pada puisi. Kelas ini diasuh oleh influenser bernama Riski Indriani. Yang akrab disapa Riris.

Dikelas ini Riris mengajarkan bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar dan juga dengan ekspresi yang sesuai dengan konteks puisi yang sedang dibaca. Kesabaran sangat diperlukan dalam mengajarkan anak-anak berpuisi ini, karena tidak mudah untuk bisa membuat anak-anak mengikuti arahan dari Riris sebagai mentor dalam mengajar.

Kejelasan dalam membaca juga menjadi hal yang diperhatikan oleh Riris agar kata-kata yang keluar dari mulut ana-anak bisa terdengar jelas dan juga intonasi suara yang baik agar setiap bait puisi yang dibaca terdengar indah.

Cara mengajar dilakukan oleh Riris tidaklah keras dan monoton yang membuat anak-anak bosan atau cenderung takut, melainkan dengan cara yang menyenangkan dengan cara belajar sambil bermain. Ketika Riris melihat anak-anak sudah terlihat mulai capek atau sudah mulai malas, Riris akan menghentikan kegiatan belajar sejenak dan kemudian melakukan kegiatan apa yang anak mau.

Biasanya ketika anak-anak mulai bosan anak-anak cenderung meminta untuk main diluar ruangan, namun dengan caranya, Riris mengajak anak-anak bercerita apa saja yang sudah mereka lakukan selama beberapa hari kemarin. Hal ini diulakukannya untuk melatih anak-anak berani untuk berbicara kepada orang lain dan mau untuk menceritakan apa saja yang sudah mereka selama dan merekalakukan.

29 Dikelas vokal anak-anak diajari menyanyi dengan tekhnik yang benar dan mengatur pernapasan supaya tenggorokan mereka tidak sakit. Kelas ini diajar oleh seorang influenser bernama Cut Mutia Fahira yang akrab dipanggil Icut.

Teknik vocal adalah cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu dan nyaring. Kelas vokal mengajarkan teknik pernapasan yang benar karena dalam bernyanyi merupakan hal yang penting, karena pernapasan biasa dengan bernyanyi tentu jauh berbeda.

Bagi yang tidak biasa bernyanyi mungkinakan merasa ngos-ngosan. Sedangkan untuk kelas musik anak-anak anak diajarkan bagaimana cara memainkan alat musik yang dibuat sendiri dengan bahan-bahan sederhana dan gampang dijumpai.

Alat musik yang digunakan adalah botol kaca bekas minuman, kemudian diisi air denga nisi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan nada yang berbeda juga.

Cara mengajar icut tidak jauh berbeda dengan cara mengajar Riris. Ketika anak-anak mulai jenuh belajar bernyanyi, Icut mengajak mereka duduk sebentar sambil bercerita dengan anak-anak sampai mood mereka kembali bagus dan bisa menerima pelajaran kembali.

Berdasarkan uraian tersebut, itulah hal-hal yang dilakukan oleh komunitas turun tangan setiap minggunya. Kegiatan ini termasuk kegiatan fresh agar anak-anak tersebut tidak bosan dengan kegiatan yang monoton. Selain membangun skill anak-anak tersebut, kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun kedekatan dengan anak-anak. Sehingga, komunitas turun tangan semakin diterima dikalangan muda masyarakat Binjai.

30 BAB II

Dokumen terkait