• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar. Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi OLEH: SRI ANJANI MMKKK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar. Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi OLEH: SRI ANJANI MMKKK"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMUNITAS “TURUN TANGAN” DI BINJAI SEBAGAI WADAH GERAKAN SOSIAL

(Studi Deskriptif Tentang Partisipasi Komunitas Dalam Membantu Penyelesaian Masalah Pendidikan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dalam Bidang Antropologi

OLEH:

SRI ANJANI 140905019

MMKKK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERAN KOMUNITAS “TURUN TANGAN” DI BINJAI SEBAGAI WADAH GERAKAN SOSIAL

(Studi Deskriptif Tentang Partisipasi Komunitas Dalam Membantu Penyelesaian Masalah Pendidikan)

SKRIPSI

Dengan ini saya mengayatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjananaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan ini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2018

Sri Anjani

(3)

ii ABSTRAK

Sri Anjani, 2018, Peran Komunitas “TURUN TANGAN” Di Binjai Sebagai Wadah Gerakan Sosial (Studi Deskriptif Tentang Partisipasi Komunitas Dalam Membantu Penyelesaian Masalah Pendidikan) Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 87 halaman, dan 11 gambar.

Skripsi ini bertujuan menjelaskan peran sebuah komunitas dalam membantu pemerintah dalam upaya penyelesaian masalah pendidikan yang ada, khususnya di Kota Binjai. Masalah pendidikan yang ada adalah, model pembelajaran yang hanya dua arah oleh guru dan cenderung monoton, sehingga membuat siswa merasa bosan. Permasalahan lain adalah ketidakmerataan pendidikan didaerah marjinal. Hal inilah yang membuat sekelompok anak muda Binjai yang terhimpun dalam komunitas Turun Tangan Binjai berinisiatif untuk merubah kondisi tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, bagaimana penulis dapat mendeskripsikan kegiatan-kegiatan komunitas Turun Tangan ini dalam berkontribusi untuk kotanya. Untuk memperoleh data penelitian yang valid, penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam, yaitu mewawancarai pihak-pihak yang mendukung terhadap data penelitian skripsi ini, Adapun pihak yang diwawancarai oleh penulis, seperti koordinator komunitas, anggota komunitas, influenser, kemudian masyarakat yang merupakan aktor dalam penelitian ini. Semua itu tidak dapat dilakukan dengan mudah tanpa membangun rapport (hubungan baik) kepada informan yang penulis wawancarai.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa masih terdapat daerah marjinal dipinggiran kota-kota besar yang pendidikannya kurang terperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat. Perlu perhatian dari berbagai pihak agar pemerataan pendidikan di daerah marjinal ini tidak lagi diabaikan. Seperti halnya komunitas Turun Tangan yang ada di Kota Binjai ini yang melihat kondisi yang terjadi, sehingga membuat mereka tergerak untuk mau repot-repot dan terjun langsung untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini. tentunya komunitas ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah dan warga masyarakat Kota Binjai. Sinergitas antara semua pihak adalah kunci dari terwujudnya keberhasilan dari sebuah perubahan yang dilakukan, sehingga semua pihak harus siap untuk berkontribusi dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan tersebut.

Kata Kunci: Komunitas, Partisipasi, Strategi

(4)

iii KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tak lupa shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada Nabi besar junjungan kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran “Komunitas “Turun Tangan” Di Binjai Sebagai Wadah Gerakan Sosial (Studi Deskriptif Tentang Partisipasi Komunitas Dalam Membantu Penyelesaian Masalah Pendidikan)”

Sebagain besar skripsi ini berisi kajian analisis yang didasarkan pada pengamatan dan wawancara penulis mengenai peran Komunitas Turun Tangan ini dalam berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan masalah Pendidikan di Kota Binjai. Secara sistematis skripsi ini berfokus pada gambaran bagaimana Pendidikan anak-anak di daerah marjinal diperkotaan. Pembahasan mengenai kontribusi komunitas ini yang bergerak pada aspek pendidikan dan apa saja usaha yang dilakukan untuk membantu anak-anak usia sekolah dasar, dijelaskan dan dibahas di Bab III.

Pada bab IV dalam skripsi ini, mendeskripsikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan program apa saja yang dilakukan komunitas Turun Tangan ini untuk membantu mengurangi masalah Pendidikan yang ada. Dalam bab ini juga dibahas bagaiaman interaksi antara pihak penerima manfaat dan Pemerintah, sehingga diharapkan dapat bekerja sama dan konsisten untuk mendukung program ini agar program ini dapat berlanjut dan berkembang lebih baik lagi.

(5)

iv Kesimpulan yang bisa saya tarik dari mempelajari peran komunitas Turun Tangan ini di SD Impres 97/98 adalah bahwa di Kota Binjai masih terdapat daerah yang masih belum merata pendidikannya. Pendidikan haruslah disamaratakan, baik didaerah marjinal dan non marjinal. Pendidikan di daerah marjinal seperti ini haruslah mendapat perhatian lebih aagar anak-anak yang berada didaerah tersebut pendidikannya tidak tertinggal dan anak-anak mendapat hak yang sama.

Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi, dan pengalaman penulis. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengharapkan koreksi, kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Demikian pengantar dari penulis, semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Medan, Oktober 2018

Sri Anjani

(6)

v UCAPAN TERIMAKSIH

Puji dan syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN KOMUNITAS “TURUN TANGAN” DI BINJAI SEBAGAI WADAH GERAKAN SOSIAL (Studi Deskriptif Tentang Partisipasi Komunitas Dalam Membantu Penyelesaian Masalah Pendidikan)” ini dengan baik.

Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang saya sayangi Ibunda tercinta Sutini yang tidak pernah lelah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada saya sejak lahir sampai saat ini.

Dalam hal ini saya juga ingin berterima kasih yang sangat tulus dari dalam hati saya kepada Ayahanda (Alm.) Hardi S. Batubara yang sudah mengantarkan saya sampai dititik ini dan selalu menjadi penyemangat saya (walaupun saya sempat Down dalam segala hal). Sudah ribuan tetes keringatnya membanting tulang untuk tetap bisa melanjutkan kuliah saya sampai akhir hidupnya. Saya tidak akan pernah lupa dengan semua perjuangan mu Pak. Maafkan anak mu ini yang belum bisa membuat Bapak bangga dan belum bisa mewujudkan keinginan terbesarmu, melihat anak tersayang bapak ini WISUDA. Aku tak pernah menyalahkan siapapun tentang begitu cepatnya bapak Pergi meninggalkan kami

(7)

vi semua: mamak, kakak, adik dan semua orang yang sayang sama Bapak. Saya tahu, Allah pasti lebih sayang sama bapak, semoga Allah menempatkan Bapak disisi terbaiknya, doa kami tak pernah putus untuk bapak. Semoga bapak tenang

“disana” Aamiin… tunggu adek wisuda ya pak, adek yakin Bapak Pasti bisa lihat adek pakai Toga di Auditorium USU, dengan riasan yang cantik. Terima kasih untuk semuanya pak, adek sayang Bapak, dan akan selalu sayang sampai kapan pun.

Terima kasih saya ucapkan juga untuk Kakak saya Rini Armaya yang telah membantu saya dalam segala hal terutama dalam hal finansial (membiayai kuliah saya semenjak kepergian bapak), yang selalu mendukung, mendoakan dan hak-hal lainnya. Adik saya Jana Yulia yang tak lupa saya ucapan terima kasih karena sudah selalu membantu dalam segala hal dan selalu memberi semangat.

Tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasa bersyukurnya saya kepada Allah SWT, karena telah dilahirkan dikeluarga ini. Untuk seluruh keluarga saya sampaikan juga terimaksih atas dukungan yang kalian berikan selama ini.

Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terimakasih yang besar dan tulus kepada Bapak Drs. Zulkifli, MA. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak bersabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, waktu, serta perhatiannya Kepada saya, mulai penelitian sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi dan sebagai pengarah saya untuk semangat mengerjakan skripsi ini, dan Bapak Agustrisno, MSP, sebagai Sekretaris Departemen Antropologi dan sekaligus sebagai Dosen Penasehat Akademik saya

(8)

vii yang sudah bersabar memberi nasehat dan semangat dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan.

Tidak lupa juga saya ucapan terima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen antropologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi saya selama proses belajar ini berlangsung.

Serta kak Nurhayati dan Kak Sri selaku staf andministrasi Departemen antropologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya.

Pada kesempatan ini secara pribadi saya juga mengucapkan beribu terimaksih untuk bapak, ibu, abang, adik dan semuapihak yang telah membantu saya pengumpulan data di lapangan, yaitu SD Impres 97/98 Binjai Selatan.

Kepada Bapak Ucok Surbakti selaku Kepala Sekolah yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian, Ibu Desti selaku guru dan tak lupa ucapan terima kasih ini kepada semua adik-adik murid disana yang selalu membuat saya semangat untuk tetap melakukan dating ke sekolah. Senyum, tawa dan ekspresi kegembiraan mereka adalah sebagai suntikan semangat untuk saya menulis skripsi ini.

Tidak lupa juga kepada teman-teman seperjuangan saya selama proses perkuliahan di Antropologi ini yang telah banyak memberikan kesan dan pesan yang tidak bisa saya lupakan. Rasa terimaksih kepada Maya Nggraini Nasution, Fadiah Arifah Parinduri sebagai teman yang selalu ada untuk membantu dan meringankan masalahku, mulai dari awal masa perkuliahan di semester awal sampai saat ini di semester akhir, yang kurang lebih sudah empat tahun Bersama.

Mereka yang selalu bisa menjadi teman curhat, teman main, teman nongkrong,

(9)

viii teman disaat susah, sedih, senang dan juga dalam segala hal. Tetaplah terus seperti ini teman, semoga pertemanan kita ini tidak selesai saat perkuliahan juga usai, harapan ku kita bisa sama-sama terus sekaramg nanti dan selamanya sampai kita punya anak cucu, aamiin.

Kepada Yosua Marpaung, Feliks Sihombing, Marcelina Sihombing, Tumiar Sitohang, Sri Ayu Berutu dan Dita Maudy Harsa terima kasih sudah menjadi tim yang kompak selama melakukan penelitian di Singkil dan Subulussalam, Aceh. Hari-hari yang penuh kesan yang tidak mungkin saya lupa dari ingatan saya. Susah senang di daerah orang sama-sama, makan ngga makan sama-sama, tidur ngga tidur sama-sama. Tetap kompak selalu sampai kapanpun, Insyaallah, Aamiin.

Gelora Bangun yang selalu membolehkan saya nebeng pergi dan pulang dari kampus, Amos Silaban yang sering nawari proyek, David, Adi Nugroho Sibatuara, Widiyanto, Kak Ropha Fadila Angkat, Gresniar Uli Sinaga, Yuliana Angelina Sianipar, Hijri Yanti Sosfina Harahap, Safrida Rusma Nasution, Grace Ayesha, Reza Aulia, dan semua teman-teman di Antropologi yang namanya tidak bisa saya sebutkan saya mohon maaf, karena saya memiliki keterbatasan dalam mengingat. Saya mengucapkan terima kasih kepada kalian yang sudah menjadi teman saya, yang sudah memberikan banyak pengetahuan baru, yang sudah memberikan pengalaman baru, dan semua hal .

Sari Bunga Herianti, teman setia saya dari SMA yang selalu sabar menghadapi mood swing saya, yang selalu menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi ini dan banyak hal lain yang tidak bisa saya sebutkan.

(10)

ix Terima kasih untuk semuanya, tetap lah terus seperti ini. Jacky Wicaksana Tarigan, Edhline Rizki Adha Sembiring, Munirah Salim Siregar, Wulanda Sapitri juga tak lupa saya ucapkan terima kasih yang juga sudah menjadi teman baik dari SMA. Terima kasih.

Teman-teman Komunitas Turun Tangan Binjai Ahmad Naufaldy Pasaribu, Sara Desfi Siregar, Cut Mutia Fahira, Yulia Dewi Harianto, Riris Indriani, Cut Dara Yuninda dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah memberikan pengalaman berkegiatan sosial, mengajari banyak dalam segala hal. Tak lupa pula ucapan terima kasih ini saya berikan kepada Kak Latifah Hanim Lubis selaku Koordinator Turun Tangan Binjai, menjadi mentor, dan juga sebagai kakak yang selalu memberikan arahan-arahannya untuk kami dan selalu sabar menghadapi kami. Kepada Bapak Rimbananto sebagai Pembina Turun Tangan Binjai yang selalu memberi pengarahan kepada kami.

Terima kasih juga saya berikan kepada tim Rumah Berdikari Medan, Kak Roza Amalia, Wahyudi Safitryanto dan kak Wina Arika. Masih banyak pihak yang tidak bisa bisa saya tuliskan satu persatu dalam proses studi. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Menyadari keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukkan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

(11)

x RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sri Anjani, lahir di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara, Indonesia pada tanggal 01 Januari 1996 dari pasangan (Alm.) Bapak Herdi S.

Batubara dan Ibu Sutini yang merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Riwayat pendidikan dimulai dari SD Negeri 024762 Kec. Binjai Timur, Kota Binjai. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Kota Binjai. setelah itu melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Binjai, selama di SMA penulis selalu aktif dalam mengikuti kegiatan lomba Baris Berbaris dari kegiatan Ekstrakulikuler PBB Pasbatig (Pasukan Pengibar Smantig) Binjai baik itu ditingkat kota maupun ditingkat provinsi, lomba yang selalu diikuti adalah Latihan Ketangkasan Baris-Berbaris (LKBB), Kreasi formasi, Tari Komando (TarKom). Selain itu juga pernah mengikuti Olimpiade Akuntasi tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Setelah lulus dari SMAN 3 Binjai pada tahun 2014 kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Sumatera utara dengan mengambil jurusan Antropologi Sosial yang berada di Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik. selama masa perkuliahan penulis aktif di Komunitas-komunitas yang

(12)

xi bergerak di bidang sosial, dan pada tahun 2016 penulis mulai bergabung di Komunitas Turun Tangan di Kota Binjai hingga sekarang. Selain itu penulis juga menjadi salah satu Managemet di CGen Binjai dalam Divisi Community Development. Dan terakhir kali penulis mengikuti program Magang yaitu di Rumah Sakit Umum Permata Bunda (RSU.PB) Medan dibagian Customer Service Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan dalam aktivitas kampus, adapun kegiatan tersebut adalah:

1. Peserta inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi pada tahun 2014 di Parapat.

2. Panitia bayangan inisiasi dalam kegiatan penerimaan mahasiswa baru antropologi pada tahun 2015 di Sibolangit.

3. Panitia inti Inisiasi antropologi pada tahun 2016 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai panitia dibidang keamanan.

4. Peserta Training Of Pasilitator (TOF) mata kuliah pengembangan masyarakat tahun 2017.

5. Peserta seminar hasil penelitian disertasi doktor tahun 2016, penelitian:

Dra. Mariana Makmur, M.A dan penelitian: Sri Alem Br. Sembiring, M.Si. diselenggarakan oleh Departemen antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, bertempat di ruang sidang Fisip USU.

6. Fasilitator Kelas Inspirasi Binjai Raya 1 Kota Binjai

(13)

xii 7. Peserta Diskusi Publik dalam rangka sosialisasi redesain USO, yang diselenggarakan oleh KEMENKOMINFO dan BP3TI di Hotel RAZ Plaza Medan.

8. Petugas Survei Preferensi Politik Masyarakat Jelang Pilkada Serentak 2017 di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2017.

9. Petugas Survei Preferensi Politik Masyarakat Jelang Pilkada Serentak 2017 di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara tahun 2017.

10. Petugas Survei Preferensi Politik Masyarakat Jelang Pilkada Serentak di Kabupaten Aceh Singkil ndan Kota Subulussalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2018.

11. PKL (Praktek Kerja Lapangan) di RSU.PB Medan bagian Customer Service.

12. Peserta Dialog Publik: “Genersai Muda; Gaul Di Medsos Dengan Smart”

oleh Kementrian Komunikasi dan InformatikaIndonesia bekerja sama dengan BP3TI dan Rumah Beerdikari Medan.

13. Panitia dalam Seminar Diskusi Publik “Menjadi Generasi Muda Cerdas di Media Sosial Tanpa Hoax” oleh KEMKOMINFO RI bekerjsama dengan BP3TI dan rumah Berdikari medan di Hoten Prime Plaza Deli Serdang 2017.

14. Panitia dalam Seminar Diskusi Publik “Antisipasi Hoax Melalui Pemahaman Literasi Media” oleh KEMKOMINFO RI bekerjsama dengan BP3TI dan rumah Berdikari Medan di Hotel Miyana Medan tahun 2017.

(14)

xiii 15. Panitia dalam Seminar Dialog Publik “Aktualisasi Nilai-Nilai pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara” oleh KEMKOMINFI RI bekerjsama dengan rumah Berdikari Medan di Hotel Miyana Medan tahun 2017.

16. Panitia dalam Seminar Dialog Publik “Dialog Publik “Bijak Bermedia Sosial: “Upaya Menjaga Kesatuan dan Persatuan Bangsa” oleh KEMKOMINFI RI bekerjsama dengan rumah Berdikari Medan di Hotel Saka Premier Medan tahun 2018.

17. Peserta dalam seminar sosialisasi PILKADA Kota Medan pada tahun 2015, yang diselenggarakan oleh KPU Kota Medan.

18. Management CGen Kota Binjai Divisi Community Development tahun 20018

(15)

xiv DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 5

1.2.1. Antropologi Pendidikan ... 5

1.2.2. Definisi Partisipasi ... 14

1.2.3. Definisi Komunitas ... 16

1.2.4. Definisi Strategi... 17

1.2.5. Rumusan Masalah ... 19

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 20

1.4. Metode Penelitian ... 21

1.4.1. Lokasi Penelitian ... 21

1.4.2. Pendekatan Penelitian ... 21

1.4.3. Jenis Dan Sumber Data ... 22

1.4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

1.4.5. Instrumen Penelitian ... 23

1.5. Studi Dokumentasi ... 25

1.6. Analisa Data ... 25

1.7. Pengalaman Penelitian ... 26

BAB II. GAMBARAN UMUM KOMUNITAS TURUN TANGAN 2.1. Sejarah ... 31

2.1.1. Sejarah Turun Tangan ... 31

2.1.2. Sejarah Turun Tangan Binjai ... 36

2.2. Visi Dan Misi ... 37

2.2.1. Visi ... 37

2.2.2. Misi ... 38

2.3. Struktur Organisasi ... 40

(16)

xv

2.3.1. Struktur Organisasi Turun Tangan Binjai ... 45

2.3.2. Struktur Keanggotaan ... 45

BAB III. PARTISIPASI KOMUNITAS TURUN TANGAN DALAM PENYELESAIAN MASALAH PENDIDIKAN DI KOT BINJAI 3.1. Masalah Pendidikan Di Kota Binjai ... 48

3.2.Bentuk Partisipasi ... 51

3.2.1. Pengembangan Minat Dan Bakat ... 55

3.2.2. Bermain Sambil Belajar (Kegiatan Outdoor) ... 60

3.2.3. Pembentukkan Karakter ... 65

3.2.4. Advokasi Pendidikan Kreatif ... 66

3.3. Bentuk Partisipasi ... 69

3.3.1. Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 69

3.3.2. Penerima Manfaat ... 69

BAB IV. STRATEGI KOMUNITAS TURUN TANGAN BINJAI 4.1. Jalinan Kerja Sama Komunitas Turun Tangan Di Kota Binjai ... 72

4.1.1. Kerja Sama Komunitas Turun Tangan Binjai Dengan Komunitas lain ... 72

4.1.2. Kerja Sama Komunitas Turun Tangan Binjai Dengan Pemerintah ... 77

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

SUMBER LAIN ... 85

DATA INFORMAN ... 86

(17)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengenalan Dengan Anak-anak ... 54

Gambar 2. Latihan Tari Anak-anak ... 57

Gambar 3. Anak-Anak Sedang Belajar Dikelas Puisi ... 58

Gambar 4. ODV 1 di Kp. Padang ... 61

Gambar 5. ODV 2 Di Museum Negeri Sunatera Utara ... 62

Gambar 6. ODV 3 Di Tanah Lapang Merdeka Binjai ... 64

Gambar 7. Acara Peran Binjai ... 66

Gambar 8. Kata Sambutan Wali Kota Binjai ... 68

Gambar 9. Kegiatan KolaborAksi galang dana untuk Sinabung ... 72

Gambar 10. Kegiatan Sikat Gigi di SD Impres 97/98 Binjai Selatan ... 74

Gambar 11. Kegiatan Cuci Tangan ... 76

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kebudayaan.

Pada perinsipnya, kebudayaan pendidikan mempunyai nilai-nilai yang perlu dipahami dan diwariskan1. Pendidikan menjadi sebuah rangkaian proses menyemai benih-benih budaya di masyarakat. Pendidikan mempunyai begitu banyak manfaat bagi manusia, diantaranya adalah untuk menjadikan manusia cerdas dan terampil, menjadikan manusian berbudi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia, meningkatkan kualitas dan tingkatan hidup manusia. Hal serupa juga tertulis dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Merujuk pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa proses pendidikan berupaya mengamalka keseluruhan budaya bangsa walaupun praktiknya di lapangan belum tentu seperti itu sehingga dengan bersekolah maka generasi bukan hanya dibentuk menjadi manusia berpendidikan tetapi juga manusia berbudaya.

Melihat kondisi diatas, komunitas Turun Tangan yang berfokus dibidang pendidikan melihat adanya masalah pendidikan yang terjadi di Kota Binjai dan ini menimbulkan kerisauan atau kecemasan bagi masyarakat. Atas dasar inilah

1 Theodore Brameld dalam Supriyoko (Sistem Pendidikan dan Peran Budaya Dalam

Pembangunan Bekelanjutan). Makalah seminarn pembangunan nasional VIII. Denpasar, 2003

(19)

2 komunitas Turun Tangan berinisiatif untuk memantu pemerintah mengurangi permasalahan ini.

Komunitas Turun Tangan merupakan sebuah kelompok sisial yang didalamnya terhimpun orang-orang yang perduli dengan isu-isu yang terjadi di kotanya dan ingin bergerak langsung untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut. Sebagian besar dari anggota komunitas ini adalah anak- anak muda yang ingin mengaktualisasikan dirinya agar bisa berkontribusi untuk permasalahan yang terjadi disekelilingnya. Komunitas ini sudah ada dibanyak daerah di Indonesia mulai dari barat sampai timur Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Presiden Republik Indonesia menimbang bahwa sistem pendidikan nasional mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Namun dalam kenyataannya, pendidikan di Binjai khususnya di daerah marjinal di Binjai belum merata sehingga perlu bentuan dari pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan untuk membantu pemerintah kota menyelesaikan masalah pendidikan yang terjadi di Kota Binjai, untuk itulah komunitas Turun Tangan ini mulai bergerak dan berkontribusi di Binjai untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah pendidikan di Binjai.

(20)

3 Banyak daerah-daerah di Indonesia yang membentuk komunitas- komunitas yang bertujuan untuk membangun daerahnya seperti halnya di Kota Binjai. Saat ini sudah terbentuk sebuah komunitas “Turun Tangan Binjai”. Turun Tangan adalah gerakan kerelawanan yang mendorong masyarakat untuk peduli dan terlibat aktif dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan penuh oleh pemimpin yang bersih dan berkompeten.

Komunitas Turun Tangan dibentuk oleh Anies Baswedan (mantan Menteri Pendidikan RI di Kabinet Kerja) dan beberapa penggiat gerakan sosial muda lain seperti Arief Aziz dan Pengeran Siahaan untuk berfokus pada gerakan sosial.

Tujuannya untuk mendorong orang-orang baik untuk terlibat dan ambil bagian pada setiap problem di lingkungannya. Esensi dan makna „turun tangan‟ disini adalah untuk membuat orang-orang bergerak menangani masalah di masyarakat, bukan hanya diam saat melihat masalah.

Saat ini, komunitas TurunTangan terus bergerak di berbagai wilayah dari barat sampai timur Indonesia, tak terkecuali di kota Binjai. Hal yang mendasar kenapa komunitas ini di bentuk adalah karena banyaknya anak-anak muda di Binjai yang ingin bergerak tidak memiliki wadah di daerahnya sendiri dan harus mencari tempat di daerah lain, unjtuk itu dibentuklah komunitas “Turun Tangan Binjai” sebagai wadah untuk anak-anak muda kota Binjai.

Turun Tangan Binjai adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan politik, bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia, dimulai dengan pembangunan di kota sendiri, yaitu kota Binjai karena Binjai benar-benar butuh orang-orang yang

(21)

4 peduli terhadap masalah dan isu-isu yang ada di kota Binjai, serta orang-orang yang mau bergerak membantu pemerintah dalam membangun kota Binjai.

Di zaman sekarang ini banyak sekali komunitas-komunitas yang dibentuk dengan maksud untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah disepakati. Bukan hanya di kehidupan dunia nyata saja komunitas dapat di bentuk, tapi di jaman yang serba instan dan canggih ini kumunitas dapat dibentuk di dunia maya atau internet dengan maksud yang sama yaitu untuk mencapai tujuan. Komunitas dibentuk untuk mencapai target atau suatu tujuan yang telah disepakati sebelumnya sehingga komunitas yang terbentuk tetap pada jalur yang telah di tetapkan agar tujuan dapat tercapai.

Komunitas adalah kelompok sosial yang berasal dari beberapa organisme yang saling berinteraksi di dalam daerah tertentu dan saling berbagi lingkungan.

Biasanya mempunyai ketertarikan dan habitat yang sama atau definisi komunitas yang lainnya adalah sebuah kelompok yang menunjukkan adanya kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaannya, misalnya seperti: kesamaan profesi, kesamaan tempat tinggal, kesamaan kegemaran dan lain sebagainya.

Seperti contohnya: kelompok petani, karyawan pabrik, kelompok warga, kelompok suporter sepak bola dan lain sebagainya. Tujuan dibentuknya komunitas yaitu untuk dapat saling membantu satu sama lain dalam menghasilkan sesuatu, sesuatu tersebut adalah tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.

(22)

5 1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Antropologi Pendidikan

Antropologi pendidikan mulai menampiulkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abad ke-20. Pada waktu itu banyak pertanyaan yang diajukan kepada tokoh pendidikan tentang sejauh mana pendidikan dapat mengubah suatu masyarakat. Sebagaimana diketehui pada waktu itu negara maju tengah mengibarkan program besarnya, yakni menciptakan pembangunan di negara- negara yang baru merdeka. Antropologi pendidikan berupaya menentukn pola budaya belajar masyarakat yang dapat menciptakan perubahan sosial. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para pengambul kebujakan pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian.

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal.

Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.

Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.

(23)

6 Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan.

Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.

G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya. Teori khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh praktek-praktek pendidikan.

Dengan mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Dimana para pendidik harus melakkan secara hati- hati. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik, sukar untuk dibandingkan sehingga harus ada perbandingan baru yang bersifat tentatif. Setiap penyeldikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.

(24)

7 Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.

Antropologi pendidikan mulai menampakkan dirinya sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abab ke-20. Sejak saat itu, antropologi pendidikan berupaya menemukan pola budaya belajar masyarakat (pedesaan dan perkotaan) yang dapat merubah perubahan social. Demikian juga mengenai perwujudan kebudayaan para ahli mengambil kebijakan pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial budaya mendapat perhatian. Konferensi pendidikan antropologi yang berorientasi pada perubahan sosial di Negara-negara baru khususnya melalui pendidikan persekolahan mulai digelar. Hasil-hasil kajian pendidikan di persekolahan melalui antropologi diterbitkan pada tahun 1954 dibawah redaksi G.D. Spindler (1963).

Konferensi memberi rekomendasi untuk melakukan serangkaian penelitian antropologi pendidikan di persekolahan, mengingat jalur perubahan social budaya salah satunya dapat dilakukan dengan melalui pendidikan formal. Banyak

(25)

8 penelitian menunjukan bahwa system pendidikan di negara-negara baru diorientasikan untuk mengokohkan kelompok sosial yang tengah berkuasa.

Antropologi Pendidikan sebagai disiplin kini banyak di kembangkan oleh para ahli yang menyadari pentingnya kajian budaya pada suatu masyarakat.

Antropologi di negara-negara maju memandang salah satu persoalan pembangunan di negara berkembang adalah karena masalah budaya belajar.

Kajian budaya belajar kini menjadi perhatian yang semakin menarik, khususnya bagi para pemikir pendidikan diperguruan tinggi. Perhatian ini dilakukan dengan melihat kenyataan lemahnya mutu sumber daya manusia yang berakibat terhadap rentannya ketahanan social budaya masyarakat dalam menghadapi krisis kehidupan.

Orientasi pengembangan budaya belajar harus dilakukan secara menyeluruh yang menghubungkan pola budaya belajar yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan lembaga pendidikan formal. Van Kemenade (1969) dalam Imran Manan telah mengingatkan: “persoalan pendidikan jangan hanya dianggap melulu persoalan pedagogis didaktis metodis dan tidak menjadi masalah kebikakan social, sehingga pendidikan tidak ada lagi menjadi kebutuhan bersama.

Untuk itu perlu analisa empiris tentang tugas pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat”.

Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori. Pertama, pendekatan teori antopologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan social budaya. Kedua, pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat.

(26)

9 Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan social budaya dikategorikan menjadi empat orientasi:

1. Orientasi teoritik yang focus perhatiannya kepada keseimbangan secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah.

2. Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori ini yang menjadi penyempurna teori sebelumnya, yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalanya

3. Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis, dimana sumber teori dating dari rumpun teori structural.

4. Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global atas gejala interdependensi antar Negara, dimana teori multicultural termasuk didalamnya.

Apakah belajar itu? Satu cara untuk memahami arti psikologis tentang belajar ialah mengetahui apa yang bukan belajar itu. Pertama, belajar bukanlah kegiatan yang hanya berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga yang selalu berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Kedua belajar itu tidak hanya melibatkan yang benar saja, tetapi juga melibatkan yang tidak benar. Ketiga, belajar tidak harus bersifat disengaja atau secara sadar, tetapi dapat juga sebaliknya. Akhirnya, belajar tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga dapat berkenaan dengan sikap dan perasaan2.

Apakah unsur asasi belajar itu? Belajar selalu melibatkan adanya perubahan didalam diri orang yang belajar. Perubahan itu bisa dengan sengaja

2Drs. M. Dimayanti Mahmud, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta) hal. 121

(27)

10 bisa juga tidak, bisa lebih baik bisa pula lebih buruk. Agar berkualitas sebagai belajar, perubahan itu harus dilahirkan oleh pengalaman, oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya. Perubahan yang semata-mata terjadi karena kematangan, seperti anak kecil mulai belajar berjalan 3.

Jadi, belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dengan demikian jelas bahwa pengertian belajar itu terkandung dua faktor yaitu perubahan dan pengalaman. Pertanyaannya ialah perubahan dalam aspek apa? Untuk menjawab pertanyaan ini ada dua pandangan yaitu pandangan behavioristic dan pandangan kognitif.

Menurut pandangan behavioristik (seperti J.B Waston, E.L Thorndike dan B.F Skiner), belajar adalah perubahan dalam tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu; yang dimaksud dengan tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati (berfikir dan emosi tidak menjadi perhatian pandangan ini, karena berfiuklir dan emosi tidak dapat diamati secara langsung).

Sebaliknya menurut pandangan kognitif (seperti Jean Piaget, Robert Glaser, Jhon Anderson, Jeromo Bruner dan David Ausubel) belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu;

perubahan dalam tingkah laku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal (berbeda dengan alliran behaviorisme, aliran kognitif mempelajari aspek-aspek

3Drs. M. Dimayanti Mahmud, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta) hal. 121

(28)

11 yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran)4.

Cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan dijadikan sebagai objek penelitian dan analisis oleh ilmu antropologi sehingga aspek belajar merupakan aspek pokok. Itulah sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayan” atau culture, ilmu antropologi berbeda dengan ilmu lain. Kalau dalam bahasa sehari-hari “kebudayaan” dibatasi hanya pada hal-hal yang indah (seperti candi, tari-tarian, seni rupa seni suara, kesusasteraan dan filsafat) saja. Sedangkan dalam ilmu anrtopologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar 5.

Ralph Linton (1962:29) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu kelompok tertentu. Dalam pengertian tersebut kata ada kata “diwariskan”, diwariakan berarti memiliki muatan diteruskan,.

Dalam prosesnya, pewarisan itu dilakukan melalui sosialisasi, baik secara langsung maupun tidak lansung, disadari maupun tidak disadari.

Pendidikan merupakan kebudayaan manusia yang ada disetiap kelompok (masyarakat). Pendidikan adalah proses sosial yang dijadikan alat dan sarana mempertahankan keberlangsungan kelompok (masyarakat) tersebut. Pemdidikan

4Drs. M. Dimayanti Mahmud, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta) hal. 121-122

5Prof. Dr. Koentjaraningrat, Penganyar Ilmu antropologi (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, Jakarta) hal. 144

(29)

12 itu sebagai proses (verb) dan sekaligus suatu hasil (noun)6. Tolstoy (dalam Freire, 2004:491) menyebutkan pada dasarnya pendidikan tidak memiliki sasaran puncak di luar pendidikan itu sendiri. Tujuannya semata-matahanya berasal prosesnya dan istilah terbalik untuk menyebutnya dalam pemahaman. Namun seiring perkembangan zaman masa kini, pendidikan tidak lagi dipandang sebatas untuk memahami, tetapi ada pencapaian lain yang diharapkan dari atau bahkan mungkin bukan memahami itu yang menjadi tujuan. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Aristoteles (dalam Freire, 2004:491) yang beranggapan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membantu mencapai pendidikan yang baik, kebahagiaan dan keadaan yang final. Pola fikir seperti inilah yang terbentuk di tengah masyarakat Indonesia kini.

DR. Kartini Kartono (1997:4) mengatakan pendidikan dalam pengertian yang lebih luas juga bisa disebut sebagai upaya emansipatoris menuju kebebasan, yaitu bebas dari keterbelakangan dan macam-macam belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama. Karena masalah emansipasi adalah masalah manusia dan masalah politik, maka tinjauan politik mengenai dunia pendidikan itu jelas diperlukan. Manfaat wawasan tersebut antara lain ialah untuk menetapkan politik pendidikan, undang-undang pendidikan, kebijakan, strategi pendidikan, dan partisipasi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah pendidikan, dan penentuan materi pengajaran.

Pendidikan nasional, sebagai bagian yang integral dari seluruh kebijakan dan program pembangunan Indonesia, memiliki nilai yang amat stratrgis untuk

6 H.A.R Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya), hal. 28.

(30)

13 menyiapkan masyarakat dan bangsa kita yang bermutu tinggi guna memasuki masa depan yang lebih baik dengan rasa percaya diri yang lebih besar serta memiliki derajat yang sama dengan masyarakat dan bangsa lain di dunia. Tujuan lain akan dapat dicapai apabila hasil pendidikan nasional kita semakin baik dan semakin tinggi mutunya.

Tuntutan yang meningkat sejak awal era reformasi agar pemerintah mengambil langkah-langkah penting untuk segera melakukan pembaruan dan penyempurnaan sistem pendidikan nasional serta memberikan prioritas yang tinggi pada pembaruan sumber daya manusia yang bermutu menunjukkan bahwa apa yang menjadi cita-cita luhur bangsa Indonesia masih jauh dari kenyataan.

Bahkan, menyadari bahwa Indonesia jauh tertinggal dari bangsa lain dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia yang ahli, terampil, professional, dan tangguh untuk memasuki dunia industri modern dengan persyaratan kerja yang semakin ketat.

Banyak hal yang menjadi tantangan, masalah, dan hambatan selama ini yang menyebabkan dunia pendidikan seolah-olah kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah. BPPN mencatat bahwa salah satu hambatan yang cukup serius adalah cara pandang dan sikap mental para penentu kebijakan yang lebih berorientasi pada kepentingan pemerintah dan bukan pada kebutuhan para peserta didik serta kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan kesungguhan semua komponen bangsa yang terkait dengan masalah pendidikan, terutama para pejabat pemerintah dan kaum politik, untuk melakukan upaya-upaya yang strategis dan tepat sasaran dalam meningkatkan kemampuan

(31)

14 sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan yang relevan, bermutu, demokratis, dan mampu mendorong percepatan pembangunan nasional secara merata dan adil di masa depan.

1.2.2. Definisi Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang- bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha- usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan

(32)

15

 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas

 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga

untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program

 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

1. Keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

2. Kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

(33)

16 Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.

1.2.3. Definisi Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".

Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

 Berdasarkan Lokasi atau Tempat

Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling

(34)

17 mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi lingkungannya.

 Berdasarkan Minat

Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contoh komunitas pecinta animasi dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan animasi, seperti menggambar, mengkoleksi action figure maupun film.

 Berdasarkan Komuni

Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.

1.2.4. Definisi Strategi

Kata strategi pada dasarnya berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata

„strategos‟ yang artinya komandan militer (di zaman demokrasi Athena). Pada zaman demokrasi Athena setiap pasukan yang dipimpin oleh strategos selalu berhasil memenangi peperangan sehingga teknik dan tata cara penyusunan strateginya dipelajari oleh banyak negara lainnya dan disebut dengan istilah strategi (taktik strategos).

Menurut Wikipedia, pengertian strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi suatu aktivitas yang dijalankan selama kurun waktu tertentu.

(35)

18 Dalam proses pengaplikasiannya, sebuah strategi membutuhkan peran banyak orang, membutuhkan kerja sama tim, dan memerlukan taktik, sehingga setiap tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan lebih cepat dan mudah. Tanpa kombinasi beberapa macam hal di atas, sehebat apapun strategi yang dibuat, strategi tidak akan bisa berjalan dengan optimal sehingga hasilnya pun tidak akan optimal.

Strategi pada awalnya hanya digunakan di dalam dunia militer saja. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, strategi terus dikemabangkan di beberapa bidang lainnya seperti bidang olah raga, bidang bisnis, bidang pemasaran, bidang pemasaran, dan berbagai macam bidang lainnya.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1989). Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang diartikan sebagai

"the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. definisi strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:

(36)

19 1. Definisi Umum

Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

2. Definisi khusus

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

1.2.5. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi Komunitas Turun Tangan dalam penyelesaian masalah pendidikan di Kota Binjai?

2. Bagaimana strategi komunitas “Tutun Tangan” Binjai agar tetap eksis di Kota Binjai?

(37)

20 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang Bagaimana peran komunitas “Turun Tangan” di Binjai sebagai wadah gerakan sosial dalam meningkatkan minat masyarakat untuk bergerak dan berkontribusi di Kota Binjai. Karena saat ini kota Binjai benar-benar butuh orang-orang yang peduli terhadap masalah dan isu-isu yang ada di Kota Binjai, serta orang-orang yang mau bergerak membantu pemerintah dalam membangun kota Binjai. Tujuan khususnya adalah menjelaskan bagaimana komunitas Turun Tangan ini membantu dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang belum merata khususnya di daerah marjinal di Kota Binjai

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperkaya wacana mengenai peran komunitas dan kontribusinya di sektor perkotaan. Dengan demikian, kajian tentang komunitas sosial ini tidak hanya menampilkan aspek komunitas sosialnya saja, tetapi juga memperhatikan aspek lainnya seperti kontribusinya, membangun daerahnya, menyelesaikan masalah pendidikan dan sebagainya. Dan ini juga sebagai penambah wawasan tentang kehidupan orang- orang yang bergabung dalam komunitas bagi pembaca tulisan ini.

b. Manfaat Penelitian

Secara khusus penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan bagaimana cara penyelesaian masalah pendidikan di daerah marjinal. Tuntutan studi perkuliahan sebagai pemenuhan kewajiban tugas sebagai mahasiswa adalah motif pelaksanaan penelitian ini. Penelitian ini memeberikan

(38)

21 gambaran tentang seberapa dalam pemahaman peneliti dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU

Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan kepribadian dan menambah pengalaman. Akhir penelitian ini akan membuktikan kemampuan peneliti dalam berbaur dan beradaptasi terhadap kehidupan masyarakat guna mendapatkan data dan keterangan lebih lanjut terkait dengan judul penelitian.

1.4. Metode Penelitian 1.4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Binjai tepatnya di SD Impres 97/98 Binjai selatan. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena di Binjai ada komunitas “Turun Tangan” yang menjadi wadah bagi masyarakat kota Binjai untuk melakukan gerakan sosial. Jadi tempat ini sangat cocok dijadikan lokasi bagi peneliti.

1.4.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini salah satunya menggunakan pendekatan kualitatif dimana menggunakan pendekatan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala lainnya. Kemudian melakukan observasi terlibat dimana si peneliti berpartisipasi didalam masyarakat sekaligus mengamati agar mendapatkan sudut pandang dari informan. Mendeskripsikan hasil-hasil wawancara mendalam dan studi kasus.

(39)

22 1.4.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data yang terkait dengan gerakan sosial yang melibatkan anak-anak muda di kota Binjai, wawancara dengan koordinator atau pendiri komunitas “Turun Tangan” dan orang-orang yang menjadi anggota komunitas tersebut, masalah-masalah lain yang terkait dengan komunitas ini.

Data sekunder lebih difokuskan pada buku-buku yang berkaitan dengan gerakan sosial atau komunitas sosial, serta dokumen-dokemen yang terkait dengan. Adapun sumber data penelitian ini mengacu pada hasil penelitian lapang (emperik) dan hasil penelusuran pustaka (literatur).

Penelitian lapangan lebih difokuskan pada gerakan sosial dan komunitas

“Turun Tangan” sebagai komunitas yang melibatkan anak muda di kota binjai yang membantu menyelesaikan masalah pendidikan. Sedangkan penelitian kepustakaan lebih banyak diarahkan untuk mmbangun kerangka konseptual dan menganalisis hasil-hasil sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

1.4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi partisipatif. Observasi partisipatif merupakan pengamatan yang dilakukan melibatkan peneliti dalam kegiatan yang diamati. Dalam teknik observasi partisipatif, peneliti mengamati secara

(40)

23 langsung dan dapat merasakan apa yang ada dalam masyarakat tersebut.

Peneliti ikut serta mengamati kegiatan Komunitas turun Tangan ini.

Dalam mengumpulkan data peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan percakapan antara dua individu dengan maksud tertentu. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, ini dilakukan untuk mendapatkan persepsi, opini, dan prediksi dari seseorang individu serta fakta dalam konteks permasalahan tertentu.

Wawancara mendalam ini juga untuk memunculkan reaksi perorangan terhadap suatu hal dalam mencari-cari pemecahan masalah tertentu.

1.4.5. Instrumen Penelitian A. Alat Penelitian

Instrument penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, selanjutnya setelah focus penelitian menjadi jelas, diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang ditemukan melalui wawancara dan alat bantu yang digunakan dalam proses wawancara adalah smartphone sebagai alat perekam gambar dan pengambil gambar, pulpen, pensil, pedoman wawancara dan kamera untuk dokumentasi.

B. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang objek penelitian,. Dalam penelitian Antropologi terdapat beberama jenis informan, yaitu informan kunci dan informan pangkal dan informan biasa.

(41)

24 Informan kunci merupakan seseorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Untuk itu kita perlu menetapkan informan-informan yang akan diwawancarai atau informan yang akan dijadikan informan kunci. Spradley (1977) mengatakan bahwa ada lima syarat dalam menentukan informan yaitu: (1) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, (4) memiliki waktu yang cukup, (5) non analitis.

Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah koordinator dari komunitas Turun tangan Binjai yang mengetahui bagaimana sejarah komunitas ini terbentuk dan informasi lain mengenai komunitas tersebut.

Informan pangkal merupakan tokoh masyarakat yang memberikan informasi sebagian besar interaksi sosial dan memberitahukan informan kunci yang akan membantu peneliti dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Dalam hal ini informan yang dipilih adalah guru sekolah yang menjadi objek turun Tangan dalam kegiatannya, anggota komunitas “Turun Tangan” dan pihak yang terkait. Pemilihan informan ini dipilih secara acak sesuai dengan kebutuhan data. Peneliti juga harus bersikap ramah dan membaur dengan komunitas Turun Tangan dan siswa-siswa sekolah yang menjadi sasarannya agar bisa mengembangkan rapport terhadap mereka dan mendapatkan data-data yang sesuai fakta dilapangan.

(42)

25 Informan biasa adalah orang yang terlibat dalam suatu kelompok yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan biasa adalah siswa siswi di sekolah yang menjadi objek kegiatan komunitas Turun Tangan.

1.5. Studi Dokumentasi

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian adalah pedoman wawancara (interview guide) dan pedoman observasi dan didukung dengan buku-buku catatan dan hasil rekaman pada saat melakukan sesi wawancara untuk memperkuat dan mempertajam argument sang informan.

1.6. Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan mengklsaifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan kedalam tema-tema dan kategori-kategori tertentu.

Peneliti melakukan pengecekkan ulang atau check and recheck terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara sistematis, kemudian diuraikan kedalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing, sehingga ditemukan sebuah kesimpulan.

1.7. Pengalaman Penelitian

Pengalaman penelitian saya ini bermula dari saya mengikuti kegiatan-kegiatan dari Komunitas Turun Tangan ini. banyak kegiatan Turun

(43)

26 Tangan ini yang berfokus pada sekolah-sekolah tingkat sekolah dasar, dari banyak sekolahnyang sudah saya dan teman-teman datangi kami merasa SD Impres 97/98 di Binjai Selatan ini sangat memprihatinkan. Mulai dari jumlah siswanya, lokasi yang jauh dari pusat Kota Binjai dan banyak hal lain lagi, ini yang membuat saya tertarik dengan penelitian ini.

Awal dari penelitian ini saya melakukan pendekatan dengan guru- guru yang ada di seolah tersebut. Saya berttemu dengan seorang guru yang bernama Ibu Desti. Dia bercerita banyak tentang kondisi sekolah tersebut yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena letaknya yang berada jauh dari kota.

Rasa tertarik saya semakin besar untuk mengangkat tema ini dan melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan harapan semakin banyak pihak yang mengetahui kondisi di sekolah ini agar kedepannya sekolah ini bisa lebih baik lagi dan juga sekolah ini bisa terperhatikan.

Untuk bisa sampai di sekolah tersebut harus melewati jalan yang masih belum diaspal yang cukup jauh, dan apabila hujan jalanan ini sangat becek dan jika hari terik akan sangat berabu. Untuk sampai ke sekolah ini murid-murid harus berjalan kaki cukup jauh karena rumah mereka juga tidak berada dekat dengan sekolah.

Saya mulai rutin mengikuti kegiatan Turun Tangan ini setiap minggunya yang dilakukan disetiap hari sabtu. Ketika saya dating dengan teman-teman yang lain, murid-murid di sekolah tersebut menyambut kami dengan senyuman mereka yang terlihat senang melihat kedatangan kami.

(44)

27 Kemudian murid-murid dikumpulkan kedalam sebuah ruang kelas.

Di sekolah ini hanya memiliki murid dengan jumlah tidak lebih dari 60 siswa. Setelah di kumpulkan disebuah ruangan kelas, kemudian mereka dibagi kedalam beberapa kelas yang sudah dibentuk diantaranya ada kelas tari, kelas puisi, kelas vocal dan kelas musik.

Peneliti mengikuti kegiatan yang ada selama peneliti berada di sekolah tersebut, masuk kesetiap kelas dan melihatkegiatan apa saja yang dilakukan anak- anak dan bagaimana cara influenser mengajar didalam kelas.

Kelas yang pertama peneliti masuki setelah anak-anak dikumpulkan diruangan sebelumnya adalah kelas tari. Dikelas ini anak-anak diajari gerakan- gerakan dasar dalam menari. Kelas tari ini diasuh oleh influenser bernama Cut Dara Yuninda dan dengan jumlah anak 6 orang. Sebelum melakukan latihan, anak-anak biasanya diajak untuk berdoa terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan latihan. Anak-anak diajarkan bagaimana cara melakukan tarian dengan baik dan benar dengan memberikan gerakan-gerakan dasar yang mudah dihapal untuk mereka. Ada beberapa jenis tarian yang diajarkan kepada mereka seperti diantaranya Tari Persembahan, Tari, Tari Karo, Tari Jawa dan Tari Melayu.

Peneliti melihat dikelas ini anak-anak terlihat senang dan gembira melakukan gerakan-gerakan yang ajarkan oleh influenser. Tidak jarang mereka melakukan kesalahn dalam melakukan gerakan tari sehingga influenser yang mengajar harus sabar dan tetap harus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan.

(45)

28 Selanjutnya peneliti berpindah ke ruangan yang lain yaitu ke kelas puisi.

Kelas puisi ini mengajarkan bagaimana membaca puisi yang baik, bagaimana bereksptesi sesuai dengan kata-kata yang ada pada puisi. Kelas ini diasuh oleh influenser bernama Riski Indriani. Yang akrab disapa Riris.

Dikelas ini Riris mengajarkan bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar dan juga dengan ekspresi yang sesuai dengan konteks puisi yang sedang dibaca. Kesabaran sangat diperlukan dalam mengajarkan anak-anak berpuisi ini, karena tidak mudah untuk bisa membuat anak-anak mengikuti arahan dari Riris sebagai mentor dalam mengajar.

Kejelasan dalam membaca juga menjadi hal yang diperhatikan oleh Riris agar kata-kata yang keluar dari mulut ana-anak bisa terdengar jelas dan juga intonasi suara yang baik agar setiap bait puisi yang dibaca terdengar indah.

Cara mengajar dilakukan oleh Riris tidaklah keras dan monoton yang membuat anak-anak bosan atau cenderung takut, melainkan dengan cara yang menyenangkan dengan cara belajar sambil bermain. Ketika Riris melihat anak- anak sudah terlihat mulai capek atau sudah mulai malas, Riris akan menghentikan kegiatan belajar sejenak dan kemudian melakukan kegiatan apa yang anak mau.

Biasanya ketika anak-anak mulai bosan anak-anak cenderung meminta untuk main diluar ruangan, namun dengan caranya, Riris mengajak anak-anak bercerita apa saja yang sudah mereka lakukan selama beberapa hari kemarin. Hal ini diulakukannya untuk melatih anak-anak berani untuk berbicara kepada orang lain dan mau untuk menceritakan apa saja yang sudah mereka selama dan merekalakukan.

(46)

29 Dikelas vokal anak-anak diajari menyanyi dengan tekhnik yang benar dan mengatur pernapasan supaya tenggorokan mereka tidak sakit. Kelas ini diajar oleh seorang influenser bernama Cut Mutia Fahira yang akrab dipanggil Icut.

Teknik vocal adalah cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu dan nyaring. Kelas vokal mengajarkan teknik pernapasan yang benar karena dalam bernyanyi merupakan hal yang penting, karena pernapasan biasa dengan bernyanyi tentu jauh berbeda.

Bagi yang tidak biasa bernyanyi mungkinakan merasa ngos-ngosan. Sedangkan untuk kelas musik anak-anak anak diajarkan bagaimana cara memainkan alat musik yang dibuat sendiri dengan bahan-bahan sederhana dan gampang dijumpai.

Alat musik yang digunakan adalah botol kaca bekas minuman, kemudian diisi air denga nisi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan nada yang berbeda juga.

Cara mengajar icut tidak jauh berbeda dengan cara mengajar Riris. Ketika anak-anak mulai jenuh belajar bernyanyi, Icut mengajak mereka duduk sebentar sambil bercerita dengan anak-anak sampai mood mereka kembali bagus dan bisa menerima pelajaran kembali.

Berdasarkan uraian tersebut, itulah hal-hal yang dilakukan oleh komunitas turun tangan setiap minggunya. Kegiatan ini termasuk kegiatan fresh agar anak- anak tersebut tidak bosan dengan kegiatan yang monoton. Selain membangun skill anak-anak tersebut, kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun kedekatan dengan anak-anak. Sehingga, komunitas turun tangan semakin diterima dikalangan muda masyarakat Binjai.

(47)

30 BAB II

GAMBARAN UMUM

KOMUNITAS TURUN TANGAN BINJAI

2.1 Sejarah

2.1.1. Sejarah Turun Tangan

Jauh-jauh hari sebelum menerima undangan Konvensi Partai Demokrat, Anies Baswedan sudah mulai merintis sebuah gerakan sosial-politik yang kemudian hari diberi nama Gerakan TurunTangan. Kira-kira awal tahun 2013, inisiatif gerakan tersebut mulai intens dibicarakan secara terbatas.

Istilah Turun Tangan sebenarnya sering dipakai Anies Baswedan ketika berbicara di depan anak-anak muda yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Istilah ini dianggap sebagai kritik terhadap kebiasaan ketika kita banyak bicara tetapi miskin kerja, maunya hanya urun angan. Jika Gerakan Indonesia Mengajar adalah bagian dari cara melunasi janji kemerdekaan khususnya di bidang pendidikan, maka Gerakan Turun Tangan mengajak semua orang untuk mau repot-repot menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa.

Gerakan Turun Tangan mempunyai orientasi mengajak sebanyak mungkin orang-orang baik yang memiliki kompetensi dan integritas untuk jangan sungkan- sungkan terjun langsung dalam mengurus republik secara bersama-sama. Kata Anies Baswedan, “Kejahatan merajalela bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tetapi karena orang-orang baik memilih diam dan mendiamkan”.

Gambar

Gambar 3: Anak-anak Sedang Belajar Dikelas Puisi  Sumber: Dokumentasi Pribadi, (27/07/2018)
Gambar 4: ODV 1 Kp. Padang, Langkat  Sumber Turun Tangan binjai
Gambar 5: ODV 2 Museum Negeri Sumatera Utara, Medan  Sumber: Turun Tangan Binjai
Gambar 7: Acara PERAN Binjai
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian struktur mikro, bahan yang mengalami perlakuan panas aging suhu 175°C dan suhu 200°C memiliki butiran yang lebih besar, merata dan teratur dibandingkan terhadap

Dari penelitian tersebut dapat diperoleh data bahwa kepuasan kerja dan sikap terhadap profesi keguruan mempengaruhi seseorang yang bekerja di bidang pelayanan

Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan,

Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S-1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai salah

Ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik diatur dalam Pasal 45A ayat (2) yang dengan tegas menyatakan

dari pengertian tindak pidana tidak ada kesatuan pendapat di antara para sarjana. Sebagai gambaran umum pengertian kejahatan atau tindak pidana yang dikemukakan oleh Djoko