• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi. Oleh : OMRY RETNO B S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi. Oleh : OMRY RETNO B S"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI PENDUDUK LOKAL

SETELAH PENGOPERASIAN BANDARA KUALA NAMU DI DESA PASAR V KEBUN KELAPA

DAN DESA PASAR VI KUALA NAMU KECAMATAN BERINGIN, DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

OMRY RETNO B S 100905055

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui dan dipertahankan oleh:

Nama : Omry Retno B. S NIM : 120905024

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Adaptasi Penduduk Lokal setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu di Desa Pasar V dan Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara

Medan, 27 Januari 2017

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi

Drs. Agustrisno, M.SP Dr. FikarwinZuska

NIP. 196008231987021001 NIP. 1996212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dr. Muryanto Amin,S.Sos,M.Si NIP. 197409302005011002

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

ADAPTASI PENDUDUK LOKAL

SETELAH PENGOPERASIAN BANDARA KUALA NAMU DI DESA PASAR V KEBUN KELAPA

DAN DESA PASAR VI KUALA NAMU KECAMATAN BERINGIN, DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Januari 2017

Omry Retno B S

(4)

ABSTRAK

Omry Retno B S, 2016, judul skripsi: Adaptasi Penduduk Lokal setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Pada dasarnya setiap pembangunan yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia ini dan dalam skala apapun, adalah bagian dari pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu masyarakat sedikit banyak akan kena imbas dari pembangunan itu baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk sebab itulah masyarakat harus dapat beradaptasi dengan laju pembangunan yang terjadi di daerah mereka tinggal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi di Desa Pasar V dan Pasar VI Kecamatan Beringin setelah beroperasinya Bandara Kuala Namu serta bagaimana bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan warga Desa Pasar V dan Pasar VI dalam menghadapi perubahan lingkungan mereka. Adapun metode penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Di sisi lain dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam terhadap warga di dua desa tersebut.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap pembangunan melibatkan masyarakat dan harus bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat itu pula. Pembangunan juga memberikan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat, oleh sebab itu, setiap mahluk hidup harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat melangsungkan kehidupannya. Begitupun dengan manusia, harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pembangunan yang terjadi di lingkungannya.

Akhir kata dapat dinyatakan bahwa masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan harus tetap mendapat prioritas utama, karena tujuan utama pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Kata Kunci : Adaptasi Masyarakat

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Adaptasi Penduduk Lokal Setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara’’ dengan baik. Di samping itu, dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.si., selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Dr. Fikarwin Zuska,M.Ant., selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU yang memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

3. Bapak Drs.Agustrisno,M.SP., selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi saya yang dengan tulus membantu, memotivasi, dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar di Departemen Antropologi Sosial dan dosen USU yang telah mendidik penulis dengan sangat baik selama masa perkuliahan.

5. Staf Administrasi Antropologi Sosial FISIP USU yaitu Kak Nur dan Kak Sofie, semoga diberikan panjang umur dan selalu diberkati Tuhan.

(6)

7. Bapak Kepala Desa Pasar V Kebun Kelapa, yaitu Bapak Sumantri, dan seluruh jajaran staf/pegawai di kantor kepala desa yang telah membantu saya.

8. Kepala Desa Pasar VI Kuala Namu, Ibu Wiwin Purwadi, S.pdi., dan seluruh jajaran staf/pegawai di kantor kepala desa yang telah membantu saya.

9. Bapak Suseno, sebagai Juru Bicara Angkasa Pura II yang menangani Bandara Kuala Namu.

10. Kepada seluruh warga Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu yang telah menerima saya dan rela menjadi informan dalam penelitian saya.

11. Bapak dan Ibu saya yaitu Parulian Simangunsong dan Dormian Sianturi yang selalu membimbing, menyemangati, memperhatikan, dan memberikan doa-doanya kepada saya. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang dan berkat yang berlimpah kepada mereka.

12. Adik-adik saya, Zudika Serevina Simangunsong dan Mawar Dwi Anggrina Simangunsong, yang selalu memberikan dorongan untuk terus maju. Semoga Tuhan memberkati.

13. Triana Puspita Sari Hutabarat, AM.Keb., kekasihku yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya agar tetap maju pantang menyerah. Semoga Tuhan menyertai setiap langkahnya dan tercapai semua cita-citanya.

(7)

14. Seluruh kerabat Antropologi FISIP USU, alumni, senior, dan junior yang telah menjadi keluarga saya selama masa perkuliahan, terutama angkatan 2010, yang telah banyak membantu saya. Saya mendoakan agar Tuhan memberkati saudara dan saudari sekalian.

Akhir kata penulis berharap hasil dari tulisan skripsi ini memiliki manfaat untuk kaum akademis, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Omry Retno Bintaro Simangunsong, lahir pada tanggal 22 September 1991 di Medan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dan merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pasangan Parulian Simangunsong dan Dormian Sianturi. Kedua saudari penulis adalah Zudika Serevina Simangunsong dan Mawar Dwi Anggrina Simangunsong. Penulis tinggal bersama keluarga di Desa Pagar Jati, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD RK Serdang Murni Lubuk Pakam pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam pada tahun 2010. Dan di tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara.

Selama kuliah di Antropologi Sosial USU, penulis mengikuti beberapa kegiatan, seperti :

1. Training Of Fasilitator (TOF), yang diadakan di Wisma Syariah Harikita, pada tanggal 24 dan 25 April 2012 di Medan, Sumatera Utara.

2. Mengikuti seminar peluncuran buku dan diskusi publik tentang “Kota- Kota di Sumatera : Enam Kisah Kewarganegaraan dan Demokrasi” yang diselenggarakan oleh The Interseksi Foundation pada tanggal 19 Juni 2012 di FISIP USU.

3. Praktek Kerja Lapangan I secara berkelompok di Desa Lau Simomo, Kaban Jahe, Sumatera Utara.

4. Praktek Kerja Lapangan II secara individu di Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

E-mail : omryretno99@gmail.com

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur mendalam penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Adaptasi Penduduk Lokal Setelah Pengoperasian Kuala Namu International Airport (KNIA)( Studi Deskriptif Tentang Strategi Adaptasi Masyarakat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kec. Beringin, Kab. Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)” dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang Antropologi Sosial di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Medan, Januari 2017

Omry Retno B S

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... ...vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3.1. Konsep Pembangunan ... 6

1.3.2. Konsep Masyarakat Lokal... 7

1.3.3. Konsep Perubahan Sosial ... 8

1.3.4. Konsep Adaptasi Sosial ... 13

1.3.5. Konsep Strategi Adaptasi ... 16

1.4. Lokasi Penelitian ... 18

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 18

1.6. Metode Penelitian... 19

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20

2.1. Kondisi Geografis ... 20

2.2. Pembagian Desa Di Kecamatan Beringin dan Perangkat Desa Pasar V Kebun Kelapa Dan Pasar VI Kuala Namu ... 21

2.2.1. Desa Pasar V Kebun Kelapa ... 23

2.2.2. Desa Pasar VI Kuala Namu ... 23

2.3. Kondisi Demografis ... 24

(11)

2.4. Sarana dan Prasarana Umum ... 26

2.4.1. Sarana Pendidikan ... 26

2.4.2. Sarana Kesehatan ... 27

2.4.3. Tempat Ibadah ... 27

2.4.4. Sarana Transportasi ... 28

2.4.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi ... 29

2.4.6. Sarana Kegiatan Ekonomi ... 30

BAB III PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DESA PASAR V KEBUN KELAPA DAN DESA PASAR VI KUALA NAMU ... 35

3.1. Keadaan Desa Passar V dan Pasar VI Sebelum Pembangunan dan Pengoperasian Bandara Kuala Namu ... 36

3.1.1. Keadaan Ekonomi ... 36

3.1.2. Keadaan Fisik Desa ... 37

3.2. Perubahan Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu Setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu ... 38

3.2.1. Proses Perubahan Masyarakat Secara Internal ... 38

3.2.1.1. Perubahan Pembangunan Ekonomi Masyarakat ... 38

3.2.1.2. Alih Fungsi Lahan ... 40

3.2.2. Proses Perubahan Masyarakat Secara Eksternal ... 51

3.2.2.1. Kebijakan Pembangunan oleh Pihak Bandara Kuala Namu Terhadap Masyarakat ... 51

3.2.2.2. Pembangunan Jalan Umum ... 56

3.2.2.3. Pembangunan Sarana Kesehatan ... 60

3.2.2.4. Pembangunan Sarana Peribadatan ... 62

3.3. Dampak Pembangunan dan Perubahan Terhadap Masyarakat ... 64

(12)

BAB IV BENTUK-BENTUK STRATEGI ADAPTASI

DI MASYARAKAT ... 68

4.1. Konsepsi Strategi Adaptasi ... 68

4.1.1. Adaptasi Masyarakat ... 72

4.1.2. Interaksi Masyarakat dengan Bandara Kuala Namu ... 73

4.1.3. Strategi Adaptasi Perubahan Lahan Masyarakat... 77

4.2. Adaptasi Sosial dan Kultural Masyarakat ... 80

4.3. Adaptasi Ekonomi Masyarakat ... 82

4.3.1. Efek Pengganda Dari Bandara Kuala Namu ... 83

4.3.2. Pertumbuhan Usaha Perdagangan ... 83

4.3.3. Kesempatan Kerja ... 85

4.4. Sikap Penolakan dan Penerimaan Masyarakat Sebagai Strategi Adaptasi ... 86

4.4.1. Sikap Penolakan Masyarakat ... 87

4.4.2. Sikap Penerimaan Masyarakat ... 91

BAB V PENUTUP ... 94

5.1. KESIMPULAN ... 94

5.2. SARAN ... 95

5.2.1. Kepada Pihak Otoritas Bandara Kuala Namu ... 95

5.2.2. Kepada Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu ... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Daftar Nama Informan dalam Penelitian

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap pembangunan yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia ini dan dalam skala apapun, adalah bagian dari pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan tentu tidak terlepas dari aspek kehidupan masyarakat dimana pembangunan itu sedang berlangsung. Kegiatan pembangunan pada hakikatnya mengadakan perubahan ekosistem dan lingkungan hidup. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi berhasilnya pembangunan, sehingga sekaligus dapat meningkatkan penghidupan masyarakat disekitarnya. Salah satu bentuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumatera Utara adalah pembangunan Bandar Udara Internasional Kuala Namu/Kuala Namu International Airport(KNIA).

KNIA adalah sebuah bandar udara internasional yang melayani kota Medan dan daerah-daerah sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini dibangun untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun yang dianggap pemerintah sudah terlalu padat dan membahayakan

(14)

Kuala Namu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya.

Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Pemindahan bandara ke Kuala Namu sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota. Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan Pesawat Mandala Airlines terjadi pada 05 September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatera Utara saat itu Tengku Rizal Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.

Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1 Juli 2006, baru 1.650 hektar lahan yang sudah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

(15)

Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya non-tol, jalur kereta api dan jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.

Pembangunan Bandara Kuala Namu ini memang belum selesai secara keseluruhan, namun dampak-dampak yang terjadi sudah mulai terlihat dari awal mula proyek pembangunan ini berjalan. Kawasan Kuala Namu merupakan sebagai salah satu sentra produksi di Kabupaten Deli Serdang. Dengan adanya proyek pembangunan bandara akan berdampak pada pengalih fungsian lahan sekitar pembangunan Bandara Kuala Namu. Konsekuensi yang harus ditanggung dari pembangunan Bandara Kuala Namu adalah menyempitnya lahan pertanian pangan beralih fungsi menjadi bangunan fisik sarana pendukung dan harga lahan meningkat serta perubahan hak kepemilikan lahan.

Pembangunan bandara ini memakan ribuan hektar wilayah Kecamatan Beringin.Semua ini menimbulkan dampak pergeseran peralihan baik secara ekonomi, sosial, dan ketersediaan infrastruktur. Namun dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di desa-desa yang terletak di Kecamatan Beringin akibat dari pembangunan bandara tersebut.

Desa Pasar V dan Desa Pasar VI adalah dua desa yang berdampingan yang terkena imbas langsung dari pembangunan Bandara Kuala Namu diantara berbagai desa lainnya yang juga terkena dampak dari derap pembangunan

(16)

merupakan lahan pertanian berupa landang musiman, namun kini lahan-lahan pertanian tersebut telah menjadi bangunan-bangunan infrastruktur pendukung Bandara Kuala Namu, selain itu kedua desa ini kini menjadi salah satu pintu keluar masuk menuju Bandara Kuala Namu.

Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pembangunan harus tetap mendapat prioritas utama, mengingat bahwa tujuan utama pembangunan yaitu peningkatan taraf hidup masyarkat. Walaupun sebenarnya dari pembangunan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif khususnya bagi masyarakat petani akibat dari pengalih fungsian lahan. Hal itu di karenakan dalam banyak hal pemeritah ataupun pihak swasta yang menyelenggarakan pembangunan sering kali mengesampingkan faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan terkorbannya masyarakat. Dalam hal ini pemerintah mengharapkan akan adanya dampak positif bagi masyarakat sekitar Bandara Kuala Namu, membawa keuntungan bagi masyarakat seperti para pedagang di pinggir jalan dan para perencana serta pelaku pembangunan lainnya karena akan meningkatkan penghasilan dan penghidupan yang layak. Akan tetapi beberapa harapan tersebut tak banyak yang menjadi kenyataan karena realitas yang terjadi adalah masyarakat sekitar bandara adalah pihak yang dirugikan, khususnya para petani dalam proses pembangunan Bandara tersebut, mereka terpaksa kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian akibat lahan pertanian mereka telah habis terjual.

Dan lahan tersebut telah dialih fungsikan menjadi pembangunan perumahan, perkantoran dan fasilitas lainnya untuk mendukung aktivitas bandara.

(17)

Pada awal tahun 2013, perkembangan pembangunan Bandara Kuala Namu telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis.

Kemudian bandara ini dibuka pada 25 Juli 2013.Selanjutnya pada 27 Maret 2014, bandara ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia yang saat itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Setelah beroperasinya Bandara Kuala Namu, masyarakat dipaksa oleh situasi untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru tersebut agar dapat bertahan hidup dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan mereka.

Perubahan yang beragam itulah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut sehingga mengambil judul penelitian yaitu Adaptasi Penduduk Lokal setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Perubahan apa saja yang terjadi di Desa Pasar V dan Pasar VI Kecamatan Beringin setelah beroperasinya Bandara Kuala Namu.

2. Bagaimana bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan warga Desa Pasar V dan Pasar VI dalam menghadapi perubahan lingkungan mereka.

(18)

1.3. Tinjauan Pustaka

1.3.1. Kkonsep Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosial, ataupun budaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Menurut Deddy T. Tikson, bahwa pembangunan dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya yang secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Menurut pengertian ilmu ekonomi, istilah pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi- kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama (Todaro : 2008).

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo, pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial berencana, karena meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

(19)

Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan dan meningkatnya produktivitas.

Tiga tujuan inti pembangunan adalah :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan.

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan.

3. Perluasan rentang pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu dan bangsa, yakni membebaskan mereka dari ketergantungan. (Todaro:2005)

1.3.2. Konsep Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal atau Community adalah “adaptasi sub-group many of the cahracteristic of society, but on adaptasi smaller scale, and with less extensiv, adaptasi territorial area and coordinate common interest”. Dalam pengertian ini menyatakan bahwa masyarakat lokal adalah bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil serta mereka lebih terikat oleh tempat, Fairchild (1980).

(20)

Max Webber mengatakan, masyarakat lokal adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

Pasal 1 angka 34 UU No 37 Tahun 2007 menyebutkan masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya pesisir dan pulau- pulau kecil.

Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat lokal adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat lokal adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Dari uraian tentang masyarakat lokal di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat lokal adalah masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah dalam kurun waktu yang cukup lama, yang berinteraksi menurut suatu sistem sosial dan adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, serta terdata secara administrasi kependudukan di daerah tersebut.

(21)

1.3.3. Konsep Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir, sikap, tindakan, ataupun kehidupan sosialnya.

Menurut J.L Gilin dan J.P Gilin perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara hidup dalam suatu lingkungan masyarakat. Perubahan tersebut bisa saja terjadi karena perubahan secara geografis, kebudayaan material, kependudukan, ideologi, ataupun karena adanya difusi, dan bisa karena munculnya penemuan- penemuan baru oleh masyarakat.

Parson mengasumsikan bahwa ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat itu tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, perubahan sosial Marxian menyatakan kehidupan sosial pada akhirnya menyebabkan kehancuran kapitalis.

Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual.

Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztompka, 2004).

Alfred (dalam Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh

(22)

yang kaku tetapi sebagai aliaran peristiwa terus-menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja.

Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap dan pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Gerth dan Mills (dalam Soekanto,1983) mengasumsikan beberapa hal, misalnya perihal pribadi-pribadi sebagai pelopor perubahan, dan faktor material serta spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut menurut Soekanto, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan adalah :

a. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan pribadi.

b. Sikap pribadi yang dipengaruhi kondisi-kondisi yang berubah.

c. Perubahan structural dan halangan struktural.

d. Pengaruh-pengaruh eksternal.

e. Pribadi-pribadi kelompok yang menonjol.

f. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu.

g. Peristiwa-peristiwa tertentu.

h. Munculnya tujuan bersama.

Di setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan- perubahan.Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda. Perubahan ini adalah merupakan fenomena sosial yang wajar.

(23)

Menurut Suwarsono (1991), bahwa kenyataan sosial selalu berada terus- menerus dalam proses perubahan. Demikian pula yang diungkapkan oleh Soekanto (2000), bahwa setiap masyarakat pasti pernah mengalami perubahan, ini disebabkan tidak adanya masyarakat yang hidup secara terisolasi mutlak.

Biersted dalam Mansyurdin (1994 : 146) mengartikan bahwa perubahan sosial adalah sebagai perubahan dalam organisasi sosial yaitu perubahan dalam status dan peranan, hubungan sosial kelompok dan lembaga. Peruahan sosial biasa terjadi karena direncanakan (planed) atau tidak direncanakan (unplaned).

Menuju arah kemajuan (progressive) atau kemunduran (regressive), mengarah pada suatu kemajuan atau kemunduran, bersifat tetap atau sementara, atau umum – terbuka, spontan ataupun terencana, hanya satu arah atau majemuk, menunjukan suatu keuntungan ataupun kerugian.

Selanjutnya Bottomore juga mengatakan bahwa perubahan sosial mempunyai kerangka. Adapun susunan kerangka tentang perubahan sosial antara lain :

a. Perubahan sosial itu dimulai pada suatu masyarakat mana yang pertama-tama mengalami perubahan.

b. Kondisi awal terjadinya perubahan mempengaruhi proses perubahan sosial dan memberikan ciri-ciri tertentu yang khas sifatnya.

c. Kecepatan proses dari perubahan sosial tersebut mungkin akan berlangsung cepat dalam jangka waktu tertentu.

(24)

d. Perubahan-perubahan sosial memang disengaja dan dikehendaki. Oleh karenanya bersumber pada prilaku para pribadi yang didasarkan pada kehendak-kehendak tertentu.

Perubahan sosial selalu mendapat dukungan /dorongan dan hambatan dari berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan adalah :

a. Kontak dengan kebudayaan lain.

Salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari perorangan kepada perorangan lain.

Dengan difusi, suatu inovasi baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat disebarkan kepada masyarakat luas dunia sebagai tanda kemajuan.

b. Sistem pendidikan yang maju.

c. Sikap menghargai hasil karya dan keinginan-keinginan untuk maju.

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertical secara luas yang berarti member kesempatan perorangan untuk maju atas dasar kemampuan-kemampuannya.

(25)

f. Penduduk yang heterogen.

Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras, dan ideologi yang berbeda mempermudah terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan.

Selain itu, perubahan sosial juga memiliki hambatan-hambatan. Adapun faktor penghambat tersebut adalah :

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

c. Sikap masyarakat yang masih tradisional.

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan sangat kuat atau vested interest.

e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan dalam integrasi kebudayaan.

f. Prasangka terhadap hal-hal yang asing atau baru.

g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

h. Adat atau kebiasaan.

(26)

1.3.4. Konsep Adaptasi Sosial

Secara umum, adaptasi merupakan bentuk penyesuaian mahluk hidup terhadap situasi di lingkungannya. Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1996:55).

David Schneiders (2004) berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma.

Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.

Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.

(27)

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.

Menurut Kartono (2000) adaptasi adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.

Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000:10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni :

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.

3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.

4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan.

Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin (2000:38) menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, di

(28)

a) Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

b) Menyalurkan ketegangan sosial.

c) Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial.

d) Bertahan hidup.

Menurut Suparlan (Suparlan,1996:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan.

Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah).

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

1.3.5. Konsep Strategi Adaptasi

Secara umum, strategi adaptasi atau coping strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untukmengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi

(29)

penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Berdasarkan konsepsi ini, Mosser dalam Edi (2009:30) membuat kerangka analisis yang disebut “The Aset Vulnerability Framework”.

Kerangka tersebut meliputi berbagai pengelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup, antara lain:

1. Aset tenaga kerja. Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga.

2. Aset modal manusia. Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas seseorang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya.

3. Aset produktif. Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan lainnya.

4. Aset relasi rumah tangga atau keluarga. Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman” (remittances).

5. Aset Modal Sosial. Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan system perekonomian keluarga.

(30)

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana objek penelitian itu akan dikaji.

Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas.

Lokasi penelitian yang saya ambil adalah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin.

Alasan saya mengambil lokasi ini adalah karena dua desa ini yang terkena imbas langsung dari pembangunan Bandara Kuala Namu diantara berbagai desa lainnya yang juga terkena dampak dari derap pembangunan bandara tersebut.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak pembangunan bandara terhadap ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat sekitar bandara.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi adaptasi masyarakat sekitar bandara setelah pengoperasian Bandara Kuala Namu

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan serta wawasan peneliti mengenai

perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat sekitar bandara sebagai dampak dari pembangunan Bandara Kuala Namu.

(31)

2. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang sama penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pendukung penelitian.

3. Bagi penulis sendiri merupakan wadah menuangkan ide-ide kreatif serta menjadi media untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan dunia pendidikan.

1.6. Metode Penelitian 1. Teknik Observasi.

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam gejala-gejala pada objek penelitian.

2. Teknik Wawancara Mendalam (deep interview).

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Meleong,1998:135). Wawancara akan dilakukan melalui tanya jawab langsung kepada narasumber yang dipercaya.

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Kondisi Geografis

Kecamatan beringin merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang letaknya sangat strategis karena di kecamatan ini berdiri Bandara Internasional Kuala Namu sebagai pengganti Bandara Polonia.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Beringin, yakni : Sebelah utara : Kecamatan Pantai Labu.

Sebelah timur : Kecamatan Pagar Merbau dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Sebelah barat : Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Batang Kuis.

Sebelah selatan : Kecamatan Lubuk Pakam.

Kecamatan Beringin mempunyai luas wilayah sebesar 5269 Ha, dengan ibukota kecamtan terletak di Desa Karang Anyar, dengan koordinat bumi 03,60842º Lintang Utara (LU) dan 098,88976º Bujur Timur (BT).

Wilayah Kecamatan Beringin tergolong daerah yang beriklim sedang dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh keadaan dua angin, yakni angin gunung yang membawa hujan dan angin laut yang membawa udara panas serta lembab.

(33)

Musim hujan mulai bulan Agustus hingga Desember, sedangkan musim kemarau mulai bulan Januari hingga Juli. Namun akhir-akhir ini cuaca sering tidak menentu karena dipengaruhi cuaca ekstrim di bumi.

2.2. Pembagian Desa di Kecamatan Beringin dan Perangkat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu

Kecamatan Beringin terdiri dari 11 desa, yakni : 1. Tumpatan

2. Emplasmen Kuala Namu 3. Sidodadi Ramunia 4. Pasar V Kebun Kelapa 5. Aras Kabu

6. Serdang 7. Sidourip

8. Pasar VI Kuala Namu 9. Karang Anyar

10. Beringin

11. Sidoarjo Dua Ramunia

Dari 11 desa yang terdapat di Kecamatan Beringin, peneliti hanya mengambil dua desa sebagai objek penelitian, yaitu Desa Pasar V dan Pasar VI. Peneliti mengambil dua desa ini sebagai objek penelitian karena kedua desa tersebut adalah sebagai pintu atau akses masuk dan keluar bandara.

(34)

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Beringin

(35)

2.2.1. Pasar V Kebun Kelapa

Pasar V Kebun Kelapa terletak di koordinat 03,59497º LU dan 98,86758º BT danmemiliki luas wilayah 2,82 km² atau 5,35% dari luas wilayah Kecamatan Beringin.

Adapun batas-batas wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa, yakni:

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Aras Kabu.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sidodadi Ramunia.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Karang Anyar.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Emplasmen Kuala Namu.

Adapun perangkat desa di Desa Pasar V Kebun Kelapa adalah : 1. Kepala Desa : Sumantri.

2. Sekretaris Desa : Hartati.

3. Kaur Pemerintahan : Sri Rahayu.

4. Kaur Umum : Suparman.

5. Kaur Pembangunan : Neni Yusniar.

6. Bendahara : Sugiarto.

2.2.2. Pasar VI Kuala Namu

Terletak di koordinat 03,60322º LU dan 98,86042º BT dan memiliki luas wilayah 8,90km² atau 16,89% dari luas wilayah Kecamatan Beringin.

Batas-batas wilayah Desa Pasar VI Kuala Namu, yakni:

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sidourip.

(36)

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Karang Anyar

Adapun perangkat desa yang menjalankan pemerintahan di Desa Pasar VI Kuala Namu ini adalah :

1. Kepala Desa : Wiwin Purwadi,S.pdi.

2. Sekretaris Desa : Isnanto.

3. Kaur Pemerintahan : Kasianto.

4. Kaur Umum : Sunarto.

5. Kaur Pembangunan : Elisa.

6. Bendahara : Suheri Prabowo.

2.3. Kondisi Demografis

Adapun data kependudukan di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu adalah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2015 di Kecamatan Beringin.

Tabel 2.3.1. Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Per Km² di Kecamatan Beringin Tahun 2015

No. Desa/Kelurahan Luas (Km²)

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Km²) 1. Pasar V Kebun Kelapa 2,82 6.515 2.310

2. Pasar VI Kuala Namu 8,90 447 50

(37)

Tabel 2.3.2. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Rata-rata Per Rumah Tangga di Kecamatan Beringin Tahun 2015

No. Desa/Kelurahan

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Rata-rata Per Rumah Tangga

1. Pasar V Kebun Kelapa 1.502 6.515 4

2. Pasar VI Kuala Namu 101 447 4

Tabel 2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Beringin Tahun 2015

No. Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Pasar V Kebun Kelapa 3.351 3.164 6.515

2. Pasar VI Kuala Namu 226 221 447

Tabel 2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Beringin Tahun 2015

No. Desa/Kelurahan 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 1. Pasar V Kebun Kelapa 743 693 588 583 577

2. Pasar VI Kuala Namu 56 38 34 40 37

(38)

Tabel 2.3.5. Lanjutan Tabel 2.3.4

No. Desa/Kelurahan 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 1. Pasar V Kebun Kelapa 535 509 480 406 386

2. Pasar VI Kuala Namu 46 25 33 24 18

Tabel 2.3.6. Lanjutan Tabel 2.3.5

No. Desa/Kelurahan 50-44 55-59 60 + 1. Pasar V Kebun Kelapa 300 269 446 2. Pasar VI Kuala Namu 27 18 51

2.4. Sarana dan Prasarana Umum

Adapun data sarana umum yang ada di bawah ini adalah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Beringin Tahun 2015.

2.4.1. Sarana Pendidikan

Tabel 2.4.1. Jumlah Sekolah di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu

No. Desa/Kelurahan TK/

PAUD SD SLTP/

SMP

Ibtidai-

yah SMA SMK

1. Pasar V Kebun Kelapa 3 2 - 1 - -

2. Pasar VI Kuala Namu - - - - - -

(39)

2.4.2. Sarana Kesehatan

Tabel 2.4.2. Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu

No. Desa/Kelurahan RS

Pus- kes- mas

Pus-

pem BPU BKI A

Pos- yan- du

1. Pasar V Kebun Kelapa - - 1 - 1 3

2. Pasar VI Kuala Namu - - - - - 1

2.4.3. Tempat Ibadah

Tabel 2.4.3. Jumlah Tempat Ibadah di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu

No. Desa/Kelurahan Masjid Mus-

hola Gereja Kuil Vihara Jlh

1. Pasar V Kebun Kelapa 2 7 - - - 9

2. Pasar VI Kuala Namu 1 - - - - 1

(40)

Meskipun masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu terdiri dari berbagai agama, mereka rukun dan saling menghargai antara umat bergama, tidak pernah terjadi keributan tentang agama di kedua daerah ini.

2.4.4. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu adalah berupa alat angkutan umum seperti becak bermotor, becak dayung, mobil, ojek, ataupun sepeda motor. Terkhusus untuk ojek, sarana transportasi yang satu ini baru ada semenjak Bandara Kuala Namu mulai beroperasi.

Foto 2. Pangkalan Ojek di Desa Pasar V Kebun Kelapa.

Selain becak, sepeda, sepeda motor milik pribadi, dan mobil, ojek merupakan salah satu alat transportasi yang digunakan masyarakat untuk bermobilisasi. Tarif yang dikenakan oleh pihak ojek bervariasi, tergantung jarak tempuh lokasi yang dituju.

(41)

2.4.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi

Salah satu sarana hiburan di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu adalah kibotan, yaitu acara hiburan berupa musik dengan menggunakan keyboard dan beberapa alat sound system, yang diadakan pada saat acara syukuran, pernikahan, atau pesta-pesta lainnya. Pesta diadakan di rumah warga ataupun di lapangan desa. Hal ini sudah berlangsung sejak lama hingga saat ini dan tanpa membedakan agama, ras, ataupun suku di antara mereka.

Foto 3. Lapangan Desa. Terletak di Desa Pasar VI Kuala Namu.

Lapangan digunakan untuk tempat bermain, pesta warga, dan berbagai acara warga lainnya.

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu adalah berupa televisi, radio, handphone/smartphone sebagai alat komunikasi yang hampir setiap rumah tangga memilikinya, apalagi di

(42)

2.4.6. Sarana Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang terjadi di Desa PasarV Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu adalah dari sektor pertanian, seperti berladang dan bersawah (menanam padi, kacang hijau, kedelai, singkong, jagung, dan ubi rambat), sektor perdagangan, seperti pertokoan, rumah makan, warung-warung kecil yang menjual bumbu dapur, makanan ringan dan minuman kemasan. Di Desa Pasar V juga terdapat pasar tradisional, masyarakat di sana menyebutnya “Pasar Kebun Kelapa”. Pasar tradisional itu buka hanya di sore hari, itupun hanya di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saja. Yang berjualan di sana sebagian besar adalah masyarakat setempat, selebihnya masyarakat di luar kecamatan beringin yang menyewa tempat di pasar tersebut.

Di pasar tersebut di jual beraneka jenis sayuran, minuman ringan, ikan- ikan laut dan sungai yang masih segar karena baru di ambil dari tempat pelelangan ikan, daging sapi, daging ayam, kerang, kepiting, sembako, dan beragam pakaian anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Selain berdagang, adapula warga yang bekerja membuka kilang batu bata dan kilang padi, ada sebagai tukang becak, supir angkot, buruh harian, tukang ojek, guru, bidan, polisi, TNI, PNS, dan pegawai swasta. Mereka semua bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.

(43)

Berikut ini adalah foto-foto beberapa tempat atau lokasi yang dijadikan warga Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Foto 4. Pasar Kebun Kelapa.

Merupakan pasar tradisional yang disediakan pemerintah sebagai tempat berjualan masyarakat.

Foto 5. Lapak berjualan sederhana yang dibuat oleh warga di depan rumahnya masing-masing.

(44)

Foto 6. Ladang Jagung.

Berladang merupakan salah satu mata pencarian penduduk di Desa Pasar VI Kuala Namu.

Foto 7. Rumah Makan milik salah seorang warga Desa Pasar VI Kuala Namu.

(45)

Foto 8. Kamar kost milik warga Desa Pasar VI Kuala Namu yang disewakan untuk karyawan dan karyawati Bandara Kuala Namu.

Foto 9. Kilang Padi

(46)

Foto 10. Kilang Batu Bata.

Foto 11. Rumah Toko (ruko) milik warga.

(47)

BAB III

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

DESA PASAR V KEBUN KELAPA DAN DESA PASAR VI KUALA NAMU

Proses pembangunan dan aktifitas yang berkaitan dengan Bandara Kuala Namu, secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan dengan kehidupan masyarakat disekitarnya, dalam lingkup ini kehidupan masyarakat di wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten, Deli Serdang.

Perubahan secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk pergerakan dari suatu keadaan menuju keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya, proses perubahan dalam suatu usaha pembangunan adalah hal yang jamak dan lazim terjadi pada saat sekarang ini, dimana pembangunan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan juga dapat menaungi kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan tersebut.

Secara sederhana, proses perubahan yang muncul dikarenakan adanya pembangunan dan aktifitas Bandara Kualanamu dapat dibagi atas dua bahagian besar, yakni perubahan secara internal masyarakat dan perubahan pada bentuk eksternal.

Deskripsi bab III ini akan menjelaskan mengenai proses perubahan yang terjadi kehidupan masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu tersebut.

(48)

3.1. Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu sebelum Pengoperasian Bandara Kuala Namu

Perubahan keadaan yang paling yang paling mencolok sebelum ataupun sesudah pengoperasian Bandara Kuala Namu adalah pada keadaan ekonomi warga dan perubahan keadaan fisik Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu.

3.1.1. Keadaan Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan VI Kuala Namu Kecamatan Beringin pada awalnya merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupan dengan mata pencarian sebagai petani kebun, berdagang, pekerja kilang batu bata dan kilang padi, peternak. Namun semenjak dibangun dan beroperasinya Bandara Kuala Namu, mata pencarian warga Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu menjadi lebih beragam.

3.1.2. Keadaan Fisik Desa

1. Akses jalan desa masih kurang baik. Jalan-jalan desa kebanyakan masih beralaskan tanah, penuh lubang dan tergenang air saat musim penghujan. Pada saat malam hari, akses jalan menuju desa sangat gelap karena kurangnya penerangan atau lampu-lampu jalan.

(49)

2. Tidak ada bangunan mini market, kost-kostan, rumah usaha laundry, Balai Karantina Pertanian, gereja, dan ruko-ruko milik warga lokal, karena dahulunya wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu kebanyakan adalah area perkebunan dan pertanian warga setempat.

3. Sebelum beroperasinya Bandara Kuala Namu sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu hanya tempat-tempat posyandu, klinik-klinik kecil bidan desa, dan balai kesehatan ibu dan anak. Selain itu masyarakat sering menggunakan jasa dukun atau paranormal untuk berobat dan persalinan. Namun semenjak pengoperasian Bandara Kuala Namu, pemerintah telah mendirikan lebih banyak puskesmas hampir di seluruh desa di Kecamatan Beringin, sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

3.2. Perubahan Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu

3.2.1. Proses Perubahan Masyarakat Secara Internal

Proses perubahan pada masyarakat yang mendiami wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten

(50)

Deli Serdang berkaitan dengan adanya pembangunan dan aktifitas Bandara Kuala Namu dapat dilihat pada bentuk perubahan secara internal kehidupan masyarakat.

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang pada awalnya merupakan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dengan memiliki beragam mata pencaharian, seperti berkebun, swasta, pegawai negeri, usaha kilang batu bata dan lain sebagainya.

3.2.1.1. Perubahan Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan VI Kuala Namu Kecamatan Beringin pada awalnya merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupan dengan mata pencaharian sebagai petani kebun, pekerja kilang batu bata dan kilang padi, pekerja sektor pemerintah serta swasta.

Mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin merupakan mata pencaharian yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar kedua desa tersebut, seperti petani kebun yang didasarkan pada kondisi wilayah yang termasuk daerah perkebunan dan pekerja kilang batu bata yang merupakan mata pencaharian secara tradisi.

Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin telah pindah ke lokasi didalam desa tersebut maupun beberapa desa di sekitar, baik didalam lingkungan Kecamatan Beringin maupun diluar lingkungan Kecamatan Beringin.

(51)

Ibu Darsiti (32 tahun), seorang pedagang minuman dan makanan, mengatakan bahwa semenjak dibangunnya Bandara Kuala Namu ini sangat mendongkrak kehidupan ekonomi keluarganya.

“Di sini sekarang jadi ramai, karena mobil kan lalu-lalang darimana aja, banyak juga yang singgah mobil-mobil buat makan dan istirahat. Jadi penghasilan perharinya saya juga semakin tinggi karena pelanggan juga ramai kan.”

Foto 12. Warung Ibu Darsiti.

Kawasan Desa Pasar V dan VI saat sekarang ini yang mengalami perubahan semenjak termasuk dalam wilayah pembangunan bandara Kualanamu, juga termasuk dalam peta pengembangan kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo) sesuai dengan Perpres No. 62 Tahun 2011.

Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu aspek pendukung proses perubahan pembangunan yang sedang berlangsung saat ini.

(52)

3.2.1.2. Alih Fungsi Lahan

Setiap pembangunan tentunya memiliki dampak bagi wilayah sekitar dalam hal ini dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah di wilayah sekitar bandara. Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya tingkat aktivitas yang terjadi di wilayah tersebut meningkat sangat drastis sehingga akan mempengaruhi sosial ekonomi dari wilayah tersebut.

Harga tanah tentunya akan bergerak seiring dengan tingginya tingkat aktivitas disekitar bandara. Pada Kecamatan Beringin saat sebelum pembangunan Bandara Kualanamu, harga tanah per-rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-, namun setelah berdirinya Bandara Kuala Namu sekarang harga tanah per rante nya menjadi lebih kurang Rp.100.000.000,- sampai Rp.200.000.000,-. Dampak peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor yang memicunya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah.Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis jaringan jalan yang tersedia.

Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya

(53)

tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai tanah yang terus meningkat di Kecamatan Beringin ini juga dipicu oleh tingkat aksesibilitas yang tinggu, dimana pada awalnya kelas jalan di Kecamaran Beringin adalah kelas kabupaten, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu kelas jalannya menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.

Foto 13. Jalan desa yang dahulunya tanah diganti dengn jalan beraspal.

(54)

Foto 14. Jalur alternatif menuju jalan tol Bandara Kuala Namu yang dahulunya jalan tanah, berganti menjadi jalan beraspal.

Fasilitas juga dapat memicu terjadinya peningkatan nilai tanah, fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa:

a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi seperti pasar, bank atau pusat pertokoan.

b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan.

Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Beringin setelah pembangunan Bandara Kuala Namu adalah sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, restoran dan lain sebagainya. Dimana dulunya fasilitas - fasilitas tersebut

(55)

hanya sedikit di Kecamatan Beringin bahkan tidak ada sama sekali karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTPN, perkebunan rakyat dan pemukiman.

Tetapi setelah adanya Bandara Kuala Namu, fasilitas-fasilitas terus mengalami peningkatan dan akhirnya berdampak pada peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin. Selain fasilitas, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Bapak Iwan (40 tahun) mengatakan bahwa pada saat ini kecendrungan orang-orang dari luar daerah untuk membeli tanah di daerah Kecamatan Beringin sangatlah tinggi. Hal ini menurutnya dikarenakan nilai ekonomi yang sangat tinggi terkait dengan keberadaan Bandara Kuala Namu di dekat wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, sangat berbeda dengan 10-20 tahun lalu, dimana daerah tersebut masih sangat sedikit penduduknya.

“ kalau sekarang banyak kali orang dari luar yang mau cari tanah buat usaha, tapi sekarang sudah susah. Apalagi kalau dia mau cari tanah yang posisinya pinggir jalan, udah enggak ada lagi la bisa dibilang. Tapi coba kalau dulu, orang luar kalau mau ke sini aja pikir-pikir, karena masih sunyi waktu dulu”

(56)

Bentuk perubahan secara internal masyarakat secara kasat mata juga dapat dilihat dari berpindahnya masyarakat menuju wilayah lain diakibatkan alih fungsi lahan yang mereka miliki selama ini untuk menjadi bagian pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu. Pada dasarnya lahan ataupun tanah yang mereka miliki secara umum adalah lahan atas kepemilikan pribadi yang dibuktikan dengan surat kepemilikan lahan atau tanah.

Anto (29 Tahun) yang pada awalnya merupakan anggota masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin menuturkan bahwa :

“Dulunya tanah itu (rumah di Pasar V Kebun Kelapa) tanah warisan yang kemudian diberi ganti rugi oleh pihak Kualanamu waktu membangun bandara. Banyak orang disini menjual tanahnya karena harganya pas, lagian tanah orang disini lengkap suratnya.”

Pendapat informan ini didukung oleh keterangan informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan :

“banyak orang dari sini pindah, waktu ditawar tanahnya, cocok harganya, lumayan buat modal beli rumah di dekat-dekat sini sama buat usaha.”

Keterangan lainnya juga didapatkan dari informan bernama Warsinah (37 Tahun) yang mengatakan bahwa :

“berita disini mau dibangun bandara kan udah lama, jadi orang disini waktu itu ditawarkan kalau mau tanahnya dibeli harus lengkap surat-surat tanahnya. Banyak orang sini terus ngurus tanahnya biar bisa dijual terus pindah, buat modal usaha.”

Keterangan informan ini menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kualanamu telah menyadari sejak lama bahwa lahan atau tanah mereka nantinya akan dipergunakan sebagai bagian

(57)

pembangunan Bandara Kuala Namu dan kemudian melengkapi persyaratan atas kepemilikan lahan atau tanah mereka untuk kemudian dapat dijual atau diberi ganti rugi oleh pihak pembangun Bandara Kuala Namu.

Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut, Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin secara tidak langsung mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap kawasan di sekitarnya.

Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi.

Wawancara terhadap Kliwon (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“Sejak adanya bandara, semuanya berubah, gak ada lagi yang bertani semua buka usaha . . . banyak yang jual tanahnya buat jadi perumahan.”

Hal ini menggambarkan bahwa perubahan dari pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu telah merubah aspek kehidupan masyarakat setempat, lebih lanjut pendapat tersebut didukung oleh pendapat informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan:

“Kalau dulu kan bertani, kadang jualan, sekarang kalau modal pas- pasan yang buka jualan, kalau modal besar buka kost-kostan,

(58)

Pendapat para informan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi merupakan bentuk akumulasi sikap dan mengikuti perubahan yang terjadi, dari mata pencaharian bertani dan memiliki lahan menjadi mata pencaharian membuka usaha dan jasa serta kepemilikan lahan yang semakin sedikit adalah bagian perubahan yang harus disikapi dengan seimbang untuk dapat meneruskan hidup.

Foto15. Pamflet Kost-kostan.

Membuka kost-kostan adalah salah satu bentuk perubahan terhadap alih fungsi lahan.

Lahan sebagai modal dan memiliki peran penting dalam kehidupan telah berubah menjadi kepemilikan aset perumahan, membuka usaha dan jasa.Perubahan tersebut adalah suatu bentuk penyesuaian kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus berubah.Pola-pola perubahan dan sikap adaptif adalah bagian yang memiliki dinamika dan secara terus-menerus bergerak.

Berikut merupakan wawancara dengan Informan penelitian, Drs. Khairul Azman, selaku Camat Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait perubahan yang terjadi di daerah Kecamatan Beringin setelah berdirinya Bandara Kuala Namu :

(59)

“Perubahan yang terjadi di Kecamatan Beringin sangat drastis.Yang pertama di bidang infrastruktur, seperti perubahan akses jalan menuju Bandara Kualanamu itu sendiri yang awalnya kelas jalan disini adalah kelas jalan kabupaten menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.Selanjutnya perubahan yang kedua adalah dari segi mata pencaharian yang selama ini mata pencaharian pada umumnya adalah bertani, berdagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kualanamu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana.Yang ketiga dari segi pola fikir masyarakat yang sudah mulai maju dengan masuknya informasi-informasi dari luar. Dan perubahan yang keempat adalah dalam hal penggunaan tanah, dimana dulunya digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis dengan dibangunnya ruko-ruko.”

Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitas rendah, namun setelah dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian maka nilai tanahnya pun akan bertambah tinggi. Begitu juga dengan pengalihfungsian lahan petanian menjadi kawasan sebuah bandara, maka pengalihfungsian tersebut akan berdampak terhadap nilai tanah disekitarnya. Selain fasilitas dan harga tanah, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Dalam penelitian ini, tanah dapat diartikan sebagai ruang (wilayah) dan dari segi luas dan lokasi bersifat tetap sedangkan dari segi penggunaan tanahnya bersifat dinamis atau dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pemanfaatannya oleh manusia. Sutami (1976) mengemukakan bahwa semua permasalahan utama yaitu manusia (man) dimana jumlah manusia akan selalu bertambah, ruang (space) dimana jumlah ruang akan selalu tetap, dan waktu

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Beringin
Tabel 2.3.1. Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan  Penduduk Per  Km² di Kecamatan Beringin Tahun 2015
Tabel 2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan  Beringin Tahun 2015
Tabel 2.4.1. Jumlah Sekolah di Desa Pasar V Kebun Kelapa  dan Pasar VI Kuala Namu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian dari CIMB Group yang memiliki kapabilitas dan operasional regional yang kokoh, kehadiran yang telah mengakar kuat di pasar domestik dari kedua bank

Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua tanda-tanda dalam komposisi audio dan visual yang terdapat dalam iklan 3 versi kebebasan wanita di televisi yang kemudian

1) Keinginan untuk dapat hidup. Keinginan dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau

Namun dalam kenyataannya, pendidikan di Binjai khususnya di daerah marjinal di Binjai belum merata sehingga perlu bentuan dari pihak-pihak yang peduli dengan

Ketertarikan untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku adaptif masyarakat di lingkunganya, faktor penyebab utama bencana banjir yang

Pada formasi ini, saat dilakukan gradien analysis pada amplitude hasil synthetic memperlihatkan harga amplitude yang relatif lebih stabil, tidak terlihat dengan signifikan

Puji syukur, hormat dan kemulyaan penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Juruselamat penulis karena atas berkat, kasihkarunia dan pimpinan- Nya sehingga penulis

Ketel uap pipa api, pada umumnya hanya mampu menghasilkan uap basah dengan tekanan rendah sampai +/- 16 bar saja, sehingga uap tersebut kurang/tidak mampu untuk