• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.4. Sarana dan Prasarana Umum

2.4.6. Sarana Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi yang terjadi di Desa PasarV Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu adalah dari sektor pertanian, seperti berladang dan bersawah (menanam padi, kacang hijau, kedelai, singkong, jagung, dan ubi rambat), sektor perdagangan, seperti pertokoan, rumah makan, warung-warung kecil yang menjual bumbu dapur, makanan ringan dan minuman kemasan. Di Desa Pasar V juga terdapat pasar tradisional, masyarakat di sana menyebutnya “Pasar Kebun Kelapa”. Pasar tradisional itu buka hanya di sore hari, itupun hanya di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saja. Yang berjualan di sana sebagian besar adalah masyarakat setempat, selebihnya masyarakat di luar kecamatan beringin yang menyewa tempat di pasar tersebut.

Di pasar tersebut di jual beraneka jenis sayuran, minuman ringan, ikan-ikan laut dan sungai yang masih segar karena baru di ambil dari tempat pelelangan ikan, daging sapi, daging ayam, kerang, kepiting, sembako, dan beragam pakaian anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Selain berdagang, adapula warga yang bekerja membuka kilang batu bata dan kilang padi, ada sebagai tukang becak, supir angkot, buruh harian, tukang ojek, guru, bidan, polisi, TNI, PNS, dan pegawai swasta. Mereka semua bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.

Berikut ini adalah foto-foto beberapa tempat atau lokasi yang dijadikan warga Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Foto 4. Pasar Kebun Kelapa.

Merupakan pasar tradisional yang disediakan pemerintah sebagai tempat berjualan masyarakat.

Foto 5. Lapak berjualan sederhana yang dibuat oleh warga di depan rumahnya masing-masing.

Foto 6. Ladang Jagung.

Berladang merupakan salah satu mata pencarian penduduk di Desa Pasar VI Kuala Namu.

Foto 7. Rumah Makan milik salah seorang warga Desa Pasar VI Kuala Namu.

Foto 8. Kamar kost milik warga Desa Pasar VI Kuala Namu yang disewakan untuk karyawan dan karyawati Bandara Kuala Namu.

Foto 9. Kilang Padi

Foto 10. Kilang Batu Bata.

Foto 11. Rumah Toko (ruko) milik warga.

BAB III

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

DESA PASAR V KEBUN KELAPA DAN DESA PASAR VI KUALA NAMU

Proses pembangunan dan aktifitas yang berkaitan dengan Bandara Kuala Namu, secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan dengan kehidupan masyarakat disekitarnya, dalam lingkup ini kehidupan masyarakat di wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten, Deli Serdang.

Perubahan secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk pergerakan dari suatu keadaan menuju keadaan lain yang berbeda dengan keadaan sebelumnya, proses perubahan dalam suatu usaha pembangunan adalah hal yang jamak dan lazim terjadi pada saat sekarang ini, dimana pembangunan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan juga dapat menaungi kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan tersebut.

Secara sederhana, proses perubahan yang muncul dikarenakan adanya pembangunan dan aktifitas Bandara Kualanamu dapat dibagi atas dua bahagian besar, yakni perubahan secara internal masyarakat dan perubahan pada bentuk eksternal.

Deskripsi bab III ini akan menjelaskan mengenai proses perubahan yang terjadi kehidupan masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu tersebut.

3.1. Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu sebelum Pengoperasian Bandara Kuala Namu

Perubahan keadaan yang paling yang paling mencolok sebelum ataupun sesudah pengoperasian Bandara Kuala Namu adalah pada keadaan ekonomi warga dan perubahan keadaan fisik Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu.

3.1.1. Keadaan Ekonomi

Sebagian besar masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan VI Kuala Namu Kecamatan Beringin pada awalnya merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupan dengan mata pencarian sebagai petani kebun, berdagang, pekerja kilang batu bata dan kilang padi, peternak. Namun semenjak dibangun dan beroperasinya Bandara Kuala Namu, mata pencarian warga Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu menjadi lebih beragam.

3.1.2. Keadaan Fisik Desa

1. Akses jalan desa masih kurang baik. Jalan-jalan desa kebanyakan masih beralaskan tanah, penuh lubang dan tergenang air saat musim penghujan. Pada saat malam hari, akses jalan menuju desa sangat gelap karena kurangnya penerangan atau lampu-lampu jalan.

2. Tidak ada bangunan mini market, kost-kostan, rumah usaha laundry, Balai Karantina Pertanian, gereja, dan ruko-ruko milik warga lokal, karena dahulunya wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu kebanyakan adalah area perkebunan dan pertanian warga setempat.

3. Sebelum beroperasinya Bandara Kuala Namu sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu hanya tempat-tempat posyandu, klinik-klinik kecil bidan desa, dan balai kesehatan ibu dan anak. Selain itu masyarakat sering menggunakan jasa dukun atau paranormal untuk berobat dan persalinan. Namun semenjak pengoperasian Bandara Kuala Namu, pemerintah telah mendirikan lebih banyak puskesmas hampir di seluruh desa di Kecamatan Beringin, sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

3.2. Perubahan Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu

3.2.1. Proses Perubahan Masyarakat Secara Internal

Proses perubahan pada masyarakat yang mendiami wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten

Deli Serdang berkaitan dengan adanya pembangunan dan aktifitas Bandara Kuala Namu dapat dilihat pada bentuk perubahan secara internal kehidupan masyarakat.

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang pada awalnya merupakan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dengan memiliki beragam mata pencaharian, seperti berkebun, swasta, pegawai negeri, usaha kilang batu bata dan lain sebagainya.

3.2.1.1. Perubahan Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan VI Kuala Namu Kecamatan Beringin pada awalnya merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupan dengan mata pencaharian sebagai petani kebun, pekerja kilang batu bata dan kilang padi, pekerja sektor pemerintah serta swasta.

Mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin merupakan mata pencaharian yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar kedua desa tersebut, seperti petani kebun yang didasarkan pada kondisi wilayah yang termasuk daerah perkebunan dan pekerja kilang batu bata yang merupakan mata pencaharian secara tradisi.

Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin telah pindah ke lokasi didalam desa tersebut maupun beberapa desa di sekitar, baik didalam lingkungan Kecamatan Beringin maupun diluar lingkungan Kecamatan Beringin.

Ibu Darsiti (32 tahun), seorang pedagang minuman dan makanan, mengatakan bahwa semenjak dibangunnya Bandara Kuala Namu ini sangat mendongkrak kehidupan ekonomi keluarganya.

“Di sini sekarang jadi ramai, karena mobil kan lalu-lalang darimana aja, banyak juga yang singgah mobil-mobil buat makan dan istirahat. Jadi penghasilan perharinya saya juga semakin tinggi karena pelanggan juga ramai kan.”

Foto 12. Warung Ibu Darsiti.

Kawasan Desa Pasar V dan VI saat sekarang ini yang mengalami perubahan semenjak termasuk dalam wilayah pembangunan bandara Kualanamu, juga termasuk dalam peta pengembangan kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo) sesuai dengan Perpres No. 62 Tahun 2011.

Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu aspek pendukung proses perubahan pembangunan yang sedang berlangsung saat ini.

3.2.1.2. Alih Fungsi Lahan

Setiap pembangunan tentunya memiliki dampak bagi wilayah sekitar dalam hal ini dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah di wilayah sekitar bandara. Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya tingkat aktivitas yang terjadi di wilayah tersebut meningkat sangat drastis sehingga akan mempengaruhi sosial ekonomi dari wilayah tersebut.

Harga tanah tentunya akan bergerak seiring dengan tingginya tingkat aktivitas disekitar bandara. Pada Kecamatan Beringin saat sebelum pembangunan Bandara Kualanamu, harga tanah per-rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-, namun setelah berdirinya Bandara Kuala Namu sekarang harga tanah per rante nya menjadi lebih kurang Rp.100.000.000,- sampai Rp.200.000.000,-. Dampak peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor yang memicunya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah.Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis jaringan jalan yang tersedia.

Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya

tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai tanah yang terus meningkat di Kecamatan Beringin ini juga dipicu oleh tingkat aksesibilitas yang tinggu, dimana pada awalnya kelas jalan di Kecamaran Beringin adalah kelas kabupaten, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu kelas jalannya menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.

Foto 13. Jalan desa yang dahulunya tanah diganti dengn jalan beraspal.

Foto 14. Jalur alternatif menuju jalan tol Bandara Kuala Namu yang dahulunya jalan tanah, berganti menjadi jalan beraspal.

Fasilitas juga dapat memicu terjadinya peningkatan nilai tanah, fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa:

a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi seperti pasar, bank atau pusat pertokoan.

b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan.

Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Beringin setelah pembangunan Bandara Kuala Namu adalah sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, restoran dan lain sebagainya. Dimana dulunya fasilitas - fasilitas tersebut

hanya sedikit di Kecamatan Beringin bahkan tidak ada sama sekali karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTPN, perkebunan rakyat dan pemukiman.

Tetapi setelah adanya Bandara Kuala Namu, fasilitas-fasilitas terus mengalami peningkatan dan akhirnya berdampak pada peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin. Selain fasilitas, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Bapak Iwan (40 tahun) mengatakan bahwa pada saat ini kecendrungan orang-orang dari luar daerah untuk membeli tanah di daerah Kecamatan Beringin sangatlah tinggi. Hal ini menurutnya dikarenakan nilai ekonomi yang sangat tinggi terkait dengan keberadaan Bandara Kuala Namu di dekat wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, sangat berbeda dengan 10-20 tahun lalu, dimana daerah tersebut masih sangat sedikit penduduknya.

“ kalau sekarang banyak kali orang dari luar yang mau cari tanah buat usaha, tapi sekarang sudah susah. Apalagi kalau dia mau cari tanah yang posisinya pinggir jalan, udah enggak ada lagi la bisa dibilang. Tapi coba kalau dulu, orang luar kalau mau ke sini aja pikir-pikir, karena masih sunyi waktu dulu”

Bentuk perubahan secara internal masyarakat secara kasat mata juga dapat dilihat dari berpindahnya masyarakat menuju wilayah lain diakibatkan alih fungsi lahan yang mereka miliki selama ini untuk menjadi bagian pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu. Pada dasarnya lahan ataupun tanah yang mereka miliki secara umum adalah lahan atas kepemilikan pribadi yang dibuktikan dengan surat kepemilikan lahan atau tanah.

Anto (29 Tahun) yang pada awalnya merupakan anggota masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin menuturkan bahwa :

“Dulunya tanah itu (rumah di Pasar V Kebun Kelapa) tanah warisan yang kemudian diberi ganti rugi oleh pihak Kualanamu waktu membangun bandara. Banyak orang disini menjual tanahnya karena harganya pas, lagian tanah orang disini lengkap suratnya.”

Pendapat informan ini didukung oleh keterangan informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan :

“banyak orang dari sini pindah, waktu ditawar tanahnya, cocok harganya, lumayan buat modal beli rumah di dekat-dekat sini sama buat usaha.”

Keterangan lainnya juga didapatkan dari informan bernama Warsinah (37 Tahun) yang mengatakan bahwa :

“berita disini mau dibangun bandara kan udah lama, jadi orang disini waktu itu ditawarkan kalau mau tanahnya dibeli harus lengkap surat-surat tanahnya. Banyak orang sini terus ngurus tanahnya biar bisa dijual terus pindah, buat modal usaha.”

Keterangan informan ini menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kualanamu telah menyadari sejak lama bahwa lahan atau tanah mereka nantinya akan dipergunakan sebagai bagian

pembangunan Bandara Kuala Namu dan kemudian melengkapi persyaratan atas kepemilikan lahan atau tanah mereka untuk kemudian dapat dijual atau diberi ganti rugi oleh pihak pembangun Bandara Kuala Namu.

Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut, Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin secara tidak langsung mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap kawasan di sekitarnya.

Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi.

Wawancara terhadap Kliwon (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“Sejak adanya bandara, semuanya berubah, gak ada lagi yang bertani semua buka usaha . . . banyak yang jual tanahnya buat jadi perumahan.”

Hal ini menggambarkan bahwa perubahan dari pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu telah merubah aspek kehidupan masyarakat setempat, lebih lanjut pendapat tersebut didukung oleh pendapat informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan:

“Kalau dulu kan bertani, kadang jualan, sekarang kalau modal pas-pasan yang buka jualan, kalau modal besar buka kost-kostan,

Pendapat para informan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi merupakan bentuk akumulasi sikap dan mengikuti perubahan yang terjadi, dari mata pencaharian bertani dan memiliki lahan menjadi mata pencaharian membuka usaha dan jasa serta kepemilikan lahan yang semakin sedikit adalah bagian perubahan yang harus disikapi dengan seimbang untuk dapat meneruskan hidup.

Foto15. Pamflet Kost-kostan.

Membuka kost-kostan adalah salah satu bentuk perubahan terhadap alih fungsi lahan.

Lahan sebagai modal dan memiliki peran penting dalam kehidupan telah berubah menjadi kepemilikan aset perumahan, membuka usaha dan jasa.Perubahan tersebut adalah suatu bentuk penyesuaian kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus berubah.Pola-pola perubahan dan sikap adaptif adalah bagian yang memiliki dinamika dan secara terus-menerus bergerak.

Berikut merupakan wawancara dengan Informan penelitian, Drs. Khairul Azman, selaku Camat Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait perubahan yang terjadi di daerah Kecamatan Beringin setelah berdirinya Bandara Kuala Namu :

“Perubahan yang terjadi di Kecamatan Beringin sangat drastis.Yang pertama di bidang infrastruktur, seperti perubahan akses jalan menuju Bandara Kualanamu itu sendiri yang awalnya kelas jalan disini adalah kelas jalan kabupaten menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.Selanjutnya perubahan yang kedua adalah dari segi mata pencaharian yang selama ini mata pencaharian pada umumnya adalah bertani, berdagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kualanamu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana.Yang ketiga dari segi pola fikir masyarakat yang sudah mulai maju dengan masuknya informasi-informasi dari luar. Dan perubahan yang keempat adalah dalam hal penggunaan tanah, dimana dulunya digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis dengan dibangunnya ruko-ruko.”

Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitas rendah, namun setelah dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian maka nilai tanahnya pun akan bertambah tinggi. Begitu juga dengan pengalihfungsian lahan petanian menjadi kawasan sebuah bandara, maka pengalihfungsian tersebut akan berdampak terhadap nilai tanah disekitarnya. Selain fasilitas dan harga tanah, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Dalam penelitian ini, tanah dapat diartikan sebagai ruang (wilayah) dan dari segi luas dan lokasi bersifat tetap sedangkan dari segi penggunaan tanahnya bersifat dinamis atau dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pemanfaatannya oleh manusia. Sutami (1976) mengemukakan bahwa semua permasalahan utama yaitu manusia (man) dimana jumlah manusia akan selalu bertambah, ruang (space) dimana jumlah ruang akan selalu tetap, dan waktu

jumlah manusia terus bertambah seiring berkembangnya waktu, maka permintaan terhadap tanah cenderung akan terus meningkat.

Keterangan tambahan dari Camat Beringin. Pertanyaan terkait dampak pembangunan Bandara Kualanamu terhadap tanah milik warga sekitar :

“Yang pasti dampaknya terhadap nilai tanah yaitu harga tanah disini mengalami peningkatan yang drastis sama seperti di daerah Polonia dulu, yang biasanya harga per rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-. Sekarang per rante nya menjadi lebih kurang Rp 100.000.000,- sampai Rp 200.000.000,-. Satu rante ini luasnya 400 meter, bisa 20 x 20 meter atau 10 x 40 meter.Dan pemilik tanah disini sudah banyak dari luar warga sekitar Kecamatan Beringin.Termasuk investor yang kebanyakan dari luar wilayah Kecamatan Beringin itu sendiri.

Sehingga dengan perubahan harga tanah tersebut, dengan sendirinya harga PBB nya juga mengalami kenaikan menjadi kelas perkotaan.”

Mengutip pendapat Von Thunen (dalam Sinclair, 1967) nilai tanah berkaitan dengan pertimbangan penggunaan tanah, yang menekankan pada lokasi dan juga pengunaannya. Parameter-parameter dalam model Von Thunen tersebut adalah biaya transportasi, tenaga kerja, dan sewa tanah. Teori ini disebut sebagai Teori Tanah Pertanian dimana lokasi tanah yang jauh dari pusat akan mengakibatkan biaya transportasi yang cenderung lebih besar sehingga harga tanahnya cenderung rendah.

Alonso (1964) juga menambahkan bahwa lokasi pusat pertumbuhan cenderung akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan semakin menjauhi pusat maka jumlah penduduk akan cenderung berkurang, begitu juga dengan harga tanah.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Faktor terpenuhinya utilitas di Kecamatan Beringin seperti tersedianya pom bensin, kantor-kantor provider telekomunikasi seluler seperti Xl, Telkomsel dan sebagainya juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah di Kecamatan Beringin bila dibandingkan saat sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut.

Berikut merupakan wawancara dengan Camat Beringin, terkait pembangunan apa saja yang telah dilakukan setelah adanya Bandara Kuala Namu.

“Pembangunan yang sangat jelas terlihat adalah bertambahnya perumahan-perumahan. Begitu juga dengan perkantoran untuk mendukung kegiatan pelayanan bandara, seperti karantina, bea cukai, imigrasi, dan dari maskapai- maskapai penerbangan yang bekerja sama. Pada segi pelayanan umum juga bertambah setelah adanya Bandara Kualanamu ini, seperti pom bensin, rumah makan dan restoran.”

Disamping adanya perubahan yang terjadi secara fisik, ternyata keberadaan Bandara Kualanamu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk. Perubahan mata pencaharian tersebut ditandai dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan bergesernya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian kearah sektor

Mata Pencaharian penduduk di Kecamatan Beringin ini pada awalnya adalah sebagai petani, pedagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Begitu juga dalam hal penggunaan tanah, sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tanah di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, namun sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis.

3.2.2. Proses Perubahan Masyarakat Secara Eksternal

Proses perubahan kehidupan masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kualanamu dipengaruhi oleh aspek eksternal, dalam hal ini adalah pihak bandara Kualanamu. Pihak Bandara Kuala Namu memiliki beragam bentuk kebijakan yang berpengaruh terhadap perubahan bentuk kehidupan masyarakat setempat.

3.2.2.1. Kebijakan Pembangunan Oleh Pihak Bandara Kuala Namu Terhadap Masyarakat

Untuk sarana yang dapat menunjang kelancaran operasional Bandara Kuala Namu, ada beberapa sarana penunjang yang telah disediakan oleh

Untuk sarana yang dapat menunjang kelancaran operasional Bandara Kuala Namu, ada beberapa sarana penunjang yang telah disediakan oleh

Dokumen terkait