• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DESA

3.1. Keadaan Desa Passar V dan Pasar VI Sebelum Pembangunan

3.1.2. Keadaan Fisik Desa

1. Akses jalan desa masih kurang baik. Jalan-jalan desa kebanyakan masih beralaskan tanah, penuh lubang dan tergenang air saat musim penghujan. Pada saat malam hari, akses jalan menuju desa sangat gelap karena kurangnya penerangan atau lampu-lampu jalan.

2. Tidak ada bangunan mini market, kost-kostan, rumah usaha laundry, Balai Karantina Pertanian, gereja, dan ruko-ruko milik warga lokal, karena dahulunya wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu kebanyakan adalah area perkebunan dan pertanian warga setempat.

3. Sebelum beroperasinya Bandara Kuala Namu sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu hanya tempat-tempat posyandu, klinik-klinik kecil bidan desa, dan balai kesehatan ibu dan anak. Selain itu masyarakat sering menggunakan jasa dukun atau paranormal untuk berobat dan persalinan. Namun semenjak pengoperasian Bandara Kuala Namu, pemerintah telah mendirikan lebih banyak puskesmas hampir di seluruh desa di Kecamatan Beringin, sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

3.2. Perubahan Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu setelah Pengoperasian Bandara Kuala Namu

3.2.1. Proses Perubahan Masyarakat Secara Internal

Proses perubahan pada masyarakat yang mendiami wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten

Deli Serdang berkaitan dengan adanya pembangunan dan aktifitas Bandara Kuala Namu dapat dilihat pada bentuk perubahan secara internal kehidupan masyarakat.

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang pada awalnya merupakan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dengan memiliki beragam mata pencaharian, seperti berkebun, swasta, pegawai negeri, usaha kilang batu bata dan lain sebagainya.

3.2.1.1. Perubahan Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan VI Kuala Namu Kecamatan Beringin pada awalnya merupakan masyarakat yang menggantungkan kehidupan dengan mata pencaharian sebagai petani kebun, pekerja kilang batu bata dan kilang padi, pekerja sektor pemerintah serta swasta.

Mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin merupakan mata pencaharian yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar kedua desa tersebut, seperti petani kebun yang didasarkan pada kondisi wilayah yang termasuk daerah perkebunan dan pekerja kilang batu bata yang merupakan mata pencaharian secara tradisi.

Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin telah pindah ke lokasi didalam desa tersebut maupun beberapa desa di sekitar, baik didalam lingkungan Kecamatan Beringin maupun diluar lingkungan Kecamatan Beringin.

Ibu Darsiti (32 tahun), seorang pedagang minuman dan makanan, mengatakan bahwa semenjak dibangunnya Bandara Kuala Namu ini sangat mendongkrak kehidupan ekonomi keluarganya.

“Di sini sekarang jadi ramai, karena mobil kan lalu-lalang darimana aja, banyak juga yang singgah mobil-mobil buat makan dan istirahat. Jadi penghasilan perharinya saya juga semakin tinggi karena pelanggan juga ramai kan.”

Foto 12. Warung Ibu Darsiti.

Kawasan Desa Pasar V dan VI saat sekarang ini yang mengalami perubahan semenjak termasuk dalam wilayah pembangunan bandara Kualanamu, juga termasuk dalam peta pengembangan kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo) sesuai dengan Perpres No. 62 Tahun 2011.

Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu aspek pendukung proses perubahan pembangunan yang sedang berlangsung saat ini.

3.2.1.2. Alih Fungsi Lahan

Setiap pembangunan tentunya memiliki dampak bagi wilayah sekitar dalam hal ini dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah di wilayah sekitar bandara. Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya tingkat aktivitas yang terjadi di wilayah tersebut meningkat sangat drastis sehingga akan mempengaruhi sosial ekonomi dari wilayah tersebut.

Harga tanah tentunya akan bergerak seiring dengan tingginya tingkat aktivitas disekitar bandara. Pada Kecamatan Beringin saat sebelum pembangunan Bandara Kualanamu, harga tanah per-rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-, namun setelah berdirinya Bandara Kuala Namu sekarang harga tanah per rante nya menjadi lebih kurang Rp.100.000.000,- sampai Rp.200.000.000,-. Dampak peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor yang memicunya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah.Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis jaringan jalan yang tersedia.

Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya

tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai tanah yang terus meningkat di Kecamatan Beringin ini juga dipicu oleh tingkat aksesibilitas yang tinggu, dimana pada awalnya kelas jalan di Kecamaran Beringin adalah kelas kabupaten, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu kelas jalannya menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.

Foto 13. Jalan desa yang dahulunya tanah diganti dengn jalan beraspal.

Foto 14. Jalur alternatif menuju jalan tol Bandara Kuala Namu yang dahulunya jalan tanah, berganti menjadi jalan beraspal.

Fasilitas juga dapat memicu terjadinya peningkatan nilai tanah, fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa:

a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi seperti pasar, bank atau pusat pertokoan.

b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan.

Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Beringin setelah pembangunan Bandara Kuala Namu adalah sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, restoran dan lain sebagainya. Dimana dulunya fasilitas - fasilitas tersebut

hanya sedikit di Kecamatan Beringin bahkan tidak ada sama sekali karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTPN, perkebunan rakyat dan pemukiman.

Tetapi setelah adanya Bandara Kuala Namu, fasilitas-fasilitas terus mengalami peningkatan dan akhirnya berdampak pada peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin. Selain fasilitas, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Bapak Iwan (40 tahun) mengatakan bahwa pada saat ini kecendrungan orang-orang dari luar daerah untuk membeli tanah di daerah Kecamatan Beringin sangatlah tinggi. Hal ini menurutnya dikarenakan nilai ekonomi yang sangat tinggi terkait dengan keberadaan Bandara Kuala Namu di dekat wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, sangat berbeda dengan 10-20 tahun lalu, dimana daerah tersebut masih sangat sedikit penduduknya.

“ kalau sekarang banyak kali orang dari luar yang mau cari tanah buat usaha, tapi sekarang sudah susah. Apalagi kalau dia mau cari tanah yang posisinya pinggir jalan, udah enggak ada lagi la bisa dibilang. Tapi coba kalau dulu, orang luar kalau mau ke sini aja pikir-pikir, karena masih sunyi waktu dulu”

Bentuk perubahan secara internal masyarakat secara kasat mata juga dapat dilihat dari berpindahnya masyarakat menuju wilayah lain diakibatkan alih fungsi lahan yang mereka miliki selama ini untuk menjadi bagian pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu. Pada dasarnya lahan ataupun tanah yang mereka miliki secara umum adalah lahan atas kepemilikan pribadi yang dibuktikan dengan surat kepemilikan lahan atau tanah.

Anto (29 Tahun) yang pada awalnya merupakan anggota masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin menuturkan bahwa :

“Dulunya tanah itu (rumah di Pasar V Kebun Kelapa) tanah warisan yang kemudian diberi ganti rugi oleh pihak Kualanamu waktu membangun bandara. Banyak orang disini menjual tanahnya karena harganya pas, lagian tanah orang disini lengkap suratnya.”

Pendapat informan ini didukung oleh keterangan informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan :

“banyak orang dari sini pindah, waktu ditawar tanahnya, cocok harganya, lumayan buat modal beli rumah di dekat-dekat sini sama buat usaha.”

Keterangan lainnya juga didapatkan dari informan bernama Warsinah (37 Tahun) yang mengatakan bahwa :

“berita disini mau dibangun bandara kan udah lama, jadi orang disini waktu itu ditawarkan kalau mau tanahnya dibeli harus lengkap surat-surat tanahnya. Banyak orang sini terus ngurus tanahnya biar bisa dijual terus pindah, buat modal usaha.”

Keterangan informan ini menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kualanamu telah menyadari sejak lama bahwa lahan atau tanah mereka nantinya akan dipergunakan sebagai bagian

pembangunan Bandara Kuala Namu dan kemudian melengkapi persyaratan atas kepemilikan lahan atau tanah mereka untuk kemudian dapat dijual atau diberi ganti rugi oleh pihak pembangun Bandara Kuala Namu.

Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut, Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin secara tidak langsung mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap kawasan di sekitarnya.

Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi.

Wawancara terhadap Kliwon (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“Sejak adanya bandara, semuanya berubah, gak ada lagi yang bertani semua buka usaha . . . banyak yang jual tanahnya buat jadi perumahan.”

Hal ini menggambarkan bahwa perubahan dari pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu telah merubah aspek kehidupan masyarakat setempat, lebih lanjut pendapat tersebut didukung oleh pendapat informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan:

“Kalau dulu kan bertani, kadang jualan, sekarang kalau modal pas-pasan yang buka jualan, kalau modal besar buka kost-kostan,

Pendapat para informan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi merupakan bentuk akumulasi sikap dan mengikuti perubahan yang terjadi, dari mata pencaharian bertani dan memiliki lahan menjadi mata pencaharian membuka usaha dan jasa serta kepemilikan lahan yang semakin sedikit adalah bagian perubahan yang harus disikapi dengan seimbang untuk dapat meneruskan hidup.

Foto15. Pamflet Kost-kostan.

Membuka kost-kostan adalah salah satu bentuk perubahan terhadap alih fungsi lahan.

Lahan sebagai modal dan memiliki peran penting dalam kehidupan telah berubah menjadi kepemilikan aset perumahan, membuka usaha dan jasa.Perubahan tersebut adalah suatu bentuk penyesuaian kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus berubah.Pola-pola perubahan dan sikap adaptif adalah bagian yang memiliki dinamika dan secara terus-menerus bergerak.

Berikut merupakan wawancara dengan Informan penelitian, Drs. Khairul Azman, selaku Camat Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait perubahan yang terjadi di daerah Kecamatan Beringin setelah berdirinya Bandara Kuala Namu :

“Perubahan yang terjadi di Kecamatan Beringin sangat drastis.Yang pertama di bidang infrastruktur, seperti perubahan akses jalan menuju Bandara Kualanamu itu sendiri yang awalnya kelas jalan disini adalah kelas jalan kabupaten menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.Selanjutnya perubahan yang kedua adalah dari segi mata pencaharian yang selama ini mata pencaharian pada umumnya adalah bertani, berdagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kualanamu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana.Yang ketiga dari segi pola fikir masyarakat yang sudah mulai maju dengan masuknya informasi-informasi dari luar. Dan perubahan yang keempat adalah dalam hal penggunaan tanah, dimana dulunya digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis dengan dibangunnya ruko-ruko.”

Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitas rendah, namun setelah dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian maka nilai tanahnya pun akan bertambah tinggi. Begitu juga dengan pengalihfungsian lahan petanian menjadi kawasan sebuah bandara, maka pengalihfungsian tersebut akan berdampak terhadap nilai tanah disekitarnya. Selain fasilitas dan harga tanah, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Dalam penelitian ini, tanah dapat diartikan sebagai ruang (wilayah) dan dari segi luas dan lokasi bersifat tetap sedangkan dari segi penggunaan tanahnya bersifat dinamis atau dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pemanfaatannya oleh manusia. Sutami (1976) mengemukakan bahwa semua permasalahan utama yaitu manusia (man) dimana jumlah manusia akan selalu bertambah, ruang (space) dimana jumlah ruang akan selalu tetap, dan waktu

jumlah manusia terus bertambah seiring berkembangnya waktu, maka permintaan terhadap tanah cenderung akan terus meningkat.

Keterangan tambahan dari Camat Beringin. Pertanyaan terkait dampak pembangunan Bandara Kualanamu terhadap tanah milik warga sekitar :

“Yang pasti dampaknya terhadap nilai tanah yaitu harga tanah disini mengalami peningkatan yang drastis sama seperti di daerah Polonia dulu, yang biasanya harga per rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-. Sekarang per rante nya menjadi lebih kurang Rp 100.000.000,- sampai Rp 200.000.000,-. Satu rante ini luasnya 400 meter, bisa 20 x 20 meter atau 10 x 40 meter.Dan pemilik tanah disini sudah banyak dari luar warga sekitar Kecamatan Beringin.Termasuk investor yang kebanyakan dari luar wilayah Kecamatan Beringin itu sendiri.

Sehingga dengan perubahan harga tanah tersebut, dengan sendirinya harga PBB nya juga mengalami kenaikan menjadi kelas perkotaan.”

Mengutip pendapat Von Thunen (dalam Sinclair, 1967) nilai tanah berkaitan dengan pertimbangan penggunaan tanah, yang menekankan pada lokasi dan juga pengunaannya. Parameter-parameter dalam model Von Thunen tersebut adalah biaya transportasi, tenaga kerja, dan sewa tanah. Teori ini disebut sebagai Teori Tanah Pertanian dimana lokasi tanah yang jauh dari pusat akan mengakibatkan biaya transportasi yang cenderung lebih besar sehingga harga tanahnya cenderung rendah.

Alonso (1964) juga menambahkan bahwa lokasi pusat pertumbuhan cenderung akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan semakin menjauhi pusat maka jumlah penduduk akan cenderung berkurang, begitu juga dengan harga tanah.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Faktor terpenuhinya utilitas di Kecamatan Beringin seperti tersedianya pom bensin, kantor-kantor provider telekomunikasi seluler seperti Xl, Telkomsel dan sebagainya juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah di Kecamatan Beringin bila dibandingkan saat sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut.

Berikut merupakan wawancara dengan Camat Beringin, terkait pembangunan apa saja yang telah dilakukan setelah adanya Bandara Kuala Namu.

“Pembangunan yang sangat jelas terlihat adalah bertambahnya perumahan-perumahan. Begitu juga dengan perkantoran untuk mendukung kegiatan pelayanan bandara, seperti karantina, bea cukai, imigrasi, dan dari maskapai- maskapai penerbangan yang bekerja sama. Pada segi pelayanan umum juga bertambah setelah adanya Bandara Kualanamu ini, seperti pom bensin, rumah makan dan restoran.”

Disamping adanya perubahan yang terjadi secara fisik, ternyata keberadaan Bandara Kualanamu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk. Perubahan mata pencaharian tersebut ditandai dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan bergesernya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian kearah sektor

Mata Pencaharian penduduk di Kecamatan Beringin ini pada awalnya adalah sebagai petani, pedagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Begitu juga dalam hal penggunaan tanah, sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tanah di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, namun sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis.

3.2.2. Proses Perubahan Masyarakat Secara Eksternal

Proses perubahan kehidupan masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kualanamu dipengaruhi oleh aspek eksternal, dalam hal ini adalah pihak bandara Kualanamu. Pihak Bandara Kuala Namu memiliki beragam bentuk kebijakan yang berpengaruh terhadap perubahan bentuk kehidupan masyarakat setempat.

3.2.2.1. Kebijakan Pembangunan Oleh Pihak Bandara Kuala Namu Terhadap Masyarakat

Untuk sarana yang dapat menunjang kelancaran operasional Bandara Kuala Namu, ada beberapa sarana penunjang yang telah disediakan oleh pemerintah agar Bandara Kuala Namu dapat berjalan dengan baik dalam hal operasional maupun pelayanan. Infrastruktur jalan merupakan salah satu intrumen penting dalam menunjang operasional dari Bandara Kuala Namu itu sendiri, akses

jalan menuju bandara telah dibangun dengan sangat baik sehingga dapat memudahkan masyarakat yang akan menggunakan Bandara Kuala Namu tersebut.

Suseno (35 Tahun) salah seorang juru bicara Angkasa Pura II yang menangani Bandara Kuala Namu mengatakan bahwa :

“Pihak Angkasa Pura II selaku pihak yang bertanggunggjawab terhadap aktifitas Bandara Kuala Namu membangun beragam fasilitas pendukung, yang tidak hanya berguna bagi bandara melainkan juga bagi masyarakat sekitar . . . pembangunan fasilitas umum, seperti jalan, lampu penerangan, listrik hingga tata kelola wilayah.”

Kemudahan akses tersebut akan memberikan dampak yang sangat baik untuk Bandara Kuala Namu sebagai pengganti bandara utama yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Masyatakat yang menggunakan Bandara Kuala Namu tentunya mengharapkan kemudahan serta kenyamanan dalam pengoperasian Bandara Kuala Namu tersebut.

Selain jalan, pembangunan kantor–kantor yang menunjang pengoperasian Bandara Kuala Namu tentunya juga merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan kualitas dari pelayanan bandara itu sendiri. Kantor-kantor tersebut yang nantinya diharapkan mampu mengontrol kegiatan yang ada di dalam Bandara Kuala Namu sehingga tidak ada kesan semrawut yang muncul dari pelayanan yang ada di Bandara Kuala Namu.

Pertanyaan terkait fasilitas apa saja yang ada setelah pembangunan Bandara Kuala Namu. Anto (29 tahun) seorang tukang ojek :

“ Banyak fasilitas semenjak dibukanya Bandara Kuala Namu, dulu kalau mau lanjut sekolah (SMA) harus keluar, sekarang sudah dibangun sekolah disini . . . banyak juga pembangunan kantor, jalan, lampu sekarang ini. Dulunya kebun disini, sunyi. Lama-kelamaan ya itu tadi dibangun Kuala Namu jadi ramai.”

Lebih lanjut Anto (29 Tahun) mengatakan bahwa pihak Bandara Kuala Namu memiliki kebijakan khusus bagi masyarakat sekitar terutama bagi masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan masyarakat Desa Pasar VI Kualanamu, Anto (29 Tahun) menuturkan :

“Pihak Kuala Namu bilang akan ngasi pekerjaan sama orang disini.

Banyak juga orang sini yang ikut kerja disitu, jadi cleaning service atau enggak jadi OB (office boy) di Bandara Kuala Namu.”

Informan Wati (43 Tahun) menambahkan keterangan bahwa perubahan yang terjadi semenjak adanya Bandara Kuala Namu adalah terbukanya lapangan pekerjaan secara umum, namun secara khusus untuk lowongan pekerjaan di Bandara Kuala Namu masih terbatas, Wati (43 Tahun) mengatakan :

“Ada juga orang sini yang kerja disitu (Kuala Namu), tapi orang-orang itu punya kenalan orang-orang dalam, kalau enggak punya kenalan susah juga masuk kesitu . . . palingan jadi tukang kebun/taman atau pekerja harian, disini kan jarang orang makan sekolahan tinggi-tinggi.”

Keterangan informan tersebut menggambarkan bahwa perubahan yang paling mencolok dari adanya aktifitas Bandara Kuala Namu di daerah mereka saat ini adalah sedikitnya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak pengelola Bandara Kuala Namu terhadap masyarakat setempat, hal ini diakibatkan oleh

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat setempat sehingga masyarakat angkatan kerja di wilayah tersebut mengalami kesulitan mengakses pekerjaan, walaupun secara umum masyarakat setempat saat ini memiliki pekerjaan yang disesuaikan dengan keadaan dan situasi wilayah mereka.

Perubahan pekerjaan yang dialami oleh masyarakat sekitar juga dipengaruhi oleh masuknya para pekerja dari luar wilayah mereka yang bekerja di Bandara Kuala Namu dan membuka persaingan dalam mendapatkan pekerjaan.

Para pegawai yang bekerja di kantor – kantor yang ada disekitar Bandara Kuala Namu seharusnya dapat memberikan kualitas lebih sehingga meningkatkan mutu pelayanan bandara tersebut. Pembangunan infrastruktur di atas tentunya akan dibarengi dengan terjadi pembangunan perumahan di sekitar Bandara Kuala Namu, pembangunan perumahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal bagi pegawai-pegawai yang bekerja di lingkungan bandara. Dengan adanya perumahan yang dekat dengan bandara diharapkan pegawai – pegawai tersebut tidak kehilangan produktifitas kerja yang tentunya akan dapat

Para pegawai yang bekerja di kantor – kantor yang ada disekitar Bandara Kuala Namu seharusnya dapat memberikan kualitas lebih sehingga meningkatkan mutu pelayanan bandara tersebut. Pembangunan infrastruktur di atas tentunya akan dibarengi dengan terjadi pembangunan perumahan di sekitar Bandara Kuala Namu, pembangunan perumahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal bagi pegawai-pegawai yang bekerja di lingkungan bandara. Dengan adanya perumahan yang dekat dengan bandara diharapkan pegawai – pegawai tersebut tidak kehilangan produktifitas kerja yang tentunya akan dapat

Dokumen terkait