• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DESA

3.2. Perubahan Keadaan Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kuala Namu

3.2.1. Proses Perubahan Masyarakat Secara Internal

3.2.1.2. Alih Fungsi Lahan

Setiap pembangunan tentunya memiliki dampak bagi wilayah sekitar dalam hal ini dampak pembangunan Bandara Kuala Namu terhadap tanah di wilayah sekitar bandara. Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tentunya tingkat aktivitas yang terjadi di wilayah tersebut meningkat sangat drastis sehingga akan mempengaruhi sosial ekonomi dari wilayah tersebut.

Harga tanah tentunya akan bergerak seiring dengan tingginya tingkat aktivitas disekitar bandara. Pada Kecamatan Beringin saat sebelum pembangunan Bandara Kualanamu, harga tanah per-rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-, namun setelah berdirinya Bandara Kuala Namu sekarang harga tanah per rante nya menjadi lebih kurang Rp.100.000.000,- sampai Rp.200.000.000,-. Dampak peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja, melainkan terdapat beberapa faktor yang memicunya. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah tersebut adalah dalam hal aksesibilitas.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi.

Tinggi rendahnya aksesibilitas dapat diukur berdasarkan pada sistem jaringan jalan yang tersedia pada suatu wilayah.Selain sistem jalan, tinggi rendahnya aksesibilitas juga dapat diukur dari jenis jaringan jalan yang tersedia.

Hubungan jenis jalan dengan tingkat aksesibilitas ini juga dapat mempengaruhi nilai tanah. Tanah yang bernilai tinggi cenderung berlokasi yang tingkat aksesnya

tinggi, begitu pula sebaliknya. Nilai tanah yang terus meningkat di Kecamatan Beringin ini juga dipicu oleh tingkat aksesibilitas yang tinggu, dimana pada awalnya kelas jalan di Kecamaran Beringin adalah kelas kabupaten, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu kelas jalannya menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.

Foto 13. Jalan desa yang dahulunya tanah diganti dengn jalan beraspal.

Foto 14. Jalur alternatif menuju jalan tol Bandara Kuala Namu yang dahulunya jalan tanah, berganti menjadi jalan beraspal.

Fasilitas juga dapat memicu terjadinya peningkatan nilai tanah, fasilitas didefinisikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Adapun fungsi yang dimaksud berupa:

a) fungsi ekonomi, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas ekonomi seperti pasar, bank atau pusat pertokoan.

b) fungsi sosial, yaitu sarana yang berkaitan dengan aktifitas sosial seperti kantor pemerintahan, rumah sakit, dan pendidikan.

Hubungan nilai tanah dengan fasilitas dilihat dari jumlah fasilitasnya. Semakin banyak fasilitas yang ada dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Beringin setelah pembangunan Bandara Kuala Namu adalah sekolah SMK Pariwisata, bank, perkantoran, rumah sakit, restoran dan lain sebagainya. Dimana dulunya fasilitas - fasilitas tersebut

hanya sedikit di Kecamatan Beringin bahkan tidak ada sama sekali karena dulunya tanah disini kebanyakan digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan PTPN, perkebunan rakyat dan pemukiman.

Tetapi setelah adanya Bandara Kuala Namu, fasilitas-fasilitas terus mengalami peningkatan dan akhirnya berdampak pada peningkatan nilai tanah di Kecamatan Beringin. Selain fasilitas, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi.

Bapak Iwan (40 tahun) mengatakan bahwa pada saat ini kecendrungan orang-orang dari luar daerah untuk membeli tanah di daerah Kecamatan Beringin sangatlah tinggi. Hal ini menurutnya dikarenakan nilai ekonomi yang sangat tinggi terkait dengan keberadaan Bandara Kuala Namu di dekat wilayah Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, sangat berbeda dengan 10-20 tahun lalu, dimana daerah tersebut masih sangat sedikit penduduknya.

“ kalau sekarang banyak kali orang dari luar yang mau cari tanah buat usaha, tapi sekarang sudah susah. Apalagi kalau dia mau cari tanah yang posisinya pinggir jalan, udah enggak ada lagi la bisa dibilang. Tapi coba kalau dulu, orang luar kalau mau ke sini aja pikir-pikir, karena masih sunyi waktu dulu”

Bentuk perubahan secara internal masyarakat secara kasat mata juga dapat dilihat dari berpindahnya masyarakat menuju wilayah lain diakibatkan alih fungsi lahan yang mereka miliki selama ini untuk menjadi bagian pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu. Pada dasarnya lahan ataupun tanah yang mereka miliki secara umum adalah lahan atas kepemilikan pribadi yang dibuktikan dengan surat kepemilikan lahan atau tanah.

Anto (29 Tahun) yang pada awalnya merupakan anggota masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin menuturkan bahwa :

“Dulunya tanah itu (rumah di Pasar V Kebun Kelapa) tanah warisan yang kemudian diberi ganti rugi oleh pihak Kualanamu waktu membangun bandara. Banyak orang disini menjual tanahnya karena harganya pas, lagian tanah orang disini lengkap suratnya.”

Pendapat informan ini didukung oleh keterangan informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan :

“banyak orang dari sini pindah, waktu ditawar tanahnya, cocok harganya, lumayan buat modal beli rumah di dekat-dekat sini sama buat usaha.”

Keterangan lainnya juga didapatkan dari informan bernama Warsinah (37 Tahun) yang mengatakan bahwa :

“berita disini mau dibangun bandara kan udah lama, jadi orang disini waktu itu ditawarkan kalau mau tanahnya dibeli harus lengkap surat-surat tanahnya. Banyak orang sini terus ngurus tanahnya biar bisa dijual terus pindah, buat modal usaha.”

Keterangan informan ini menggambarkan bahwa masyarakat di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Pasar VI Kualanamu telah menyadari sejak lama bahwa lahan atau tanah mereka nantinya akan dipergunakan sebagai bagian

pembangunan Bandara Kuala Namu dan kemudian melengkapi persyaratan atas kepemilikan lahan atau tanah mereka untuk kemudian dapat dijual atau diberi ganti rugi oleh pihak pembangun Bandara Kuala Namu.

Dengan adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut, Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin secara tidak langsung mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap kawasan di sekitarnya.

Perubahan yang dirasakan saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan oleh terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.

Pada dasarnya setiap tanah memiliki nilai, namun apabila dalam penggunaannya dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar, maka nilainya dapat bertambah tinggi.

Wawancara terhadap Kliwon (40 Tahun) mengatakan bahwa :

“Sejak adanya bandara, semuanya berubah, gak ada lagi yang bertani semua buka usaha . . . banyak yang jual tanahnya buat jadi perumahan.”

Hal ini menggambarkan bahwa perubahan dari pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu telah merubah aspek kehidupan masyarakat setempat, lebih lanjut pendapat tersebut didukung oleh pendapat informan Wati (43 Tahun) yang mengatakan:

“Kalau dulu kan bertani, kadang jualan, sekarang kalau modal pas-pasan yang buka jualan, kalau modal besar buka kost-kostan,

Pendapat para informan terhadap alih fungsi lahan yang terjadi merupakan bentuk akumulasi sikap dan mengikuti perubahan yang terjadi, dari mata pencaharian bertani dan memiliki lahan menjadi mata pencaharian membuka usaha dan jasa serta kepemilikan lahan yang semakin sedikit adalah bagian perubahan yang harus disikapi dengan seimbang untuk dapat meneruskan hidup.

Foto15. Pamflet Kost-kostan.

Membuka kost-kostan adalah salah satu bentuk perubahan terhadap alih fungsi lahan.

Lahan sebagai modal dan memiliki peran penting dalam kehidupan telah berubah menjadi kepemilikan aset perumahan, membuka usaha dan jasa.Perubahan tersebut adalah suatu bentuk penyesuaian kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu yang terus berubah.Pola-pola perubahan dan sikap adaptif adalah bagian yang memiliki dinamika dan secara terus-menerus bergerak.

Berikut merupakan wawancara dengan Informan penelitian, Drs. Khairul Azman, selaku Camat Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Pertanyaan terkait perubahan yang terjadi di daerah Kecamatan Beringin setelah berdirinya Bandara Kuala Namu :

“Perubahan yang terjadi di Kecamatan Beringin sangat drastis.Yang pertama di bidang infrastruktur, seperti perubahan akses jalan menuju Bandara Kualanamu itu sendiri yang awalnya kelas jalan disini adalah kelas jalan kabupaten menjadi kelas jalan arteri bahkan menjadi jalan nasional.Selanjutnya perubahan yang kedua adalah dari segi mata pencaharian yang selama ini mata pencaharian pada umumnya adalah bertani, berdagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kualanamu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana.Yang ketiga dari segi pola fikir masyarakat yang sudah mulai maju dengan masuknya informasi-informasi dari luar. Dan perubahan yang keempat adalah dalam hal penggunaan tanah, dimana dulunya digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis dengan dibangunnya ruko-ruko.”

Tanah yang semula berupa lahan persawahan dengan nilai produktifitas rendah, namun setelah dialihfungsikan menjadi kegiatan bukan pertanian maka nilai tanahnya pun akan bertambah tinggi. Begitu juga dengan pengalihfungsian lahan petanian menjadi kawasan sebuah bandara, maka pengalihfungsian tersebut akan berdampak terhadap nilai tanah disekitarnya. Selain fasilitas dan harga tanah, utilitas di daerah Kecamatan Beringin juga mengalami perubahan setelah adanya pembangunan Bandara Kuala Namu.

Dalam penelitian ini, tanah dapat diartikan sebagai ruang (wilayah) dan dari segi luas dan lokasi bersifat tetap sedangkan dari segi penggunaan tanahnya bersifat dinamis atau dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan pemanfaatannya oleh manusia. Sutami (1976) mengemukakan bahwa semua permasalahan utama yaitu manusia (man) dimana jumlah manusia akan selalu bertambah, ruang (space) dimana jumlah ruang akan selalu tetap, dan waktu

jumlah manusia terus bertambah seiring berkembangnya waktu, maka permintaan terhadap tanah cenderung akan terus meningkat.

Keterangan tambahan dari Camat Beringin. Pertanyaan terkait dampak pembangunan Bandara Kualanamu terhadap tanah milik warga sekitar :

“Yang pasti dampaknya terhadap nilai tanah yaitu harga tanah disini mengalami peningkatan yang drastis sama seperti di daerah Polonia dulu, yang biasanya harga per rante (400 meter) adalah sekitar Rp 15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-. Sekarang per rante nya menjadi lebih kurang Rp 100.000.000,- sampai Rp 200.000.000,-. Satu rante ini luasnya 400 meter, bisa 20 x 20 meter atau 10 x 40 meter.Dan pemilik tanah disini sudah banyak dari luar warga sekitar Kecamatan Beringin.Termasuk investor yang kebanyakan dari luar wilayah Kecamatan Beringin itu sendiri.

Sehingga dengan perubahan harga tanah tersebut, dengan sendirinya harga PBB nya juga mengalami kenaikan menjadi kelas perkotaan.”

Mengutip pendapat Von Thunen (dalam Sinclair, 1967) nilai tanah berkaitan dengan pertimbangan penggunaan tanah, yang menekankan pada lokasi dan juga pengunaannya. Parameter-parameter dalam model Von Thunen tersebut adalah biaya transportasi, tenaga kerja, dan sewa tanah. Teori ini disebut sebagai Teori Tanah Pertanian dimana lokasi tanah yang jauh dari pusat akan mengakibatkan biaya transportasi yang cenderung lebih besar sehingga harga tanahnya cenderung rendah.

Alonso (1964) juga menambahkan bahwa lokasi pusat pertumbuhan cenderung akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan semakin menjauhi pusat maka jumlah penduduk akan cenderung berkurang, begitu juga dengan harga tanah.

Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan sejenisnya. Adapun hubungan nilai tanah dengan utilitas adalah apabila semakin lengkap utilitas yang tersedia dalam suatu wilayah, maka nilai tanahnya cenderung akan semakin tinggi. Faktor terpenuhinya utilitas di Kecamatan Beringin seperti tersedianya pom bensin, kantor-kantor provider telekomunikasi seluler seperti Xl, Telkomsel dan sebagainya juga menjadi faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai tanah di Kecamatan Beringin bila dibandingkan saat sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tersebut.

Berikut merupakan wawancara dengan Camat Beringin, terkait pembangunan apa saja yang telah dilakukan setelah adanya Bandara Kuala Namu.

“Pembangunan yang sangat jelas terlihat adalah bertambahnya perumahan-perumahan. Begitu juga dengan perkantoran untuk mendukung kegiatan pelayanan bandara, seperti karantina, bea cukai, imigrasi, dan dari maskapai- maskapai penerbangan yang bekerja sama. Pada segi pelayanan umum juga bertambah setelah adanya Bandara Kualanamu ini, seperti pom bensin, rumah makan dan restoran.”

Disamping adanya perubahan yang terjadi secara fisik, ternyata keberadaan Bandara Kualanamu juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya di Kecamatan Beringin yang mengalami perubahan mata pencaharian penduduk. Perubahan mata pencaharian tersebut ditandai dengan semakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat menyebabkan bergesernya mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian kearah sektor

Mata Pencaharian penduduk di Kecamatan Beringin ini pada awalnya adalah sebagai petani, pedagang ataupun wiraswasta, namun setelah adanya Bandara Kuala Namu, masyarakatnya ada yang bekerja sebagai karyawan disana. Begitu juga dalam hal penggunaan tanah, sebelum adanya pembangunan Bandara Kuala Namu tanah di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin digunakan sebagai tempat pemukiman atau areal pertanian, namun sekarang berubah menjadi perumahan dan sebagai daerah bisnis.

Dokumen terkait