• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DESA

4.4. Sikap Penolakan dan Penerimaan Masyarakat Sebagai Strategi Adaptasi

4.4.1. Sikap Penolakan Masyarakat

Sikap penolakan masyarakat terhadap keberadaan pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu adalah sikap yang timbul sebagai bagian dari sebab-akibat proses pembangunan, sebagai bentuk sikap penolakan tentu memiliki dasar pemikiran dalam melaksanakan hal tersebut.

Sekilas, warga Kecamatan Beringin khususnya Desa Pasar V dan Desa Pasar VI memang terlihat tenang-tenang saja dan terkesan semuanya menerima penggusuran untuk pembangunan Bandara Kuala Namu. Namun, setelah dilihat lebih jeli dan secara holistik, maka kita akan mendapati bahwa tidak sedikit masyarakat yang kontra akan penggusuran tersebut. Masyarakat yang tanah dan pemukimannya terkena dampak pembangunan bandara juga melakukan perjuangan terhadap hak-hak mereka, terutama tentang ganti rugi. Pada bagian bab 3 memang peneliti hanya menyajikan data-data dari hasil pembangunan Bandara Kuala Namu, tanpa menampilkan apakah ada terjadi pro dan kontra atau tidak. Namun, di bab 4 ini peneliti memberikan lebih banyak ruang untuk pembahasan nasib masyarakat yang menolak penggusuran dalam rangka pembangunan Bandara Kuala Namu.

Pada awalnya paling sedikit terdapat tiga kelompok masyarakat yang memperjuangkan haknya terhadap dampak pembangunan bandara Kuala Namu (KNIA). Kelompok masyarakat tersebut antara lain; kelompok masyarakat Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin yang berada langsung di dalam tembok perencanaan pembangunan bandara, kelompok warga eks-pemukim pensiunan ABRI (kini TNI) di Desa Ramunia dan kelompok masyarakat Dusun Wonogiri, Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin.

Setelah dibuka secara resmi pada tahun 2014, Bandara Kuala Namu tetap mendapat tentangan dari warga.Berbagai pihak yang merasa masih dirugikan atas keberadaan pembangunan KNIA melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan keadilan. Hingga saat akan diresmikan (grand launching) masih ada ancaman demonstrasi dan bahkan bukan hanya ancaman namun ada kelompok masyarakat yang merealisasikan ancamannya tersebut dengan aksi demonstrasi memblokir jalan masuk menuju bandara, sehingga terjadi bentrokan dengan aparat keamanan dan penangkapan warga yang dianggap sebagai pimpinan aksi oleh aparat keamanan.

Sedangkan masyarakat Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, meskipun melakukan perlawanan atas ketidakadilan yang mereka alami, tapi nasib tergusur tetap saja harus dijalani. Akhirnya, dengan ganti rugi seadanya, mereka pindah, bukan direlokasi seperti yang mereka harapkan, beberapa ada yang pergi ke luar daerah. Sebanyak 15 keluarga eks warga Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin menempati tanah suguhan di sebelah selatan bandara.

Masyarakat mengalami kesulitan dalam berbagai hal.Bukan hanya soal pekerjaan yang jadi kian tak menentu.Tempat tinggal yang mereka tempati kini pun tidak dapat digunakan untuk bisa bertani (pekerjaan yang biasa mereka lakukan sebagai pekerjaan utama, keahlian kultural yang diturunkan dari nenek moyang mereka).

Tanah yang kini ditempati untuk sekedar berteduh dari panasnya siang hari, dinginnya malam dan guyuran air ketika hujan, merupakan tanah yang tidak berstatus hukum sama sekali.

Dalam proses puncak, pengusiran paksa, memang tidak ada perlawanan secara terbuka yang dilakukan oleh masyarakat Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, hal tersebut sebagai bentuk kepasrahan dan menjalani perilaku kultural

“Alon-alon asal kelakon” yaitu berusaha untuk mencermati keadaan secara seksama untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam penyelesaian permasalahan tersebut.

Perubahan sikap masyarakat Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin dari sifat orang Jawa yang lemah lembut dan sifat yang telah di sebutkan di atas, menjadi sifat dan sikap yang penolakan, dalam arti berani berjuang untuk menuntut hak-haknya dalam proses perjuangan panjang warga Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, merupakan sebuah adaptasi kultural yang disebabkan karena ketidakberdayaan dan keterancaman mereka dalam posisi lemah, karena rumah pemukiman dan pemenuhan kebutuhan hidup mereka terancam pada masa hadapan.

Namun bentuk perubahan sifat dan sikap masyarakat Jawa di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin tersebut ternyata hanya perubahan sementara, hanya berlaku pada saat proses sikap penolakan berlangsung saja bukan bentuk perubahan sikap yang bersifat permanen. Saat sikap penolakan berakhir dan mereka berada dalam posisi yang dikalahkan atau setengah kalah, mereka kembali lagi pada kultur dan filsafat hidup orang Jawa seperti semula.

Beberapa akibat dari sikap penolakan yang dapat menguatkan bahwa masyarakat Jawa di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin kembali pada kultur awalnya, seperti :

1. Menerima kompensasi berupa penggunaan lahan di sebelah Selatan tembok Bandara Kuala Namu, dalam hal ini sikap penolakan yang didasarkan pada filosofi “Alon-alon asal kelakon” diterapkan dengan memikirkan secara cermat dan terperinci mengenai dampak sikap maupun perbuatan,

2. Pemenuhan pangan jauh lebih sulit dan rawan dibanding saat ada di dalam tembok bandara Kuala Namu, karena kesulitan pekerjaan dan tidak ada lahan (bahkan lahan kecil di pekarangan) untuk digarap bercocok tanam.

Meskipun warga tetap sangat berupaya secara serabutan untuk pemenuhan kebutuhan pangan tersebut.

Penyebab mendasar mengapa masyarakat suku Jawa yang tinggal di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin, masih manut atau patuh adalah kultur filosofi Jawa.

Kepatuhan terhadap pemimpin, penguasa, atau bangsawan yang dulu disebut kaum priyayi seperti yang dijelaskan Clifford Geertz dalam buku

“Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,” terjemahan dari buku The Religion of Java (1983: 308 – 309), masih mendominasi kehidupan masyarakat suku Jawa yang tinggal di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin.

4.4.2. Sikap Penerimaan Masayarakat

Pembangunan dan aktifitas bandara Kualanamu yang semakin padat dikarenakan bandara tersebut termasuk bandara internasional dan menjadi pintu gerbang transportasi udara memiliki kompleksitas dengan kehidupan masyarakat sekitar yang hidup berdampingan dengan aktifitas Bandara Kuala Namu.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa proses pembangunan Bandara Kuala Namu yang telah dimulai pada tahun 1992 hingga memasuki periode pembangunan fisik tahun 2008 dan kemudian diresmikan sebagai bandara pada tahun 2014 adalah perjalanan waktu yang panjang, dimana dalam perjalanan waktu tersebut tentu terdapat dinamika dalam kehidupan masyarakat, baik penolakan dan penerimaan.

Pembangunan Bandara Kuala Namu yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar lokasi pembangunan, seperti masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin.

Dampak dari pembangunan ini dapat dilihat secara kasat mata misalnya dimulai dari berbagai pembangunan infrastruktur yang memadai yang pastinya hal ini mempermudah segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.Sarana dan prasana yang muncul sebagai efek dari pembangunan yang dijalankan sangat menentukan dalam hal meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

Banyaknya perumahan yang muncul di wilayah tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas di wilayah tersebut.

Aktivitas yang terjadi merupakan refleksi dari semakin berkembangnya wilayah tersebut.

Jalan raya sebagai sarana terpenting yang sangat memberikan dampak positif bagi wagra sekitar karena dengan adanya jalan yang baik aktivitas masyarakat sekitar jadi meningkat hal ini tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Akses yang mudah juga memudahkan masuknya informasi dan teknologi ke wilayah tersebut dimana hal ini akan menambah pengetahuan dari masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Kualitas jalan yang baik juga memberikan kesempatan dibukanya jalur transportasi di wilayah tersebut sehingga proses kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat menjadi lebih mudah dan efisien. Kualitas pendidikan yang ada di wilayah tersebut juga menjadi tidak tertinggal dengan wilayah lain. Di samping pembangunan akses berupa jalan, pembangunan perkantoran serta sekolah di wilayah sekitar Bandara Kuala

mungkin sedikit tertinggal dibandingkan wilayah lain, kegiatan ekonomi menjadi lebih mudah karena masyarakat yang mendiami wilayah tersebut menjadi lebih ramai hal itu tentunya beriringan dengan meningkatnya akan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Sementara melalui pembangunan sekolah diharapkan kelak generasi muda yang ada di wilayah itu menjadi generasi muda yang dapat bersaing dengan generasi muda yang berasal dari wilayah lain.

Sikap penerimaan yang ada pada masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu Kecamatan Beringin adalah wujud kepedulian dan kemauan yang keras dan didasari oleh nilai-nilai kultural yang mereka miliki, seperti diketahui bahwa secara mayoritas suku Jawa berdiam di wilayah tersebut bersama dengan suku lainnya, sehingga dalam perilaku sikap penerimaan tersebut dipengaruhi oleh nilai budaya Jawa yang telah terinternalisasi dalam laku kehidupan mereka sehari-hari.

Seperti halnya ungkapan filosofis dalam masyarakat Jawa “Alon alon asal kelakon” yang memiliki arti mendalam bagi masyarakat Jawa secara umum, secara sederhana ungkapan tersebut diartikan sebagai “pelan-pelan asal terlaksana” hal tersebut dimanifestasikan sebagai sesuatu pekerjaan dilakukan secara berhati-hati dan penuh perhatian, sebagai contoh perilaku tersebut diwujudkan pada bentuk penyelesaian sengketa lahan dengan melengkapi surat-surat atas hak kepemilikan lahan untuk dapat berkontribusi terhadap pembangunan dalam perjalanan waktu yang panjang.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap penerimaan dan penolakan yang terjadi di dalam masyarakat di sekitar wilayah pembangunan Bandara Kuala Namu merupakan wujud aspirasi dari masyarakat sekitar.

Walaupun ada sikap penerimaan dan penolakan tetapi lebih banyak masyarakat yang menerima terhadap proyek pembangunan Bandara Kuala Namu karena sebagian dari mereka yakin bahwa pembangunan ini akan memberikan sesuatu yang baik ke depannya.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosial, ataupun budaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat, oleh sebab itu masyarakat sedikit banyak akan kena imbas dari pembangunan itu baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk sebab itulah masyarakat harus dapat beradaptasi dengan laju pembangunan yang terjadi di daerah mereka tinggal.

Inilah yang terjadi di Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian bandara yang baru yaitu Bandara Internasional Kuala Namu sebagai pengganti Bandara Polonia Medan, telah banyak melibatkan masyarakat di Kecamatan Beringin, terkhusus Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu karena kedua desa ini adalah sebagai salah satu pitu masuk menuju gerbang tol Bandara Kuala Namu.

Masyarakat di kedua desa ini harus dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang baru, situasi yang baru, dan kehidupan yang baru. Dimana dahulunya masyarakat di kedua desa ini sebagian besar merupakan petani ladang

dan kebun kelapa/kelapa sawit, kini banyak yang beralih profesi. Hal ini di karenakan tanah ladang dan kebun mereka di beli oleh pihak Bandara Kuala Namu. Dengan tingginya harga tanah yang ditawarkan pihak Kuala Namu, masyarakat memilih menjual tanah mereka dan beralih pekerjaan dan bahkan berpindah rumah. Adapun yang beralih profesi tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah isi curahan hati penduduk desa yang ditujukan kepada pihak otoritas Bandara Kuala Namu dan tentunya kepada masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu.

5.2.1. Kepada Pihak Otoritas Bandara Kuala Namu

1. Lebih memberikan kesempatan kerja untuk warga lokal yang tinggal di wilayah Bandara Kuala Namu.

2. Lebih berpartisipasi terhadap kegiatan kemasyarakatan di desa-desa setempat.

3. Diharapkan untuk memperbaiki jalan-jalan desa yang sudah rusak atau berlubang dan menyediakan lebih banyak sarana kesehatan.

5.2.2. Saran kepada Masyarakat Desa Pasar V Kebun Kelapa dan Desa Pasar VI Kuala Namu dari pihak Bandara Kuala Namu

Masyarakat di desa-desa sekitar Bandara Kuala Namu harus lebih menjaga kebersihan lingkungan desa mereka, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-coret dinding pagar pembatas bandara, tidak membiarkan hewan ternak seperti sapi dan kambing berkeliaran di daerah pintu masuk ke jalan tol, apalagi desa-desa yang menjadi pintu masuk ke bandara agar orang-orang pendatang yang hendak istirahat dan makan di desa-desa tersebut tidak merasa risih.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, W. 1965. Location and Land Use : Toward a General Theory of Land Rent. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.

Aminuddin.2000.Sosiologi Suatu Pengenalan Awal. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Afifuddin. 2012. Pengantar Administrasi Pembangunan Konsep, Teori dan Implementasinya di Era Reformasi. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualiatatif. Jakarta: Prenanda Media Group.

Chapin, F.S. 1965. Urban Land Use Planning. Urbana [Ill.]: University of Illinois Press.

E Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: FP Universitas Indonesia.

Frank, A. G,. 1984. Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi.

Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhrata Karya Aksara.

Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi: Dalam Masyarakat Jawa.

Pustaka Jaya: Jakarta.

Gerungan.A.W.2002.Psikologi Sosial. Jakarta: PT Refika Adhitama.

Goldberg, M. A., and P. Chinloy. 1984. Urban Land Economics. Wiley

Jayadinata, J. T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung : ITB.

Khairuddin. 2000. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.

Koetjaraningrat.1986. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Aksara Baru.

Mashoed. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Surabaya: Papyrus

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Poerwandari.

Sandy, I. M. 1975. Land use dan Perkembangan Penduduk. Direktorat Tata Guna Tanah; No. 50, Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri.

Siagian, Sondang P. 2008. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sinclair, R. 1967.“Von Thunen and Urban Sparwl.” Annals of The Association of American Geographer 57, no. 1.

Soeparwoto, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan. Semarang: Upt Mkk UNNES.

Soekanto,Soerjono.2002.Sosiologi Sebagai Pengantar.Jakarta:UI-Press.

Suparlan,Parsudi.1996.

Manusia, Kebudayaan dan Lingkungannya.Jakarta:Grsfindo.

Suharto, Edi.2010.Analisis Kebijakan Publik.Bandung:Alfabeta.

Sztompka,P.2004.Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media.

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:

Alfabeta Undang – Undang Nomor 94 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori- Aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

LAMPIRAN

Daftar Nama Informan :

1. Nama : Drs. Khairul Azman (informan kunci) Pekerjaan : Camat Beringin

2. Nama : Sumantri (informan kunci) Pekerjaan : Kades Pasar V

3. Nama : Wiwin Purwadi,S.pdi. (informan kunci) Pekerjaan : Kades Pasar VI

4. Nama : Sutrisno (42 tahun)

Pekerjaan : Pemilik Usaha Rumah Makan

5. Nama : Misrun (47 tahun) Pekerjaan : Wiraswasta

6. Nama : Iwan (40 Tahun) Pekerjaan : Petani Ladang

7. Nama : Ibu Darsiti (32 tahun)

Pekerjaan : Wiraswasta (Pedagang minuman dan makanan ringan)

8. Nama : Miswanto (39 tahun) Pekerjaan : Wiraswasta

9. Nama : Anto (29 Tahun) Pekerjaan : Tukang Ojek

10. Nama : Wati (43 Tahun)

Pekerjaan : Wiraswasta (Pemilik Rumah Makan dan kost-kostan)

11. Nama : Warsinah (37 Tahun) Pekerjaan : PNS

12. Nama : Kliwon (40 Tahun) Pekerjaan : Wiraswasta

13. Nama : Suseno (35 Tahun)

Pekerjaan : Juru Bicara Angkasa pura II

14. Nama : Marjuki (47 Tahun)

Pekerjaan : Kasie Pemerintahan Kecamatan Beringin

Dokumen terkait